BPP Praktikum VO2 MAX Edited
BPP Praktikum VO2 MAX Edited
TIM PENYUSUN :
Ratna Kusumawati, dr., M.Biomed
Yuliana Heri Suselo, dr.MSc
Sinu Andhi Jusup, dr. Mkes
Arif Suryawan, dr
Dono Indarto, dr., M.Biotech.St., PhD
Prof. Dr. Kiyatno, dr.,PFK.,M.Or, AIFO
BAGIAN/LABORATORIUM FISIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
PRAKTIKUM
PENGUKURAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL VO2 MAX
Tujuan :
-
Mahasiswa dapat melakukan pengukuran VO2 max dengan metode step test Astrand
Rhyming
Mahasiswa dapat melakukan pengukuran VO2 max terutama dengan metode Ergocycle
Mahasiswa dapat melakukan pengukuran VO2 max terutama dengan metode Six Minute
Walk Test
Mahasiswa dapat memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap VO2 max
Dasar Teori :
Setiap aktivitas fisik memerlukan energi yang siap digunakan oleh sel yang disebut
Adenosin Tri Phosfat (ATP). ATP ini dalam tubuh jumlahnya sangat terbatas, maka supaya
aktivitas terus berlangsung perlu pembentukan/ resistensi ATP secara berkesinambungan.
Pembentukan ATP kembali ini dapat dapat berlangsung tanpa menggunakan oksigen (proses
anaerobik) dan dapat menggunakan oksigen (proses aerobik). Jumlah maksimal oksigen yang
dapat ditangkap oleh paru), diedarkan (oleh sistem kardiovasa) dan dikonsumsi oleh sel/jaringan
per menit disebut VO2 max. Faktor-faktor yang mempengaruhi penangkapan oksigen dari udara
bebas, pengangkutan oksigen samapai ke dalam sel, serta biokimia dalam sel akan berpengaruh
terhadap VO2 max. Beberapa sistem yang berpengaruh terhadap VO2 max adalah sistem
respirasi, sistem pengangkut oksigen, sistem kardiovasa, serta sistem biokimiawi dalam sel.
Dengan demikian VO2 max dipengaruhi oleh (Guyton, 2006) :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Ventilasi Paru
Diffusi oksigen dari paru ke dalam darah
Pengangkutan oksigen dalam darah, terutama kadar Hb dan eritrosit
Daya pompa jantung
Pengangkutan oksigen ke dalam serabut otot melalui kapiler
Diffusi oksigen dari kapiler ke dalam otot
Proses oksidasi glikogen dan lemak dalam sel
Bagian sistem saraf yang berperan pada sistem kardiovaskular didominasi oleh sistem
syaraf otonom. Sistem saraf otonom terbagi menjadi dua, yaitu saraf simpatis dan saraf
parasimpatis. Terdapat 2 mekanisme saraf simpati mengatur sirkulasi, pertama adalah melalui
jalur saraf simpatis yang langsung menginervasi vaskularisasi pada organ-organ viseral dan
jantung dan yang kedua adalah melalui bagian peripheral dari saraf spinal yang
memvaskularisasi daerah-daerah perifer. Saraf simpatis pada pembuluh darah mencakup arteri,
arteriola, vena dan venula. Inervasi pada arteri kecil dan arteriola menyebabkan saraf simpatis
mampu menstimulasi pembuluh darah arteri untuk meningkatkan resistensi pad aliran darah dan
selanjutnya menurunkan aliran darah menuju ke jaringan.Inervasi pada pembuluh darah vena,
memungkinkan stimulasi syaraf simpatis untuk mengurangi volume pada pembuluh darah ini.
Hal ini akan menyebabkan darah terdorong ke dalam jantung dan selanjutnya berperan dalam
proses pengaturan pompa jantung, yang akan dibahas selanjutnya. Saraf simpatis pada jantung
berperan dalam meningkatkan aktivitas jantung, baik dalam hal meningkatkan detak jantung,
meningkatkan kekuatan dan volume untuk memompa.
Meskipun sistem saraf parasimpatis berperan sangat penting dalam pengaturan banyak
fungsi autonom dalam tubuh, sebagai contoh untuk mengontrol sistem gastrointestinal,
parasimpatis juga memiliki peran pada regulasi sirkulasi, meskipun tidak sedominan sistem saraf
simpatis. Salah satu efek terpentingnya pada sirkulasi adalah mengontrol detak jantung melalui
nervus vagus, yang berjalan dari batang otak langsung menuju ke jantung. Sistem parasimpatik
akan menyebabkan penurunan pada detak jantung dan sedikit penurunan pada kontraktilitas otot
jantung.
Proses fisiologis yang menggambarkan hubungan antara VO2 max dengan curah jantung,
pengangkutan oksigen dan ekstraksi oksigen dirumuskan oleh Fick sebagai berikut :
VO2 = Q(a-v O2
diff)
Q : curah jantung
a-v O2 diff : selisih O2 arteri dengan vena
FAKTOR
1.10
1.00
0.87
0.83
0.78
0.75
0.71
0.68
0.65
Very Poor
Poor
Fair
Good
Excellent
Superior
< 25
< 23.6
25-30.9
23.6-28.9
31-34.9
29-32.9
35-38.9
33-36.9
39-41.9
37-41
> 41.9
> 41
< 35
< 33
35-38.3
33-36.4
38.4-45.1
36.5-42.4
45.2-50.9
42.5-46.5
51-55.9
46.5-52.4
> 55.9
> 52.4
(Heyward, V 1997)
!. Step Test
Dasar Percobaan :
Pengukuran VO2max dapat dilakukan secara langsung (misal dengan analisa gas darah)
atau secara tidak langsung (misal dengan step test Astrand Rhyming)
Alat-alat :
-
Cara kerja :
-
Catat jenis kelamin, umur, berat badan (kg), tinggi badan (cm).
Metronom distel pada angka 90 per menit.
Siapkan stopwatch
Probandus naik turun bangku Astrand dengan kecepatan kaki mengikuti irama metronom
selama 5 menit
Setelah selesai naik turun bangku selama 5 menit, segera dihitung frekuensi denyut nadi
per menit pada a.radialis atau daerah leher (teman yang lain menccocokkan frekuensi
denyut nadi ini dengan menghitung frekuensi denyut jantung secara auskultasi pada iktus
cordis).
Nadi yang didapat diplotkan pada normogram, didapatkan VO2max dalam satuan liter.
2. Ergocycle test
Dasar percobaan :
VO2 max adalah suatu istilah yang sering dijumpai oleh olahragawan atau atlit professional , hal
ini digunakan untuk mengukur tingkat kebugaran dari individu. Definisi VO2 max sendiri adalah
volume oksigen maksimum yang dapat digunakan permenit. Menurut Guyton dan Hall (2008)
dalam Giri Wiarto (2013:13) VO2 max adalah kecepatan pemakaian oksigen dalam metabolisme
aerob maksimum. Menurut Thoden dalam modul Suranto (2008 : 118) VO2max merupakan daya
tangkap aerobik maksimal menggambarkan jumlah oksigen maksimum yang dikonsumsi per
satuan waktu oleh seseorang selama latihan atau tes, dengan latihan yang makin lama makin
berat sampai kelelahan, ukurannya disebut VO2max.
Volume O2 max ini adalah suatu tingkatan kemampuan tubuh yang dinyatakan dalam liter per
menit atau milliliter/menit/kg berat badan. Setiap sel dalam tubuh manusia membutuhkan
oksigen untuk mengubah makanan menjadi ATP (adenosine triphosphate) yang siap dipakai
untuk kerja tiap sel yang paling sedikit mengkonsumsi oksigen adalah otot dalam keadaan
istirahat. Sel otot yang berkontraksi membutuhkan banyak ATP. Akibatnya otot yang dipakai
dalam latihan membutuhkan lebih banyak oksigen dan menghasilkan CO2.
Terdapat berbagai metode dan alat yang digunakan dalam penilaian VO2max, tetapi yang akan di
bahas adalah Ergocycle.
Ergocycle adalah suatu metode
treadmill sepeda yang telah di desain sesuai dengan kebutuhan (terdapat rpm, pedal dan
pembebanan untuk memperberat kayuhan pedal). Prinsip dari ergocycle (bahkan sebagian besar
metode) adalah membuat individu untuk melakukan aktivitas yang menyebabkan peningkatan
Heart Rate dalam skala tertentu, kemudian di hitung berdasarkan rumus atau normogram yang
sesuai.Adapun jenis aktivitas yang digunakan adalah aktivitas submaximal karena dapat
dilakukan oleh siapapun bahkan bukan seorang atlit pun dapat dilakukan nya pemeriksaan
tersebut.
mempunyai resiko yang tinggi untuk terjadinya aritmia atau masalah kardiovaskular selama
menjalani test (Am J Respir Crit Care, 2002).
Cara Praktikum :
A. Persiapan
Syarat-syarat yang minimal harus dipenuhi dalam melakukan Uji jalan 6 menit :
Uji latih harus dilakukan pada lintasan datar dengan lokasi yang mudah dijangkau, jika
terjadi keadaan darurat maka penanganan cepat dilakukan. Pemilihan lokasi harus
Uji jalan 6 menit ini dapat dihentikan segera bila timbul gejala:
1.
Nyeri dada.
2.
3.
4.
Sempoyongan
5.
Terlihat pucat
Stopwatch.
2.
3.
4.
5.
6.
Oksigen.
7.
8.
Pulse oksimetri
9.
Telepon.
3. Persiapan pasien:
1.
2.
3.
4.
Pasien diperkenankan untuk makan makanan ringan 1 jam sebelum uji latih.
5.
Indikasi :
Kontraindikasi :
1.
2.
3.
Kardiomiopati berat
4.
5.
6.
Dll
1. Sebelum dilakukan Uji jalan 6 menit pasien diperiksa secara seksama termasuk tanda vital
seperti Tekanan darah, Denyut jantung, Respirasi, Suhu juga Saturasi oksigen.
2. Jika diperlukan pengulangan Uji jalan 6 menit, maka uji ulang harus dilakukan pada hari
yang sama. Hal ini berguna untuk mengurangi perbedaan atau bias pada hasil karena
kemungkinan timbul perubahan seperti kondisi fisik, waktu latihan .
3. Tidak dianjurkan melakukan periode pemanasan sebelum dilakukan uji latih.
4. Pasien harus beristirahat dengan duduk dikursi, dekat dengan garis start, kurang lebih 5 10
menit sebelum uji jalan dimulai.
5. Isilah data-data pasien pada formulir yang digunakan.
6. Penggunaan oksimetri merupakan pilihan. Maksud pengukuran SpO2 dari oksimetri adalah
mengetahui oksigen uptake paru sehingga kita dapat memprediksi tingkat kelelahan pasien .
7. Disamping itu, penguji tidak diperkenankan berjalan bersama pasien selama uji latih
dilakukan hanya untuk melihat nilai SpO2.
8. Gunakan Skala Borg untuk mengulur tingkat dispnea dan fatique awal uji latih .
9. Berikan instruksi pada pasien sebelum uji latih dimulai dan informasikanyang utama adalah
berjalan sejauh mungkin selama 6 menit, jangan lari ataupun jogging.
10. Posisikan pasien pada garis start.
11. Selama uji dilakukan, penguji harus tetap berdiri di dekat garis start. Tidak diperkenankan
berjalan bersama pasien. Hal ini guna mencegah adu balap antara pasien dengan penguji
sehingga akan mempengaruhi hasil yang sebenarnya. Pada saat pasien mulai berjalan,
nyalakan stopwatch.
12. Penguji tidak diperkenankan bicara kepada siapapun selama uji latih. Pusatkan perhatian
pada pasien, jangan sampai salah menghitung jumlah putaran.
13. Memberikan semangat sangat dianjurkan dalam Uji jalan 6 menit.
14. Menurut American Thoracic Society, waktu yang paling baik untuk memberikan semangat
adalah setiap 1 menit dan sesuai dengan ketentuan kalimat yang telah disediakan dibawah ini.
Menit 1 selesai :Anda sudah benar melakukannya, teruskan, ada 5 menit lagi.
Menit 2 selesai :Bagus, pertahankan seperti ini, anda masih punya 4 menit lagi.
Menit 3 selesai :Anda melakukannya dengan baik, sudah setengah jalan .
Menit 4 selesai :Anda sudah baik melakukannya, tinggal 2 menit lagi.
Menit 5 selesai :Anda sudah baik melakukannya, tinggal 1 menit lagi.
Menit 6 selesai : finish .
Nilai prediksi
Pria
: 6 MWD = (7.57 x TBcm)-(5.02 x umur)-(1.76 x BBkg)- 309 m
Wanita : 6 MWD = (2.11 x TBcm)-(2.29 x BBkg)-(5.78 x umur) + 667 m
Daftar Pustaka :
Cheevers, Alison. Pettersen, Cathrine. (2007). Astrand Bike Test. Hogeschool van Amsterdam.
Amsterdam Institute of Allied Health Education. European School of Physiotherapy.
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC
Toone, Rebecca. (2015). Astrand & Rhyming Submaximal Test. Departemen for Health.
University of BATH.
American Thoracic Society Statement Guidelines for the six minute walk test. Am J Respir Crit
Care Med. 2002;(166):111-7