Seorang pria berusia 60 tahun datang ke klinik penyakit dalam dengan keluhan luka di kaki
kanan yang tidak sembuh sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya luka tersebut disebabkan karena
tertusuk duri saja dan sudah diobati oleh mantri kesehatan di kampung. Satu minggu kemudian
luka bertambah luas. Kemudian dibawa kembali berobat ke mantri dan disarankan berobat ke
dokter umum.
Kemudian saat berobat ke dokter umum didapatkan keluhan banyak makan, minum, dan
kencing serta penurunan berat badan. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium
darah meliputi gula darah sewaktu dan puasa maka dokter merujuk pasien ke rumah sakit.
Karena pasien menolak untuk dirujuk ke rumah sakit, maka dokter memberikan obat minum dan
membersihkan luka serta memberikan edukasi kepada pasien tentang penatalaksanaan DM
berdasarkan five levels of prevention seperti pengaturan pola makan, aktivitas fisik, perawatan
luka dan mengenali tanda bahaya hiperglikemia dan hipoglikemia. Setelah pasien melakukan
semua intruksi dokter umum dimana ia berobat, luka yang dialaminya semakin kering dan
semua keluhan yang ia rasakan semakin berkurang.
Terms
Hiperglikemia : kadar glukosa dalam darah tinggi
Hipoglikemia : kadar glukosa dalam darah rendah
Anatomi pankreas
Dorsal ventriculus (gaster)
Tepi ventral melintang mesocolon transversum
Terletak pada VL2 (tepat di corpus pancreaticus)
Eksokrin : getah pankreas melalui ductus pancreaticus major dan accesorius
Endokrin : insulin dan glukagon melalui darah langsung
Terdiri atas :
Caput pancreatis
Lengkung menonjol pada duodenum
Processus uncinatus, menonjol ke arah kiri cranial (ke arah ductus
billiaris)
Dorsal caput ditemukan v.cava inf, a.ren dextra, v.ren dextra-sinistra
Collum pancreatis
Corpus pancreatis
Di tepinya terdapat a.splenica
Ventral ditutupi peritoneum bersama dengan gaster
Cauda pancreatis
Condong ke arah kiri abdomen
Ujungnya menyentuh hilum splenicum
Sistem ductus
Papilla duodeni major
M.sphincter ampullae hepatopancreatica (Oddi)
M.sphincter ductus pancreaticus : Ductus pancreaticus major (wirsung)
M.sphincter ductus choledochus : Ductus choledochus
Ductus cycsticus : vesica billiaris
Ductus hepaticus communis
Ductus hepatis dexter-sinister
Papilla duodeni minor
Berupa insula pancreatica (pulau langerhans) yang terdiri atas sel endokrin
insula (endokrinosit), dan kapiler darah
Ditutupi oleh kapsul jaringan ikat
Sel A
Penghasil hormon glukagon
Respons terhadap kadar glukosa darah rendah
Membantu perub.glikogen, asam amino, asam lemak di hepatosit menjadi
glukosa
Sel B
Penghasil hormon insulin
Respons terhadap kadar glukosa darah tinggi setelah makan
Fungsi : meningkatkan transpor membran glukosa ke dalam sel otot,
adiposit, hepatosit (mempercepat konversi glukosa menjadi glikogen)
Sel D
Penghasil hormon somatostatin
(-) terhadap aktivitas sekretorik sel A dan sel B
Sel PP
Penghasil hormon polipeptida pankreas
Penghambat kerja eksokrin pankreas (sekret enzim pencernaan dan
alkali)
1. Mampu menerapkan metabolisme karbohidrat dan protein dalam kelainan endokrin,
metabolisme dan nutrisi.
Peran nutrien
Karbohidrat : sumber energi pertama
Lemak : cadangan energi utama, sumber energi puasa
Protein : cadangan terakhir, sumber glukosa otak selama puasa
Keton : sumber energi otak kedua setelah glukosa, menghemat protein tubuh
Metabolisme bahan bakar
Katabolisme : penguraian makromolekul menjadi mikromolekul
Respirasi aerob
Glikolisis
Penguraian 1 molekul glukosa menjadi 2 asam piruvat (3C)
Pelepasan 2 ATP + 2 NADH
Sitoplasma sel
Dekarboksilasi oksidatif
Oksigen diperlukan
Penguraian 2 asam piruvat menjadi 2 acetil coA
Pelepasan 2 CO2 + 2 NADH
Matriks mitokondria
Siklus Crebs
(Isositrat-akonitrat-sitrat-oksalosuksinat-alfaketogutarat)
Oksigen diperlukan
Penguraian 2 acetil coA menjadi asam sitrat (atau badan keton di hati)
Pelepasan 2 ATP + 6 NADH + 2 FADH2 + 4 CO2
Matriks mitokondria
Fosforilasi transfer oksigen
Cristae mitokondria
Hasil akhir : 38 ATP + 6 CO2 + 6 H2O
FADH2 : 2 ATP
NADH : 3 ATP
Respirasi anaerob
Glikolisis
Glukosa menjadi 2 asam piruvat + 2 ATP
Asam piruvat tidak diubah ke dalam bentuk acetil coA karena anaerob
Asam piruvat diubah ke dalam bentuk 2 asam laktat
Hasil akhir : 2 ATP + 2 asam laktat
Anabolisme : penyusunan makromolekul dari mikromolekul
Interkonversi antarmolekul :
Glikogenesis : glukosa ke glikogen
Glikogenolisis : glikogen ke glukosa
Glukoneogenesis : asam amino ke glukosa
Sintesis protein : asam amino ke protein
Penguraian protein : protein ke asam amino
Lipogenesis : asam lemak + gliserol ke trigliserida
Lipolisis : trigliserida ke asam lemak + gliserol
Simpanan bahan bakar metabolik
Karbohidrat - glukosa - glikogen (hati + otot)
Lemak - asam lemak + monogliserida - trigliserida (adiposa)
Protein - asam amino - protein tubuh (otot)
Kelebihan nutrien
Asam amino - glukosa dan asam lemak - trigliserida
Glukosa - asam lemak - trigliserida
Asam lemak - trigliserida
Trigliserida berlebih, dibuang dalam bentuk energi metabolik sel, respirasi sel : CO2 +
H2O + ATP
Vitamin dan asam amino esensial tidak dapat dibentuk tubuh dari molekul organik tipe
lain
Status metabolik
Keadaan absorptif (kenyang)
Keadaan sesaat setelah makan
Terjadi selama 4 jam
Pemakaian glukosa sebagai energi utama
Sisa glukosa tak terpakai, disimpan dalam bentuk glikogen dan trigliserida
Keadaan pasca-absorptif (puasa)
Terjadi setelah 4 jam makan
Penghematan glukosa di hati untuk sumber energi otak
Asam lemak sebagai sumber energi utama jaringan independen glukosa
Katabolisme protein
Asam amino digunakan untuk glukoneogenesis
Peran jaringan dalam status metabolik
Hati : pertahanan kadar glukosa darah, melepas glukosa atau membentuk glikogen
Adiposa : penyimpanan energi utama
Otot : pemakai energi utama
Otak : pemakai glukosa utama esensial
Jalur metabolik bersama glukosa-as.amino-gliserol
Glukosa - glukosa 6 fosfat - glikogen
Glukosa 6 fosfat - triosa fosfat - piruvat - laktat
Triosa fosfat - gliserol - trigliserida
Piruvat - acetil coA - oksaloasetat - asam amino - protein - urea
Acetil coA - asam lemak bebas - trigliserida
Ikatan silang antara sel T, sel B, antigen, dan sel B pankreas, menyebabkan
marking pada sel B pankreas
Ketika virus yang sama menyerang, sel B pankreas ikut diserang oleh
autoantibodi sel B (HLA:human lyeukosit antibodi) plasma yang sudah
mengenalinya
Sel B pankreas rusak dan tidak dapat mensekretkan insulin
DM tipe 2
Disebabkan karena adanya sifat familial somatik yang kuat dari generasi DM
Sel tubuh yang dependent insulin menghasilkan (transkrip) reseptor insulin yang
kurang sempurna :
Daya proliferatif reseptor kurang, jumlah yang berikatan dengan insulin
sedikit
Insulin yang dihasilkan tidak memberikan respon intrasel (misal:aktivasi
kreatin kinase dalam membentuk cascade)
GLUT intrasel kurang sensitif terhadap respon intrasel dari reseptor
Akibatnya jaringan perifer bersifat kebal terhadap ikatan insulin
Insulin tidak dapat membuka kanal GLUT, akhirnya glukosa tidak bisa masuk
dan dipakai sel tubuh
Patofisiologi DM
Insulin menurun, glukagon meningkat
Efek katabolik lebih tinggi dibandingkan efek anabolik
Efek metabolik karbohidrat
+glikogenolisis +glukosa darah
Resistensi insulin, atau karena kurangnya sekresi insulin
Glukosa sirkulasi tidak dapat masuk memulai metabolisme sel
Sel tubuh kekurangan glukosa dan lapar seluler (polifagia)
Kadar glukosa menumpuk di sirkulasi darah, LFG meningkat
Glomerulus ginjal melebih ambang batas untuk glukosa yang harus difiltrat, glukosa
hasil filtrat berlebih
Perbedaan osmolaritas antara tubulus dan kapiler ginjal, menyebabkan air disekresikan
lebih banyak (encer ke pekat)
Banyaknya air yang hilang dari kapiler ke tubulus untuk dibuang bersama urine (poliuria)
menyebabkan dehidrasi
Pusat haus di hipotalamus yang mengatur osmolaritas CES dan CIS aktif, menyebabkan
rasa haus berlebih (polidipsi)
Karena sel lebih hipotonik dibandingkan plasma darah, maka sel mengalami penyusutan
(krenasi), berpengaruh pada sel saraf (neuropati)
Plasma darah yang hipertonik mengalami hipovolimia karena dehidrasi sel
Aliran darah ke sirkulasi perifer menurun, menyebabkan mikro/makroangipati dan
terkadang kesemutan
Penimbunan glikoprotein di sirkulasi perifer banyak terjadi karena kurangnya pelarut
plasma (air)
Efek metabolik lemak
Lipolisis sering terjadi akibat pemecahan glukosa yang tidak terpakai oleh sel
Hasil katabolik trigliserida berupa asam lemak dan gliserol kadarnya tinggi dalam darah
Asam lemak diuraikan lagi menjadi bentuk acetil coA - aseton, 3B hidroksibutirat,
as.asetoasetat
Tingginya kadar badan keton membuat H+ darah menumpuk, menyebabkan
ketoasidosis
Asidosis
Meningkatnya badan keton menyebabkan H+ bebas di sirkulasi naik
Menyebabkan asidosis, pH -7.4
Kompensasi ke alkalosis (gejala komplikasi)
Nyeri abdomen, mual, muntah
H+ bebas dalam darah karena ketosis dibuang melalui muntah
Hiperventilasi (pernapasan kussmaul:pola nafas cepat dan dalam)
CO2 senyawa pembentuk H2CO3 dengan ikatannya trhdp H2O
H2CO3 bersifat asam dalam tubuh
CO2 banyak dikeluarkan melalui respirasi yang berlebih
Keluarnya CO2 menyebabkan H2CO3 tidak banyak terbentuk
Ditemukan HCO3- di bawah normal dalam urine
HCO3- direabsorpsi lebih banyak untuk mengikat H+ bebas dalam
darah, selebihnya disekresikan
DM tipe 2
Sekresi insulin relatif dengan resistensi insulin perifer
Gejala komplikasi yang dapat timbul : HHNK (hiperglikemia, hiperosmolar, nonketosis)
Non-ketosis - dehidrasi
Non-ketosis
Sekresi insulin masih bersifat relatif tidak absolut
Insulin yang masih cukup adekuat, tidak membuat kadar glukagon darah
meningkat tinggi
Insulin masih mampu melebihi aktivitas anaboliknya dibanding katabolik
glukagon
Asam lemak bebas dari trigliserida tidak banyak dilisiskan sehingga H+
darah masih dalam kadar normal
Dehidrasi
Tidak menimbulkan ketosis, namun karena terlalu hiperosmolar
disebabkan hiperglikemia yang tinggi, dapat dehidrasi akut
Dehidrasi menyebabkan lemah (fatigue), kulit, bibir, kering, pusing
Kebanyakan asimptomatik
4. Mampu menjelaskan penatalaksanaan diabetes melitus meliputi anamnesa,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan terapi.
Gejala khas (klasik) DM
Poliuria : eksresi urine berlebih
Pada kadar glukosa darah mencapai 160-180 mg/dL menyebabkan glikosuria
Polidipsia : minum air berlebih, terus haus
Polifagia : makan berlebih, tidak kenyang
BB turun tanpa sebab
Gejala lain DM
Gejala yang timbul bisa karena adanya komplikasi
Lemah
Kesemutan
Gatal
Mata kabur
Disfungsi ereksi pria
Pruritus vulvae wanita : sensasi gatal pada vulva (vagina, hymen, labium minus)
Individu beresiko DM
DOA pendek
T1/2 4-5 jam (pendek : aman pada diabetesi lansia)
Klorpropamid
T1/2 32 jam
Metabolisme perlahan di hati, diekskresikan dlm bentuk utuh di
urine (kurang aman pada lansia, insufesiensi hati atau ginjal)
Tolazamid
Potensi sama dengan klorpropamid
DOA pendek
Absorpsi paling lambat
T1/2 7 jam
Generasi kedua
Gliburid
Glipizid
T1/2 terpendek 2-4 jam (jarang menimbulkan hipoglikemik
dibanding gliburid)
Dapat disesuaikan dengan jadwal makan diabetesi
Menghindari terjadinya HAP (hiperglikemik akut pascaprandial)
Diminum 30 menit sebelum prandial untuk membantu absorpsi
obat
Glimepirid
Dosis yang diperlukan paling rendah untuk gol.sulfonilurea jenis
manapun
T1/2 5 jam (dapat diberikan sehari sekali +kepatuhan pasien)
DOA relatif lama
Dosis : 1 mg/hari (max. 8 mg/hari) segera sebelum makan
Meglitinid
Farmakodinamik
Membantu pelepasan insulin sel B pankreas dengan jalan menutup K channel
Farmakokinetik
Repaglinid
ODA sangat cepat 1 jam setelah ditelan
DOA 5-8 jam
T1/2 1 jam
Mengendalikan adanya HAP
Diminum sebelum prandial
Dosis : 0.5 mg/hari 30 menit sebelum makan
Derivat D-fenilalanin
Farmakodinamik
Membantu pelepasan insulin dengan pengaruhnya pada K channel sensitif ATP
Membantu sekresi fase 1 dalam mencegah HAP
Memperkuat respon sekretorik insulin terhadap beban glukosa oral, tidak pada
normoglikemia
Tidak banyak menimbulkan hipoglikemia
Farmakokinetik
Nateglinid
T1/2 1.5 jam (pendek : aman di hati dan ginjal)
Absorpsi 20 menit
Biguanida
Tidak menyebabkan penaikkan BB, baik bagi diabetesi gemuk
Farmakodinamik
Kortisol dan GH
Bekerja pada lemak dan otot, +glukoneogenesis
Resiko terjadinya hipoglikemia
Pasien DMT1 yang menjalani terapi insulin intensif (dominan) atau
standar
Pasien DMT2 yang menjalani terapi sulfonilurea atau insulin
standar
2 jam sesudah makan sampai waktu makan berikutnya
Menjelang makan berikutnya dan malam hari
Gejala klinis
Aktifnya epinefrin karena jalur simpatis hipotalamus menyebabkan :
Otonomik
Berkeringat
Palpitasi
Tremor
Lapar
Neuroglikopenik
Bingung
Mengantuk
Sulit berbicara
Inkoordinasi
Perilaku berbeda
Gangguan visual
Parestesi (perasaan sakit abnormal, kesemutan, rasa
terbakar, ditusuk-tusuk)
Malaise (perasaan tidak nyaman samar-samar)
Mual
Sakit kepala
Triad whipple untuk penegakkan diagnosis
Keluhan yang menujukkan gula darah rendah
GDS -3 mmol/L
Keluhan hilang secara cepat sesudah kelainan biokimia dikoreksi
Pengobatan
Pemberian glukosa oral (10-20 gr) atau IV (75-100 mL 20persen)
Pemberian hormon glukagon (1 mg) secara IM untuk memicu
glikogenolisis otot
Komplikasi kronik jangka panjang
Mikroangiopati
Retinopati
Mikroaneurysm arteriola retina menyebabkan perdarahan,
neovaskularisasi dan jar.parut (kebutaan)
Dilihat melalui funduskopi
Pengobatan : fotokoagulasi retina
Nefropati
Hipertrofi ginjal
Peningkatan GFR
Mikroalbuminuria
Proteinuria
Hipertensi
Neuropati