Anda di halaman 1dari 14

Nama

: Wulan Dari

Nim

: 11101-067

Judul

: Pemeriksaan Fisik Neurologi Test Koordinasi dan Pemeriksaan


Penunjang

Pembimbing : dr. Asril Tanjung, Sp.S

PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGI TEST KOORDINASI


Koordinasi untuk melakukan gerakan-gerakan komplek terutama diperankan
oleh serebelum. Dasar dari koordinasi ini ialah kerja sama otot-otot yang antagonistik
hongga menghasilkan gerakan yang tangkas dan tepat. Ketidakmampuan koordinasi
otot ini akan terjelma dalam bentuk kelainan ataxi, dismetri, disdiadokokenesis dan
tremor kasar. Semua kelainan tersebut terjadi pada gerakan volunteer. Pemeriksaan
test koordinasi terdiri dari:1.2
1. Observasi pada saat pasien melakukan gerakan-gerakan biasa
Sebelum melakukan test, perlu diobservasi gerakan-gerakan yang dilakukan
oleh pasien selama anamnesis, selama ia menanggalkan pakaian, mengambil
benda dan gerakan lain. Perlu diperhatikan kecepatan, ketangkasan, dan
ketepatan dari gerakan-gerakan tadi.
2. Test jari-hidung
Dari sikap lengan ekstensi penuh, pasien disuruh menunjuk hingnya sendiri
kemudian menunjuk jari telunjuk pemeriksa secara berganti-ganti. Jari
telunjuk pemeriksa berpindah-pindah posisi selama test berlangsung. Pasien
diminta untuk melakukan gerakan ini perlahan kemudian makin cepat dan
sebaliknya. Test dilakukan untuk tangan kanan dan kiri. Interpretasinya:
positif apabila tidak dapat menunjuk hidung dengan benar, dan negative dapat
menunjuk hidung dengan benar.

Gambar 1. Test jari-hidung


3. Test tumit-lutut
Mintalah pasien berbaring dengan kedua tungkai diluruskan, kemudian pasien
diminta menempatkan salah satu tumitnya diatas lutut tungkai lainnya.
Kemudian menggerakkan tumit tersebut menyusuri tulang tibia kea rah distal
sampai dorsum kaki dan ibu jari kaki. Gerakan dilakukan berulang-ulang
mula-mula perlahan kemudian makin cepat. Interpretasinya: positif apabila
tidak dapat melakukan gerakan dengan benar, dan negative dapat melakukan
gerakan yang benar.

Gambar 2. Test tumit-lutut


4. Test pronasi-supinasi
Dalam sikap duduk, pasien disuruh meletakkan tangan di atas bagia distal
paha, mula-mula secara pronasi (telapak tangan kebawah) kemudian supinasi

(telapak tangan ke atas) dan gerakan-gerakan ini dilakukan secara bergantiganti mula- mula perlahan makin lama makin cepat. Interpretasinya: positif
apabila tidak dapat melakukan gerakan dengan benar, dan negative dapat
melakukan gerakan yang benar.

Gambar 3. Test pronasi-supinasi


5. Inspeksi cara berjalan (Gait)
Mintalah pasien berjalan menuruti garis lurus dengan mata terbuka
dan tertutup. Perhatikan panjang langkahnya dan lebar jarak kedua
telapak kakinya. interpetasi :

Positif = Tampak kelainan gait abnormal

Negatif = Tidak tampak kelainan gaya berjalan.


6. Test Rombreg
Tes Romberg dilakukan dengan cara meminta pasien untuk berdiri dengan
kedua kaki berdekatan satu sama lain dengan mata terbuka. Setiap bergoyang
signifikan atau kecenderungan untuk jatuh dicatat. Pasien kemudian diminta
untuk menutup matanya., biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik.
Selain melihat munculnya

goyangan

pada pasien, penting juga untuk

memperhatikan berat ringannya goyangan serta posisinya timbulnya goyangan


(bergoyang dari pinggul atau pergelangan kaki seluruh tubuh). Demi
keamanan pasien dokter harus berada di sekitar pasien (dapat menghadap
pasien atau di sisinya) dengan tangan direntangkan di kedua sisi pasien untuk

mendukung (tanpa menyentuh pasien). Tes Romberg ini dianggap positif jika
ada ketidakseimbangan yang

signifikan dengan mata tertutup atau

ketidakseimbangan secara signifikan memburuk pada saat menutup mata (jika


ketidakseimbangan sudah ada mata terbuka). Interpretasi: Positif = terjatuh
saat menutup mata. Negatif = tidak terjatuh saat menutup mata

Gambar 4. Test Romberg

A.

1.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium3,4,5
Darah rutin
Pemeriksaan panel hematologi (hemogram) terdiri dari leukosit, eritrosit,
hemoglobin, hematokrit, dan trombosit.
Hematokrit (Hct)
Hematokrit menunjukan persentase sel darah merah tehadap volume

darah total.
Nilai normal: Pria : 40% - 50 %
Wanita : 35% - 45%
Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin adalah komponen yang berfungsi sebagai alat transportasi


oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2).
Nilai normal : Pria : 13 - 18 g/dL
Wanita: 12 - 16 g/dL
Implikasi klinik :

Eritrosit (sel darah merah)


Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paruparu ke jaringan tubuh dan mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paruparu oleh Hb.
Nilai normal: Pria: 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3
Wanita: 3,8-5,0 x 106 sel/mm3

Leukosit (sel darah putih)


Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh
dengan memfagosit organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/
mendistribusikan antibodi. Ada dua tipe utama sel darah putih:

Granulosit: neutrofi l, eosinofi l dan basofi l

Agranulosit: limfosit dan monosit


(Nilai normal : 3200 10.000/mm3)

Trombosit (platelet)
Trombosit adalah elemen terkecil dalam pembuluh darah. Trombosit
diaktivasi setelah kontak dengan permukaan dinding endotelia. Trombosit

terbentuk dalam sumsum tulang. Masa hidup trombosit sekitar 7,5 hari.
Sebesar 2/3 dari seluruh trombosit terdapat disirkulasi dan 1/3 nya
terdapat di limfa.
(Nilai normal : 170 380. 103/mm3)
2. Kimia klinik darah

Glukosa darah adrandum


Glukosa dibentuk dari hasil penguraian karbohidrat dan perubahan
glikogen dalam hati. Pemeriksaan glukosa darah adalah prosedur skrining
yang menunjukan ketidakmampuan sel pankreas memproduksi insulin,
ketidakmampuan usus halus mengabsorpsi glukosa, ketidakmampuan sel
mempergunakan glukosa secara efisien, atau ketidakmampuan hati
mengumpulkan dan memecahkan glikogen. Glukosa sewaktu (random)
adalah uji glukosa darah yang dapat dilakukan sewaktu-waktu tanpa harus
puasa terlebih dulu.
(Nilai normal: 80 140 mg/dL)

Gula darah puasa

3. Lipid profile

Kolesterol total

Nilai normal: < 200 mg/ dl

Nilai batas: 200 239 mg/ dl

Risiko tinggi: 240 mg/ dl

LDL (low density lipoprotein)

Nilai normal : <130 mg/dL

Nilai batas : 130 - 159 mg/dL

Risiko tinggi: 160 mg/dL

Implikasi klinik :

Nilai LDL tinggi dapat terjadi pada penyakit pembuluh darah


koroner atau hiperlipidemia bawaan. Peninggian kadar dapat
terjadi pada sampel yang diambil segera. Hal serupa terjadi pula
pada hiperlipoproteinemia tipe Ha dan Hb, DM, hipotiroidism,
sakit kuning yang parah, sindrom nefrotik, hiperlipidemia bawaan
dan idiopatik serta penggunaan kontrasepsi oral yang mengandung
estrogen.

Penurunan LDL dapat terjadi pada pasien dengan hipoproteinemia


atau lfa-beta-lipoproteinemia.

HDL (High density lipoprotein)


HDL merupakan produk sintetis oleh hati dan saluran cerna serta

katabolisme trigliserida
(Nilai normal : Dewasa: 30 - 70 mg/dL)
Implikasi klinik:

Terdapat hubungan antara HDL kolesterol dan penyakit arteri


coroner

Peningkatan HDL dapat terjadi pada alkoholisme, sirosis bilier primer,


tercemar racun industri atau poliklorin hidrokarbon. Peningkatan kadar
HDL juga dapat terjadi pada pasien yang menggunakan klofi brat,
estrogen, asam nikotinat, kontrasepsi oral dan fenitoin.

Penurunan HDL terjadi dapat terjadi pada kasus fi brosis sistik, sirosis
hati, DM, sindrom nefrotik, malaria dan beberapa infeksi akut.
Penurunan HDL juga dapat terjadi pada pasien yang menggunakan
probucol, hidroklortiazid, progestin dan infus nutrisi parenteral.

Trigliserida
Trigliserida ditemukan dalam plasma lipid dalam bentuk kilomikron

dan VLDL (very low density lipoproteins) Nilai normal : Dewasa yang
diharapkan

o Pria : 40 - 160 mg/dL


o Wanita : 35 - 135 mg/dL
Implikasi klinik

Trigliserida meningkat dapat terjadi pada pasien yang mengidap sirosis


alkoholik, alkoholisme, anoreksia nervosa, sirosis bilier, obstruksi
bilier, trombosis cerebral, gagal ginjal kronis, DM, Sindrom Downs,
hipertensi, hiperkalsemia, idiopatik, hiperlipoproteinemia (tipe I, II,
III, IV, dan V), penyakit penimbunan glikogen (tipe I, III, VI), gout,
penyakit iskemia hati hipotiroidism, kehamilan, porfi ria akut yang
sering kambuh, sindrom sesak nafas, talasemia mayor, hepatitis viral
dan sindrom Werner,s

Kolestiramin, kortikosteroid, estrogen, etanol, diet karbohidrat,


mikonazol i.v, kontrasepsi oral dan spironolakton dapat meningkatkan
trigliserida.

Penurunan trigliserida dapat terjadi pada obstruksi paru kronis,


hiperparatiroidism, hipolipoproteinemia, limfa ansietas, penyakit
parenkim hati, malabsorbsi dan malnutrisi.

Vitamin C, asparagin, klofi brat dan heparin dapat menurunkan


konsentrasi serum trigliserida.

4. Faal ginjal

Ureum
(Batas normal dari ureum: 20 40 mg /dl)

Kreatinin
Tes ini untuk mengukur jumlah kreatinin dalam darah. Kreatinin

dihasilkan selama kontraksi otot skeletal melalui pemecahan kreatinin fosfat.


Kreatinin diekskresi oleh ginjal dan konsentrasinya dalam darah sebagai
indikator fungsi ginjal. Pada kondisi fungsi ginjal normal, kreatinin dalam
darah ada dalam jumlah konstan. Nilainya akan meningkat pada penurunan
fungsi ginjal. Kreatinin adalah produk antara hasil peruraian kreatinin otot dan

fosfokreatinin yang diekskresikan melalui ginjal. Produksi kreatinin konstan


selama masa otot konstan. Penurunan fungsi ginjal akan menurunkan ekskresi
kreatinin
(Nilai normal : 0,6 1,3 mg/dL)

Asam urat
Asam urat terbentuk dari penguraian asam nukleat. Konsentrasi urat

dalam serum meningkat bila terdapat kelebihan produksi atau destruksi sel
(contoh psoriasis, leukemia) atau ketidakmampuan mengekskresi urat melalui
ginjal
Nilai normal:

Pria ; 15tahun:3,6-8,5mg/dL
Wanita;> 18 tahun: 2,3 6,6 mg/dL

5. Elektrolit
Natrium
Natrium adalah slah satu mineral yang banyak terdapat pada cairan
elektrolit ekstraseluler, mempunyai efek menahan air dan berfungsi untuk
mempertahankan cairan dalam tubuh, mengaktifkan enzim, sebagai konduksi
impuls saraf.
(Nilai normal 135 -145 mEq/L)

Kalium
Kalium merupakan elektrollit tubuh yang terdapat pada cairan vaskuler

(pembuluh darah), 90% dikeluarkan melalui urin.


(Nilai normal 3,5 5,0 mEq/L)

Clorida
Merupakan elektrolit bermuatan negative, banyak terdapat pada cairan

ekstraseluler yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan cairan


tubuh. Chloride sebagian besar terikat dengan natrium membentuk NaCL.
(Nilai normal 95 105 mEq/L)
B.

Pemeriksaan radiologi2

1.

Rotgen
a)

Foto tengkorak
Dapat dilakukan dalam beberapa proyeksi: lateral kanan dan kiri, AP,

basis cranii dan beberapa foto khusus misalnya: sinus paranasal. Hal- hal yang
perlu diperhatikan dalam menilai foto tengkorak adalah:
Tulang atap tengkorak, dilihat bagaimana tabula eksterna /interna,
diploe. Pada tumor terentu misalnya, meningioma terlihat adanya
endostosis (penonjolan kedalam tabula interna).
Sutura sagitalis, koronaria. Pada anak-anak sutira sagitalis belum
menutup.
Sella tursika. Penting diperhatikan jika ada proses tekanan tinggi
intrkranial misalnya pada tumor, perdarahan kronis, hidrosefalus lama,
maka mula-mula yang hancur adalah sella tursika dimulai dengan
penipisan dorsum sella. Pada tumor hipofise akan didapat adanya
gambaran yang disebut ballooning sella.
Os temporale. Biasanya pada trauma kapitis yang berat sering
mengalami fraktur, hal ini merupakan keadaan yang berbahaya karena
dapat menimbulkan perdarahan subarachnoid.
Vascular marking. Gambaran pembuluh darah yang bertambah pada
tulang tengkorak.
Sinus paranasalis. Pada keadaan infeksi misalnya abses akan terlihat
adanya perselubungan. Juga perlu dilihat bagaiman keadaan tulang
mastoid.
Beberapa kelainan yang dijumpai dalam penilaian foto tengkorak:

Kelainan kongenital atau bawaan misalnya tulang tengkorak yang kecil


(mikrosefali).

Pada trauma kapitis dicari adanya fraktur

Penyakit-penyakit tulang dilihat adanya penghancuran tulang atau


osteoblastik atau adanya pembentukan tulang baru.

Perkapuran yang normal: kelenjer pineal pada sepertiga orang dewasa,


plexus choroideus, duramater. Yang abnormal: beberapa jeni tumor otak,
perdarahan yang lama, tuberkuloma

Tekanan tinggi intracranial dan proses desak ruang (terutama yang


kronis). Pertama akan terlihat sella tursika yang hancur atau rusak,
adanya impresiones digitae yaitu adanya gambaran seperti awan yang
berkabut diseluruh tulang tengkorak.

b)

Foto tulang belakang


Dilakukan dari proyeksi AP, PA, lateral kanan dan kiri, oblik kanan dan

kiri. Tulang belakang terdiri dari ruas servikal (7), thorakal (12), lumbal (5),
dan sacral (5). Yang perlu diperhatikan:

Bentuk dari tulang belakang, adanya lordosis dipinggang atau


servikal

Perhatikan kelainan bentuk seperti scoliosis yang diakibatkan


oleh HNP atau adanya kifosis yang disebabkan adanya
spondilosis TBC.

Korpus vertebrae, bentuknya masih normal atau bias mengalami


destruksi oleh penyebaran dari tempat lain atau oleh karena
proses peradangan ataupun karena proses trauma.

Spatium untervertebralis, celah antara dua corpus vertebrae


berisi discus intervertebralis bias terdorong keluar misalnya pada
proses HNP.

Foramen intervertebralis yang akan dilewati saraf spinal. Jika


saraf spinal di bagian radix timbul suatu neurinoma maka akan
tumbuh keluar melalui foramen tersebut, jadi apabila pada foto
oblik ditemukan adanya pelebaran foramen dicurigai adanya
tumor.

Keadaan-keadaan yang dapat dijumpai pada foto tulang belakang


Anomalic kongenital
Fraktura/ dislokasi
Radang atau inflamasi
Tumor tulang.
Khusus untuk pemotreatan lumbosacral sebaiknya disisapkan satu hari
sebelumnya. Penderita diberi laxans.
2.

CT Scan
Penggunaan computer tomography (CT) dimulai sejak tahun 1972 oleh sarjana

Hounsfield di inggris. Pemeriksaan ini didasarkan atas pemotretab rontgenologis dari


banyak slice dari berbagai arah yang diatur oleh computer. Pemeriksaan ini sangat
berguna untuk menentukan lesi di otak atau di tempat lain, juga dengan pemeriksaan
ini dapat diketahui etiologi stroke secara pasti apakah disebabkan infark atau
perdarahan. Disbanding pemeriksaan angiografi. Pemeriksaan ini relative lebih aman
karena umumnya digunakan non invasive. Dengan diketahuinya secara tepatlokasi
dari lesi apakah suatu tumor maupun suatu perdarahan otak tentu ini akan
memengaruhi penatalaksanaan yang lenih dini. Kendalanya biaya pemeriksaan cukup
mahal.
3.

MRI

MRI

(magnetic

resonance

imaging) adalah

pemeriksaan

yang

akan

menghasilkan gambar otak dengan jelas tanpa menggunakan sinar-X. Untuk


menghasilkan gambar yang akurat, MRI memanfaatkan magnet besar, gelombang
radio, dan komputer. Keuntungan penggunaan MRI - tidak terpapar radiasi diferensiasi yang lebih baik antara abu-abu dan putih sehingga sangat baik pada
diagnosa MS dan infrak lakunar - gambaran lebih baik pada fossa posterior gambaran lebih baik pada medula spinal - visualisasi lebih baik secara noninvasif
menggunakan MR angiografi. MRI paling sering digunakan untuk menguji
pencitraan otak dan saraf tulang belakang. MRI pada otak juga dapat dimanfaatkan
untuk pertimbangan langkah operasi otak dengan melakukan identifikasi area bahasa
dan kendali gerakan yang penting. Beberapa penyakit pada otak dan saraf tulang
belakang yang dapat didiagnosis dengan MRI, antara lain stroke, tumor,
aneurisma, multiple sclerosis, cedera saraf tulang belakang, serta gangguan mata dan
telinga bagian dalam.

DAFTAR PUSTAKA
1. Judana, A et al. Pedoman praktis pemeriksaan neurologi. FKUI. Jakarta
2. Nurimaba et al. Diktat neurologi dasar ilmu penyakit saraf FK Unpad.
Bandung: 1993
3. Stein SM. BOHS Pharmacy practice manual: a guide to the clinical experience. 3rd
ed. 2010. Lippincott Williams & Wilkins.

4. Hughes J. Use of laboratory test data: process guide and reference for pharmacists.
2004. Pharmaceutical Society of Australia.

5. Kailis SG, Jellet LB, Chisnal W, Hancox DA. A rational approach to the
interpretation of blood and urine pathology tests. Aust J Pharm 1980 (April): 221-30

6. KDOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation,


Classifi cation, and Stratifi cation. 2000. National Kidney Foundation.

Anda mungkin juga menyukai