Tentir Modul Gastrointestinal KULIAH 6,7,9
Tentir Modul Gastrointestinal KULIAH 6,7,9
GASTROINTESTINAL
KULIAH 6,7,9
Core Team:
Bila, Aghis, Arif, Fira, Felix, Nichi,
Venita, Devi, Elita, Andy, Fitri
GASTER
Abnormalitas Gaster
1. GERD (gastro esophageal reflux disease)
- keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke
dalam esophagus, dengan berbagai gejala yang timbul akibat dari
keterlibatan esophagus, faring, laring, dan saluran nafas
- Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas merupakan
standar baku untuk diagnosis GERD dengan ditemukannya mucosal
break di esophagus
- Dengan melakukan pemeriksaan endoskopi dapat dinilai perubahan
makroskopik dari mukosa esophagus, serta dapat menyingkirkan
keadaan patologis lain yang dapat menimbulkan gejala GERD. Jika
tidak ditemukan mucosal break pada pemeriksaan endoskopi
saluran cerna bagian atas pada pasien dengan gejala khas GERD,
keadaan ini disebut non-erosive reflux disease (NERD)
- Ditemukannya kelainan esofagitis pada pemeriksaan endoskopi
yang dipastikan dengan pemeriksaan histopatologi (biopsi), dapat
mengkonfirmasikan bahwa gejala heartburn atau regurgitasi
tersebut disebabkan oleh GERD.
- Pemeriksaan histopatologi juga dapat memastikan adanya Barretts
esophagus, displasia, atau keganasan. Tidak ada bukti yang
mendukung perlunya pemeriksaan histopatologi/biopsy pada NERD.
- Terdapat beberapa klasifikasi kelainan esofagitis pada pemeriksaan
endoskopi pada pasien GERD, antara lain klasifikasi Los Angeles dan
klasifikasi Savarry-Miller.
Klasifikasi Los Angeles
Derajat
Gambaran endoskopi
kerusakan
A
Erosi kecil-kecil pada mukosa esophagus dengan
diameter < 5 mm
B
C
D
2. Gastritis
- peradangan pada dinding mukosa lambung sehingga menjadi
merah, bengkak, berdarah dan luka, dikenal dengan maag; dapat
bersifat akut, kronis, difus, atau lokal
- Gastritis akut biasanya disebabkan oleh lesi sterss pada penderita
sakit berat, obat-obatan (aspirin, NSAID, alkohol, dll.), trauma
(pemasangan NGT, endoskopi, radiasi, dll.), infeksi (sering oleh H.
pylori)
- Gastritis kronis dibagi menjadi 2 tipe besar, yaitu tipe A merupakan
gastritis autoimun dan gastritis tipe B disebabkan oleh Helicobacter
pylori, merokok, alkohol
- Diagnosis
Gastritis akut ditegakkan dengan endoskopi, dilanjutkan dengan
pemeriksaan histopatologi biopsi mukosa lambung, radiologis
dengan kontras ganda
- Gastritis kronis dapat dilakukan pemeriksaan : laboratorium untuk
mengetahui anemia, analisis cairan, uji schiling, kadar gastrin, tes
antibodi. Diagnosis ditegakkan dengan histopatologi biopsi mukosa
lambung atau bisa dengan gastroskopi
3. Ulkus peptikum
- Rusaknya atau hilangnya jaringan mukosa sampai lamina propria
pada berbagai saluran pencernaan makanan yang terpajan cairan
asam lambung, yaitu esophagus, lambung, duodenum, dan setelah
gastroenterostomi juga jejunum
- Sekitar 90% disebabkan oleh H. pylori, selebihnya disebabkan oleh
sekresi bikarbonat mukosa, ciri genetik, dan stress
- Diagnosis
4. Karsinoma gaster
Pemeriksaannya antara lain:
a. Gastroskopi dan biopsy
Okuda (1969) menemukan 94% pasien dengan tumor lambung
yang ganas dengan biopsi, sedangkan dengan sitologi lavase
hanya didapatkan 50%.
b. Endoskopi ultrasound
Alat ini digunakan untuk melihat sejauh mana tumor telah
menjalar.
c. Pemeriksaan darah pada tinja
Pada tumor lambung yang ganas sering didapatkan darah samar
dalam tinja (occult blood) sehingga perlu dilakukan tes Benzidin.
d. Sitologi
Pemeriksaan Papaniculou cairan lambung dapat memastikan
tumor ganas lambung dengan keakuratan hasil 80-90%,
tentunya perlu ditunjang dengan gastroskopi dan biopsi.
Untuk mendeteksi karsinoma gaster dapat dinilai dari macam2
penanda, seperti rasio pepsinogen I: pepsinogen II, produksi gastrin
LAB. EXAMINATION GASTRIC, DUODENAL & PANCREATIC JUICE
Perdarahan hematemesis (muntah darah) Complete Blood
Count, reticulocyte (1 stage sebelum erotrosit), hemostasis test,
fecal occult blood test
Kalau ada emesis bisa dilakukan analisis gas darah/pH, elektrolit
darah (NA, K, Cl)
SINDROM MALABSORPSI
Meliputi penyakit yang termasuk pada tiap defisiensi dari absorpsi
makanan yang esensial (lemak, vitamin, protein, karbohidrat,
mineral, dan air) dalam intestin
Klasifikasi berdasarkan maldigesti intraluminal (defisiensi pankreas
dan asam empedu) , malabsorpsi mukosa (defek brush border dan
abnormalitas epitel)
Salah satu contoh penyakitnya adalah Coeliac disease, merupakan
penyakit herediter di mana terjadi perubahan pada vilinya, sehingga
menyebabkan zat terutama gluten (dari gandum) sulit diabsorpsi.
Pemeriksaan yang biasanya dilakukan adalah gliedin
Jika terjadi malabsorpsi protein protein loss (albumin 40%)
edema, asites (penimbunan cairan dalam rongga abdomen)
Beberapa Tes Untuk Malabsorpsi
Tes Untuk Menilai Abnormalitas Mukosa
1. The d-xylose absorption test : Absorbsi xylose tidak lengkap
dimetabolisme di usus halus bagian proksimal, Abnormalitas ini
ditandai jika eksresi pada ginjal rendah kurang dari 4 gram urine
setelah pemberian 25 gr dosis oral. False positif terjadi pada renal
insufisiensi, hipertensi portal dan penggunaan NSAID.
2. Breath Hidrogen Test : Hidrogen dihasilkan dari fermentasi bakteri
dari karbohidrat, di mana akan meningkat pada pertumbuhan
bakteri dan intolerans laktosa. Hidrogen Breath Test akan mencapai
pucaknya 2 jam setelah pertumbuhan bakteri dan 3-6 jam pada
pasien dengan defisiensi laktase atau insufisiensi pankreas.
Membedakan defisiensi laktase dan insufisiensi pankreas,
pemberian enzim pankreas akan menurunkan Breath hydrogen.
DIARRHEA
- Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari feses (>200
mg/hari) yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan,
frekuensi BAB, tidak enak pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB
dengan atau tanpa inkontinensia fekal.
- Diare terbagi menjadi diare Akut dan Kronik. Diare akut berdurasi 2
minggu atau kurang, sedangkan diare kronik lamanya lebih dari 2
minggu.
- Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare adalah menurunnya
absorpsi normal larutan dalam air, Meningkatnya sekresi elektrolit ke
dalam lumen intestinal, Adanya absorpsi yang buruk secara osmosis
larutan aktif di lumen usus, Meningkatnya motilitas intestinal,
Penyakit Inflamasi yang menghasilkan darah,pus dan mucus.
- Notes: diare pada anak 60-70% karena rotavirus tidak perlu
antibiotik. Pada diare yang disebabkan H.pilory dapat dilakukan
pemeriksaan lewat darah maupun feces. Jika memakai darah hanya
bisa memeriksa IgG dan IgM
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN PENUNJANG LAINNYA
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare kronik
adalah:
1. Leukosit Feses (Stool Leukocytes) : Merupakan pemeriksaan awal
terhadap diare kronik. Leukosit dalan feses menunjukkan adanya
inflamasi intestinal. Kultur Bakteri dan pemeriksaan parasit
diindikasikan untuk menentukan adanya infeksi. Jika pasien dalam
keadaan immunocompromised, penting sekali kultur organisme
yang tidak biasa seperti Kriptokokus, Isospora dan M.Avium
Intracellulare. Pada pasien yang sudah mendapat antibiotik, toksin
Clostridium difficle harus diperiksa.
2. Volume Feses : Jika cairan diare tidak terdapat leukosit atau eritrosit,
infeksi enterik atau infalasi sedikit kemungkinannya sebagai
penyebab diare. Feses 24jam harus dikumpulkan untuk mengukur
output harian. Sekali diare harus dicatat (>200 ml/day), kemudian
perlu juga ditentukan apakah terjadi steatore atau diare tanpa
malabsorbsi lemak.
3. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam : Jika
berat feses > 300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat
lebih dari 1000-1500 gr mengesankan proses sektori. Jika fecal fat
lebih dari 10g/24h menunjukkan proses malabsorbstif.
Untuk Mengukur
Hasil Pemeriksaan
Menunjukkan
Alkalin
Fosfatase
Enzim yg dihasilkan di
dalam hati, tulang &
plasenta;
yg dilepaskan ke hati bila
terjadi cedera atau pada
aktivitas normal tertentu,
mis. pertumbuhan tulang
atau kehamilan
Penyumbatan saluran
empedu, cedera hati &
beberapa kanker
Alanin
Transaminase
(ALT)
Aspartat
Transaminase
(AST)
Enzim yg dilepaskan ke
dalam darah jika hati,
jantung, otot atau otak
mengalami luka
dalam
Bilirubin
Penyumbatan aliran
empedu, kerusakan hati,
pemecahan sel darah
merah yg berlebihan
Kerusakan organ,
keracunan obat,
penyalahgunaan alkohol,
penyakit pankreas
Enzim yg dilepaskan ke
Laktik
dalam darah jika organ
Dehidrogenase
tertentu mengalami luka
5-nukleotidase
Penyumbatan saluran
empedu atau gangguan
aliran empedu
Albumin
Kerusakan hati
Alfafetoprotein
Antibodi
Mitokondrial
Waktu
Protombin
(Protombin
Time)
menahun yg aktif
PANKREAS
Pankreas merupakan bagian dari organ pencemaan. Hati dan pankreas
adalah dua organ utama dari sistem pencernaan. Dua organ ini
dihubungkan dengan duodenum melalui saluran sekretori, masingmasing duktus koledokhus dari hati dan duktus pankreatikus dari
pankreas. Kedua saluran ini bermuara di duodenum pada tempat yang
sama yaitu papila Vateri. Parenkim dari pankreas terdiri dari dua macam
kelenjar :
Kelenjar eksokrin pankreas.
Bagian ini mengambil tempat 95% dari seluruh parenkim pankreas.
Pada sel-sel acinus dalam kelenjar inilah dibentuk enzim2 pencernaan.
Kelenjar endokrin pankreas.
Bagian ini merupakan pulau2 yang tersebar di seluruh parenkim
pankreas. Pulau2 ini disebut pulau2 Langerhans. Pulau2 Langerhans
merupakan kelenjar endokrin yang memproduksi hormon insulin,
glukagon dan somatostatin yang langsung mensekresikannya ke dalam
pembuluh darah.
Kelenjar eksokrin pankreas mensintesa dan mensekresikan protein
(enzim) yang relatif lebih besar dibandingkan dengan jaringan2 yang
lain. Dalam sekret yang jumlahnya 2.500 ml per hari terdapat 6
sampai 12 gram enzim2 pencernaan. Selain protein, pankreas juga
mensekresi air dan elektrolit (terutama bikarbonat).
Ada 2 kelompok enzim yang dikeluarkan oleh pankreas :
1.
Enzim yang diproduksi sudah dalam keadaan aktif yaitu, alfa
amilase, lipase, kolesterol esterase dan nuklease.
2. Enzim yang diproduksi dalam keadaan inaktif, disebut zimogen,
terdiri
dari
tripsinogen,
khimotripsinogen,
proelastase,
A.
Pemeriksaan
yang
langsung
berhubungan
dengan
peradangan pankreas
1. Amilase dalam serum dan urine
6. Glukosa
2. Lipase
7. Tripsin
3. Ratio amilase / kreatinin clearance
8. Fosfolipase A
4. Makroamilase
9. Benzoil tirosil -- PABA
5. Isoenzim amylase
10.Polipeptida pancreas
Pemeriksaan untuk mengetahui fungsi pankreas adalah pemeriksaan
yang langsung mengukur bahan2 yang dikeluarkan atau bahan yang
dapat menggambarkan kelainan fungsi dari pankreas akan tetapi
bagaimanapun sempurnanya pemeriksaan laboratorium tentu belum
dapat memberikan diagnosis yang tepat, oleh karena demikian luasnya
gejala klinik dari kelainan pankreas dan tidak ada yang spesifik.
Pemeriksaan ini harus dikerjakan pada setiap dugaan pankreatitis.
B. Pemeriksaan laboratorium u/kelainan fungsi organ sekunder
akibat pankreatitis.
Antara lain :
Elektrolit ; Na+, K+, Cl- dan HCO3-.
Enzim hati, Bilirubin, Faktor pembekuan, Hemoglobin, Hematokrit,
Jumlah leukosit
Menilai Fungsi pankreas
1. Schiling test : Protease pankreas dari ikatan R-protein diperlukan
untuk pembelahan B12 sebelum bergabung dengan faktor intrinsik
di mana pada insufisiensi pankreas berat kan menurunkan absorbsi
B12. Label yang digunakan adalah Cobalamin (CO) dengan isotop
yang berbeda. CO ini mengikat R protein dan faktor intrinsik. Pada
insufisiensi pankreas CO tidak diabsorbsi.
2. Test Stimulasi Pankreas : Pankreas dapat distimulasi dengan CCK
intravena atau sekretin atau makanan yang mengandung lemak,
protein dan karbohidrat. Cairan pankreas diaspirasi melalui kateter
dari duodenum sebagai bikarbonat atau enzim pankreas spesifik.
Tidak adanya peningkatan bikarbonat atau enzim pankreas setelah
distimulasi menunjukkan insufisiensi pankreas.
STOOL ANALYSIS
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa
makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri
apatogen, asam lemak, urobilin, gas indol, skatol dan sterkobilinogen.
Pada keadaan patologik seperti diare didapatkan peningkatan sisa
makanan dalam tinja, karena makanan melewati saluran pencernaan
dengan cepat dan tidak dapat diabsorpsi secara sempurna. Bahan
pemeriksaan tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan, jika
pemeriksaan sangat diperlukan contoh tinja dapat diambil dengan jari
bersarung dari rektum. Untuk pemeriksaan rutin dipakai tinja sewaktu
dan sebaiknya tinja diperiksa dalam keadaan segar karena bila
dibiarkan mungkin sekali unsur-unsur dalam tinja menjadi rusak.
Pemeriksaan tinja terdiri atas pemeriksaan makroskopik, mikroskopik
dan kimia.
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK
Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan jumlah, warna,
bau, darah, lendir dan parasit.
JUMLAH. Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100250
gram per hari. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila
banyak makan sayur jumlah tinja meningkat. Tinja normal mempunyai
konsistensi agak lunak dan berbentuk. Pada diare konsistensi menjadi
sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau
skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus
menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas.
WARNA
Warna tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah
mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain
urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan,
kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan.
Warna kuning dapat disebabkan karena susu, jagung, lemak dan
obat santonin.
BAU
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja.
Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein
yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman.
Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula
yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu
menjadi asam.
DARAH. Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda, coklat
atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau
bercampur baur dengan tinja. Pada perdarahan proksimal saluran
pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi
hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varises
dalam esophagus. Sedangkan pada perdarahan di bagian distal saluran
pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah
muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum.
KRISTAL. Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal
mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak.
Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan
bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan
setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai
kristal Charcoat Leyden dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden
didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan
amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan
kristal hematoidin.
SISA MAKANAN. Sisa makanan hampir selalu dapat ditemukan juga
pada keadaan normal, tetapi dalam keadaan tertentu jumlahnya
meningkat dan hal ini dihubungkan dengan keadaan abnormal. Sisa
makanan sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian
lagi berasal dari hewan seperti serat otot, serat elastis dan lain-lain.
Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan
lugol untuk menunjukkan adanya amilum yang tidak sempurna dicerna.
Larutan jenuh Sudan III atau IV dipakai untuk menunjukkan adanya
lemak netral seperti pada steatorrhoe. Sisa makanan ini akan
meningkat jumlahnya pada sindroma malabsorpsi.
PEMERIKSAAN KIMIA TINJA
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap
darah samar. Tes terhadap darah samar untuk mengetahui adanya
perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau
mikroskopik. Adanya darah dalam tinja selalu abnormal. Pemeriksaan
darah samar dalam tinja dapat dilakukan dengan menggunakan tablet
reagens. Prinsip pemeriksaan ini hemoglobin yang bersifat sebagai
peroksidase akan menceraikan hidrogen peroksida menjadi air dan 0
nascens (On). On akan mengoksidasi zat warna tertentu yang
menimbulkan perubahan warna Tablet Reagens banyak dipengaruhi
beberapa faktor terutama pengaruh makanan yang mempunyai
aktivitas sebagai peroksidase sering menimbulkan reaksi positif palsu
seperti daging, ikan sarden dan lain lain.
Pisang dan preparat besi seperti ferro fumarat dan ferro carbonat dapat
menimbulkan reaksi positif palsu dengan tablet reagens. Maka
Alfa Fetoprotein (AFP) Alfa Feto protein merupakan serum protein fetal
normal yang disintesis di hepar, yolk sac dan traktus gastrointestinus.
AFP merupakan komponen utama dari plasma fetal yang mencapai
kadar puncak konsentrasi (3 mg/ml) pada minggu ke 12 gestasi.
Setelah kelahiran kadarnya dalam darah menurun dan pada usia
dewasa konsentrasinya kurang dari 20 ng/ml. AFP penting untuk
mendiagnosis karsinoma hepatoseluler dan dapat dipakai untuk
prosedur penyaring. Peningkatan kadar AFP lebih sering ditemukan di
area endemik karsinoma hepatoseluler seperti Afrika dan pada pasien
dengan HbsAg positif. Selain sebagai marker karsinoma hepatoseluler
AFP juga merupakan marker untuk karsinoma germ sel (nonseminoma).
Marker ini adalah glikoprotein yang diproduksi selama kehidupan fetal
dan merupakan homolog dari albumin. Pada orang dewasa sehat
kadarnya kurang dari 10 ug/L. AFP meningkat pada kehamilan normal,
penyakit hati benigna (hepatitis, sirosis) seperti juga pada kanker.
Apt test
APT tes adalah tes yang digunakan untuk membedakan darah
neonatal dengan darah maternal. Tes ini digunakan untuk
mengidentifikasi sumber darah pada feces pada bayi yang baru lahir.
Saat ini, tes ini juga digunakan untuk membedakan fetal dan maternal
hemoglobin pada sampel darah (tidak hanya sampel darah fesces).
APT tes sering digunakan pada kasus perdarahan vagina selama
kehamilan untuk mengetahui asal darah tersebut: fetus atau ibunya.
Hasil positif mengindikasikan darah berasal dari fetus sedangkan hasil
negatif mengidentifikasikan darah berasal dari sang ibu. APT tes juga
digunakan untuk mendeteksi adakah darah fetus pada sirkulasi darah
ibu dalam kasus fetal-maternal hemorrhage. Karena tes ini hanya
bersifat kualitatif melihat keberadaan hemoglobin fetus, tes kuantitatif
Kleihauer-Betke test lebih sering digunakan untuk melihat derajat
keparahan penyakit ini.
APT tes juga digunakan pada neonatus yang muntah darah,
feces berdarah, atau perdarahan pada NGT (Nasogastric Tube). APT
negatif mengindikasikan darah berasal dari GI atau pulmo neonatus.
APT positif mengindikasikan darah berasal dari ibu yang berarti bayi
mengalami aspirasi darah ibu atau meminum darah ibu saat menyusui
(pada fisura mamae).
Ukuran jantan lebih kecil dari betina (cacing jantan: 1030 cm,
cacing betina: 2235 cm).
Hidup di rongga usus halus, dan di dalam usus halus cacing bertelur
(100.000-200.000/hari) dan dapat mengeluarkan telur melalui
feses kalau telur ascaris ini mencemari tanah, tanah yang paling
disukai adalah tanah liat, maka cacing ini bisa menjadi sumber
infeksi. Kemudian jika menyentuh tanah, telur ascaris akan berubah
menjadi bentuk infektif di tanah dalam waktu 3 minggu.
Dinding telur ascaris tebal
Prevalensi 60-90 %.
Cacing Dewasa:
Ringan jumlah cacing dewasa di usus sedikit: nausea, anoreksia (tdk
nafsu makan), diare, konstipasi.
Berat jumlah cacing dewasa di usus banyak:
- Sindroma malabsorbsi (karena cacing menyerap zat gizi di dalam
usus) malnutrisi, selain itu juga cacing mengeluarkan substansi
yang menyebabkan gangguan kognitif, pertumbuhan terlambat
- Karena jumlah cacing yang banyak terjadi ileus
- obstruksi usus (usus tersumbat), saluran empedu, apendiks, dll
pada kasus berat
- obstruksi usus (usus tersumbat) terjai ileus obstruktif butuh
tindakan bedah karena caing-cacing menggumpal, menyumbat.
Morfologi Telur:
- Ukuran: 60x40 mikron
- Telur cacing tambang tipis.
Jumlah telur: A.duodenale 20.000/hari, N.americanus 10.000/hari, dan
Telur mati pd 45 derajat C dlm bbrp jam dan 0 derajat C dlm 7 hari.
Larva:
Larva Rhabditiform: 250 mikron, makan bakteri dan organic debris
Larva Filariform: 600 mikron, tidak makan
Larva hidup ditempat lembab, berpasir, humus dan terlindung sinar
matahari
Tidak tahan kering dan basah.
Mati dalam 1 jam pd suhu 45oC
Mati dlm 6 minggu kecuali ada reinfeksi
Larva Rhabditiform tidak tahan kering dan basah, hanya bisa
hidup pada daerah yang lembab, dalam waktu 6 minggu akan mati.
Setelah itu larva Rhabditiform akan berubah menjadi larva
Filariform. Larva Filariform ini adalah bentuk INFEKTIF.
Telur larva rhabditiform larva filariform menembus kulit yang
kontak dengan tanah sirkulasi kapiler jantung paru
bronkus trakea laring usus halus.
Larva filariform akan menembus kulit sampai ke usus: 1 minggu,
dan akan berubah menjadi dewasa selama 5-6 minggu
- Menembus kulit: ground itch (kontak dengan tanah), dew itch (kontak
engan tanah yang berembun) GATAL. Karena larva filariform saat
menembus kulit menghasilkan antigen reaksi. makulopapular,
eritema
- gatal hebat orang menggaruk terluka infeksi sekunder
- paru: batuk, bronkhitis, pneumonitis
Gejala Klinis: Cacing Dewasa
- Gejala tergantung spesies cacing, jumlah cacing, dan gizi penderita.
- Cacing tambang mengganggu hospesnya terutama karena menghisap
darah. Di lumen usus cacing tambang menghisap darah dari kapiler
usus.
Gejala Gastroenteritis:
- Terjadi 6 minggu setelah infeksi
- mual, muntah, nyeri epigastrium, diare, melena bisa sembuh sendiri
- Eosinofilia.
Anemia:
- Cacing mengisap darah
- Cacing mengeluarkan antikoagulan kalau perdarahan sulit
membeku.
- Berat anemia sesuai dg berat infeksi
- Akibat anemia: pusing, lemah, napsu makan berkurang, daya tahan
menurun, produktivitas menurun, edema, perkembangan fisik,
gangguan kognitif, mental dan seksual terhambat
- Gejala ringan/tidak nampak bila gizi baik.
- Pada gambar di slide anak suka garuk-garuk pantat terinfeksi
Oxyuris vermicularis.
Diagnosis:
menemukan telur dalam tinja segar (tinja yang < 4 jam setelah
defekasi)
menemukan larva dalam tinja lama (tinja yang > 4 jam setelah
defekasi) telur sudah menetas menjadi larva.
membedakan spesies tidak bisa dengan mikroskop biasa: biakan
Harada-Mori.
Pengobatan:
Gejala klinis:
Dalam kondisi ringan (cacing < 10 buah) asimptomatik
Cacing ini hidup di kolon tapi akan berjalan ke regio perianal, dan
bertelur di sana.
Telurnya diletakkan di perianal gatal menggaruk infeksi
sekunder
Cacing ini bertelur malam-malam anak gatal di malam hari anak
kurang tidur
Metode Infeksi:
- ingestion of infective eggs
- Autoinfeksi anak garuk2 pantat telur di tangan telur tertelan
- Retrofeksi telur di regio perianal menetas larva masuk dari anus
Infeksi bisa terjadi:
- Dari orang ke orang
- Melalui alat2 dalam rumah
(saat betina naruh telur di anus anak merasa gatal garuk-garuk
telur lepas dari anus mencemari peralatan rumah tangga,
pakaian/hinggap di makanan orang bisa terinfeksi).
Gejala:
- Pruritus ani/gatal pada anus
- Cacing bisa bermigrasi/ectopic migration: masuk ke vulva, vagina,
tuba fallopii, appendix
Diagnosis:
- Menemukan telur I regio perianal dengan cara: anal swab.
Treatment:
- Pyrantel pamoate atau mebendazole atau albendazole (sama seperti
ascaris).
Epidemiologi:
- Karena telur ini diletakkan di regio perianal, dan tidak dikeluarkan
bersama-sama dengan feses,maka transmisi lewat feses TIDAK
penting. Jangan cari2 telur Oxyuris dalam FESES. Yang penting adalah
menjaga pencemaran tingkat keluarga jaga anak yang menderita
penyakit dengan cara menggunakan celana panjang saat tidur di
cuci- akan mati telurnya. Semua peralatan tidur dan baju tidur di
cuci dan di jemur di sinar matahari.
5. Taenia Saginata
Taenia saginata adalah cacing pita yang hospes perantaranya
adalah sapi. Panjangnya bisa mencapai 6 meter. Taenia saginata
hospesnya adalah manusia, cacing ini hidup di dalam usus halus
bertelur telur dikeluarkan bersama feses.
6. Taenia solium
Hospes perantaranya adalah babi, dan lebih berat dari pada taenia
saginata karena siklus hidupnya berbeda
Orang yang terinfeksi taenia solium saat defekasi mengeluarkan
telur telur akan mencemari lingkungan kalau ada babi makan
feses orang yang berisi telur tersebut di tubuh babi akan
berkembang menjadi sistiserkus selulosae. Kalau orang makan
daging babi mentah/setengah mentah sistiserkus selulosae
tersebut akan berubah menjadi cacing dewasa (TAENIASIS)
Tapi, kalau ada orang makan-makanan yang menganung TELUR
taenia solium, akan menderita SISTISERKOSIS.
Gejala: GI complaints
Pengobatan:
praziquantel 10mg/kg, dosis tunggal dan albendazole.
- Untuk mengetahui apakah pengobatan telah berhasil atau tidak, maka
harus menemukan SCOLEX nya. Kalau scolexnya tidak ketemu dari
scolex itu akan tumbuh terus proglotinya dan infeksi akan terjadi
berulang. Mengumpulkan feses setelah 24 jam diobati. Dari feses
tersebut, cari scolexnya.
Epidemiologi:
- BAB di kebun
- Kontaminasi sayuran dengan tinja yang berasal dari air limbah atau
tinja sebagai pupuk
- Babi tidak dikandangkan
7. Schistosoma japonicum
Adalah suatu cacing yang dapat menginfeksi manusia dan
penyakitnya disebut: Oriental schistosomiasis, skistosomiasis
japonika, penyakit katayama, demam keong.
8. Fasciolopsis buski
Adalah trematoda terbesar yang apat menginfeksi manusia (27.5
cm x 0.82 cm)
Bentuk sama seperti Fasciola hepatica (pada hewan)
Adult worm: man, pig, dog, rabbit
Geographic distributions : China, Taiwan, Thailand, India, Indonesia,
Vietnam
Daur hidup:
Orang defekasi Telur dari tinja menetas setelah 3-7 minggu di air
berubah menjadi mirasidium ke hospes perantara I yaitu keong air
sporokista redia induk redia anak serkaria menempel ke
tumbuhan air metaserkaria (bentuk INFEKTIF) Orang makan
tumbuhan air yang mentah ke saluran cerna manusia cacing
dewasa dlm 3 bln telur ditemukan dlm tinja.
Gejala: ada inflamasi, peradangan, abses, nyeri abdomen, nyeri
epigastrium.
Diagnosis:
- Menemukan telur pada feses
- Orang memuntahkan cacing dewasa
Terapi:
- Praziquantel: 60 mg/kgBB in divided doses.
K-9: TATA LAKSANA NUTRISI GANGGUAN GI DEWASA
Oleh: dr.Erwin Christianto
Penyakit pencernaan telah menjadi salah satu masalah yang paling
sering ditemui pada layanan kesehatan. Kebiasaan makan dan jenis
Gastritis dan tukak lambung dapat terjadi akibat infeksi, zat kimia,
kelainan sistem saraf (vagus) , gangguan integritas mukosa lambung
dan duodenum. Penyebab tersering adalah infeksi Helicobacter pylori.
H.pylori dapat menyebabkan gastritis kronik, ulkus peptikum/tukak
lambung, atrofi gastritis, dan kanker lambung.
Atrofi gastritis adalah kondisi peradangan kronik dengan
kerusakan membrane mukosa dan kelenjar pada lambung, berakibat
achlorhydria (tidak disekresinya HCl) dan terganggunya sekresi faktor
instrinsik.
Faktor predisposisi gastritis : penggunaan jangka panjang aspirin
dan NSAID lainnya, steroid, alcohol, zat erosive dan rokok. Faktor
penyebab ulkus peptikum : infeksi H.pylori, gastritis, aspirin dan NSAID,
kortikosteroid, stress.
Terapi nutrisiyang disarankan meliputi evaluasi status vitamin
B12, karena pada atrofi gastritis terjadi penurunan sekresi faktor
intrinsic yang penting untuk absorpsi vitamin B12. Pada gastritis kronik,
juga terjadi penurunan absorpsi Fe,Ca, dan nutrient lain akibat
menurunnya sekresi asam lambung. Lalu, hindari konsumsi alcohol
karena dapat merusak mukosa lambung, memperparah gejala ulkus,
dan mengganggu pemulihan ulkus peptikum. Alcohol dan kafein juga
meningkatkan sekresi asam lambung.
Terapi lain juga meliputi peningkatkan intake asam
lemak
omega 3 dan 6, probiotik, turmeric (dipercaya dapat menghambat
penempelan H.pylori ke dinding lambung), serta konsumsi rutin
cranberry (mengandung phenolic antoxidant, mungkin dapat
membantu mengeradikasi H.pylori)
Notes : pada awalnya dokter dokter menyarankan penderita
gastritis dan peptic ulcer untuk melakukan pantangan makanan
tertentu, seperti cabai, makanan asam, makanan keras, dll. Namun,
dari tahun 1950 hingga sekarang, tidak ada penelitian yang
membuktikan kebenaran diet ini terhadap insidens progress
penyembuhan peptic ulcer. Maka, pasien peptic ulcer tidak disarankan
melakukan pantangan khusus karena dikuatirkan menimbulkan efekefek lain. Kecuali alcohol, rokok, dan kafein, mereka sudah terbukti
mengiritasi dan merangsang lambung. (textbook Shils-modern nutrition
Kanker Lambung
Dapat berakibat malnutrisi akibat kehilangan darah dan protein, atau
lebih umumnya akibat obstruksi dan gangguan mekanik dalam proses
pencernaan. Konsumsi buah-buahan, sayur, dan selenium mungkiin
dapat mencegah kanker lambung. (Ada penelitian yang mengatakan
diet tinggi serat berbanding terbalik dengan angka kejadian kanker
gastrointestinal.)
Di sisi lain, risiko kanker ditingkatkan konsumsi alcohol,
kelebihan berat badan, infeksi kronik H.pylori, rokok, konsumsi acar dan
makanan tinggi garam, serta konsumsi mikronutrien yang inadekuat.
Untuk terapi, pertama-tama tentukan lokasi kanker, sifat dan
natur gangguan fungsional yang terjadi, serta staging kanker. Pasien
dengan kanker yang lanjut dan tidak dapat dioperasi harus menjalani
diet yang disesuaikan dengan toleransi, preferensi, dan kenyamanan
mereka.
Hampir seluruh pasien kanker mengalami anoreksia pada
stadium lanjut, berikan terapi nutrisi dengan makanan cair atau infuse.
Dumping Syndrome
Adalah gejala kompleks berupa percepatan laju gastric emptying
dengan tidak terkendali ke usus halus, akibatnya kemampuan digesti
dan absorpsi usus halus terganggu. Penyebabnya adalah gastrectomy
total atau subtotal, manipulasi pylorus, fundoplication(fundus dipuntir
melingkari esophagus), dan gastric bypass (operasi pengecilan ukuran
lambung, dilakukan untuk orang obesitas). Apabila penyebabnya adalah
vagotomy dan pyloroplasty, akan terjadi percepatan laju cairan. Jika
vagotomy dan antrectomy, percepatan cairan dan zat padat.
Terapi nutrisi : tujuannya mencegah masuknya makanan dalam
jumlah besar ke usus. Maka disarankan :
- frequent small feeding (makan jumlah sedikit tapi sering)
Konstipasi
Konstipasi adalah keluhan (bukan penyakit) yang sering dijumpai
pada keadaan sehari-hari. Konstipasi atau sembelit ini adalah
terhambatnya defekasi dari kebiasaan normal. Pengertian ini dapat
diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses yang kurang,
konsistensinya keras dan kering. Penyebab terjadinya konstipasi
banyak, namun beberapa di antaranya yang paling sering terjadi adalah
tidak menghiraukan keinginan untuk defekasi, kurangnya serat dalam
asupan makanan sehari-hari, kurangnya cairan yang dikonsumsi,
inaktivitas fisik, dan penggunaan laksati yang kronik.
Anjuran terbaik untuk penderita konstipasi adalah mengkonsumsi
serat yang larut maupun tidak larut dalam jumlah yang cukup dan
meminum air yang cukup setiap hari. Serat dapat meningkatkan
kandungan cairan feses dalam kolon karena mengikat air, selain itu
dapat meningkatkan massa mikrobial, massa feses, dan frekuensi
defekasi, serta tingkat transit pada kolon. Serat juga dapat melunakkan
konsistensi feses sehingga memudahkan feses untuk dikeluarkan.
Jumlah serat yang dianjurkan untuk dikonsumsi setiap harinya
adalah sekitar 14g/1000kkal. Serat ini dapat ditemukan dalam berbagai
jenis makanan seperti whole grain, buah, sayur, polong-polongan, bijibijian, dan kacang-kacangan.
Diare
Diare memiliki karakteristik defekasi yang sering dengan feses
yang encer, diikuti dengan hilangnya sejumlah besar cairan dan
elektrolit, terutama sodium (Na+) dan potasium (K+).
Diare dapat disebabkan berbagai hal yang terkait dengan penyakit
inflamasi, infeksi (oleh jamur, bakteri, virus), medikasi (obat-obatan
yang dikonsumsi seperti laksatif), konsumsi gula yang berlebihan,
kerusakan lapisan mukosa yang berperan dalam absorpsi, reseksi
saluran GI, dan malnutrisi.
Langkah pertama penanganan diare adalah penggantian cairan
dan elektrolit yang hilang dengan konsumsi cairan elektrolit, sup atau
air kaldu, jus sayur-sayuran, dan cairan isotonik lainnya. Sedangkan
pada tahap selanjutnya dapat diberikan karbohidrat tepung-tepungan
seperti sereal atau roti, daging rendah lemak, dan ditambah sayur,
buah dalam jumlah sedikit dan diikuti dengan konsumsi lemak.
Penggunaan probiotik dalam makanan atau suplemen juga cukup
membantu. Biasanya probiotik ini cukup berpengaruh pada diare yang
berkaitan dengan antibiotik, traveller diarrhea, pertumbuhan bakteri
yang berlebihan, dan beberapa jenis diare anak.
Steatorrhea
Steatorrhea adalah adanya lemak yang banyak pada feses. Feses
dapat mengapung di air akibat lipid yang berlebihan, memiliki
penampakan yang berminyak dan biasanya bau yang khas. Biasanya
steatorrhea ini disebabkan operasi reseksi (eksisi atau pemotongan
bagian suatu organ) organ yang terlibat dalam pencernaan dan
absorpsi lipid. Peningkatan ekskresi lipid dapat diukut dengan
menentukan level lipid feses. Biasanya ekskresi lipid yang lebih dari
0,3(g/kg)/hari dapat dianggap sebagai steatorrhea.
Steatorrhea dapat mengakibatkan turunnya berat bedan secara
kronis. Karena hal tersebut, tubuh membutuhkan peningkatan asupan
kalori terutama dalam bentuk protein dan karbohidrat kompleks.
Salah satu nutrisi yang dapat diberikan pada penderita
steatorrhea adalah MCTs. Medium-chain triglycerides (MCTs) adalah
trigliserida-trigliserida yang terdiri atas 3 asam lemak rantai sedang.
Berbeda dengan asam lemak rantai panjang, asam lemak rantai sedang
dapat diabsorpsi langsung ke dalam aliran darah tanpa adanya garam
empedu. MCTs dapat diberikan pada penderita steatorrhea karena
kemampuannya tersebut untuk masuk dalam vena porta dan
ditransport ke hati tanpa pembentukan micelle dan resintesis menjadi
trigliserida dalam sel usus, sehingga lebih mudah diabsorpsi tanpa
adanya garam empedu. Sumber makanan MCTs adalah coconut oil.
Selain MCTs, diperlukan pula asupan mikronutrien seperti vitamin larut
lemak (A, D, E, K), Ca, Zn, Mg.
Striktur dan Obstruksi GI
Striktur atau penyempitan (stenosis) dan obstruksi dapat terjadi
pada saluran gastrointestinal. Hal-hal yang menyebabkan kelainan ini
adalah tumor intestinal, jaringan parut dari operasi GI, inflammatory
bowel disease (IBD), ulkus peptikum, dan enteritis radiasi. Apabila
o
o
Pengobatan
Tinidazol dosis tunggal (2 gr pada dewasa; 30-35 mg
pada anak)
Metronidazol
Kuinakrin, pilihan untuk ibu hamil (ES lebih berat dari
metronidazol)
Furozolidon berbentuk cairan; untuk bayi dan anak
Blastocystis hominis
o Disease: blastocystosis
o Epidemiologi: terutama ditemukan di daerah tropik.
o Morfologi dan Life cycle
B. hominis mempunyai 4 bentuk: vakuolar, granular,
ameboid, dan bentuk kista.
Bentuk alveolar paling sering ditemukan pada tinja atau
biakan. Di tengah ada struktur mirip vakuol yang tampak
transparan dan refraktil. Vakuol disebut benda sentral, yang
dikelilingi oleh sitoplasma perifer yang mengandung nukleus,
mitokondria, dan badan Golgi. Inti 1-4..
Bentuk granular sel berisi granula. Stadium ini dibentuk
dari stadium vakuolar. Fungsinya belum diketahui.
Bentuk Ameboid bentuk tidak teratur dan banyak
ditemukan dalam tinja atau biakan. Mirip leukosit.
Bentuk kista polimorfik, tapi kebanyakan oval atau
sirkular, dengan atau tanpa lapisan membran. Mengandung
mitokondria dan inti.
B. hominis berkembang biak secara aseksual dengan 4
macam
pembelahan:
belah
pasang,
plasmotomi,
skizogoni, dan endodiogeni. Pada manusia biasanya
terjadi belah pasang. Bentuk ameba berkembang dengan
plasmotomi, yaitu terpotongnya satu atau lebih dari satu
bagian (progeni dari tonjolan2 sel). Progeni mengandung
satu atau lebih nukleus, tapi tidak memiliki benda sentral.
Benda sentral adalah organel di mana terjadi skizogoni.
Sel induk atau skizon berisi progeni sampai sampai sel pecah
dan progeni menyebar ke sekitarnya. Makin besar jumlah
progeninya, makin kecil ukurannya.
Endodiogeni lebih jarang dan menghasilkan 2 progeni
yang besar di dalam badan sentral.
Bentuk kista adalah bentuk yang paling tahan terhadap
pengaruh lingkungan di luar hospes dan mungkin merupakan
satu2nya bentuk infektif.
o Patogenesis: masih kontroversial, antara patogen atau
hanya komensal.
o
o
o
o
o
o
Isospora belli
o Disease: Isosporiasis
o Epidemiologi: penularan terjadi melalui makanan dan air yang
terkontaminasi dengan ookista atau sporokista. Infeksinya lebih
sering ditemukan pada penderita Aids.
o Morfologi dan Life cycle
Hanya diketahui stadium ookista yang bentuknya bujur
memanjang. Ookista menjadi matang dalam 1-5 hari. Sporokista
o
o
o
o
o
K-8: MIKROBIOLOGI
OLEH: DR. ANIS K.
Kuliah Mikrobiologi
Infeksi saluran cerna yang sering terjadi:
Gastroenteritis: Sebuah sindrom yang timbul akibat gangguan dari
saluran cerna. Bisa nyeri, begah, diare dll.
Diare
Diare
- Untuk melakukan diagnosis diare, anamnesis merupakan tahap
yang sangat penting
- Dari anamnesis, dokter dapat mengetahui keparahan, frekuensi,
berapa banyak feses diare, apakah diarenya air atau hanya ampas
yang sedikit, dan bagaimana respon diare terhadap terapi
sebelumnya. Selain itu, anamnesis dapat memberikan info apakan
adanya demam, tenesmus (nyeri pada anus karena feses yang
kadar asamnya tinggi), serta Riwayat bepergian atau makan
makanan tertentu sebelum terjadinya diare ini
- Riwayat memakan seafood merupakan suatu penanda adanya
infeksi vibrio cholera, spesies vibrio menginfeksi melalui seafood.
- Penggunaan antibiotik dalam satu bulan terakhir pada pengguna
antibiotik jangka panjang dapat terjadi perubahan flora pada
saluran cerna patogen tumbuh dengan baik dapat
menyebabkan diare
- Penurunan berat badan
- Jika diare sudah berlangsung selama 1 atau 2 bulan terakhir, lihat
adanya kemungkinan HIV/AIDS.
- Lama diare dapat menjadi arah pemikiran penyebab. Jika diare baru
sebentar kemungkinan virus
- Curigai kemungkinan parasit jika disertai kekurangan gizi!
E.COLI
-
Merupakan flora normal di tubuh kita, tapi saat ini sudah cukup
banyak E. coli yang menjadi patogen. Diperkirakan E. coli
mendapatkan faktor virulensinya dari bakteri lain. Kebanyakan
faktor virulensi E.coli mirip dengan bakteri lain.
- Enteropathogenic E. coli (EPEC) berevolusi Enterohemorragic
E. coli atau EHEC (tadinya EPEC yang mendapatkan faktor virulensi
yang lebih banyak lagi)
- EHEC bukan hanya ada di manusia, ada di sapi jadi flora normal
feses sapi mengkontaminasi susu atau daging wabah bahkan di
USA
Bahayanya: EHEC memiliki beberapa faktor virulensi. Hemorrhagic
dapat membuat perdarahan di kolon. EHEC juga menghasilkan
ferotoksin 1 dan 2 yang akan masuk ke dalam darah yang reseptornya
ada di dalam ginjal, yaitu reseptor GB3 DAPAT menyebabkan HUS
(hemolytic-uremic syndrome). Pada fase ini pasien tidak dapat
tertolong.
- ETEC (Enterotoxin E. coli) paling banyak menyebabkan diare pada
bayi dan balita. ETEC mendapatkan virulensinya dari Vibrio
cholerae.
- EIEC (Enteroinvasive E. coli) mendapat virulensinya dari Shigella.
Toksinnya mirip dengan toksin shigella mampu menginvasi
(masuk ke dalam) sel terjadi inflammatory diarrhea (diare
campur darah dan mukus)
- Uropathogenic E. coli dapat menyebabkan infeksi saluran kemih
Vibrio Cholerae
- Sangat sedikit penderitanya sekarang. Menyebabkan diare dengan
feses seperti air cucian beras. Sekali keluar bisa dua liter!
menyebabkan dehidrasi.
- Bentuk fesesnya benar-benar hanya seperti air.
VIRUS
- Yang paling penting adalah ROTAVIRUS
- Lebih dari 50% diare anak di bawah 2 tahun terkena
- Pada bayi di bawah 6 bulan, IgG dan IgM masih didapat dari ibu.
Sejak usia 6 bulan hingga ke 2 tahun turun ( merupakan masamasa yang rentan). Baru pas 2 tahun sistem imun anak naik lagi.
- Inkubasi rotavirus berlangsung selama 1 hingga 2 hari
- Sebenarnya self limiting tangani cairannya, biasanya 7 hari
sembuh jika intake baik.
- Dalam 7 hari, dengan mekanisme yang belum jelas, akan sembuh.
- Deteksinya yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan antigen
(serologi) pada feses.
Antibiotic-Associated Diarrhea
- Terjadi gangguan pada flora normal perut. Bisa disebabkan berbagai
bakteri
- Colstridium difficile, sebenarnya flora normal begitu punya
kesempatan terinisiasi utnuk menghasilkan toksin (sito- dan
enterotoksin)
- Colitis pseudomembranosa, dulu merupakan penyakit nosokomial.
Ada lapisan yang sebenarnya adalah sel darah putih. Dokter
biasanya tahu dari kondisi feses dan langsung dikasih
metronidazole.
- Pemeriksaan sulit secara mikrobiologi karena disangka flora normal
karena itu perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan toksin.
- Gram positif anaerob
FOOD BORNE DISEASE DAN FOOD POISONING
Food-borne disease harus dibedakan dari food poisoning. Yang satu
infeksi, yang satu keracunan. Tapi arti sebenarnya ada perbedaan. Pada
food-borne disease ada kolonisasi bakteri yang dilanjutkan dengan
Bacillus cereus: (gw lupa apa nama depannya) ada tipe emetik
(disertai muntah) dan tipe diare. Tipe emetik lebih mengarah ke food
poisoning, sangat berhubungan dengan konsumsi nasi goreng. karena
nasi goreng biasanya menggunakan nasi kemarin yang sudah terkena
spora.
Kelainan pada Hati Hepatitis
Penularan fekal-oral hepatitis A dan E