Anda di halaman 1dari 4

SURAT PERNYATAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

(SPPL)
Pada hari ini Senin tanggal Tujuh belas April Dua ribu Enam Belas Saya yang bertanda
tangan di bawah ini menyampaikan Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL)
Rencana Usaha atau Kegiatan Penambangan Mineral Batuan Pasir Pasang dengan benar dan
akan mematuhi segala persyaratan dan kewajiban yang telah ditentukan oleh pejabat dari
instansi yang berwewenang , untuk lebih jelasnya dapat saya utaikan sebagai berikut :
A. IDENTITAS PEMRAKARSA
1. Nama Perusahaan
2. Nama Penanggung jawab
3. A l a m a t
4. No. Telp/ Hp.

: LEHA JAYA
: ABDUL AZIS
: Pekon Kerang Kec. Batu Brag
Kabupaten Lampung Barat.
: 081273422547

B. RENCANA USAHA DAN ATAU KEGIATAN


1. Jenis Usaha/ Kegiatan
: Penambangan Mineral/ Batuan Pasir Pasang
2. Lokasi/ Rencana Usaha/ Kegiatan : Pekon Kerang, Kecamatan Batu Brak
Kabupaten Lampung Barat
3. Skala Usaha dan atau Kegiatan
: Keci, ( 400 M3/ Bulan)
4. Luas Lahan Penampungan
: 0,36 Ha
5. Status Lahan
: Tanah hak milik shm atas nama Abdul Azis
6. Lokasi Penambangan
: Bahan baku material batuan pasir pasang yang
akan di tambang berada pada aliran sungai/ badan sungai Way Semangka dengan
lebar sungai 15 M dan panjang sungai 200 M, sedangkan lahan yang diajukan
sebagai lokasi stockpile berada di pinggir badan Sungai Way Semangka, dimana
lokasi tersebut merupakan lokasi penampungan hasil produksi sebelum
didistribusikan.
7. Perkiraan Jangka Waktu Produksi
: Selama 5 Tahun
8. Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan atau Kegiatan :
a. Prakonstruksi
Pada tahap prakonstruksi, kegiatan yang dilakukan menyiapkan dokumen
administrasi perizinan yang berlaku di Kabupaten Lampung Barat.
b. Operasi
Pasir pasang akan di tambang secara manual dan mekanis. Penambangan secara
manual dilakukan dengan menggunakan alat-alat sederhana seperti, perahu, sekop,
cangkul dan lain-lain. Jumlah tenaga kerja manual sekaligus pemuat material pasri
pasang sebanyak 5 (lima) orang.
Sementara penambangan secara mekanis dilakukan dengan menggunakan mesin
pompa hisap yang rencananya sebanyak 1 buah, masing-masing mesin
berkekuatan 24 HP. Mesin pompa hisap dioperasikan oleh 3 (tiga) orang, Namun
untuk tahap pertama proses penambangan pasir pasang akan di laksanakan secara
manual dengan memanfaatkan tenaga kerja setempat.

Pasir pasang hasil produksi akan dikumpulkan pada lokasi stockpile yang telah
disiapkan dengan luas 0,36 Ha.
Untuk proses pengangkutan pasir pasang menggunakan mobil mengangkut truk
diesel maupun pick up L300/SS. Proses pemuatan pasir pasang keatas mobil
dilaksanakan oleh tenaga kerja secara manual dengan menggunakan cangkul dan
sekop.
Sarana K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)yang akan disiapkan antara lain
yaitu : Pakaian Kerja Lapangan, Alat P3K, sarung tangan dan sepatu Sefty.
Kegiatan penambangan dilakukan selama masih ada pasir yang terbawa arus aliran
sungai dan terakumulasi titik lokasi penambangan (sedimentasi) dengan
kedalaman penggalian tidak lebih dari 1 meter dari permukaan sungai norml dan
sejauh masing-masing 2 s.d 3 meter dari batas aliran sungai sisi kiri dan kanan
pada masing-masing titik lokasi penambangan di Way Semangka.
Jumlah pekerja 3 orang dengan lama kerja 6 jam, yaitu dari jam 09.00 WIB s.d
15.00 WIB. Dengan rincian sebagai berikut :
Rencana jumlah tenaga kerja manual 3 (tiga) orang
Rencana jumlah Mesin Isap 1 buah
Perkiraan kapasitas produksi secara manual 30 s.d 40 M3 / hari sehingga
dalam 1 (Satu) hari mampu berproduksi 30 s.d 40 M3/ harinya.
c. Pasca operasi
Pada akhir kegiatan penambangan ini, pemrakarsa akan mereklamasi lokasi
penambangan dan stockpile untuk dikembalikan sebagai lokasi persawahan,
sehingga berfungsi kembali sebagaimana peruntukan dan pada akhirnya
kelestarian lingkungan tetap terjaga.
C. DAMPAK LINGKUNGANYANG AKAN TERJADI
Dampak kegiatan penambangan batuan pasir ini di perkirakan akan menyebabkan
permasalahan :
1. Kekeruhan
2. Bahaya Erosi
3. Transportasi
4. Tenaga Kerja
D. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
1. Langkah-langkah yang dilakukan untuk Mencegah dampak dan upaya untuk
memenangi dan menanggulanginya :
a. Kekelurahan
Pengelolaan dampak pencemaran lingkungan dengan;
Kekeruhan yang terjadi akibat aktifitas penambangan akan diminimalisasi
dengan manajemen proses penambangan dengan cara mengatur titik titik

lokasi (dibagi per blok-blok) yang akan dilakukan penambangan secara


bergiliran dalam rentang waktu 1 s.d 2 minggu untuk setiap titik. Sehingga
aliran sungai tidak semua terpapar pencemaran akibat kekeruhan tersebut.
b. Bahaya Erosi
Pengelolaan bahaya dampak, Yaitu :
Pemrakarsa akan menambah penguat tanggul alami pada bibir sungai dengan
cara menanam tanaman keras maupun memasang tunggul-tunggul penahan
dari batu dan tanah disepanjang sungai menjadi area aktiitas penambangan dan
juga pada lokasi penampungan hasil peroduksi (stockpile).
Pemrakarsa akan memperhatikan kedalaman galian agar tidak melebihi batas
maksimum, yaitu kedalam 1 meter dari permukaan sungai normal dan sejauh
masing-masing 2 m dari batas aliran sungai pada sisi kiri dan kanan.
c. Transportasi
Sebagai jalur transportasi yang akan menghubungkan lokasi tambang dan
stockpile dengan jalur distribusi utama yaitu jalan propinsi/ nasional,
pemrakarsa akan membangun jalan tambang sepanjang 50 s.d 100 meter
dan lebar 5 meter dengan cara menimbun lahn mulik pemrakarsa dengan
sirtu/batu apung yang didapat dari lokasi penambangan.
Menjaga kelestarian tanaman di sepanjang jalur transportasi/ jalan sebagai
pembatas/ pelindung alami (Buffer Zone).
Debu/ asap yang berterbangan akibat kegiatan distribusi yang dilakukan
dianggap tidak akan terlalu mengganggu dikarenakan lokasi penambangan
dan penampungan jauh dari perumahan warga dan pengangkutan hasil
produksi hanya dilakukan 5-10 trip/ hari.
d. Tenaga kerja
Pengelolaan dampak kegiatan terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat
sekitar, yaitu :
Untuk tahap awal kegiatan penmbangan dilakukan secara manual sehinga
lebih bersifat pada karya.
Pemberdayaan masyarakat disekitar lokasi aktivitas yaitu dengan
menggunakan tenaga kerja lokal sehingga tidak mengakibatkan terjadinya
kecemburuan sosial.
Sebagai sumber ekonomi baru amsyharakat yaitu sebagai alternatif mata
pencaharian masyarakat selain bertani/ berkebun atau berdagang, sehingga
diperkirakan akan menambah pendapatan masyarakat untuk meningkatkan
derajat kehidupan.
2. Hal-hal yang harus diperhatiakn oleh pemrakarsa
Kedalaman penambangan/ galian tidak melebihi batas maksimum, yaitu
kedalaman 1 meter dari permukaan sungai normal dan sejauh masing-masing2
meter dari batas pinggir sisi kiri dan kanan sungai, serta yang ditambang hanya
pasir yang terakumularsi di lokasi penambangan (sedimentasi) yang telah
ditentukan).

Tanaman dipinggir-pinggir lokais/lahan akan diupayakan untuk dipertahankan


kelestariannya.
Akan menerpakan aktivitas penambanganyang berwawasan lingkungan dan
mematuhi semua ketentuan di dalam SPPL ini dan semua peraturan yang berlaku
di Kabupaten Lampung Barat.
Tidak menggunakan alat berat.

3. Kegiatan pemantauan yang dilakukan untuk mengetahui aktifitas pengelolaan dampak


dan ketaatan terhadap peraturan di bidang lingkungan hidup.
Pemantauan dilakukan oleh pemrakarsa setiap 6 (enam) bulan sekali dan
melaporkan hasil pemantauan tersebut kepada Badan lingkungan hidup.
Kebersihan dan Pertanaman (BLHKP) Kabupaten Lampung Barat.
4. Tolak ukur yang digunakan untuk mengukur efektifitas pengelolaan lingkungan hidup
dan ketaatan terhadap peraturan di bidang lingkungan hidup
Penanganan terhadap perencanaan/ kerusakan lingkungan, baik pada proses
operasional dan pasca operasional maupun kegiatan/ aktivitas lain di lokasi.
Mematuhi peraturan perundang undangan lingkungan hidup
Kepedulian terhadap permasalahan-permasalahan yang timbul akibat adanya
aktivitas di lokasi.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya sesuai dengan kondisi dan
kenyataan di lapangan apabila di kemudian hari terdapat pernyataanyang tidak sesuai dan
atau lalai melaksanakan pernyataan ini saya bersedia diberi sangsi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

PEMRAKARSA

ABDUL AZIS

Anda mungkin juga menyukai