Anda di halaman 1dari 93

OPTIMALISASI FUNGSI GRANAT MORTIR 60 MM LONG RANGE (LR)

MENJADI GRANAT LATIHAN PRAJURIT TNI AD


BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah.


Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan salah satu
negara kepulauan yang kaya dengan sumber daya alam, memiliki
luas daratan sebesar 1.922.570 km2 dengan posisi yang terletak
pada 6* LU -11*08LS, 95*BT-141*45BT dengan 17.504 pulau
besar dan kecil yang terbentang sepanjang 3.977 mil diperlukan
adanya pengamanan wilayah, disesuaikan dengan kondisi alam di
berbagai daerah.

Sebagian besar wilayah daratan di Indonesia

memiliki kontur tanah yang didominasi oleh pegunungan dengan


ketinggian dataran yang bervariasi sehingga membutuhkan alat
pengamanan wilayah yang sesuai dengan kondisi alam tersebut.
Oleh

karena

itu,

Indonesia

sangat

memerlukan

Alutsista

pertahanan wilayah yang praktis efisien dengan didukung oleh


kemampuan prajurit yang terampil dan handal untuk menghadapi
berbagai potensi ancaman yang ada.

Salah satu Alutsista yang

dapat digunakan untuk mendukung pertahanan wilayah dan sesuai


dengan segala kondisi medan/cuaca adalah senjata mortir.
Pada saat ini terdapat beberapa macam senjata mortir yang
digunakan di satuan tempur setingkat Brigade/Batalyon TNI AD,
salah satu diantaranya adalah jenis mortir 60 mm LR yang telah
digunakan

dalam

operasi tempur maupun

kegiatan

latihan

gabungan yang melibatkan berbagai satuan/angkatan. Meskipun


senjata granat mortir dapat memberikan hasil yang cukup signifikan
untuk digunakan di medan pertempuran yang memiliki kontur tanah
berbukit/pegunungan maupun hutan. namun granat mortir 60 LR
sebagai amunisi senjata mortir, dianggap sudah tidak efektif lagi

untuk digunakan dalam kegiatan latihan maupun operasi tempur,


dikarenakan ketepatan dan akurasi dalam menembak sasaran
menurun. Hal ini Terbukti dari hasil yang diperolehmelalui beberapa
kali

uji coba yang dilakukan oleh Pussenif, Dislitbangad dan

Ditpalad.
Granat Mortir 60 mm yang digunakan di satuan TNI AD saat
ini dibagi menjadi dua katagori yaitu: Granat Mortir 60 mm LR hasil
renovasi tahun 2009 s.d 2011 dan Granat Mortir 60 mm LR yang
belum direnovasi. Berdasarkan Surat Telegram Dirpalad Nomor
ST/89/2012 tanggal 7 Agustus 2012 tentang larangan penggunaan
Granat mortir 60 mm LR yang belum direnovasi untuk digunakan
dalam kegiatan latihan taktis maupun teknis, maka Granat Mortir 60
mm tersebut masih tersimpan di

gudang pusat munisi serta

gudang munisi daerah dan tidak dapat digunakan lagi. Untuk itu
diperlukan solusi pemanfaatan

materiil tersebut sebagai sarana

latihan sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan


prajurit TNI AD di satuan maupun di lembaga pendidikan.
Berdasarkan
melaksanakan

latar

belakang

penelitian

tentang

diatas,

kami

mencoba

OPTIMALISASI

FUNGSI

GRANAT MORTIR 60 mm LR MENJADI GRANAT LATIHAN


PRAJURIT TNI AD. Diharapkan hasil penelitian tersebut dapat
memberikan

manfaat

bagi

peningkatan

kemampuan

dan

keterampilan prajurit dalam menggunakan granat mortir di medan


latihan maupun dalam operasi tempur yang sesungguhnya.

B.

Permasalahan
1.

Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang permasalahan dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :
a. Untuk mendukung tugas pertahanan, masih diperlukan
Alutsista yang efektif dan sesuai dengan kondisi wilayah.
b. Adanya Alutsista yang kurang berkualitas akibat adanya
penurunan kemampuan/efektifitas dalam penggunaan.
c. Larangan penggunaan granat mortir 60 mm LR yang
belum

direnovasi,

akan

berdampak

pada

proses

pemusnahan/disposal.
d. Belum

optimalnya

kegiatan

latihan

dengan

menggunakan senjata mortir di satuan dan lembaga


pendidikan.
e. Granat mortir 60 mm LR yang sudah tidak dibekalkan
pada

satuan

pengguna,

masih

bisa

di

optimalkan/dimodifikasi untuk kegiatan latihan bagi


prajurit.
f.

Rendahnya intensitas latihan


senjata

mortir

dapat

dengan menggunakan

berakibat

pada

terbatasnya

pengetahuan prajurit terhadap prosedur /tata cara


penggunaan granat mortir.
2.

Rumusan Masalah.
a. Bagaimana konsep perubahan/modifikasi granat mortir
60 mm LR untuk dapat digunakan menjadi sarana yang
aman sebagai granat latihan ?
b. Bagaimana cara mengatasi kesulitan prajurit TNI AD
dalam berlatih menembak Mortir ?
c. Bagaimana model granat latihan yang akan dibuat ?

3.

Pembatasan Masalah.

a. Penelitian tentang optimalisasi fungsi granat mortir 60


mm LR menjadi granat latihan prajurit TNI terutama
pada konsep

perubahan/modifikasi granat melalui

penonaktifan fungsi fuze, pengeluaran detonator, isian


pokok dan isian dorong sehingga aman untuk digunakan
dalam latihan bagi prajurit/siswa di lembaga pendidikan.
b. Penelitian tentang optimalisasi fungsi granat mortir 60

mm LR menjadi granat latihan prajuriti TNI terutama


pada konsep

Model/Desain

granat latihan untuk

mengatasi masalah minimnya dukungan granat mortir


sehingga menunjang peningkatan latihan menembak
prajurit TNI AD.
C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian.


1.

Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian adalah untuk mengoptimalkan fungsi
granat mortir 60 mm LR yang sudah tidak bisa digunakan
satuan pemakai menjadi granat latihan prajurit TNI AD.

2.

Manfaat Penelitian.

a.

Memberikan manfaat bagi satuan/lembaga pendidikan


dalam meningkatkan kemampuan/keterampilan prajurit
dalam

mengoperasionalkan

senjata

mortir

melalui

kegiatan latihan, sehingga diharapkan dapat terwujud


peningkatan profesionalisme dalam pelaksanaan tugas.
b.

Memberikan

sumbangan

pemikiran

kepada

satuan/lembaga pendidikan dalam pemanfaatan munisi


yang semula tidak berguna dan menunggu proses

pemusnahan

(disposal),

menjadi

munisi

yang

bermanfaat sebagai sarana latihan prajurit/siswa.


D.

Pengertian
1.

Mortir adalah senjata infanteri yang diisi dari depan, dan


menembakkan peluru dengan kecepatan yang rendah, jarak
yang jangkauan dekat, dan dengan perjalanan peluru yang
tinggi lengkungan parabolnya.

2.Kaliber secara umum menyatakan ukuran peluru yang dipakai


pada senjata api. Kaliber dilihat dari diameter atau garis
tengah peluru, atau dari diameter isi lorong laras. 2
3.Penggalak adalah campuran bahan kimia yang dimasukan dalam
suatu cemuk yang dipasang pada bagian belakang munisi
yang berfungsi sebagai pemicu awal.
4.

Senjata

adalah

sebuah

alat

yang

digunakan

untuk

menembakkan proyektil dan diarahkan pada sasaran tertentu


agar dapat mengenai sasaran.
5.

Pelor/Poyektil

adalah

bagian

dari

munisi

yang

dapat

membunuh, merusak bagian tertentu.


6.

Isian Pokok Pendorong (IPP) adalah pendorong utama untuk


mendorong granat mortir keluar dari laras sampai sasaran.

7.

Isian Pendorong Tambahan (IPT) adalah isian pendorong


tambahan penentu jarak tempuh sasaran.

8.

High Eksplosive (HE) adalah bahan peledak yang mengalami


detonasi dengan kecepatan 1000 s.d 8000 cm/detik.

1 http://id.wikipedia.org/wiki/Mortir diakses tanggal 3 Nopember 2013.


2 http://id.wikipedia.org/wiki/Kaliber_pelurudiakses tanggal 3 Nopember
2013.

9.

Booster adalah bahan peledak penghancur atau bahan


peledak yang mudah penyalaannya dan mudah didetonasi.

10. Bahan peledak adalah bahan kimia yang bersifat labil baik
campuran maupun tunggal bila mendapat umpan yang tepat
(gesekan, pukulan, panas, kejutan, api dan ledakan) akan
meledak menghasilkan energi yang sangat besar berupa
panas gas, tekanan dan berubah menjadi zat baru (karbon)
yang bersifat lebih stabil.
11. Fuze

adalah

penggalak,

peralatan

peralatan

pengumpan
pena

yang

pemukul

terdiri

dan

dari

peralatan

pengumpan (pembukaan penguncian).


12. Detonator adalah bahan munisi yang digunakan untuk
mendetonasi bahan peledak penghancur (HE).

BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A.

Landasan Teori.

1.

Tinjauan Tentang Senjata Mortir.


Mortir merupakan salah satu jenis senjata bantuan tembakan

satuan Batalyon Infanteri yang bentuknya sederhana sehingga


dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat.
Dalam kondisi mendesak/darurat senjata tersebut dapat dibawa
oleh

prajurit

kendaraan

secara
tempur

perorangan
untuk

tempat/daerah/sasaran

maupun

dipasang

selanjutnya

diatas

diarahkan

ke

sesuai rencana penembakan yang telah

ditentukan. Pada umumnya mortir terbuat dari bahan material


ringan namun mampu memberikan tembakan yang besar dengan
tepat pada sasaran dalam jangkauannya. Salah satu model senjata
mortir adalah senjata mortir produksi PT. Pindad seperti pada
Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Model senjata mortir produksi PT. Pindad


(sumber http://www.pindad.com/showpro1.php?p=15&b=1&m=2&u=1)

Sejata mortir memiliki karakteristik sederhana dengan panjang


laras

kurang

dari

15

kali

kaliber,

mampu

menembakkan

munisi/proyektil peledak berkecepatan tinggi dan mempunyai


lintasan balistik yang tajam. Satu perangkat senjata mortir terdiri

dari sebuah tabung pelontar yang dapat diatur dengan sudut


elevasi antara 45 s.d 85 derajat dari tanah. Pengaturan sudut yang
semakin tinggi akan menghasilkan tembakan dengan jarak lebih
pendek dan sebaliknya pengaturan sudut elevasi yang pendek
akan menghasilkan jarak tembak lebih jauh. Munisi mortir memiliki
isian dasar yang kecil dan tidak menggunakan cartridge, untuk
pendorong tambahan menggunakan bahan cincin propelan yang
dilekatkan pada sirip mortir tersebut.

Proses penembakan

dilakukan dengan memasukan granat mortir ke dalam tabung


pelontar,

selanjutnya

ketika

mencapai

dasar

tabung

maka

penggalak pada ekor granat akan menekan pen pemukul pada


dasar tabung sehingga mampu meledakan isian dasar serta
menimbulkan tekanan besar yang mampu melontarkan granat
keluar tabung dengan kekuatan maksimal. Ilustrasi proses
penembakan senjata mortir dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut
ini.

Gambar 2.2 Proses penembakan senjata mortir


(Sumber:http://www.acclaimimages.com/_gallery/_pages/3100-3900.html)

Beberapa Mortir memiliki pin yang dapat diatur/dioperasikan


oleh tali, dimana model ini berbeda dengan mortir ukuran besar
seperti Howitzer (senjata pasukan Altileri Medan)

yang memilki

daya tembak dan kecepatan lebih tinggi serta jangkauan tembakan

lebih jauh. Pada awal pembuatannya (abad 18 s.d awal abad 20),
tabung pelontar mortir terbuat dari besi cor sehingga memilki bobot
yang sangat berat dan relatif sulit digerakkan, pada perkembangan
selanjutnya mortir dapat dibuat dengan ukuran kecil untuk
digunakan di medan pertempuran sebagai senjata penghancur
pertahanan musuh.
Saat ini

terdapat beberapa

jenis mortir yang digunakan

satuan tempur untuk kegiatan operasi militer maupun latihan


diantaranya adalah :
a.

Mortir 60

mm Komando

(MO-1).

Mortir ini

di

kembangkan khusus untuk kebutuhan pasukan komando


atau berbagai operasi yang membutuhkan kecepatan
pergerakan dalam pertempuran jarak dekat. Karakteristik
Mortir ini adalah memiliki bobot yang ringan, cepat dalam
penggunaan, tenaga tembak yang besar dan mudah
dioperasikan.
b.

Mortir 60 mm LR (MO-2).

Mortir 60 mm LR memiliki

bobot yang sangat ringan dan mempunyai kemampuan


menembak dengan akurasi tinggi. Mortir ini didisain
mudah dioperasikan pada berbagai kondisi medan dan
cuaca, serta didisain untuk mudah dirawat. Mortir ini
digunakan oleh Batalyon Infanteri, dan pasukan lintas
udara serta bisa dipasang pada kendaraan tempur.

c.

Mortir 81 mm ( MO-3 ).
ditembakkan

Mortir 81 mm ini dapat

secara beruntun

dan akurat, mudah

dioperasikan di berbagai medan pertempuran dan cocok


digunakan oleh pasukan batalyon infanteri.

10

Gambar 2.3
Beberapa macam jenis munisi granat mortir
(Sumber:http://www.acclaimimages.com/_gallery/3165-3970.html)

d.

Amunisi. Amunisi mortir berfungsi sebagai semi fix


karena isian propelan/pendorongnya dapat diatur. Ada
beberapa macam jenis munisi granat mortir seperti
terlihat pada Gambar 2.3. Pada munisi 60 mm, kantong
munisi yang berbentuk tapal kuda dapat ditempatkan
pada sirip granat, Ada beberapa macam tipe amunisi
mortir yaitu :
1)

High Explosive (HE). Granat dengan isian HE yang


bersifat

fragmentasi

menyebabkan

atau

musuh

ledakannya

luka

atau

akan
dapat

menghancurkan material ringan.


2)

Red Phosphorus (RP), White Phosphorus (WP).


Isian ini digunakan sebagai tabira sap, signal atau
senjata pembakar isian pokok.

3)

Illumination.

Digunakan hanya sebagai signal.

Granat mortir memiliki dua karakteristik keseimbangan pada


saat ditembakkan yaitu sirip di bagian ekor (Gambar 2.4). Sirip ini
dapat mengendalikan arah granat, serta gerakan memutar selama
bergerak menuju sasaran sebagaimana gerakan peluru yang
ditembakan dari senapan. Gerakan memutar pada mortir dapat

11

memberikan kestabilan selama bergerak serta dapat meningkatkan


akurasi tembakan.

Gambar 2.4 Granat mortir dengan sirip sebagai alat keseimbangan


(sumber: http://commons.wikimedia.org/File:81mm_mortar_rounds.png)

Gerakan memutar pada saat ditembakan disebabkan oleh


lubang/laras mortir yang berbentuk pita ulir memutar disebut
obturatorius, sebagaimana mortir kaliber 81 mm, produksi Prancis
(Gambar 2.5 dan 2.6) yang menjadi standar acuan bagi banyak
negara di dunia. Sementara mortir kaliber 82 mm produksi Rusia
hanya dapat digunakan di permukaan salju sehingga tidak dapat
dijadikan acuan bagi negara lain yang memiliki kondisi wilayah
tidak bersalju.

12

Gambar 2.5 Mortir Produksi Prancis

Gambar 2.6 Granat Mortir 81 mm

(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/File:W2_lepzmrs.jpg)

Salah satu ciri khas granat mortir adalah


kecil dan ringan,
lintasan

parabola

menghacurkan

bentuknya yang

daya tembak relatif pendek, namun memiliki


tinggi

dan

sasaran/musuh

tajam
yang

sehingga

berlindung

di

mampu
benteng

pertahanan, dibalik bukit maupun parit/lubang pertahanan. Seperti


jenis 60 mm dan 81/82 mm yang dapat dibawa prajurit secara
perorangan untuk menghadapi pertempuran jarak dekat.
Mortir sangat efektif bila digunakan untuk menembak sasaran
pada posisi tersembunyi, seperti di tebing yang curam, lereng bukit
maupun hutan, untuk itu penempatan pada pos tinjau depan yang
strategis akan mampu menghancurkan target sasaran dengan
tepat dan akurat sehingga dapat menghasilkan ledakan yang
mematikan. Pada saat bergerak ke sasaran, sirip yang berada di
ekor berfungsi sebagai alat keseimbangan yang mampu menahan
kekuatan putaran/rotasi, selain itu bentuk kulitnya yang tipis dapat
membawa beban isian dengan volume besar sehingga memiliki
daya ledak kuat. Sebagai contoh, mortir kaliber 120 mm
mempunyai daya ledak yang sama dengan senjata Altileri kaliber
155 mm.

13

Gambar 2.7 GMO 120 mm HE


Gambar 2.8 GMO 120 mm HE
Proximity fuze
M 734 fuze
(sumber: http://commons.wikimedia.org/File:81mm_mortar_rounds.png)

Beberapa keunggulan senjata mortir dibanding senjata Artileri


diantaranya adalah :
a. Fleksibilitas

dan

mobilitas

gerakan

yang

mampu

mencapai target sasaran terlindung dengan tembakan


lengkungnya.
b. Mortir mampu menembak dari parit perlindungan atau
jenis lain dari perlindungan.
c. Mortir merupakan salah satu senjata pendukung infanteri
yang handal, karena dapat dipindahkan

ke sasaran

pendekat

memerlukan

dengan

cepat

dan

tidak

dukungan logistik yang besar sebagaimana senjata


Artileri.
Mortir berat biasanya memiliki kaliber antara 120 dan 300
mm. Senjata ini dapat ditarik atau dipasang pada kendaraan, dan
digunakan oleh satuan Batalyon Infanteri sampai dengan tingkat
Divisi. Dengan ukuran/kaliber tersebut, mortir lebih sederhana dan
lebih efektif dibanding senjata

Howitzer yang biasa digunakan

pasukan Altileri Medan (Armed).


Mortir dapat dimodifikasi/diubah untuk dipasang secara
permanen

maupun

insidentil

pada

atap

kendaraan

tempur

(Tank/Panser), sebagaimana jenis mortir dengan laras ganda Patria


AMOS PT1 evolusi terbaru dari mortir berat yang dipasang pada
bagian atas kendaraan tempur (Tank) dan kapal patroli pesisir.

14

Gambar 2.9 Tank dengan senjata mortir di atas atap.


(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/File:W2_lepzmrs.jpg)

Mortir juga dapat menjadi alat peluncur kembang api, sebuah


pelontar genggam atau dipasang pada kendaraan untuk asap atau
flare atau pelontar granat yang besar. Mortir berat dapat dipasang
pada sebuah kereta yang ditarik, atau secara permanen pada
kendaraan tempur lapis baja.
2.

Sejarah Penggunaan Granat Mortir.


Senjata

mortir

digunakan

pertama

kali

pada

perang

Konstantinopel tahun 1453 oleh pasukan Fatih Sultan Mehmed


(Gambar 2.8). Dalam perang tersebut mortir digunakan sebagai
senjata untuk mengepung pasukan musuh, selain itu mortir juga
digunakan pada pengepungan kota Belgrade di Eropa tahun 1456
oleh pasukan yang dipimpin Giovanni da Tagliacozzo melawan
pasukan Turki Ustmani. Penggunaan senjata mortir pada saat itu
masih menggunakan batu sebagai munisi sehingga

daya lontar

yang ditimbulkan rendah serta mudah diantisipasi pasukan lawan.

15

Gambar 2.10 Pengggunaan Mortir dalam perang Konstantinopel


(sumber: http://commons.wikimedia.org/File:_mortar_rounds.png)

Mortir model Pumhart von Steyr merupakan salah satu jenis


mortir pertama yang dibuat dalam bentuk besar dan berat sehingga
membutuhkan waktu lama untuk memindahkan senjata tersebut ke
posisi penembakan yang ditentukan.
Steyr

dibuat

sangat

sederhana

Mortir model Pumhart von

mengingat

bentuknya

menyerupai mangkuk besi.

Gambar 2.11 Mortir model Pumhart von Steyr


(sumber:http://commons.wikimedia.org/File mortar_rounds.png)

yang

16

Pada tahun 1673 Menno Baron van Coehoorn berhasil


menciptakan Mortir jenis Pumhart von Steyr yang dapat diangkut dari
satu tempat ke tempat lain dengan mudah. Mortir ini digunakan
pertama kali oleh Jacobite 1719 pada pertempuran Glen Shiel
sebagai senjata pasukan pemerintah yang dapat memberikan
keuntungan besar dibanding senjata lain di daratan Eropa pada
waktu itu. Mortir hasil ciptaan Coehorn dibuat dengan berat sekitar
180 kilogram (82 kg), digunakan oleh negara yang bertikai selama
perang sipil di Amerika.

Gambar 2.12 Mortir model Pumhart von Steyr digunakan dalam


perang sipil di Amerika.
(sumber:http://commons.wikimedia.org/mortar_rounds.png)

Pada saat terjadi perang Rusia-Jepang,Jenderal Roman


Kondratenko dan Leonid Gobyato dari Rusia untuk pertama kalinya
menerapkan taktik penggunaan mortir yang tersembunyi/tersamar,
dengan cara menempatkan senjata tersebut dibawah permukaan
tanah (parit perlindungan) sehingga terhindar dari peninjauan musuh.
Selanjutnya pada Perang Dunia I, Jerman mengembangkan mortir
parit/Minenwerfer kaliber 7.58 cm sampai 25 cm yang dapat dibawa
oleh prajurit secara perorangan.

17

Gambar 2.13 Penggunaan Mortir dalam parit perlindungan


(sumber:http://commons.wikimedia.org/File_rounds.png)

Mortir kaliber besar (Monster Mortir) pernah dibuat pada


tahun 1832 oleh Henri-Joseph Paixhans (Perancis) dengan kaliber
36 inci; 975 mm serta mortir kaliber 36 inci 910 mm dirancang oleh
Robert Mallet dan diuji oleh Woolwich Arsenal di London pada tahun
1857. Selanjuitnya mortir kaliber 36 inci 914.4 mm dikembangkan di
Amerika Serikat untuk digunakan dalam Perang Dunia II.

Gambar 2.14 Mortir raksasa (Monster Mortir) kaliber 36 inchi/975 mm


(sumber: http://wikimedia.org/File:mortar_rounds.png)

18

Mortir juga digunakan oleh kelompok pemberontak untuk


menyerang

instalasi

militer

maupun

meneror

warga

sipil,

sebagaimana dilakukan oleh pemberontak Tentara Republik Irlandia


selama tahun 1970 s.d 1990. Mortir yang digunakan merupakan hasil
rakitan sendiri dengan menggunakan pipa baja kaliber 320 mm (13
inchi) dan mampu menembakan granat mortir yang berisi bahan
peledak seberat 80 sampai 100 kg (180-220 lb).
3.

Penggunaan Granat Mortir dalam Operasi Tempur dan


Latihan.
a.

Penggunaan senjata mortir dalam operasi tempur dapat


dibagi menjadi dua cara, yaitu dengan menembakan
secara langsung dan tidak langsung.
1)

Penembakan secara langsung.


Dilaksanakan dengan cara menembakan granat
terhadap sasaran yang telah ditentukan, dan
jatuhnya granat dapat ditinjau (dilihat) oleh pelayan
pucuk, sehingga untuk tembakan berikutnya dapat
diarahkan

pada sasaran yang tepat sesuai hasil

koreksi pelayan pucuk. Tembakan secara langsung


dapat dilakukan dengan efektif apabila :
a)

Jarak sasaran relatif dekat sehingga dapat


dilihat/ditinjau dari tempat penembakan.

b)

Keadaan medan yang terbuka, datar atau


kedudukan senjata saat menembak terletak di
ketinggian dimana sasaran dapat dilihat.

c)

Diperlukan kemampuan/kemahiran pelayan


pucuk dalam melihat perkenaan sasaran
tembak, sehingga pada tembakan berikutnya
dapat mengenai sasaran dengan tepat.

19

2)

Penembakan tidak langsung.


Penembakan dilakukan untuk sasaran yang
jauh dan tidak dapat dilihat oleh pelayan pucuk
karena medan yang tertutup dan terlindung oleh
hutan atau bukit. Untuk itu, dalam penembakan
mortir tidak langsung diperlukan bantuan peninjau
depan yang bertugas memantau akurasi/ketepatan
perkenaan sesuai sasaran yang telah ditentukan.
Selain itu perlu adanya perhitungan azimut, elevasi
dan

isian

jatuhnya

granat
granat

untuk
pada

dapat

mengarahkan

sasaran

yang

tepat.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam


penembakan granat motir secara tidak langsung,
yaitu :
a)

Kemampuan/kemahiran pelayan pucuk dalam


melaksanakan penembakan sesuai dengan
sasaran tembak yang ditentukan.

b)

Bantuan peninjau depan dalam memberikan


informasi tentang posisi dan arah tembakan
yang harus dilakukan agar mengenai sasaran
dengan tepat.

c)

Kemampuan

pimpinan

tembakan

dalam

menghitung azimut, elevasi dan isian granat


sesuai dengan jarak sasaran.
Granat

mortir

dalam

operasi

tempur

digunakan sebagai senjata bantuan yang dapat


ditembakan

diatas

pasukan

infanteri

untuk

menghancurkan sasaran/musuh pada saat gerak


maju. Dengan bantuan tembakan tersebut, akan

20

memudahkan pasukan yang berada digaris depan


dalam menghancurkan
sasaran

musuh, serta merebut

sesuai target operasi yang

ditentukan.

Untuk itu dalam pengoperasian senjata mortir


diperlukan perhitungan azimut dan elevasi yang
teliti dan tepat, sehingga penggunaan mortir tidak
berdampak pada jatuhnya korban pada pasukan
sendiri.

Gambar 2.15. Pelayan pucuk dan pimpinan tembakan


menyiapkan mortir.
(Sumber:http://en.wikipedia.org/Finnish_mortar_squad.jpg)

b.

Penggunaan granat mortir dalam

latihan di lembaga

pendidikan maupun di satuan sangat diperlukan dalam


rangka meningkatkan profesionalisme prajurit serta
pemanfaatan Alutsista sesuai dengan fungsinya, untuk
mencapai target dan program yang telah ditentukan.
Dalam latihan dasar menembak mortir, khususnya bagi
prajurit di lembaga pendidikan maupun satuan, sangat
tepat apabila menggunakan granat mortir latihan yang
telah

dimodifikasi,

sehingga

dapat

memberikan

keamanan selama kegitan latihan, mengingat granat

21

tersebut

hanya

dapat

ditembakan

namun

tidak

menimbulkan ledakan karena fuze dan isian granat telah


dikeluarkan. Dengan latihan tersebut dapat diperoleh
adanya :
1)

Realisme yang mendekati cara menembak mortir


sesungguhnya.

2)

Dapat

dilakukan

dengan

memanfaatkan

lahan/lapangan yang ada disekitar satuan lembaga


pendidikan.
3)

Penghematan waktu dan biaya latihan.

Granat mortir latihan hanya dapat digunakan untuk


latihan prosedur/tata cara

penembakan dan tidak

gunakan untuk ketepatan menembak sasaran, hal ini


disebabkan sebaran jatuhnya granat yang tidak akurat,
karena isian dorongnya sudah dikosongkan dan diganti
dengan peluru (sebagai isian dorong).
4.

Karakteristik Mortir 60 mm Long Range (LR)


a.

Karakteristik Umum.
1)

Mortir 60 mm Long Range termasuk katagori mortir


ringan, sederhana dan mudah dalam gerakan,
mampu memberikan tembakan yang besar dengan
cepat dan tepat pada sasaran dalam jangkauannya.
Mortir ini dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
digunakan disemua medan dan cuaca.

2)

Dengan ringannya material yang dipakai maka


mudah dibawa secara perorangan, cepat dalam
pemindahan

dukungan,

mudah

dalam

22

pengoperasian dan mampu dilayani oleh satuan


kecil tanpa mengurangi gerakannya.
3)

Dapat digunakan pada satuan Infanteri, Lintas


Udara dan Kavaleri bila dipasang di atas kendaraan
tempur/Tank.

b.

Karakteristik Khusus.
1)

Mortir 60 mm Long Range memiliki laras licin,


pengisian dari atas dapat berputar mencapai 360
derajat.

2)

Mortir ini cukup dilayani oleh dua orang, bila


keadaan darurat dapat dilayani satu orang.

3)

Bentuk

munisinya

yang

stream

line,

dapat

memberikan kesetabilan dalam lintasannya.


4)

Memiliki alat bidik sederhana dan tepat, alat bidik


ini

tetap

pada

posisinya

selama

dalam

penembakan.
5)

Semua gigi-giginya terlindung dari debu.

6)

Mampu memberikan tembakan dalam jumlah yang


besar dengan tepat sasaran.

7)

Jarak capai maksimum 4000 m.

8)

Sudut elevasi berkisar antara 800 mil sampai


dengan 1500 mil dan dapat memberikan tembakan
pada sasaran dengan sudut yang tinggi secara
efektif pada lereng yang curam atau di belakang
bukit.

23

9)

Mortir 60 mm Long Range terdiri dari bagian-bagian


besar antara lain:
a)

Laras.
Laras

terbuat

dari

tabung

baja

campuran yang lubangnya dihaluskan dengan


toleransi yang sangat kecil. Laras bagian
belakang

diberi

ulir

yang

dihubungkan

dengan ekoran dimana ulir tersebut berfungsi


sebagai penahan kebocoran gas dorong.
Disepanjang laras diberi garis putih untuk
memudahkan pengarahan laras ke arah yang
dikehendaki.

Bila

mortir

disiapkan

untuk

menembak, garis putih tersebut harus selalu


menghadap ke atas.

Gambar 2.16. Laras Mortir


(Sumber: Data primer Kelompok 1)

Ekoran

beserta

bola-bola

dasarnya,

memungkinkan laras dapat berputar sampai


360 derajat. Bola-bola dasar ini mempunyai
sebuah

lubang

yang

tegak

lurus

untuk

24

memudahkan pelepasan granat dari atas


laras.

Ditengah-tengah

ekoran

terdapat

sebuah pena pemukul yang dapat dilepas dan


diganti/ditukar dengan yang baru .
b)

Landasan.
Landasan motir berbentuk segi tiga
bulat, disediakan untuk landasan laras.
Angker kisi-kisi pada bagian bawahnya
untuk mencegah landasan berpindah
pada saat mortir ditembakkan. Bola-bola
dasar berfungsi sebagai titik putar dari
laras. Sebuah gantungan dipasang pada
bagian atas untuk pemasangan tali
pembawa.

Gambar 2.17. Landasan Mortir


(Sumber: Data primer Kelompok 1)

25

c)

Kuda-kuda.
Kuda-kuda terdiri dari bagian-bagian

sebagai berikut :
(1)

Kaki kuda-kuda.
Kaki kuda-kuda terbuat dari pipa yang

dihubungkan

dengan

rumah-rumah

gigi

elevasi dan dikedua ujungnya diberi paku.

Gambar 2.18
Kaki kuda-kuda pada mortir.
(Sumber: Data primer Kelompok 1)

Kaki

kuda-kuda

ini

dapat

membentuk sudut segi tiga yang lebar


dengan kedua pakunya masuk ke dalam
tanah. Dapat mengokohkan kedudukan
mortir selama penembakkan.
(2)

Gigi Elevasi.
Gigi elevasi dihubungkan dengan

kuda-kuda

menggunakan

baut,

dihubungkan melalui rumah-rumah gigi


ubah samping pada penyangga dan
laras mortir bisa diatur dalam elevasi.
Gigi-gigi

elevasi

maupun

baut-baut

26

elevasi

semuanya

tertutup

untuk

mencegah masuknya debu. Gigi-gigi


elevasi ini digerakkan dengan engkol
tengah.
(3)

Gigi Ubah Samping.


Gigi ubah samping dihubungkan

dengan baut elevasi pada rumah-rumah


penyangga dimana laras terletak dan
dapat diatur dalam azimuth. Gigi-gigi
ubah samping, sama seperti gigi elevasi
tertutup

untuk

mencegah

masuknya

debu, lumpur maupun air hujan dan


aman terhadap pengaruh lingkungan.
Gigi ubah samping digerakan dengan
engkol, terletak disebelah kanan rumahrumah gigi ubah samping tersebut. Di
ujung sebelah kiri rumah-rumah ubah
gigi samping tersebut terdapat dudukan
alat bidik.
d)

Alat bidik.
Instrumen

alat

bidik

digunakan

untuk menempatkan laras mortir agar


segaris dan elevasi sesuai dengan jarak
pada bentuk topografi yang bertujuan
untuk

memukul

sasaran

dengan

tembakan mortir. Instrumen alat bidik ini


dibuat terpisah dan dipasang pada mortir
bila akan ditembakan serta disimpan
dalam kotaknya bila dalam pembawaan.
Instrumen alat bidik terdiri dari :

27

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Kolimator.
Sistem ubah segaris.
Sistem elevasi
Kepanjangan silang gelembung.
Kaki alat bidik.

Gambar 2.19.
Instrumen alat bidik pada Mortir
(Sumber: Data primer Kelompok 1)

Pemasangan kalimator dilakukan


bersama dengan tromol ubah samping
lurus dengan alat bidik ke sasaran atau
titik bidik. Garis pada tromol ubah
samping dihitung dalam mil.

Sistim

elevasi menjadi satu dengan skala jarak,


dengan

demikian

tidak

memerlukan

tabel untuk menentukan jarak tembakan


yang

ditentukan.

menunjukkan

berapa

Skala
banyak

jarak
bahan

dorong yang diperlukan oleh granat


untuk menempuh jarak yang ditentukan.
Untuk

menentukan

sasaran

tembak dilakukan dengan mencocokkan

28

jarak yang diinginkan dengan cara


menaikan dan menurunkan laras hingga
instrumen alat bidik gelombang udara
berada di tengah.
Proses pelepasan instrumen alat
bidik dari mortir

dilakukan dengan

memutarkan tuas kuncinya 90 derajat


ditekan dan langsung dapat dikeluarkan.
Untuk melepaskan instrumen alat bidik,
putar kunci 90 derajat dan masukkan
kakinya ke dalam dudukan dan lepaskan
tuas tersebut.
c.

Data Teknis Mortir 60 mm Long Range.


1)

Kaliber

: 60 mm.

2)

Panjang laras seluruhnya

: 940 mm

3)

Berat total

18 kg.

4)

Berat laras dan ekoran

8 kg

5)

Berat kuda-kuda

: 4,5 kg.

6)

Berat landasan

: 5,5 kg.

7)

Berat alat bidik

: 1.1 kg.

8)

Elevasi

9)

40 derajat s.d
79 derajat.
Traverse tanpa mengubah kuda-kuda

10) Pada elevasi 50 derajat

: 100 mil.

11) Pada elevasi 70 derajat

: 140 mil.

12) Jarak capai Maksimum

: 4000 m

Minimum
13) Jumlah tembakan
d.

: 200 m
:

20 butir/menit
(tembakan cepat)

Data Teknik Granat Mortir 60 mm Long Range.

29

1)

2)

5.

Berat.
a)

Berat seluruhnya

: 1,86 kg

b)

Berat Badan

: 1,16 kg

c)

Berat isian

: 0,33 kg

d)

Berat fuze M 111

: 0,20 kg

Ukuran
a)

Panjang seluruhnya

: 351 mm

b)

Panjang badan

: 175 mm

c)

Data Balistik:
(1)

Jumlah isian dorong :

(2)

Jarak capai

(3)

VO (Kecepatan Awal): 89 s.d 258 m/dtk

: 200 s.d 4000 m

Cara Kerja Granat Mortir 60 mm LR.


a.

Masukan granat dari mulut laras.

b.

Sampai di dasar laras granat mortir langsung meledak


karena adanya pukulan antara pena pemukul dengan
penggalak sehingga penggalak meledak mengeluarkan
percikan api. Api membakar IPP dan IPP terbakar
sehingga membakar IPT pada bagian ekor granat,
setelah semua isian terbakar maka menimbulkan gas
yang sangat besar di dalam laras, gas akan mendorang
granat keluar dari laras, jalannya granat pada saat di
dalam laras akan dituntun oleh ring penyumbat yang ada
pada badan granat.

c.

Pada saat granat mendapatkan hentakan ke belakang di


dalam laras akan terjadi gaya setback pada fuze,
sehingga terjadi pembukaan penguncian yakni pen
batang

peluncur

turun

menekan

membebaskan pelor pengunci.

pegasnya

dan

30

d.

Setelah gaya setback berakhir pen batang peluncur


kembali pada kedudukannya membebaskan rotor, rotor
berputar searah jarum jam sesuai gigi-gigi yang ada
pada rotor, rotor berhenti berputar setelah rotor yang
tidak bergigi menyentuh pen pembatas perputaran rotor
berfungsi untuk meluruskan kedudukan pena pukul
berhadapan lurus dengan penggalak.
Proses inilah yang disebut proses penajaman (Fuze
tajam).

e.

Pada saat granat mortir menyentuh sasaran pena


pemukul memukul penggalak sehingga terjadi percikan
api,

api

akan

meledakan

detonator

selanjutnya

meledakan boster yang berisi isian penguat kemudian


menjalar sehingga meledakan badan granat berkepingkeping.
6.

Cara Penggunaan.
a.

Tempatkan landasan.

b.

Pasang laras dengan sudut 45 derajat ke arah sasaran


dan buka kaki kuda-kuda secara penuh.

c.

Tempatkan kuda-kuda di muka landasan sedemikian


rupa sehingga sudut antara laras dengan kuda-kuda
kira-kira 60 derajat. Tekan kaki kuda-kuda ke tanah.

d.

Keluarkan alat bidik dari kotaknya dan pasangkan


dengan pisisi yang benar.

e.

Tentukan elevasi dan azimuth yang dikehendaki.

f.

Perhatikan ukuran kedatarannya apakah sudah berada


ditengah-tengah.

g.

Mortir sudah siap tembak.

31

Gambar 2.20 Prajurit menyiapkan mortir dalam latihan penembakan


(Sumber:http://en.wikipedia.org/wiki/File:Mortier.jpg.JPG)

B.

Kerangka Pemikiran.
1.

Alat utama sistem senjata (Alutsista) TNI merupakan sarana


yang digunakan dalam upaya menjaga, memelihara dan
mempertahankan wilayah NKRI dari segala macam bentuk
ancaman dan gangguan yang datang dari dalam maupun
dari luar. Dengan mempertimbangkan anggaran pengadaan
yang tidak sedikit, maka pemanfaatannya harus terarah
sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Disisi
lain masih terdapat Alutsista yang penggunaannya sudah
tidak sesuai dengan tuntutan/kebutuhan satuan tempur,
karena

beberapa

tembakan

yang

faktor
sudah

diantaranya
tidak

tingkat

akurat dan

akurasi

pembuatan/

pemakaian yang sudah melewati ambang batas maksimal,


oleh karena itu perlu dihentikan penggunaannya seperti
terdapat pada granat mortir 60 mm LR.
2.

Sesuai dengan ketentuan/prosedur di lingkungan Kemhan


dan TNI, bahwa setiap senjata/munisi yang sudah habis
masa penggunaannya harus dimusnahkan (didisposal),
tinjauannya adalah untuk menjaga keamanan dan efesiensi
tempat penyimpanan gudang senjata/munisi satuan. Namun

32

demikian pemusnahan/disposal ini merupakan kebijakan


yang kurang tepat, mengingat alokasi anggaran yang sangat
besar untuk pengadaan Alutsista tersebut.

Sedangkan

upaya pemanfaatan senjata/munisi yang sudah habis masa


penggunaannya masih bisa dilakukan.
3.

Menyikapi hal tersebut, diperlukan solusi yang tepat melalui


proses modifikasi /perubahan granat mortir 60 mm LR yang
tidak digunakan menjadi munisi latihan bagi prajurit.

4.

Kerangka Penelitian.
Inventarisasi data
Pemilihan data

Evaluasi data dan


Analisa

Modifikasi Prototipe
Observasi

Wawancara
Pengambilan sampel
Granat
Proses Rancangan
Model
Analisa dan Evaluasi
Granat Mortir
untuk
kegiatan latihan
Gambar 2. 21.

Kerangka Penelitian

33

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.

Waktu dan Tempat Penelitian.

Penelitian

tentang

Optimalisasi Fungsi Granat Mortir 60 mm LR Menjadi Granat


Latihan Prajurit TNI AD dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan. Adapun
rincian

pelaksanaan

penelitian

meliputi

penyusunan

dan

pemaparan Rancangan Penelitian, kegiatan survei, pengambilan


data wawancara serta penyelesaian laporan ini sebagai berikut:
1. Pusdiklatjemen Badiklat Kemhan, dilaksanakan antara bulan
September sampai dengan bulan Desember 2013 dengan
kegiatan meliputi:
a. Penyusunan Rancangan Penelitan.
b. Pemaparan Rancangan penelitian.
c. Penyelesaian Laporan Penelitian.
2. Gudang Pusat Munisi Direktorat Peralatan Angkatan Darat di
Bandung dilaksanakan selama 1 (satu) hari pada tanggal 24
Oktober 2013 dengan kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Observasi dan Pengumpulan data
b. Wawancara/diskusi dan analisis data.
3. Pusat Pendidikan Peralatan Kodiklat TNI AD di Cimahi
dilaksanakan selama 1 (satu) hari pada tanggal 25 Oktober
2013 dengan kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Observasi dan Pengumpulan data.
b. Wawancara/diskusi dan analisis data.
B.

Metode Penelitian.
1.

Instrumen Penelitian.

Instrumen

yang

digunakan

penelitian ini adalah kegiatan wawancara dan observasi.

pada

34

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada


nara sumber secara mendalam (deepinterview). Sebagai
responden/informan pada penelitian ini terdiri dari narasumber
dari Gupusmu Ditpalad dan Pusdikpal Kodiklat dengan
inti/esensi pertanyaan berkaitan dengan jumlah granat mortir
60 mm LR yang belum dilaksanakan renovasi, hasil uji coba
terakhir granat mortir 60 mm LR yang melandasi pelarangan
untuk di bekalkan pada satuan pemakai dan frekuensi/
intensitas latihan menembak mortir bagi prajurit/ siswa di
lembaga pendidikan.
Adapun data sekunder diperoleh dari bahan-bahan tertulis
(dokumen)

seperti

data

laporan

penelitian,

literatur/

kepustakaan dan lain-lain yang berkaitan dengan topik


penelitian ini.
2.

Teknik Analisis Data.

Dari hasil pengumpulan

data

yang diperoleh kemudian dituangkan dalam bentuk sketsa


gambar model granat mortir 60 mm LR,

hasil modifikasi

yang di dalamnya terdapat tahapan proses penonaktifkan


fungsi fuze serta proses pengeluaran detonator, isian pokok
dan isian dorong. Hasil desain yang telah disusun kemudian
dikonsultasikan dengan narasumber yang berkompeten di
bidang senjata mortir guna mendapatkan pengarahan serta
penyempurnaan desain granat 60 mm LR

aktif menjadi

granat latihan.
3.

Diagram Alir Penelitian.

Diagram

alir

penelitian

ini

dimaksudkan untuk menggambarkan proses penelitian dari


inventarisasi data sampai dengan pembuatan prototipe
model granat latihan sebagai berikut :

35

Inventarisasi data
Pemilihan data

Studi literatur

Desain dan pembuatan rancangan model


Analisa hasil rancangan model

Evaluasi model

Pemilihan sampel granat mortir 60 mm LR

Pelepasan komponen

Pengambilan/pembersihan isian pokok

Pembuatan fuze pengganti dan kamar munisi 5,56 mm

Merangkai komponen

Prototipe model granat latihan

Gambar 3.1. Visualisasi Penelitian

36

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A.

Deskripsi Obyek Penelitian.


Kegiatan observasi penelitian tentang Optimalisasi Granat
Mortir 60 mm LR menjadi granat latihan, dilaksanakan di Gudang
Pusat Munisi I (Gupusmu I) Ditpalad dan Pusat Pendidikan
Peralatan Kodiklat TNI AD. Pelaksanaan penelitian di Gupusmu I
diarahkan pada proses pengambilan data granat mortir 60 mm LR
yang

sudah

berakhir

masa

penggunaannya

(tidak

boleh

dibekalkan) serta mengetahui lebih mendalam tentang karakteristik


granat mortir sebagai bahan penelitian, untuk selanjutnya dipilih
satu sampel granat mortir 60 mm LR non aktif sebagai sarana
proses perubahan fungsi menjadi granat latihan sesuai dengan
prototipe yang telah disusun.
Pelaksanaan observasi di Pusdikpal Kodiklat TNI AD lebih
diarahkan pada pengambilan data teknik/karakteristik senjata mortir
60 mm LR serta data lain yang berkaitan dengan sistem dan
prosedur penggunaan senjata mortir. Untuk mengetahui lebih lanjut
tentang dislokasi obyek penelitian, kami uraikan sebagai berikut:
1.

Gudang Pusat Munisi I Direktorat Peralatan Angkatan Darat.


a.

Dislokasi Satuan.
Dislokasi Gupusmu I Ditpalad beralamat di
Jalan Cikutra Nomor 201, Desa Bojong Koneng,
Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung Jawa
Barat. Gudang pusat munisi tersebut berada di
tengah pemukiman penduduk/perumahan dengan
batas utara kompleks perumahan PT. Bandung Pakar,
sebelah selatan berbatasan dengan Gedung Olah
Raga Cikutra, sebelah barat berbatasan dengan

37

pemakaman umum dan sebelah timur berbatasan


dengan sungai Ciharalang. Menempati areal tanah
seluas 176.636 H terdiri dari gudang penyimpanan
munisi sebanyak 39 Gudang serta 3 Bengkel
Pemeliharaan.

:: SOLAR
DVR = 10
CELL = 74
UNIT
unit

173,6
60 H

Gambar 4.1. Peta Instalasi Gupusmu I Ditpalad


(Sumber: Data primer Kelompok 1)

b.

Tugas Pokok.

38

Gudang Pusat Munisi I Direktorat Peralatan


Angkatan Darat

adalah badan pelaksana Ditpalad

yang

menyelenggarakan

bertugas

fungsi

utama

meliputi pembekalan, pemeliharaan dan inventarisasi


munisi tingkat pusat serta fungsi organisasi militer
yang

meliputi

pengamanan

operasi

latihan,

pembinaan personel, logistik dan pembinaan teritorial


terbatas.

Dalam pelaksanaan kegiatan operasional

satuan Gupusmu I berpedoman kepada program


kerja

dan

anggaran

Komando Atas.
pengamanan,

Untuk

hukum,

Ditpalad,

serta

kebijakan

penyelenggarakan
disiplin

dan

fungsi

tata

tertib

berpedoman kepada kebijakan Pangdam III/Slw.

Gambar 4. 2. Markas Gupusmu I Ditpalad


(Sumber: Data primer Kelompok 1)

c.

Pelaksanaan Tugas Fungsi Utama.


Dalam rangka pelaksanaan tugas pokoknya,
Gupusmu I melaksanakan kegiatan fungsi utama
sesuai dengan sumber daya dan kemampuan yang
dimiliki

meliputi

pengeluaran

serta

kegiatan

penerimaan

pemeliharaan munisi

rincian kegiatan sebagai berikut:

dan
dengan

39

1)

Kegiatan

penerimaan

munisi

hasil

pengadaan dari pusat (Komando Atas)


dan pengembalian dari gudang munisi
daerah.

2)

Kegiatan
bentuk

pengeluaran
pembekalan

pengguna

munisi
kepada

berdasarkan

dalam
satuan
Perintah

Administrasi Kasad dan PPnM Dirpalad.


3)

Pemeliharaan munisi, meliputi kegiatan

sebagai berikut:
a)

Melaksanakan

penyusunan/

penataan ulang munisi yang ada


di gudang penyimpanan setiap
tiga bulan sekali, dengan tujuan
agar

tercipta

udara
terhadap
munisi.

adanya

sirkulasi

sehingga

berpengaruh

kondisi

penimbunan

40

Gambar.4.3
Kegiatan penyusunan ulang munisi
(Sumber: Data primer Kelompok 1)

b)

Rekondisi/Repack
munisi

yang

terhadap

rusak

ringan

sehingga berfungsi dengan baik


dan

dapat

dibekalkan

pada

satuan pengguna.

Gambar 4.4.
Pelaksanaan rekondisi munisi granat mortir
(Sumber: Data primer Kelompok 1)

c)

Renovasi terhadap munisi yang


memerlukan

penggantian

komponen/suku

cadang

agar

dapat dikembalikan pada kondisi


semula

(siap

pakai)

dan

memenuhi

persyaratan

untuk

dibekalkan

pada

satuan

pengguna.

41

Gambar 4. 5. Proses renofasi munisi


(Sumber: Data primer Kelompok 1)

d)

Preservasi

munisi

hasil

penerimaan dari gudang munisi


daerah

dalam

pengembalian
internal

maupun

Gupusmu

diadakan

bentuk

penelitian

dari
untuk
serta

menentukan keputusan/kebijakan
lebih lanjut.
e)

Melaksanakan uji coba terhadap


munisi yang telah direkondisi dan
direnovasi serta munisi aset lama
dengan

tujuan

untuk

menguji

efektifitas fungsi komponen serta


mengetahui kemampuan munisi.

42

Gambar 4.6. Pelaksanaan uji coba munisi


(Sumber: Data primer Kelompok 1)

f)

Penataan gudang munisi. Meliputi

kegiatan

penataan/perbaikan

dan

pembuatan sarana pendukung maupun


fasilitas lainnya Gudpusmu I.
g)

Disposal/pemusnahan

munisi

yang rusak berat/afkir dengan tujuan


untuk menghapus perbendaharaan fisik
maupun administrasi.

Gambar
4.7
pemusnahan
diledakkan

Proses
munisi

disposal/
sebelum

43

(Sumber: Data primer Kelompok 1)

Gambar
4.8.
Proses
disposal/
pemusnahan munisi dengan diledakkan.
(Sumber: Data primer Kelompok 1)

2.

Pusat Pendidikan Peralatan Kodiklat TNI AD.


a.

Dislokasi Satuan.
Dislokasi Pusdikpal Kodiklat TNI AD beralamat di
Jalan Poncol Selatan Nomor 24 Cimahi Jawa Barat,
lokasi tersebut berada dalam area pendidikan militer TNI
AD

dengan batas utara kompleks perumahan/asrama

militer organik, sebelah selatan berbatasan dengan


Pusdikjas Kodiklat TNI AD, sebelah barat berbatasan
dengan Rumah Tahanan Militer Poncol dan sebelah
timur berbatasan dengan Pusdikbekang Kodiklat TNI AD.

44

Gambar 4. 9. Markas Pusdikpal Kodiklat TNI AD


(Sumber: Data primer Kelompok 1)

b.

Tugas Pokok.
1)

Melaksanakan operasional pendidikan, meliputi


segala usaha, pekerjaan dan kegiatan

dibidang

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang


berkaitan dengan proses belajar dan mengajar.
2)

Melaksanakan

pengkajian

dan

pengembangan

pendidikan meliputi segala usaha, pekerjaan dan


kegiatan dibidang perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan yang berkaitan dengan pengkajian
dan pengembangan operasi pendidikan.
3)

Melaksanakan Fungsi Organik Militer, meliputi


segala usaha, pekerjaan dan kegiatan dibidang
pengamanan, latihan satuan, personel, logistik,
ketatausahaan dan urusan dalam

4)

Melaksanakan

Fungsi

Organik

Pembinaan.

Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan


dibidang

perencanaan,

pengorganisasian,

pengawasan dan pengendalian dalam rangka


mendukung tugas Pusdikpal.
c.

Macam pendidikan yang dilaksanakan.


Pusdikpal

Kodiklat

TNI

AD

menyelenggarakan

pendidikan kecabangan peralatan yang meliputi:


1)

Pendidikan Pembentukan (Diktuk)

2)

Pendidikan Pertama (Dikma)

3)

Pendidikan

Pengembangan

Spesialisasi

(Dikbangspes)
4)

Pendidikan Pengembangan Umum (Dikbangum)

45

d.

Susunan Organisasi
1)

Eselon pimpinan.
a)

Komandan

Pusat

Pendidikan

Peralatan,

disingkat Danpusdikpal.
b)

Wakil Komandan Pusat Pendidikan Peralatan,


disingkat Wadanpusdikpal.

2)

Eselon pembantu pimpinan.


a)

Kepala Seksi Operasi Pendidikan, disingkat


Kasiopsdik.

b)

Kepala Seksi Pengkajian dan Pengembangan


Pendidikan, disingkat Kasijianbangdik.

c)

Kepala Seksi Pengamanan dan Operasi,


disingkat Kasipamops.

d)

Kepala

Seksi

Administrasi

dan

Logistik,

disingkat Kasiminlog.
3)

Eselon pelayanan.
a)

Komandan Kompi Markas, disingkat Dankima.

b)

Kepala Sekretariat, disingkat Kaset.

c)

Kepala

Depo

Alat

Instruksi,

disingkat

Kadoalins.
4)

Eselon pelaksana.
a)

Kepala

Departemen

Umum dan Sistem

Pengetahuan

Militer

Prosedur Peralatan,

disingkat Kadeppengmilum dan Sisdurpal.


b)

Kepala Departemen Teknologi Senjata Optik


dan

Alat

Peralatan

Khusus,

disingkat

Kadeptekjat Optik dan Alpalsus.


c)

Kepala

Departemen

disingkat Kadeptekmu.

Teknologi

Munisi,

46

d)

Kepala Departemen Teknologi Kendaraan,


disingkat Kadeptekran.

e)

Kepala Departemen Teknologi dan Mekanik,


disingkat Kadeptekmek.

f)

Kepala Tim Guru Militer/Pelatih disingkat


Katim Gumil/Tih.

g)

Komandan

Satuan

Pendidikan

Perwira,

disingkat Dansatdikpal.
h)

Komandan

Satuan

Pendidikan

Bintara/Tamtama, disingkat Danatdik Ba/Ta.


i)

Komandan

Peleton

Demonstrasi

Latihan,

disingkat Dantondemlat.
B.

Deskripsi Hasil Penelitian.


1.

Analisis Kebijakan Penghentian Penggunaan Granat Mortir 60


mm LR.
Granat mortir 60 mm LR merupakan salah satu munisi
yang sudah digunakan dalam berbagai kegiatan operasi
militer maupun latihan di satuan/lembaga pendidikan. Dari
data yang ada, munisi tersebut telah diproduksi sejak tahun
1960, dan sampai dengan sekarang jumlah granat mortir 60
mm LR yang tersimpan di gudang munisi pusat dan daerah
berjumlah 68.834,

jumlah tersebut akan terus ditambah

dengan munisi jenis dan kaliber


pangadaan

dari

Komando Atas.

lain sesuai program


Seiring

bertambahnya

waktu/masa penyimpanan granat mortir 60 mm LR secara


langsung akan berdampak pada penurunan kualitas perangkat
komponen serta efektivitas dalam penggunaan.

47

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang


alat utama sistem senjata (Alutsista)

serta tuntutan untuk

memenuhi kebutuhan munisi granat mortir dalam berbagai


kaliber, akan berdampak pada penggantian cadangan munisi
lama dengan munisi baru hasil pengadaan. Sehubungan
dengan hal tersebut, dalam upaya mewujudkan kelancaran
dan keamanan dibidang latihan prajurit, telah diterbitkan Surat
Telegram Dirpalad Nomor ST/89/2012 tanggal 7 Agustus 2012
tentang larangan penggunaan Granat mortir 60 mm yang
belum direnovasi untuk digunakan dalam kegiatan latihan
taktis maupun teknis, termasuk di dalamnya untuk kegiatan
operasi militer. Dengan adanya larangan tersebut, maka
granat mortir 60 mm LR yang belum dilaksanakan renovasi
akan tetap berada di gudang penyimpanan (tidak berkurang),
disisi lain program pengadaan munisi baru akan terus
berlanjut,

sehingga

tidak

menutup

kemungkinan

akan

dilaksanakan program pemusnahan/disposal terhadap munisi


granat mortir 60 mm LR yang sudah tidak layak pakai (tidak
standar).
Dari hasil observasi yang dilaksanakan di Gudang
Pusat Munisi I Ditpalad, diketahui bahwa jenis granat mortir
60 mm LR yang tidak memenuhi standar uji penembakan,
harus

dilaksanakan

renovasi

terlebih

dahulu

sebelum

dibekalkan dalam kegiatan latihan. Untuk itu terhitung mulai


tahun 2009 sampai dengan 2011 telah dilaksanakan renovasi
granat mortir 60 mm LR sebanyak 10.196, sedang untuk
granat sejenis yang belum direnovasi tidak diijinkan untuk
digunakan dalam kegiatan latihan/operasi, maupun dibekalkan
pada satuan pengguna.

48

Adanya keterbatasan waktu, tenaga dan anggaran,


akan berpengaruh pada kemampuan untuk melaksanakan
renovasi granat mortir 60 mm LR secara keseluruhan, dengan
demikian

untuk

mewujudkan

efisiensi

dan

efektivitas

penyimpanan dan pemeliharaan, maka munisi yang termasuk


dalam

kategori

rusak

berat

akan

dilakukan

proses

pemusnahan secara bertahap sesuai dengan perintah dan


petunjuk pimpinan.
2.

Analisis Optimalisasi Granat Mortir 60 mm LR.


Dari data yang ada diketahui bahwa munisi granat
mortir 60 mm LR yang belum dilaksanakan renovasi dan tidak
boleh dibekalkan untuk kegiatan latihan berjumlah 2.223 butir,
dengan banyaknya munisi yang sudah tidak digunakan dan
menunggu proses pemusnahan, secara tidak langsung telah
terjadi

pemborosan

anggaran

negara,

mengingat

materiil/Alutsista tersebut belum dimanfaatkan secara optimal


untuk meningkatkan kemampuan prajurit. Untuk itu sebagai
alternatif/solusi

mengatasi

hal

tersebut

adalah

dengan

melakukan upaya perubahan fungsi granat 60 mm LR yang


sudah tidak digunakan menjadi granat latihan, melalui proses
modifikasi secara menyeluruh sehingga aman digunakan
untuk sarana latihan prajurit.
Proses perubahan/modifikasi fungsi granat mortir 60 mm
LR diharapkan dapat memberikan manfaat serta daya guna
yang lebih optimal bagi peningkatan kemampuan prajurit
dalam menggunakan senjata mortir.

Dengan

demikian

melalui kegiatan tersebut dapat dihindari adanya pemusnahan


munisi yang masih bisa digunakan sebagai media/sarana
latihan.

49

Proses

optimalisasi

granat

mortir

60

mm

LR

dilaksanakan dengan melepas seluruh komponen granat aktif,


meliputi fuze, isian pokok dan isian pendorong. Untuk isian
pendorong pada ekor granat diganti dengan munisi kaliber
5,56 mm sedang isian pokok dikosongkan dan diganti dengan
media semen/pasir dengan berat yang sama dengan granat
sesungguhnya,

sehingga tidak menimbulkan ledakan pada

saat mengenai sasaran. Media latihan ini hanya berfungsi


untuk melatih prosedur/teknik menembak granat mortir dari
mulai menyiapkan munisi sampai dengan cara memasukan
dan melepaskan granat kedalam tabung pelontar hingga
terjadi ledakan yang menyebabkan granat meluncur sesuai
dengan arah tembakan.
Granat mortir latihan ini dapat digunakan secara
berulang-ulang, selama bentuk dan kondisinya masih baik
(tidak rusak), untuk itu jatuhnya granat pada permukaan tanah
akan berpengaruh pada tingkat kerusakan badan granat.
Apabila granat jatuh pada permukaan
akan

lebih

baik

karena

dapat

tanah yang lembek

mengurangi

kerusakan

komponen granat, dan apabila mendarat pada permukaan


yang keras (batu/aspal/beton dll), akan berakibat pada
kerusakan/hancurnya badan granat sehingga tidak dapat
digunakan kembali.
3.

Analisis Penggunaan Granat Mortir 60 mm LR dalam Kegiatan


Latihan.
Penggunaan granat mortir 60 mm LR dalam kegiatan
latihan saat ini pada umumnya hanya terbatas untuk latihan
taktis dan teknis setingkat Brigade/Batalyon serta latihan
gabungan yang melibatkan pasukan yang besar, sedangkan

50

untuk program latihan rutin di satuan dan lembaga pendidikan


jarang dilakukan, sehingga dari data yang ada diketahui
bahwa banyak prajurit Satpur yang belum memahami
ketentuan/prosedur penggunaan senjata mortir. Hal tersebut
terjadi karena keterbatasan jumlah granat mortir 60 mm LR
yang khusus diperuntukan dalam latihan, dimana sebagian
besar granat yang ada masih dalam bentuk munisi aktif dan
belum diubah menjadi munisi latihan.
Prosedur penggunaan granat 60 mortir mm LR dalam
kegiatan

latihan

munisi/peluru

tidak

untuk

sama

latihan

dengan

menembak

penggunaan

senjata

ringan,

mengingat granat mortir jumlahnya terbatas dan program


pengadaannya tidak dapat dilakukan dalam setiap tahun
anggaran, sehingga munisi tersebut hanya digunakan dalam
latihan tertentu dengan melibatkan personel pasukan dalam
jumlah besar. Sebagai dampak dari rendahnya intensitas
latihan tersebut maka berpengaruh terhadap kemampuan
prajurit dalam memahami tata cara penggunaan granat mortir,
serta menimbulkan kerawanan apabila dilibatkan dalam
penugasan, mengingat pengoperasian granat mortir 60 mm
LR

memerlukan

penggunaannya

ketelitian

harus

sesuai

dan

ketepatan,

ketentuan,

sehingga

agar

tidak

berdampak pada kerugian personel maupun meteriil.


Optimalisasi granat mortir 60 mm LR (yang sudah tidak
boleh dibekalkan pada satuan pengguna) menjadi granat
latihan, akan memberikan manfaat bagi prajurit dalam
meningkatkan kemampuan cara penggunaan senjata mortir,
sehingga granat mortir 60 mm LR yang tersimpan di gudang
munisi dan menunggu proses disposal dapat berdaya guna

51

bila dirubah fungsinya menjadi media latihan dalam kegiatan


di satuan maupun di lembaga pendidikan.
4.

Optimalisasi fungsi Granat Mortir 60 mm LR Aktif Menjadi


Granat Latihan.
Granat Mortir 60 mm Long Range (LR) merupakan salah
satu jenis granat dalam kelompok munisi kaliber besar (MKB)
dengan daya ledak tinggi (Hight Explosive) dan memiliki
karakteristik data teknik sebagai berikut:
a.

Panjang granat

: 351 mm

b.

Berat granat

: 1,86 kg

c.

Primer

: Perkusi

d.

Isian pokok

: 330 gram TNT

e.

VO

: 89 s/d 258 m/det

f.

Keamanan mulut laras

: 65 meter

g.

Jenis granat

: HE M.38/6 PE A2.

h.

Jarak tembak max

: 200 s/d 4000 m

i.

Jenis fuze

: PD M.111

j.

Jumlah Isian dorong

: IPP + 6 IPT .

Gambar 4.10. Gambar GMO 60 mm LR


(Sumber: Data primer Kelompok 1)

52

Optimalisasi fungsi granat mortir 60 mm LR menjadi


granat latihan merupakan salah satu upaya pemanfaatan
munisi yang sudah tidak dibekalkan kepada satuan pengguna,
untuk diubah menjadi munisi yang dapat digunakan dalam
kegiatan latihan bagi prajurit di satuan maupun di lembaga
pendidikan. Granat mortir 60 mm LR yang masih tersimpan di
Gudang Pusat Munisi I, II, III dan IV Ditpalad dan Gudang
Munisi Daerah saat ini berjumlah 68.834 butir, dengan
perincian sebagai berikut:
a.

Kondisi baik

48.813 butir

b.

Hasil Renovasi

10.196 butir

c.

Hasil Rekondisi

136 butir

d.

Rusak Ringan

7.456 butir

e.

Rusak Berat

2.233 butir

Jumlah

68.834 butir

Telegram

Dirpalad

Berdasarkan

Surat

Nomor

ST/89/2012 tanggal 7 Agustus 2012 tentang larangan


penggunaan Granat mortir 60 mm LR yang belum direnovasi
untuk digunakan dalam kegiatan latihan taktis maupun teknis,
Dengan demikian

dari data di atas dapat diketahui bahwa

granat mortir 60 mm LR yang masih dalam kondisi baik,


hasil renovasi dan rekondisi

boleh digunakan dalam

latihan, sedang GMO katagori rusak berat


untuk

dibekalkan

dalam

kegiatan

latihan

tidak diijinkan
bagi

satuan

pengguna.
Dengan banyaknya GMO 60 mm LR (2.233 butir) yang
tidak diijinkan dibekalkan dalam kegiatan latihan dan masih
tersimpan digudang pusat munisi, diperlukan solusi untuk
memanfaatkan

munisi

tersebut

diantaranya

dengan

melakukan proses optimalisasi fungsi granat mortir menjadi

53

granat latihan melalui tahapan

proses perubahan sebagai

berikut:
a.

Sebelum dilaksanakan perubahan, langkah awal yang


dilakukan adalah meneliti/mengecek terlebih dahulu
kondisi granat mortir dari mulai kepala sampai dengan
ekor, apakah dalam kondisi baik/rusak ringan/rusak
berat.

Setelah

dilaksanakan

pengecekan,

granat

dibersihkan, selanjutnya dilaksanakan tahap pelepasan


seluruh bagian komponen dari mulai kepala sampai
dengan ekor granat (Gambar 4.11)

Gambar 4.11.
Bentuk asli GMO 60 mm LR sebelum dilaksanakan perubahan
(Sumber: Data primer Kelompok 1)

Pada tahap proses pelepasan komponen granat aktif


diperlukan ketelitian dan kesabaran, mengingat di dalam
granat mortir tersebut tersimpan bahan peledak High
Explosive (HE) yang sewaktu-waktu dapat meledak,
apabila belum memahami karakter dan tata cara
pelepasan

bagian

granat

dengan

benar/sesuai

ketentuan. Untuk itu sebagai tindakan pengamanan,


langkah pertama yang harus dilakukan adalah melepas
komponen primer, detonator dan isian pokok pendorong

54

(IPP) yang terdapat pada ekor granat. (Gambar 4.12


dan 4.13)

Gambar4.12
Proses pelepasan detonator dan isian pokok pendorong granat
(Sumber: Data primer Kelompok 1)

55

Gambar4.13.
Detonator dilepas dari ekor granat
(Sumber: Data primer Kelompok 1)

c.

Setelah detonator dan isian pokok pendorong dilepas


dari badan granat, tindakan selanjutnya adalah melepas
Fuze (alat yang berfungsi untuk mengaktifkan isian
pokok pada badan proyektil). (Gambar 4.14)

56

Fuze

Gambar 4.14.
Proses pelepasan Fuze dengan menggunakan alat penjepit
(Sumber: Data primer Kelompok 1)

d.

Putar Fuze ke arah berlawanan dengan jarum jam


sebagaimana memutar baut/sekrup. (Gambar 4.15)

Gambar 4.15.
Fuze dilepas dengan memutar komponen tersebut dari
badan granat berlawanan arah jarum jam
(Sumber: Data primer Kelompok 1)

e.

Fuze yang sudah dilepas dari badan granat, selanjutnya


dicek kondisinya dan dibersihkan, karena dalam kondisi
penyimpanan yang lama, banyak terdapat karat dan
plak/kotoran pada sekrup pengencang. (Gambar 4.16)
Sekrup pengencang

57

Gambar 4.16.
Komponen Fuze yang sudah dilepas dari badan granat
(Sumber: Data primer Kelompok 1)

f.

Melepas Kab Balistik pada ujung Fuze dengan memutar


berlawanan arah jarum jam. Kab Balistik adalah
komponen granat yang berfungsi untuk mencegah
proyektil rekoset di sasaran. (Gambar 4.17)

Kab Balistik
Gambar 4.17. Melepas Kab Balistik pada ujung Fuze
(Sumber: Data primer Kelompok 1)

g.

Bila Kab Balistik dibuka, akan terlihat bagian komponen


di dalam Fuze berupa peralatan pengumpan yang terdiri
dari pena pemukul, detonator dan booster.

58

Gambar 4.18. Komponen peralatan di dalam Fuze setelah


Kab Balistik dilepas.
(Sumber: Data primer Kelompok 1)

h.

Setelah melepas bagian Fuze, tahap berikutnya adalah


membuka ekor granat dengan menggunakan kunci
pembuka, dengan diputar berlawanan arah jarum jam.
(Gambar 4.19)

Gambar 4.19. Membuka ekor granat pada granat mortir.


(Sumber: Data primer Kelompok 1)

i.

Pelepasan

ekor

dari

badan

granat,

merupakan

rangkaian terakhir dari proses pemisahan komponen


granat mortir aktif, untuk kegiatan selanjutnya adalah

59

melaksanakan pengeluaran isian pendorong dan isian


tambahan yang terdapat di bagian ekor granat.

Gambar 4.20. Bagian ekor yang sudah terlepas dari badan


granat mortir.
(Sumber: Data primer Kelompok 1)

j.

Apabila tiga komponen (Fuze, Badan dan Ekor) granat


mortir

sudah

dilepas,

kegiatan

berikutnya

adalah

mengosongkan/membersihkan isian pokok yang terdapat


dalam badan granat dengan dua cara yaitu:
1)

Dengan cara dibakar pada suhu tinggi sehingga zat


kimia yang terdapat dalam badan granat keluar.
Kelemahan dari cara ini adalah hilangnya warna
cat serta terhapusnya tulisan yang menunjukkan
spesifikasi/kaliber granat, sedang keuntungannya
dari segi waktu lebih cepat. (Gambar 4.16 dan 4.21)

60

Isian Pokok

Gambar 4.21. Isian pokok berupa serbuk TNT pada


badan granat mortir.
(Sumber: Data primer Kelompok 1)

Gambar 4.22. Pesiapan proses pembakaran badan


granat mortir.
(Sumber: Data primer Kelompok 1)

Gambar 4.23. Hasil pembakaran badan granat mortir.


(Sumber: Data primer Kelompok 1)

61

2)

Dengan

cara

direbus

dalam

air

mendidih.

Kelemahannya adalah memerlukan waktu lama,


namun warna dan tulisan yang terdapat dalam
granat akan tetap utuh/tidak hilang.

Gambar 4.24. Bagian badan granat mortir yang sudah dibersihkan


(Sumber : Data Primer Kelompok I)

3)

Seluruh

rangkaian

pembersihan

proses

komponen

dilaksanakan. (Gambar 4.20)

pelepasan

granat

mortir

dan
telah

62

Fuze

Badan Granat
Kamar Peluru

Peluru
Ekor Granat
Gambar 4.25. Komponen granat mortir yang sudah dilepas dan siap
untuk disusun kembali menjadi granat latihan.

4)

Tahap berikutnya adalah memasang kembali komponen granat yang telah dilepas dan dikosongkan
isinya sesuai dengan kedudukannya. Agar beban
granat sama dengan berat yang sesungguhnya,
maka pada badan granat diisi pasir/semen dengan
ukuran disesuaikan berat granat aktif/asli sebelum
dikosongkan. Untuk isian pendorong diganti dengan
munisi/peluru kaliber

5,56 mm sehingga jarak

jangkauan tembakan hanya berkisar 50 s.d 125 m


(Dapat terkontrol). (Gambar 4.26)

Gambar 4.26 Simulasi proses pemasangan komponen


granat sesuai dengan kedudukannya.

63

FUZE
BAHAN ALUMUNIUM

PELURU
KAL 5,56 MM

KAMAR
ISIAN POKOK
BAHAN PASIR/SEMEN

Gambar 4.27 Model Granat Hasil Modifikasi.

5)

Seluruh

komponen

telah

terpasang

pada

kedudukannya, selanjutnya model/prototipe granat


mortir

latihan

hasil

optimalisasi/perubahan

dari

granat 60 mm LR siap untuk digunakan sebagai


media latihan bagi prajurit TNI AD.

Gambar 4.28 Model granat mortir latihan hasil optimalisasi.


(Sumber: Data primer Kelompok 1)

64

BAB V
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Dari

analisis

dan

pembahasan

penelitian

tentang

Optimalisasi fungsi granat mortir 60 mm LR menjadi granat latihan


prajurit TNI AD di atas, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pada penelitian ini telah dilakukan optimalisasi/perubahan
fungsi granat mortir 60 mm LR menjadi granat latihan prajurit
TNI AD, melalui proses pelepasan dan pembersihan seluruh
komponen granat beserta isianya, serta pemasangan kembali
berdasarkan rancangan prototype yang telah direncanakan.
2. Kebijakan pelarangan penggunaan granat mortir 60 mm LR
yang belum direnovasi untuk digunakan dalam kegiatan
latihan, merupakan kebijakan yang tepat, mengingat dari segi
akurasi/ketepatan perkenaan sasaran tembak sudah tidak
efektif,
personel.

sehingga

dapat

membahayakan

keselamatan

65

3. Granat mortir 60 mm LR yang belum direnovasi dan dilarang


untuk

dibekalkan

pada

satuan

pengguna

masih

bisa

dimanfaatkan untuk sarana latihan prajurit melalui proses


perubahan/optimalisasi menjadi granat latihan.
4. Kegiatan pemusnahan/disposal granat mortir 60 mm LR yang
sudah tidak digunakan perlu dikaji ulang, mengingat munisi
tersebut masih dapat dimodifikasi dan dimanfaatkan untuk
kegiatan latihan prajurit.

5. Optimalisasi/perubahan fungsi granat mortir 60 mm LR


menjadi granat latihan akan memberikan nilai manfaat yang
besar

bagi

peningkatan

kemampuan

prajurit

dalam

menggunakan senjata mortir.


6. Granat mortir 60 mm LR yang belum dilaksanakan renovasi
dapat diubah menjadi granat latihan dengan cara melepas dan
mengganti komponen yang ada seperti fuze, isian pokok
pendorong dan tambahan dll. Selajutnya dipasang kembali
sesuai kedudukannya.
7.

Rendahnya intensitas penggunaan granat mortir 60 mm LR


untuk kegiatan latihan menembak akan berpengaruh pada
kemampuan prajurit.

B.

Saran
Dari hasil kesimpulan di atas, beberapa rekomendasi yang
dapat

disarankan

kepada

pimpinan

(pengambil

keputusan)

berdasarkan hasil penelitian tentang optimalisasi fungsi granat


mortir 60 mm LR menjadi granat latihan adalah sebagai berikut:

66

1. Diperlukan kajian tentang pemanfaatan munisi granat mortir


60 mm LR yang sudah tidak dibekalkan kepada satuan
pengguna, untuk diubah fungsinya menjadi granat latihan
melalui proses modifikasi.
2. Pelaksanaan pemusnahan/disposal terhadap munisi yang
sudah tidak digunakan

harus dijadikan sebagai alternatif

terkahir, apabila munisi tersebut benar-benar sudah tidak


dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kemampuan prajurit.
3. Disarankan agar kegiatan latihan penggunaan senjata mortir,
dapat dijadikan sebagai program rutin bagi prajurit di satuan
maupun di lembaga pendidikan, sehingga melalui kegiatan
tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan
profesionalisme prajurit.
4. Prototype

granat

optimalisasi/perubahan
diharapkan

dapat

mortir
fungsi

60

mm

menjadi

dijadikan

sebagai

LR

granat
model

hasil
latihan,
untuk

dikembangkan lebih lanjut oleh pihak-pihak terkait (Balitbang


Kemhan).
C.

Penutup.

Demikian Naskah Penelitian tentang Optimalisasi

Fungsi Granat Mortir 60 mm LR Menjadi Granat Latihan Prajurit TNI


AD, disusun sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.

Kiranya

naskah ini dapat digunakan sebagai saran/masukan dalam rangka


pemanfaatan Granat Mortir 60 mm LR yang sudah tidak dibekalkan
dan tidak digunakan untuk dioptimalkan/diubah fungsinya menjadi
granat latihan.

Jakarta,

Nopember 2013
Penulis

Kelompok I

67

DAFTAR PUSTAKA
1.

Buku Petunjuk Teknik TNI AD tentang Mortir 60 mm dan M19,


Nomor : 31-02-21, Pengesahan Surat Keputusan Kasad
Nomor : Skep/809/VIII/ 1997 tanggal 6 Agustus 1997

2.

Buku Petunjuk Teknik TNI AD tentang Mortir 60 mm Long Range


Nomor 31-02-53 Pengesahan Surat Keputusan Kasad Nomor :
Skep/59/I/ 1987 tanggal 20 Januari 1987

3.

Ditpalad, (2009), Kumpulan Data Teknik Senjata Optik

4.

Ditpalad, (2009), Kumpulan Data Teknik Munisi

5.

Infanteri Weapon, Lan Hogg (1994-1995)

6.

Naskah Kajian Tentang Litjianbang Pembuatan Prototipe Model


Warhead dan Impact Fuze Roket Kaliber 200 mm (Lanjutan)
Jakarta, Desember 2012

68

LAMPIRAN 1

69

70

LAMPIRAN 2
INSTRUMEN PENELITIAN
DAFTAR PERTANYAAN PADA KEGIATAN WAWANCARA DALAM
RANGKA PENELITIAN SERDIK SUSJEMEN LITBANG TK. MUDA
PERTAHANAN TA. 2013
PADA GUDANG
BANDUNG

PUSAT

AMUNISI

(GUPUSMU)

NO

PERTANYAAN

1.

Bagaimana cara kerja Granat Mortir 60 mm LR yang


saudara ketahui?

2.

Bagaimana cara kerja Granat Mortir 60 mm


Commando yang saudara ketahui?

3.

Ada berapa jenis Granat Mortir 60 mm dan apakah


ada perbedaan atau ciri khusus dari masing-masing
jenis Granat Mortir 60 mm tersebut?

4.

Bagaimanakah proses mengamankan granat mortir


60 mm LR dan granat mortir 60 mm Comando yang
saudara ketahui?

5.

Bagaimana menurut saudara perlu pembuatan


tentang modifikasi granat mortir 60 mm untuk

DITPALAD,
KETERANGAN

71

digunakan sebagai sarana latihan?


6.

Dalam pembuatan modifikasi granat ini bagaimana


menurut saudara kualifikasi personel yang
dibutuhkan ataukah semua personel dapat
membuat granat modifikasi ini?

7.

Apakah terdapat kendala yang saudara temukan


dalam pembuatan modifikasi granat mortir 60 mm?

8.

Mohon dijelaskan mengapa munisi 5,56 mm yang


digunakan sebagai pendorong body granat?

9.

Menurut saudara bagaimanakah persyaratan granat


latihan yang baik dan apakah granat latihan dibuat
ini telah memenuhi persyaratan tersebut?
2

1
10.

Menurut saudara untuk saat ini berapa granatkah


yang diperlukan untuk latihan dalam suatu satpur
atau lemdik?

11.

Mohon dijelaskan tentang keuntungan dan kerugian


dari penggunaan modifikasi granat mortir 60 mm LR?

12.

Apakah dalam pembuatan modifikasi granat mortir 60


mm LR ini menemukan kesulitan dalam pengadaan
bahan bakunya?

13.

Menurut pengalaman saudara berapakah masa usia


pakai dari granat modifikasi ini?

14.

Dalam pembuatan modifikasi granat apakah terdapat


bahan isian peledak yang perlu dikeluarkan? Apakah
isian tersebut aman untuk digunakan kembali atau
perlu didisposal?

15.

Dalam operasional granat modifikasi ini, setelah


penggunaan perlu dipasang munisi 5,56 mm kedalam
granat, apakah setiap personel dapat memasang
munisi kedalam granat modifikasi?

16.

Mohon masukan atau saran untuk pengembangan


penelitian granat mortir 60 mm LR menjadi granat
latihan?

72

17.

Apakah tujuan dari pengadaan granat mortir 60 mm


LR ?

18

Setujukah saudara jika granat mortir 60 mm yang


sudah Rusak Berat dimodifikasi menjadi granat
latihan prajurit guna menambah frekuensi latihan
prajurit?

2.

PADA PUSAT PENDIDIKAN


KODIKLAT TNI AD BANDUNG.

N
O
1.

PERTANYAAN

PERALATAN

Mohon dijelaskan jenis senjata apa saja yang


digunakan dalam latihan prajurit di Pusdikpal Kodiklat
TNI AD

2.

Mohon dijelaskan berapa jenis senjata mortir dan


jenis apa yang digunakan untuk latihan?

3.

Mohon dijelaskan bagaimana prosedur cara kerja


dari senjata mortir 60 mm LR Tampella?

4.

Ada berapa program pendidikan atau kursus yang


sedang berjalan?

5.

Dapatkah
saudara
menunjukkan
kurikulum
pendidikan atau silabus yang berkaitan dengan
materi senjata mortir?

6.

Berapa besar perbandingan antara teori dan praktek


dari mata pelajaran senjata mortir?

7.

Mohon dijelaskan terdapat berapa jenis pendidikan


atau kursus yang mendapatkan materi senjata
mortir?

8.

Apakah dukungan granat mortir untuk keperluan

(PUSDIKPAL)
KETERANGAN

73

pendidikan atau kursus sudah mencukupi?


9.

Mohon dijelaskan bagaimanakah cara mengatasi


kekurangan dukungan granat mortir?

10.

Apakah granat mortir latihan diperlukan untuk


mendukung kegiatan Proses Belajar Mengajar?

11.

Mohon dijelaskan berapa kalikah rata rata saudara


melatih atau mendapat latihan dengan menggunakan
senjata granat mortir 60 mm tajam?

12.

Apakah kendala atau hambatan yang saudara temui


dalam penggunaan senjata tajam pada saat
pelaksanaan latihan?

1
13

2
Mohon dijelaskan berapa kalikah menurut saudara
frekuensi latihan penembakan granat mortir 60 mm
yang ideal?

14
.

Mohon dijelaskan pada proses atau bagian yang


manakah dalam penembakan senjata mortir yang
dirasakan sangat penting sehingga menciptakan
ketepatan menembak?

15
.
16
.

Menurut saudara apakah perlu dibuatkan granat


latihan sebagai pengganti granat tajam?
Menurut saudara apakah granat modifikasi yang
dibuat ini dapat menggantikan penggunaan granat
tajam sebagai granat latihan?
Menurut saudara apakah granat modifikasi ini dapat
meningkatkan kemampuan penembakan mortir 60
mm?

17
.

18
.

Menurut saudara apakah prajurit akan mudah


menggunakan granat modifikasi ini untuk berlatih
dalam ketrampilan menembak?
Menurut saudara apakah personel atau prajurit tidak
akan menemui kesulitan dalam memasang amunisi
5,56 mm kedalam granat modifikasi?

74

19
.

Menurut saudara apakah lembaga pendidikan atau


satuan akan menemui kesulitan dalam pengajuan
munisi 5,56 mm?

20
.

Menurut saudara apakah modifikasi granat ini sudah


menggambarkan seperti granat mortir tajam, sehingga
dari segi psikologis pada saat latihan sudah sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya?

21
.

PADA SERDIK SUSBAMONJATRI


1

Apakah granat latihan diperlukan bagi serdik?

Apakah satuan tempur sering melakukan latihan


menembak mortir?

Berikan saran dari para serdik berkaitan dengan


pembuatan granat latihan tersebut?

Setujukah saudara jika granat mortir 60 mm LR yang


sudah rusak Berat (RB) dimodifikasi menjadi granat
latihan Prajurit?

75

LAMPIRAN 3

DOKUMENTASI KEGIATAN OBSERVASI DAN


PENGUMPULAN DATA PENELITIAN

Gambar 1 & 2
Ibu Dra. Ambar Pramudyanie, M, Si selaku Dosen
Pembimbing Tugas Akhir memberikan penjelasan tentang rencana
observasi penelitian kepada Kelompok 1 Susjemen Litbang Muda

76

Gambar 3 & 4 Kelompok 1 didampingi Dosen Pembimbing Tugas Akhir


Ibu Ambar Pramudyanie, M, Si dalam kegiatan Wawancara dan Observasi
di GUPUSMU I Ditpalad.

Gambar 5 & 6
Mayor Cpl Saum Kasituud Gupusmu I Ditpalad
memberikan penjelasan tentang sistem kerja Granat Mortir 60 mm LR
kepada kelompok 1

77

Gambar 7 & 8
Kodiklat TNI AD

Kelompok 1 melaksanakan observasi di Pusdikpal

Gambar 9 & 10
Kelompok 1 melaksanakan observasi tentang bagian
besar senjata mortir 60 mm LR di Pusdikpal Kodiklat TNI AD

78

ii

ABSTRAK

Granat Mortir 60 mm LR adalah salah satu jenis senjata bantuan


tembakan yang biasa digunakan oleh Brigade/Batalyon Infanteri dalam
operasi militer, latihan taktis/teknis tingkat satuan maupun latihan
gabungan dengan melibatkan personel dalam jumlah besar. Sebagaimana
kemampuan senjata lintas lengkung pada umumnya, granat mortir 60 mm
LR dapat digunakan untuk menghancurkan dan melumpuhkan sasaran
manusia maupun kubu-kubu pertahanan.
Pada saat ini terdapat dua katagori Granat Mortir 60 mm LR yang
digunakan TNI AD yaitu : Granat Mortir 60 mm LR hasil renovasi tahun
2009 s.d 2011 dan Granat Mortir 60 mm LR Nomor Lot. 3/89 yang belum
direnovasi.

Berdasarkan

penyelenggaraan

latihan

pertimbangan
gabungan

tersebut
antar

dalam

rangka

kecabangan

tingkat

79

Brigade/Batalyon TA 2012, telah diterbitkan Surat Telegram Dirpalad


Nomor ST/89/2012 tanggal 7 Agustus 2012 tentang larangan penggunaan
granat mortir 60 mm LR yang belum direnovasi untuk digunakan dalam
kegiatan latihan taktis maupun teknis, karena dari hasil uji coba yang
dilaksanakan oleh Pussenif, Ditpalad dan Dislitbangad, munisi tersebut
tidak memenuhi standar kemampuan akurasi/ketepatan yang diharapkan
sehingga dapat membahayakan pasukan/personel.
Dengan diterbitkanya ST Dirpalad tersebut maka saat ini terdapat
2.233 butir Granat MO 60 mm LR yang masih tersimpan di Gudang Pusat
Munisi Ditpalad dan Gudang Munisi Daerah di seluruh Kodam yang tidak
diijinkan untuk dibekalkan kepada satuan pengguna. Untuk itu dalam
rangka memanfaatkan Alutsista yang sudah tidak layak pakai, perlu
pemikiran/solusi yang tepat untuk iiimengoptimalkan

munisi tersebut

sebagai media latihan guna meningkatkan kemampuan prajurit di satuan


maupun di lembaga pendidikan.
Penelitian ini mencoba untuk mengoptimalkan fungsi granat mortir
60 mm LR (yang belum direnovasi) menjadi granat latihan yang dapat
digunakan dalam

kegiatan latihan di satuan Brigade/Batalyon Infanteri

maupun di lembaga pendidikan, sehingga besarnya material yang tidak


berguna dapat dimanfaatkan untuk meningkatakan kemampuan dan
keterampilan prajurit.

80

iv

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat meyelesaikan
Tugas Akhir ini dengan judul OPTIMALISASI FUNGSI GRANAT MORTIR
60 MM LR MENJADI GRANAT LATIHAN PRJURIT TNI AD. Dan semoga
Shalawat dan Salam senantiasa tercurah kepada Junjunan kita tercinta
Muhammad SAW.
Penulisan Tugas Akhir ini merupakan bagian akhir dari rangkaian
kegiatan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) peserta Susjemen
Litbang Tingkat Muda Pertahanan Angkatan XII TA.2013. Penyusunan
tugas akhir merupakan salah satu bagian dari kegiatan akademik
Susjemen Litbang yang pada tahun ini ditekankan pada Litbang Material
dengan bidang kajian Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista), adapun
Alutsista yang kami pilih untuk dikaji adalah munisi Granat mortir 60 mm
LR.
Pemilihan granat mortir 60 mm LR sebagai topik kajian mengingat
adanya kebijakan Pimpinan TNI AD yang tidak mengijinkan munisi
tersebut (yang belum direnovasi) untuk digunakan dalam latihan satuan
maupun dibekalkan pada satuan pengguna. Sehingga dengan adanya
larangan tersebut tidak menutup kemungkinan granat mortir yang tidak

81

direnovasi akan dimusnahkan/disposal dan diganti dengan munisi sejenis


yang memiliki kemampuan lebih baik. Guna menghindari proses
pemusnahan/disposal tersebut, kami berupaya mengkaji dan mencari
solusi terbaik dengan memanfaatkan munisi granat mortir 60 mm LR yang
sudah tidak digunakan untuk diubah fungsinya menjadi granat latihan bagi
prajurit, sehingga Alutsista yang tidak berguna akan dapat dioptimalkan
serta dimanfaatkan kembali sebagai sarana peningkatan kemampuan dan
keterampilan prajurit dalam penggunaan senjata mortir.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, kami menyadari bahwa masih
banyak kekurangan serta jauh dari sempurna, untuk itu saran, kritik,
masukan dan koreksi dari berbagai pihak sangat kami harapkan guna
menambah kesempurnaan naskah tugas akhir . Melalui kesempatan ini
tidak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1.

Bapak Brigjen TNI Soebroto, S.I.P., M.M selaku Kapusdiklat


Manajemen Pertahanan Badiklat Kemhan atas dukungan dan
arahan serta motivasi selama penyusunan tugas akhir ini.
v

2.

Ibu Dra. Ambar Pramudyanie, M.Si selaku pembimbing atas


dukungan dan bimbingan serta motivasi selama penyunan
tugas akhir.
Bapak Kolonel Inf Martono selaku Kepala Kursus Manajemen
Litbang Tk. Muda Pertahanan Angkatan XII TA. 2013 atas
dukungan dan motivasinya selama penyusunan tugas akhir.

3.

4.

Bapak Kolonel Cpl Pujiyanto, SE., MM. Danpusdikpal Kodiklat


TNI AD yang telah memberikan fasilitas penelitian, arahan,
saran dan masukan kepada kami selama kegiatan observasi
penelitian.

5.

Bapak Letkol Cpl Usman, Kepala Gudang Pusat Munisi I


Ditpalad yang telah memberikan penjelasan tentang data
munisi GMO 60 mm LR serta data lain yang kami perlukan
dalam penyusunan tugas akhir.

6.

Seluruh Widya Iswara Kursus Manajemen Litbang Tk. Muda


Pertahanan XII TA. 2013 yang telah memberikan saran dan
masukan selama penyusunan tugas akhir ini.

7.

Seluruh rekan peserta Kursus Manajemen Litbang Tk.Muda


Pertahanan XII TA. 2013 yang selalu memberikan semangat
dan motivasi selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan
tugas akhir ini.

82

Semoga bantuan yang telah diberikan dalam dukungan moril,


material dan spiritual mendapat pahala dan limpahan rezeki serta Hidayah
dari Allah SWT dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin.

Jakarta,

Nopember 2013
Penulis

Kelompok I

vi

DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................
ABSTRAK ......................................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................
DAFTAR GAMBAR ........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................
BAB I

i
ii
iv
vi
viii

C
D

PENDAHULUAN.
Latar Belakang Permasalahan.
Permasalahan.
1.
Identifikasi Masalah.
2.
Rumusan Masalah..
3.
Pembatasan Masalah.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Pengertian-Pengertian .

1
1
3
3
3
4
4
5
7

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA


PEMIKIRAN
Landasan Teori

A
B

BAB II

83

1. Tinjauan Tentang Mortir .


2.
Sejarah Penggunaan Mortir ...
3.
Penggunaan Granat Mortir dalam Operasi
Tempur dan Latihan
4.
Karakteristk Mortir 60 mm LR
5.
Cara Kerja Granat Mortir 60 mm LR ....
B Kerangka Pemikiran

7
14
18

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian. .
Metode Penelitian ..

33
33
33
33
34
34

BAB III
A
B

1. Instrumen Penelitian
2.
Teknik dan Analisis Data

3.

Diagram Alir Penelitian .

21
29
31

vii
84

BAB IV
A

ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN


Diskripsi Obyek Penelitian ..
1. Gudang Pusat Munisi 1 Ditpalad .
2. Pusdikpal Kodiklat TNI AD

Diskripsi Hasil Penelitian .


1. Analisis Kebijakan Penghentian Penggunaan
Granat Mortir 60 mm LR
2. Analisis Optimalisasi Granat Mortir 60 mm LR.
3. Analisis Penggunaan Granat Mortir 60 mm LR
Untuk Kegiatan Latihan .
4. Optimalisasi Granat Mortir 60 mm LR Aktif
Menjadi Granat Latihan

BAB V
A
B
C

PENUTUP
Kesimpulan .
Saran
Penutup ...

36
36
36
43
46
46
48
49
51
63
63
64
65

vii
85
i

DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
2.11
2.12
2.13
2.14
2.15
2.16
2.17
2.18
2.19
2.20

Halaman
Model Senjata Mortir Produksi PT. Pindat
..
Proses Penembakan Senjata
Mortir..
Beberapa Macam Jenis Munisi Granat Mortir
.
Granat Mortir dengan sirip sebagai alat
keseimbangan
Mortir Produksi
Perancis.
Granat Mortier 81 mm
GMO Status 120 mm HE Proxsinity
Fuze
GMO Status 120 mm HE M 734
Fuze.
Tank dengan senjata mortir di atas
atap..
Penggunaan Mortir dalam perang
konstantiopel.
Mortir Model Pumhart Fon
Steyr
Mortir Model Pumhart Fon Steyr digunakan dalam
perang sipil di Amerika

Penggunaan Mortir dalam parit


perlindungan..
Mortir Raksasa (Monster Mortir) Kaliber 36 inci atau
975
mm..
Pelayan Pucuk dan Pimpinan Tembakan menyiapkan
Mortir
..
Laras Mortir
..
Landasan
Mortir
Kaki kuda-kuda pada mortir
...
Instrumen alat bidik pada mortir

Prajurit menyiapkan mortir dalam latihan penembakan

7
8
10
11
12
12
13
13
14
15
15
16
17
17
20
23
24
25
27
31

86

3.1
3.2
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
4.12
Gamba
r
4.13
4.14

Kerangka
Penelitian..
Visualisasi
...
Peta Instalasi Gupusmu I
Ditpalad.
Markas Gupusmu I
Ditpalad...
Kegiatan penyusunan ulang munisi
..
Pelaksanaan rokondisi munisi granat mortir
...
Proses renovasi
munisi
Pelaksanaan uji coba munisi
.
Proses disposal/pemusnahan munisi sebelum
diledakan

Proses disposal/pemusnahan munisi dengan


diledakan
Markas Pusdikpal TNI AD.
Gambar GMO 60 mm LR
..
Bentuk asli GMO 60 mm LR sebelum dilaksanakan
perubahan
..
ix
Proses Pelepasan Detonator dan isian pokok
pendorong
granat.

32
35
37
38
39
40
41
42
42
43
43
51
53
54
Halama
n
54
55

4.15
55
4.16
4.17
4.18
4.19
4.20
4.21
4,22
4.23
4.24
4.25

Detonator dilepas dari ekor


granat.
Proses pelepasan fuze dengan menggunakan alat
penjepit

Fuze dilepas dengan memutar komponen tersebut


dari badan granat berlawanan arah jarum
jam
Komponen fuze yang sudah dilepas dari badan
granat
Melepas Kab Balistik pada ujung fuze .
Komponen peralatan di dalam fuze setelah kab
balistik

56
57
58
59
59
59
60

87

4.26
4.27
4.28

dilepas
.
Membuka ekor granat pada granat mortir

Bagian ekor yang sudah terlepas dari badan granat


mortir
..
Isian pokok berupa serbut TNT pada badan granat
mortir
..
Persiapan proses pembakaran badan granat mortir
Hasil Pembakaran badan granat
mortir.
Bagian badan granat mortir yang sudah dibersihkan

Komponen granat mortir yang sudah dilepas dan siap


untuk disusun kembali menjadi granat latihan

Simulasi proses pemasangan komponen granat


sesuai dengan kedudukannya

Model Granat hasil modifikasi.

Model granat mortir latihan hasil optimalisasi


.

60
61
61
62

88

ABSTRAK

Granat Mortir 60 mm LR adalah salah satu jenis senjata bantuan


tembakan yang biasa digunakan oleh Brigade/Batalyon Infanteri dalam
operasi militer, latihan taktis/teknis tingkat satuan maupun latihan
gabungan dengan melibatkan personel dalam jumlah besar. Sebagaimana
kemampuan senjata lintas lengkung pada umumnya, granat mortir 60 mm
LR dapat digunakan untuk menghancurkan dan melumpuhkan sasaran
manusia maupun kubu-kubu pertahanan.
Pada saat ini terdapat dua katagori Granat Mortir 60 mm LR yang
digunakan TNI AD yaitu : Granat Mortir 60 mm LR hasil renovasi tahun
2009 s.d 2011 dan Granat Mortir 60 mm LR Nomor Lot. 3/89 yang belum
direnovasi.

Berdasarkan

penyelenggaraan

latihan

pertimbangan
gabungan

tersebut
antar

dalam

rangka

kecabangan

tingkat

Brigade/Batalyon TA 2012, telah diterbitkan Surat Telegram Dirpalad


Nomor ST/89/2012 tanggal 7 Agustus 2012 tentang larangan penggunaan
granat mortir 60 mm LR yang belum direnovasi untuk digunakan dalam
kegiatan latihan taktis maupun teknis, karena dari hasil uji coba yang
dilaksanakan oleh Pussenif, Ditpalad dan Dislitbangad, munisi tersebut
tidak memenuhi standar kemampuan akurasi/ketepatan yang diharapkan
sehingga dapat membahayakan pasukan/personel.
Dengan diterbitkanya ST Dirpalad tersebut maka saat ini terdapat
2.233 butir Granat MO 60 mm LR yang masih tersimpan di Gudang Pusat
Munisi Ditpalad dan Gudang Munisi Daerah di seluruh Kodam yang tidak
diijinkan untuk dibekalkan kepada satuan pengguna. Untuk itu dalam
rangka memanfaatkan Alutsista yang sudah tidak layak pakai, perlu
pemikiran/solusi yang tepat untuk mengoptimalkan

munisi tersebut

89
xi

sebagai media latihan guna meningkatkan kemampuan prajurit di satuan


maupun di lembaga pendidikan.
Penelitian ini mencoba untuk mengoptimalkan fungsi granat mortir
60 mm LR (yang belum direnovasi) menjadi granat latihan yang dapat
digunakan dalam

kegiatan latihan di satuan Brigade/Batalyon Infanteri

maupun di lembaga pendidikan, sehingga besarnya material yang tidak


berguna dapat dimanfaatkan untuk meningkatakan kemampuan dan
keterampilan prajurit.

90
xii

DAFTAR LAMPIRAN
1

Surat Telegram Dirpalad Nomor: ST/89/2012 tanggal 7 Agustus


2012 Perihal ketentuan penggunaan granat mortir 81 mm SB dan
60 mm LR Tampella.

Instrumen Penelitian

Dokumentasi
Penelitian

Kegiatan

Observasi

dan

Pengumpulan

data

91

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEMHAN


PUSAT MANAJEMEN PERTAHANAN

OPTIMALISASI FUNGSI GRANAT MORTIR 60 MM


LONG RANGE (LR) MENJADI GRANAT LATIHAN
PRAJURIT TNI AD
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh:
Kelompok I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Letkol Ctp. Drs. Sugiantoro


Letkol Laut (KH/W) Yuliantini, S.H.
Mayor Cpl. Teguh Nanang S.
Mayor Caj. Drs. Nana Priyatna
Mayor Czi. Ir. Suharnoko
Mayor Caj. Rita Rahayu, S. Pd
Mayor Cpl. H. Imam Wahyudi, S. Pd
Mayor Laut (K) dr. Hisnindarsyah,S.E., M. Kes.,CFEM (USM)
Mayor Inf. Suratno
Penata III/c Paryan, S.E., M.M.

KURSUS MANAJEMEN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


TINGKAT MUDA PERTAHANAN ANGKATAN XII TA. 2013

Jakarta, Nopember 2013

92
i

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEMHAN


PUSAT MANAJEMEN PERTAHANAN

LEMBAR PERSETUJUAN
TUGAS AKHIR PENELITIAN
TENTANG

OPTIMALISASI FUNGSI GRANAT MORTIR 60 MM


LONG RANGE (LR) MENJADI GRANAT LATIHAN
PRAJURIT TNI AD
Disusun Oleh:
Peserta Susjemen Litbang Tingkat Muda Pertahanan XII TA. 2013
Kelompok I

Telah diterima sebagai salah satu persyaratan pendidikan dan


merupakan tugas akhir dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Manajemen
Pertahanan
Badiklat
Kemhan
dalam
Penyelenggaraan
Kursus
Manajemen
Pendidikan
Pengembangan Tingkat Muda Pertahanan Angkatan XII TA.
2013

Mengetahui
PEMBIMBING

Dra. AMBAR PRAMUDYANIE, M.Si


Pembina Tingkat I / IVb NIP: 1961022732001

93

Anda mungkin juga menyukai