Anda di halaman 1dari 31

BAB I

LAPORAN KASUS
I.

II.

IDENTITAS PASIEN
Nama
No RM
Umur
Alamat
Agama
Pekerjaan
Status
Suku Bangsa
Tanggal Masuk RS

: Ny. J
: 067208
: 30 tahun
: Mekar sari tanjung raya, Mesuji
: Islam
: Petani
: Menikah
: Jawa
: 10 Mei 2016 jam: 17.35 wib

RIWAYAT PENYAKIT
ANAMNESIS
Keluhan Utama

: Alloanamnesa
: Sesak nafas yang semakin memberat sejak 2 bulan

yang lalu
Keluhan tambahan
: batuk, bengkak, lemas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Os datang ke IGD RSPBA dengan keluhan sesak nafas yang semakin
memberat sejak 2 bulan yang lalu. Os mengaku sesak jika sedang beraktivitas.
Dan sesak membaik saat istirahat. Os mengaku sering terbangun pada malam
hari karena sesak. Os juga mengaku sulit untuk tidur dikarenakan sesak. Os
mengaku sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca dan emosi. Os juga menyangkal
adanya mengi. Os juga mengaku batuk berdahak sejak 1 minggu yang lalu.
Batuk berdahak berwarna putih kental dan tidak disertai darah. Os mengaku
dalam 1 kali batuk sebanyak 1 sendok makan. Os mengaku kedua kakinya
bengkak. Dan os juga mengaku badan terasa lemas sehingga jika os ingin
beraktifitas sering dibantu oleh keluarga. Os menyangkal adanya nyeri dada.
Os juga menyangkal adanya demam, pilek, mual, muntah, pusing, nyeri
pinggang

dan nyeri perut. Os mengaku nafsu makan menurun. Os juga

mengaku buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan. Os
menyangkal adanya penyakit darah tinggi, jantung, asma dan diabetes. Os
juga mengaku di keluarga os tidak ada yang memiliki gejala atau penyakit
1

yang sama dengan os. Os juga menyangkal adanya alergi obat. Os belum
pernah berobat sebelumnya dikarenakan rumah os berada di kampung yang
disana tidak ada dokter serta jauh dari kota.
Riwayat alergi obat:
Os mengatakan selama ini os minum obat tidak menimbulkan alergi.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Sebelumnya os belum pernah mengalami keluhan yang sama.
HT
: (-)
DM : (-)
Asma : (-)
Jantung: (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Menurut os dikeluarga tidak ada yang mengeluhkan keluhan sama.
Riwayat Sosial Ekonomi :
Os tinggal di kampung bersama suaminya, os bekerja sebagai petani. Status
ekonomi : kurang
III.

PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENT
Keadaan Umum
Kesadaran
GCS
Tekanan Darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
STATUS GENERALIS
a. Kepala
Bentuk
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
b. Leher
Pembesaran KGB
Pembesaran Tiroid
JVP
Trachea

: Tampak sakit sedang


: Compos mentis
: E4V5M6
: 140/90 mmHg
: 69 x/menit
: 25 x/menit
: 36,3oC
: Normocephali
: Hitam, tidak mudah rontok
: Sklera normal ka/ki, konjungtiva anemis ka/ki
: Normotia ka/ki
: Normonasi, sekret tidak ada, defiasi tidak ada
: Bibir normal, sianosis tidak ada, pelo tidak ada
: tidak ada pembesaran
: tidak ada pembesaran
: tidak ada peningkatan
: tidak ada deviasi
2

c. Thorax
- Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

: ictus cordis tidak terlihat


: ictus cordis tidak teraba

Batas kanan atas


Batas kiri atas
Batas kanan bawah
Batas kiri bawah
Auskultasi

: ICS II linea parasternaslis dextra


: ICS II linea parasternalis sinistra
: ICS IV linea parasternalis dextra
: ICS V linea midclavikularis sinistra
: BJ I dan II normal, regular, murmur dan gallop
tidak ada

Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: statis, dinamis, simetris kanan dan kiri


: fremitus suara kanan normal, kiri melemah
: kanan sonor, kiri redup
: suara nafas vesikuler kanan normal, kiri vesikuler
melemah, ronki (-) kanan dan kiri, wheezing (-) kanan
dan kiri

d. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
e. Ektremitas
Superior
Inferior
IV.
V.

: akral hangat dan edema tidak ada


: akral hangat dan edema kanan dan kiri

DIAGNOSIS KERJA
Efusi Pleura Sinistra
DIAGNOSIS BANDING
-

VI.

: datar, acites tidak ada, massa dan jejas tidak


ditemukan
: bising usus positif
: Nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien tidak teraba
: timpani seluruh lapang abdomen

TB paru

PENATALAKSANAAN
Farmakologi :
Ivfd RL X gtt/tpm
O2 3 liter / menit
Ambroxol syr 3 x 1 c
Furosemid 2 x 1 / iv
Levofloxacin 1 x 1
Neurobion 1 x 1 / drip
3

VII.

VIII.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
- USG
- Torakosintesis
- Sputum BTA
PROGNOSA
Quo ad Vitam
Quo ad Fungtionam
Quo ad Sanationam

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
HASIL LABORATORIUM
HEMATOLOGI

PEMERIKSAAN

HASIL

Hemoglobin

8.5

Leukosit
Hitung jenis leukosit
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limposit
Monosit

13200

Eritrosit

3,0

Hematokrit

26

Trombosit
MCV
MCH
MCHC

378000
86
28
33

NORMAL
Lk: 14-18 gr%
Wn: 12-16 gr%
4500-10.700 ul
0-1 %
1-3%
2-6 %
50-70 %
20-40 %
2-8 %
Lk: 4.6- 6.2 ul

0
0
1
57
28
14

Wn: 4.2- 5,4 ul


Lk: 40-54 %
Wn: 38-47 %
159-400 ul
80-96
27-31 pg
32-36 g/dl

URINE
PEMERIKSAAN
Warna

HASIL
Kuning

NORMAL
Kuning
4

Kejernihan
Berat Jenis
pH
Leukosit/lesis
Nitrit
Protein
Glukosa
Keton
Urobilinogen
Bilirubin
Darah Samar
Sedimen
Leukosit
Eritrosit
Epitel
Bakteri
Kristal
Silinder
Lain-lain

Jernih
1.020
6
100
50

Jernih
1.005-1.030
5-8
Negatif (10 leuko/ul)
Negatif
Negatif (< 30 mg/dl)
Negatif (< 30 mg/dl)
Negatif (< 50 mg/dl)
Negatif (< 1 mg/dl)
Negatif (< 2 mg/dl)
Negatif (< 10 ery/dl)

5-6
10-12
Beberapa
Sedikit
-

10 / LPB
5 / LPB

PEMERIKSAAN
Urea

HASIL
31

Creatinin

1.2

NORMAL
10-40 mg/dl
Lk : 0.9-1.5 mg/dl

Gula Darah Sewaktu

127

KIMIA DARAH

Wn : 0.7-1.3 mg/dl
< 200 mg/dl

THORAX PA

EXPERTISE
- Posisi trakea di tengah
- Mediastinum superior tidak melebar
- Jantung sulit dinilai, batas kiri tertutup perselubungan
- Sinus costophrenicus kanan normal, kiri tertutup perselubungan
- Sinus cardiophrenicus kanan normal, kiri tertutup perselubungan
6

Diafragma kanan normal, kiri tertutup perselubungan


Pulmo:
o Hilus kanan dan kiri normal
o Corakan bronkovaskuler bertambah
o Tampak perselubungan opak homogen di hemithorax kiri bawah
o Kranialisasi (-)

Skletal : dalam batas normal


KESAN :
Effusi pleura kiri
IX.

RESUME
Os datang ke IGD RSPBA dengan keluhan sesak nafas yang semakin
memberat sejak 2 bulan yang lalu. Os mengaku sesak jika sedang beraktivitas.
Dan sesak membaik saat istirahat. Os mengaku sering terbangun pada malam
hari karena sesak. Os juga mengaku sulit untuk tidur dikarenakan sesak. Os
juga mengaku batuk berdahak sejak 1 minggu yang lalu. Batuk berdahak
berwarna putih kental dan tidak disertai darah. Os mengaku dalam 1 kali
batuk sebanyak 1 sendok makan. Os mengaku kedua kakinya bengkak. Dan os
juga mengaku badan terasa lemas sehingga jika os ingin beraktifitas sering
dibantu oleh keluarga. Os mengaku nafsu makan menurun. Os juga mengaku
buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan. . Os juga mengaku di
keluarga os tidak ada yang memiliki gejala atau penyakit yang sama dengan
os. Os belum pernah berobat sebelumnya dikarenakan rumah os berada di
-

kampung yang disana tidak ada dokter serta jauh dari kota.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis dengan GCS 15.
Tanda Vital:
Tekanan darah: 140/90 mmHg, Pernafasan: 26 x/menit, Nadi: 69 x/menit,
Suhu : 36,30C.
Status kepala, leher, cor, abdomen ekstremitas superior dalam batas normal
Mata
: Konjungtiva anemis ka/ki
Pulmo
Inspeksi
: statis, dinamis, simetris kanan dan kiri
Palpasi
: fremitus suara kanan normal, kiri melemah
7

Perkusi
Auskultasi

: kanan sonor, kiri redup


: suara nafas vesikuler kanan dan kiri, ronki (-) kanan

dan kiri, wheezing (-) kanan dan kiri


Ekstremitas inferior : edem +/+ kanan dan kiri
Hasil laboratorium :
Hb: 8,5
Leukosit : 13200
Monosit : 14
Eritrosit : 3,0
Hematokrit : 26
Protein : 100
Darah Samar : 50
Sedimen eritrosit : 10-12
Foto thorax

EXPERTISE
- Posisi trakea di tengah
- Mediastinum superior tidak melebar
- Jantung sulit dinilai, batas kiri tertutup perselubungan
- Sinus costophrenicus kanan normal, kiri tertutup perselubungan
8

Sinus cardiophrenicus kanan normal, kiri tertutup perselubungan


Diafragma kanan normal, kiri tertutup perselubungan
Pulmo:
o Hilus kanan dan kiri normal
o Corakan bronkovaskuler bertambah
o Tampak perselubungan opak homogen di hemithorax kiri bawah
o Kranialisasi (-)

Skletal : dalam batas normal


KESAN :
Effusi pleura kiri
Berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang os di diagnosa
efusi pleura sinistra.

BAB II
ANALISA KASUS

Gejala klinis

Pasien
sesak nafas yang semakin
memberat sejak 2 bulan yang

lalu.
sesak jika sedang beraktivitas
9

Teori
dispnea (sesak nafas)
nyeri dada
Batuk
Lemas
nafsu
makan

sesak membaik saat istirahat


sering terbangun pada malam

hari karena sesak


sesak tidak dipengaruhi oleh

menurun,
mudah lelah

Keadaan umum :

cuaca dan emosi serta tidak


-

disertai mengi
batuk berdahak

sejak

minggu yang lalu


Batuk berdahak

berwarna

putih kental dan tidak disertai


darah sebanyak 1 sendok
-

makan
kedua kakinya bengkak
badan terasa lemas sehingga
jika

Pemeriksaan

fisik

os

ingin

beraktifitas

sering dibantu oleh keluarga


nafsu makan menurun
Dari
pemeriksaan
fisik
didapatkan

keadaan

umum

Pasien tampak sesak

pasien tampak sakit sedang,


kesadaran
-

compos

mentis

Composmentis

dengan GCS 15.


Tanda Vital:
Tekanan
darah:
mmHg,

TTV
140/90

Pernafasan:

26

x/menit, Nadi: 69 x/menit,


-

Suhu : 36,30C.
Status kepala, leher,

cor,

abdomen ekstremitas superior


-

dalam batas normal


Mata
: Konjungtiva
anemis ka/ki
Pulmo
Inspeksi

10

nafas
Tingkat kesadaran :

: statis,

RR : Takhipnea
N : Takhikardia
S : Jika ada infeksi bisa
hipertermia
TD : Bisa hipotensia
-

Kepala : Mesochepal
Mata : Conjungtiva

anemis
Hidung : Sesak nafas,

dinamis, simetris kanan


-

dan kiri
Palpasi
fremitus

:
suara

pernafasan berkurang
kanan Pulmo (paru-paru )

normal, kiri melemah


Perkusi
: kanan

simetris, tampak
sesak nafas tampak

nafas vesikuler kanan dan

penggunaan otot

kiri, ronki (-) kanan dan


kiri, wheezing (-) kanan
inferior

Inspeksi : Terlihat
ekspansi dada

sonor, kiri redup


Auskultasi
: suara

dan kiri
Ekstremitas

cuping hidung
Dada : Gerakan

bantu nafas
Palpasi : Vokal

Fremitus menurun
Perkusi : Pekak

(skonidulnes), redup
Auskultasi : Bunyi

edem +/+ kanan dan kiri

nafas menghilang
atau tidak terdengar
diatas bagian yang
terkena
Pemeriksaan
penunjang

Posisi trakea di tengah


Gambaran efusi pleura pada
Mediastinum superior tidak
radiografi toraks posisi tegak
melebar
adalah:
Jantung sulit dinilai, batas kiri
1)
penumpulan
sinus
tertutup perselubungan
Sinus costophrenicus kanan kostofrenikus bila cairan
normal,

kiri

tertutup >500 ml pada Foto PA, dan

perselubungan
>200 ml pada foto lateral
Sinus cardiophrenicus kanan
2)
meniscus
sign
normal,
kiri
tertutup
3) serta perselubungan luas
perselubungan
yang
mungkin
disertai
Diafragma kanan normal, kiri
pendorongan jantung dan
tertutup perselubungan
Pulmo:
medistinum.
11

o Hilus kanan dan kiri


Hal

normal
o Corakan

berbeda

dengan ditemukannya tanda-

bertambah
o Tampak
homogen

agak

dijumpai pada posisi supine

bronkovaskuler

perselubungan

yang

tanda
opak
di

hemithorax kiri bawah


o Kranialisasi (-)

1)

radiologik
peningkatan

hemitoraks
2)

berupa:
densitas

yang

terkena,

meniscus

sign

3) hilangnya bayangan atau

Skletal : dalam batas normal

batas

hemidiafragma

KESAN :

4) berkurangnya ketajaman

Effusi pleura kiri

gambaran vaskuler di daerah


basal
5)

paru
apical

capping

6) penebalan fisura minor.

12

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi dan fisiologi
1. Anatomi
Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru berbentuk kerucut.
Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam tiga lobus atas, tengah dan bawah.
Paru kiri dibagi oleh sebuah tisuda ke dalam dua lobus atas dan bawah . Permukaan
datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian
tengah terdapat tampuk paru-paru atau hillus paru-paru dibungkus oleh selaput yang
tipis disebut Pleura. Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi paru
dalam dua lapisan : Lapisan viseral, yang dekat dengan permukaan paru dan lapisan
parietal menutupi permukaan dalam dari dinding dada.Paru- paru yaitu: paru-pau
kanan, terdiri dara 3 lobus (belah paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus nedia,
dan lobus inferior, tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari, pulmo
sinester, lobus superior, dan lobus inferior, tiap-tiap lobus terdiri dari belahan13

belahan yang lebih kecil bernama segment. Paru-paru kiri mempunyai 10 segment
yaitu: lima buah segment pada lobus superior, dua buah segment pada lobus medialis
tiga buah segmen pada lobus inferior. Kapasitas paru-paru merupakan kesanggupan
paru-paru dalam menampung udara didalamnya.Kapasitas paru-paru dapat dibedakan
sebagai berikut:
- Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat megisi paru-paru pada inspirasi
sedalam dalamnya.
- Kapasitas vital yaitu jumlah udara yang dapat dikrluarkan setelah ekspirasi
maksimal.

2. Fisiologi
a. Pernapasan pulmoner
Merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang trjadi pada pau-paru.
Empat proses yang berhubugan dengan pernapasan polmuner yaitu:
1) Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam alveoli
dengan udara luar.
2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk keseluruh
tubuh, karbondiaksoda dari seluruh tubuh masuk ke 10 paru-paru
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa degan jumlah yang
tepat yang bias dicapai untuk semua bagian.
4) Difusi gas yang menembus mambran alveoli dan kapiler karbondioksida.
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida, konsentrasi
menpengaruhi dan merangsang pusat pernapasan terdapat

dalam darah

dalam otak untuk

memperbesar kecepatan dalam pernapasan sehingga terjadi pengambilan O2 dan


pengeluaran CO2 lebih banyak.

14

b. Pernafasan jaringan (Pernafasan interna)


Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen
tubuh masuk kedalam jaringan akhirnya mencapai kapiler,

dari seluruh

darah mengeluarkan

oksigen kedalam jaringan, mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru


terjadi pernafasan eksterna.
c. Daya muat paru-paru
Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4500 ml 5000 ml (4,5 - 5 liter)
udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10 %, 500 ml
disebut juga udara pasang surut (pidal air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan
pada pernafasan biasa.
d. Pengendalian pernafasan
Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor utama kimiawi
dan pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu merangsang pusat pernafasan yang
terletak di dalam medula oblongata kalau dirangsang mengeluarkan impuls yang
disalurkan melalui saraf spinal.
e. Otot pernafasan (otot diafragma atau interkostalis)
Pengendalian oleh saraf pusat otomatik dalam medula oblongata mengeluarkan
impuls eferen keotot pernafasan melalui radik saraf

servikalis diantarkan ke

diafragma oleh saraf prenikus. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot
diafragma dan inter costalis

yang kecepatanya kira-kira 15 kali setiap menit.

Pengendalian secara kimia, pengendalian dan pengaturan


frekuensi kecepatan dan dalamnya gerakan
sumsum sangat peka, sehingga

secara kimia meliputi

pernafasan, pusat pernafasan dalam

kadar alkali harus tetap dipertahankan,

karbondioksida adalah produksi asam dari metabolisme dan bahan kimia yang asam
merangsang pusat pernafasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas
otot pernafasan.

15

f. Kecepatan pernafasan
Pada wanita lebih tinggi dari pada pria, pernafasan secara normal maka
ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat, pada bayi adakalanya
terbalik, inspirasi istirahat ekspirasi disebut juga pernafasan terbalik
Kecepatan setiap menit
Bayi baru lahir : 30 40 x/menit
12 bulan : 30 x/menit
2 - 5 tahun : 24 x/ menit
Orang dewasa : 10 20 x/menit
g. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan, manusia sangat membutuhkan
oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan
mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan
kematian, kalau penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran
dan anoksia serebralis misalnya orang bekerja pada ruangan yang sempit, tertutup,
ruang kapal, kapal uap dan lain-lain, bila oksigen tidak mencukupi maka warna darah
merahnya hilang berganti kebiru- biruan misalnya yang terjadi pada bibir, telinga,
lengan dan kaki disebut sianosis.
A. Pengertian
Efusi Pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan di rongga
pleura selain cairan dapat juga terjadi penumpukan pus atau darah. Efusi Pleura
adalah terkumpulnya cairan abnormal dalam kavum Pleura. Efusi Pleura adalah
penumpukan cairan di dalam ruang plaural yang terjadi karena proses penyakit
primer dan dapat juga terjadi karena penyakit sekunder akibat penyakit lain. Efusi
dapat berupa cairan jernih yang merupakan transudat, dan berupa pus atau darah.

16

B. Etiologi
Menurut Hudak dan Gallo penyebab efusi pleura adalah
1. Peningkatan tekanan negatif intra pleura
2. Penurunan tekanan osmotik koloid darah
3. Peningkatan tekanan kapiler subpleural
4. Ada inflamasi atau neoplastik
5. Penyebab lain dari efusi pleura adalah:

Gagal jantung
Kadar protein yang rendah
Sirosis
Pneumonia
Tuberculosis
Emboli paru
Tumor
Cidera di dada
Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin klorpromazin,

nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin).


Pemasangan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik

C. Gambaran Klinis
Gambaran klinis efusi pleura adalah dispnea (sesak nafas), nyeri dada, batuk,
lemas, nafsu makan menurun, mudah lelah, dullness bila dilakukan perkusi pada
area penumpukan cairan, suara nafas melemah atau hilang, pada area penumpukan
cairan. Menurut Hudak dan Gallo dispnea bervariasi, nyeri pleuritik ruang
interkosta menonjol pada efusi yang berat, suara nafas berkurang, vokal fremitus
menurun.
Pada pemeriksaan fisik terdapat:
-

Keadaan umum : Pasien tampak sesak nafas


Tingkat kesadaran : Composmentis

TTV
RR : Takhipnea
N : Takhikardia
17

S : Jika ada infeksi bisa hipertermia


TD : Bisa hipotensia
-

Kepala : Mesochepal
Mata : Conjungtiva anemis
Hidung : Sesak nafas, cuping hidung
Dada : Gerakan pernafasan berkurang
Pulmo (paru-paru )
Inspeksi : Terlihat ekspansi dada simetris, tampak sesak nafas tampak

penggunaan otot bantu nafas


Palpasi : Vokal Fremitus menurun
Perkusi : Pekak (skonidulnes), redup
Auskultasi : Bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas bagian yang
terkena

D. Patofisiologi
Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis dan
pleura vicelaris, karena di antara pleura tersebut terdapat cairan antara 1 20 cc
yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak teratur.Cairan yang
sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura tersebut
mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura
parietalis dan selanjutnya di absorbsi tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan
hidrostatik pada pleura parietalis dan tekanan osmotic koloid pada pleura
viceralis. Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya sebagian
kecil diabsorbsi oleh system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan
cairan yang pada pleura viscelaris adalah terdapatnya banyak mikrovili disekitar
sel sel mesofelial. Jumlah cairan dalam rongga pleura tetap. Karena adanya
keseimbangan antara produksi dan absorbsi. Keadan ini bisa terjadi karena adanya
tekanan hidrostatik sebesar 9 cm H2o dan tekanan osmotic koloid sebesar 10 cm
H2o. Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh beberapa hal, salah satunya
adalah infeksi tuberkulosa paru.
Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium
tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju alveoli,terjadilah infeksi primer.
18

Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(Limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limphadinitis

regional).

Peradangan

pada

saluran

getah

bening

akan

mempengaruhi permebilitas membran. Permebilitas membran akan meningkat


yang akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura.
Kebanyakan terjadinya effusi pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui focus
subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari
robeknya pengkejuan kearah saluran getah bening yang menuju rongga pleura,
iga atau columna vetebralis.
Adapun bentuk cairan effusi akibat tuberkolusa paru adalah merupakan
eksudat, yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena
kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya serous, kadang
kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura bias mengandung
leukosit antara 500 2000. Mula mula yang dominan adalah sel sel
polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, Cairan effusi sangat sedikit
mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan effusi bukanlah karena adanya
bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya effusi pleura dapat menimbulkan
beberapa perubahan fisik antara lain : Irama pernapasan tidak teratur, frekwensi
pernapasan meningkat , pergerakan dada asimetris, dada yanbg lebih cembung,
fremitus raba melemah, perkusi redup. Selain hal hal diatas ada perubahan lain
yang ditimbulkan oleh effusi pleura yang diakibatkan infeksi tuberkolosa paru
yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan menurun.

19

E. Pathway

F. Klasifikasi
1. Transudat
Efusi pleura transudatif terjadi jika terdapat perubahan dalam tekanan hidrostatik
dan onkotik pada membran pleura, misalnya jumlah cairan yang dihasilkan
melebihi jumlah cairan yang dapat diabsorbsi. Pada keadaan ini, endotel pembuluh
darah paru dalam kondisi yang normal, dimana fungsi filtrasi masih normal pula
20

sehingga kandungan sel dan dan protein pada cairan efusi transudat lebih rendah.
Jika masalah utama yang menyebabkannya dapat diatasi maka efusi pleura dapat
sembuh tanpa adanya masalah yang lebih lanjut. Selain itu, efusi pleura transudat
juga dapat terjadi akibat migrasi cairan yang berasal dari peritoneum, bisa pula
iatrogenik sebagai komplikasi dari pemasangan kateter vena sentra dan pipa
nasogastrik. Penyebab-penyebab efusi pleura transudat relatif lebih sedikit yakni :
Gagal jantung kongestif
Sirosis (hepatik hidrotoraks)
Atelektasis yang bisa disebabkan oleh keganasan atau emboli paru
Hipoalbuminemia
Sindroma nefrotik
Dialisis peritoneal
Miksedema
Perikarditis konstriktif
Urinotoraks biasanya akibat obstuktif uropathy
Kebocoran cairan serebrospinal ke rongga pleura
Fistulasi duropleura
Migrasi kateter vena sentral ke ekstravaskular
Glisinotoraks sebuah komplikasi yang jarang akibat irigasi kandung kemih
dengan larutan glisin 1,5% yang dilakukan setelah pembedahan urologi.

Ciri-ciri cairan transudat:


a. Serosa jernih
b. Berat jenis rendah (dibawah 1.012)
21

c. Terdapat limfosit dan mesofel tetapi tidak ada neutrofil


d. Protein < 3%
2. Eksudat
Efusi pleura eksudat dihasilkan oleh berbagai proses/kondisi inflamasi dan
biasanya diperlukan evaluasi dan penanganan yang lebih luas dari efusi transudat.
Cairan eksudat dapat terbentuk sebagai akibat dari proses inflamasi paru ataupun
pleura, gangguan drainase limfatik pada rongga pleura, pergerakan cairan eksudat
dari rongga peritoneal melalui diafragma, perubahan permeabilitas membran
pleura, serta peningkatan permeabilitas dinding kapiler atau kerusakan pembuluh
darah. Adapun penyebab-penyebab terbentuknya cairan eksudat antara lain :
Parapneumonia
Keganasan (paling sering, kanker paru atau kanker payudara, limfoma, leukemia,
sedangkan yang lebih jarang, kanker ovarium, kanker lambung, sarkoma serta
melanoma)
Emboli paru
Penyakit-penyakit jaringan ikat-pembuluh darah (artritis reumatoid, sistemic
lupus erythematosus)
Tuberkulosis
Pankreatitis
Trauma
Sindroma injuri paska-kardiak
Perforasi esofageal
Pleuritis akibat radiasi
Sarkoidosis
Infeksi jamur
Pseudokista pankreas
Abses intraabdominal
Paska pembedahan pintas jatung
Penyakit perikardial
Sindrom Meig (neoplasma jinak pelvis disertai asites dan efusi pleura)
22

Sindrom hiperstimulasi ovarian


Penyakit pleura yang diinduksi oleh obat
Sindrom yellow nail (kuku kuning, limfedema, efusi pleura)
Uremia
Chylothorax (suatu kondisi akut dengan peningkatan kadar trigilerida pada cairan
pleura)
Pseudochylotoraks (suatu kondisi kronis dengan peningkatan kadar kolesterol
cairan pleura)
Fistulasi (ventrikulopleural, billiopleural, gastropleural).
. Ciri cairan eksudat:
a. Berat jenis > 1.015 %
b. Kadar protein > 3% atau 30 g/dl
c. Ratio protein pleura berbanding LDH serum 0,6
d. LDH cairan pleura lebih besar daripada 2/3 batas atas LDH serum normal
e. Warna cairan keruh
G. Pemeriksaaan Diagnostik
Adapun beberapa pemeriksaan yang menunjang adanya efusi Plaura adalah :
1. Foto Rontgen
Foto thorax dapat mengetahui adanya cairan dalam cavum plaura walaupun cairan
masih sedikit pada efusi plaura ringan.

Permukaan cairan yang terdapat dalam

rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah
lateral lebih tinggi daripada bagian medial. Bila permukaannya horizontal dari lateral
ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari luar
atau dalam paru-paru sendiri. Kadang kadang sulit membedakan antara bayangan
cairan bebas dalam pleura dengan adhesi karena radang (pleuritis). Perlu pemeriksaan
foto dada dengan posisi lateral dekubitus. Cairan bebas akan mengikuti posisi
gravitasi.
23

Cairan dalam pleura bisa juga tidak membentuk kurva, karena terperangkap atau
terlokalisasi. Keadaan ini sering terdapat pada daerah bawah paru-paru yang
berbatasan dengan permukaan atas diafragma. Cairan ini dinamakan juga sebagai
efusi subpulmonik. Gambarannya pada sinar tembus sering terlihat sebagai diafragma
yang terangkat. Jika terdapat bayangan dengan udara dalam lambung, ini cenderung
menunjukkan efusi subpulmonik. Begitu juga dengan bagian kanan dimana efusi
subpulmonik sering terlihat sebagai bayangan garis tipis (fisura) yang berdekatan
dengan diafragma kanan. Untuk jelasnya bisa dilihat dengan foto lateral dekubitus.
Sehingga gambaran perubahan efusi tersebut menjadi nyata.
Cairan dalam pleura kadang-kadang menumpuk mengelilingi lobus paru, biasanya
lobus bawah dan terlihat dalam foto sebagai bayangan konsolidasi parenkim lobus,
bisa juga mengumpul di daerah paramediastinal dan terlihat dalam foto sebagai fisura
interlobaris, bisa juga terdapat secara paralel dengan sisi jantung, sehingga terlihat
sebagai kardiomegali.
Cairan seperti empiema dapat juga terlokalisasi. Gambaran yang terlihat adalah
sebagai bayangan dengan densitas keras di atas diafragma, keadaan ini sulit
dibedakan dengan tumor paru.
Hal lain yang dapat terlihat dari foto dada pada efusi pleura adalah terdorongnya
mediastinum pada sisi yang berlawanan dengan cairan. Di samping itu gambaran foto
dada dapat juga menerangkan asal mula terjadinya efusi pleura yakni bila terdapat
jantung yang membesar, tumor, adanya densitas parenkim yang lebih keras pada
pneumonia atau abses paru.
Gambaran efusi pleura pada radiografi toraks posisi tegak sebagaimana yang lazim
diketahui adalah:
1) Penumpulan sinus kostofrenikus bila cairan >500 ml pada Foto PA, dan >200
ml pada foto lateral
2) Meniscus sign
3) Serta perselubungan luas yang mungkin disertai pendorongan jantung dan
medistinum.

24

Hal yang agak berbeda dijumpai pada posisi supine dengan ditemukannya tandatanda radiologik berupa:
1) Peningkatan densitas hemitoraks yang terkena,
2) Meniscus sign
3) Hilangnya bayangan atau batas hemidiafragma
4) Berkurangnya ketajaman gambaran vaskuler di daerah basal paru
5) apical capping
6) penebalan fisura minor
Hal tersebut tentu saja tidak terlepas dari sifat cairan yang bergerak menyesuaikan
dengan perubahan posisi penderita. Karena berbagai kondisi, terpaksa dilakukan
posisi foto supine seperti pada penderita dengan kondisi kritis atau kesadaran
menurun, pasien tidak dapat dimobilisasi, bayi dan anak-anak dengan penyakit yang
dapat menyebabkan efusi pleura.
Gambaran efusi pleura pada foto torak posisi supine berbeda dengan gambaran pada
posisi tegak dan lateral dekubitus yang sudah lazim diketahui , sehingga diperlukan
kecermatan untuk mencegah salah diagnosis. Sementara itu, USG adalah sarana
diagnostik radiologis yang sangat tinggi akurasinya ( bisa mencapai 100% ) untuk
mencitrakan efusi pleura dengan adanya gambaran anechoic pada kavum pleura.
Hasil pemeriksaan USG sebagai standar baku emas.
Dua tanda radiologis yang sering luput dicermati sebagai tanda adanya efusi pleura
adalah penebalan fisura minor dan apical capping. Jumlah efusi menentukan
terdeteksi tidaknya pada radiografi torak. Pada posisi tegak, biasanya gambaran efusi
mulai terdeteksi ketika jumlah cairan mencapai 175 cc, sedangkan pada posisi supine
biasanya setelah mencapai 300 cc.
2. Ultra Sonografi
Untuk mengetahui lokasi cairan untuk tujuan fungsi
3. Torakosintesis
Suatu tindakan pengambilan cairan plaura untuk membedakan cairan tersebut
transudat, eksudat, atau pas.
25

4. CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan
adanya pneumonia, abses paru atau tumor
H. Komplikasi
1. Pneumotoraks (karena udara masuk melalui jarum)
2. Hemotoraks ( karena trauma pada pembuluh darah interkostalis)
3. Emboli udara (karena adanya laserasi yang cukup dalam, menyebabkan udara
dari alveoli masuk ke vena pulmonalis)
4. Laserasi pleura viseralis
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Aspirasi cairan pleura
Punksi pleura ditujukan untuk menegakkan diagnosa efusi plura yang
dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopis cairan. Disamping itu punksi
ditujukan pula untuk melakukan aspirasi atas dasar gangguan fugsi restriktif
paru atau terjadinya desakan pada alat-alat mediastinal. Jumlah cairan yang
boleh diaspirasi ditentukan atas pertimbangan keadaan umum penderita, tensi
dan nadi. Makin lemah keadaan umum penderita makin sedikit jumlah cairan
pleura yang bisa diaspirasi untuk membantu pernafasan penderita. Komplikasi
yang dapat timbul dengan tindakan aspirasi :
a. Trauma
Karena aspirasi dilakukan dengan blind, kemungkinan dapat mengenai
pembuluh darah, saraf atau alat-alat lain disamping merobek pleura
parietalis yang dapat menyebabkan pneumothorak.
b. Mediastinal Displacement
Pindahnya struktur mediastinum dapat disebabkan oleh penekaran cairan
pleura tersebut. Tetapi tekanan negatif saat punksi dapat menyebabkan
bergesernya

kembali

struktur mediastinal.

Tekanan

negatif

yang

berlangsung singkat menyebabkan pergeseran struktur mediastinal kepada


26

struktur semula atau struktur yang retroflux dapat menimbulkan


perburukan keadaan terutama disebabkan terjadinya gangguan pada
hemodinamik.
f. Gangguan keseimbangan cairan, Ph, elektroit, anemia dan hipoproteinemia.
Pada aspirasi pleura yang berulang kali dalam waktu yang lama dapat
menimbulkan tiga pengaruh pokok :
1) Menyebabkan berkurangnya berbagai komponen intra vasculer yang dapat
menyebabkan anemia, hipprotein, air dan berbagai gangguan elektrolit
dalam tubuh
2) Aspirasi cairan pleura menimbulkan tekanan cavum pleura yang negatif
sebagai faktor yang menimbulkan pembentukan cairan pleura yang lebih
banyak
3) Aspirasi pleura dapat menimbulkan sekunder aspirasi.
2. Water Seal Drainage
Telah dilakukan oleh berbagai penyelidik akan tetapi bila WSD ini
dihentikan maka akan terjadi kembali pembentukan cairan.
3. Penggunaan Obat-obatan
Penggunaan berbagai obat-obatan pada pleura effusi selain hasilnya yang
kontraversi juga mempunyai efek samping. Hal ini disebabkan
pembentukan cairan karena malignancy adalah karena erosi pembuluh
darah.

Oleh

karena

itu

penggunaan

citostatic

misalnya

tryetilenthiophosporamide, nitrogen mustard, dan penggunaan zat-zat


lainnya seperi atabrine atau penggunaan talc poudrage tidak memberikan
hasil yang banyak oleh karena tidak menyentuh pada faktor patofisiolgi
dari terjadinya cairan pleura.
Pada prinsipnya metode untuk menghilangkan cairan pleura dapat pula
menimbulkan gangguan fungsi vital . Selain aspirasi thoracosintesis yang
berulang kali, dikenal ula berbagai cara lainnya yaitu :
4. Thoracosintesis

27

Dapat dengan melakukan apirasi yang berulang-ulang dan dapat pula


dengan WSD atau dengan suction dengan tekanan 40 mmHg. Indikasi
untuk melakukan torasentesis adalah :
a. Menghilangkan sesak napas yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam
rongga plera.
b. Bila therapi spesifik pada penyakit prmer tidak efektif atau gagal.
c. Bila terjadi reakumulasi cairan.
Pengambilan pertama cairan pleura jangan lebih dari 1000 cc, karena
pengambilan cairan pleura dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang
banyak dapat menimbulkan oedema paru yang ditandai dengan batuk dan
sesak. Kerugian :
a. Tindakan thoraksentesis menyebabkan kehilangan protein yang berada
dalam cairan pleura.
b. Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura.
c. Dapat terjadi pneumothoraks.
5. Radiasi
Radiasi pada tumor justru menimbulkan effusi pleura disebabkan oleh
karena kerusakan aliran limphe dari fibrosis. Akan tetapi beberapa
publikasi terdapat laporan berkurangnya cairan setelah radiasi pada tumor
mediastinum..
J. Prognosis
Prognosis efusi pleura bervariasi dan bergantung dari etiologi yang mendasarinya,
derajat keparahan saat pasien masuk, serta analisa biokimia cairan pleura. Namun
demikian, pasien yang lebih dini memiliki kemungkinan lebih rendah untuk
terjadinya komplikasi. Pasien pneumonia yang disertai dengan efusi memiliki
prognosa yang lebih buruk ketimbang pasien dengan pneumonia saja. Namun
begitupun, jika efusi parapneumonia ditangani secara cepat dan tepat, biasanya
akan sembuh tanpa sekuele yang signifikan. Namun jika tidak ditangani dengan
tepat, dapat berlanjut menjadi empiema, fibrosis konstriktiva hingga sepsis. Efusi
pleura maligna merupakan pertanda prognosis yang sangat buruk, dengan median
harapan hidup 4 bulan dan rerata harapan hidup 1 tahun. Pada pria hal ini paling
sering disebabkan oleh keganasan paru, sedangkan pada wanita lebih sering karena
28

keganasan pada payudara. Median angka harapan hidup adalah 3-12 bulan
bergantung dari jenis keganasannya. Efusi yang lebih respon terhadap kemoterapi
seperti limfoma dan kanker payudara memiliki harapan hidup yang lebih baik
dibandingkan kanker paru dan mesotelioma. Analisa sel dan analisa biokimia
cairan pleura juga dapat menentukan prognosa. Misalnya cairan pleura dengan pH
yang lebih rendah biasanya berkaitan dengan massa keadaan tumor yang lebih
berat dan prognosa yang lebih buruk.

BAB IV
KESIMPULAN
Os datang ke IGD RSPBA dengan keluhan sesak nafas yang semakin
memberat sejak 2 bulan yang lalu. Os mengaku sesak jika sedang beraktivitas.
Dan sesak membaik saat istirahat. Os mengaku sering terbangun pada malam
hari karena sesak. Os juga mengaku sulit untuk tidur dikarenakan sesak. Os
juga mengaku batuk berdahak sejak 1 minggu yang lalu. Batuk berdahak
29

berwarna putih kental dan tidak disertai darah. Os mengaku dalam 1 kali
batuk sebanyak 1 sendok makan. Os mengaku kedua kakinya bengkak. Dan os
juga mengaku badan terasa lemas sehingga jika os ingin beraktifitas sering
dibantu oleh keluarga. Os mengaku nafsu makan menurun. Os juga mengaku
buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan. . Os juga mengaku di
keluarga os tidak ada yang memiliki gejala atau penyakit yang sama dengan
os. Os belum pernah berobat sebelumnya dikarenakan rumah os berada di
-

kampung yang disana tidak ada dokter serta jauh dari kota.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis dengan GCS 15.
Tanda Vital:
Tekanan darah: 140/90 mmHg, Pernafasan: 26 x/menit, Nadi: 69 x/menit,
Suhu : 36,30C.
Status kepala, leher, cor, abdomen ekstremitas superior dalam batas normal
Mata
: Konjungtiva anemis ka/ki
Pulmo
Inspeksi
: statis, dinamis, simetris kanan dan kiri
Palpasi
: fremitus suara kanan normal, kiri melemah
Perkusi
: kanan sonor, kiri redup
Auskultasi
: suara nafas vesikuler kanan dan kiri, ronki (-) kanan
dan kiri, wheezing (-) kanan dan kiri
Ekstremitas inferior : edem +/+ kanan dan kiri
Hasil laboratorium :
Hb: 8,5
Leukosit : 13200
Monosit : 14
Eritrosit : 3,0
Hematokrit : 26
Protein : 100
Darah Samar : 50
Sedimen eritrosit : 10-12
Foto thorax:
Jantung sulit dinilai, batas kiri tertutup perselubungan
Sinus costophrenicus kanan normal, kiri tertutup perselubungan
Sinus cardiophrenicus kanan normal, kiri tertutup perselubungan
Diafragma kanan normal, kiri tertutup perselubungan
Pulmo:
o Corakan bronkovaskuler bertambah
30

o Tampak perselubungan opak homogen di hemithorax kiri bawah


KESAN :
Effusi pleura kiri
Berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah di
lakukan maka os di diagnosa efusi pleura sinistra.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo A, dkk. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid III. Interna publishing.
Jakarta. 2010; 2329-38
2. Masnjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Jilid II. FK UI. Media
Aesculapius. Jakarta. 1982; 206-8.
3. Bahar A. Penyakit-Penyakit Pleura. Dalam: Soeparman, Sukaton U, Waspadji S,
et al. Editor. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 1998;
785-97.
4. Lesmana L. Efusi Pleura. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Medan. 2011
Di akses tanggal 20 mei 2016:
www.repository.ac.id

31

Anda mungkin juga menyukai