Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Di ruang kelas sekelompok mahasiswa TK USU sedang membicarakan masalah
limbah industri rumah tangga dan sampah rumah tangga. Limbah dari industri rumah
tangga ini menimbulkan bau kurang sedap jika berada ditengah-tengah pemukiman
penduduk. Salah seorang dari mereka berkata bahwa semestinya pabrik skala kecil atau
industri rumah tangga itu berlokasi di daerah kawasan industri karena menganggap bahwa
pabrik skala kecil juga adalah sebuah industri. Salah seorang dari kelompok mahasiswa
tersebut dengan yakin memberi komentar bahwa berdasarkan SK Menteri Perindustrian
Indonesia No. 19/M/I/1986 jelas pembagian industri tersebut.
Culpikan berita
Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi ( pengelolaan air limbah domestik
) terburuk ketiga di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar ( ANTARA News, 2006 ).
Menurut data Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2002, tidak kurang dari 400.000
m3 / hari limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai dan tanah, tanpa melalui
pengolahan terlebih dahulu. 61,5 % dari jumlah tersebut terdapat di Pulau Jawa.
Pembuangan akhir limbah tinja umumnya dibuang menggunakan beberapa cara antara lain
dengan menggunakan septic tank, dibuang langsung ke sungai atau danau, dibuang ke
tanah , dan ada juga yang dibuang ke kolam atau pantai. Hal ini terjadi selain disebabkan
karena faktor ekonomi, faktor kebiasaan yang sulit dirubah dan kualitas pendidikan yang
relative rendah dari masyarakat pun memang sangat berpengaruh besar terhadap pola hidup
masyarakat.
Berdasarkan perkiraan WHO/ UNICEF, sekitar 60 persen penduduk di kawasan
pedesaan di Indonesia kekurangan akses terhadap sarana sanitasi yang pantas. Kegiatan
mandi dan mencuci pakaian di sungai serta buang air besar di tempat terbuka membuat
orang mudah terpapar penyakit, juga dapat mengkontaminasi air tanah dan permukaan,
serta menurunkan kualitas tanah dan tempat tinggal. Selain itu sampah juga sangat
berpengaruh terhadap satu lingkungan. Menurut ilmu kesehatan lingkungan: sampah hanya
sebagian dari benda atau hal-hal lain yang dipandang tidak dapat digunakan lagi, tidak

dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
kelangsungan hidup (Riyaldi, 1986), menurut widyatmoko (2002) sampah rumah tangga
adalah sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga yang terdiri dari berbagai macam
jenis sampah, sedangkan menurut Undang-undang No 18 tahun 2008 sampah rumah
tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tetapi
tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (sampah yang mengandung bahan beracun). Oleh
karena dalam rumah tangga limbah tersebut biasa disebut dengan sampah maka biasanya
setelah tidak dipakai akan dibuang. Ada berbagai macam cara mebuang sampah di tempat
pembuangan akhir namun kendalanya dibutuhkan lahan yang luas, armada yang banyak,
menimbulkan bau yang tidak sedap. Dari berbagai cara yang telah biasa dilakukan rasanya
selalu menimbulkan masalah. Sebab pada akhirnya membutuhkan dana yang tidak kecil.

1.2

Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui apakah suatu industry rumah tangga dalam skala kecil dapat dioperasikan
di pemukiman warga
2. Mengetahui jenis-jenis limbah yang dikeluarkan oleh suatu industry
3. Mengetahui cara-cara pengolahan limbah serta cara alternative yang dapat diterapkan
dalam penannganan hasil dari limbah industry
4. Mengetahui dampak yang terjadi terhadap lingkungan pemukiman warga akibat limbah
industri

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Klasifikasi Industri
Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang
mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur
(manufacturing). Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua
kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial.
Karena merupakan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbedabeda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya, makin maju tingkat perkembangan
perindustrian di suatu negara atau daerah, makin banyak jumlah dan macam industri, dan
makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut.
Cara penggolongan atau pengklasifikasian industri pun berbeda-beda. Tetapi pada
dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku,
tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi yang digunakan. Selain faktorfaktor tersebut, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut
menentukan keanekaragaman industri negara tersebut, semakin besar dan kompleks
kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin beranekaragam jenis
industrinya.
Adapun klasifikasi industri berdasarkan kriteria masing-masing, adalah sebagai
berikut.
1. Klasifikasi industri berdasarkan bahan baku
Tiap-tiap industri membutuhkan bahan baku yang berbeda, tergantung pada apa yang
akan dihasilkan dari proses industri tersebut. Berdasarkan bahan baku yang digunakan,
industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam.
Misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil perikanan, dan industri hasil kehutanan.
b. Industri nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasilhasil industri
lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri pemintalan, dan industri kain.

c. Industri fasilitatif atau disebut juga industri tertier. Kegiatan industrinya adalah
dengan menjual jasa layanan untuk keperluan orang lain. Misalnya: perbankan,
perdagangan, angkutan, dan pariwisata.
2. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja
Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari
empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal
dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga
itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan,
industri tempe/ tahu, dan industri makanan ringan.
b. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19
orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relative kecil, tenaga kerjanya
berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri
genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.
c. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99
orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki
keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu.
Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik.
d. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri
industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk
pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan
perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya:
industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.
3. Klasifikasi industri berdasarkan produksi yang dihasilkan
Berdasarkan produksi yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu
pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau
digunakan secara langsung. Misalnya: industri anyaman, industri konveksi, industri
makanan dan minuman.

b. Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang
membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau digunakan. Misalnya:
industri pemintalan benang, industri ban, industri baja, dan industri tekstil.
c. Industri tertier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau benda yang
dapat dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung, melainkan
berupa jasa layanan yang dapat mempermudah atau membantu kebutuhan masyarakat.
Misalnya: industri angkutan, industri perbankan, industri perdagangan, dan industri
pariwisata.
4. Klasifikasi industri berdasarkan bahan mentah
Berdasarkan bahan mentah yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri pertanian, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang diperoleh dari
hasil kegiatan pertanian. Misalnya: industri minyak goreng, Industri gula, industri kopi,
industri teh, dan industri makanan.
b. Industri pertambangan, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang berasal dari
hasil pertambangan. Misalnya: industri semen, industri baja, industri BBM (bahan bakar
minyak bumi), dan industri serat sintetis.
c. Industri jasa, yaitu industri yang mengolah jasa layanan yang dapat mempermudah
dan meringankan beban masyarakat tetapi menguntungkan. Misalnya: industri perbankan,
industri perdagangan, industri pariwisata, industri transportasi, industri seni dan hiburan.
5. Klasifikasi industri berdasarkan lokasi unit usaha
Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan kegiatan industri.
Berdasarkan pada lokasi unit usahanya, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri berorientasi pada pasar (market oriented industry), yaitu industri yang
didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.
b. Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented industry), yaitu
industri yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk, terutama daerah yang
memiliki banyak angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.
c. Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry), yaitu industri yang
didirikan dekat atau ditempat pengolahan. Misalnya: industri semen di Palimanan Cirebon
(dekat dengan batu gamping), industri pupuk di Palembang (dekat dengan sumber pospat
dan amoniak), dan industri BBM di Balongan Indramayu (dekat dengan kilang minyak).

d. Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan di tempat
tersedianya bahan baku. Misalnya: industri konveksi berdekatan dengan industri tekstil,
industri pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan laut, dan industri gula berdekatan
lahan tebu.
e. Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose industry), yaitu
industri yang didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat didirikan di
mana saja, karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat
ditemukan di mana saja. Misalnya: industri elektronik, industri otomotif, dan industri
transportasi.
6. Klasifikasi industri berdasarkan proses produksi
Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang
setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri
yang lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium, industri pemintalan, dan
industri baja.
b. Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi
sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen.
Misalnya: industri pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri
meubeler.
7. Klasifikasi industri berdasarkan barang yang dihasilkan
Berdasarkan barang yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri berat, yaitu industri yang menghasilkan mesin-mesin atau alat produksi
lainnya. Misalnya: industri alat-alat berat, industri mesin, dan industri percetakan.
b. Industri ringan, yaitu industri yang menghasilkan barang siap pakai untuk
dikonsumsi. Misalnya: industri obat-obatan, industri makanan, dan industri minuman.
8. Klasifikasi industri berdasarkan modal yang digunakan
Berdasarkan modal yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN), yaitu industri yang
memperoleh dukungan modal dari pemerintah atau pengusaha nasional (dalam negeri).
Misalnya: industri kerajinan, industri pariwisata, dan industri makanan dan minuman.

b. Industri dengan penanaman modal asing (PMA), yaitu industri yang modalnya berasal
dari penanaman modal asing. Misalnya: industri komunikasi, industri perminyakan, dan
industri pertambangan.
c. Industri dengan modal patungan (join venture), yaitu industri yang modalnya berasal
dari hasil kerja sama antara PMDN dan PMA. Misalnya: industri otomotif, industri
transportasi, dan industri kertas.
9. Klasifikasi industri berdasarkan subjek pengelola
Berdasarkan subjek pengelolanya, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri rakyat, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik rakyat, misalnya:
industri meubeler, industri makanan ringan, dan industri kerajinan.
b. Industri negara, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik Negara yang
dikenal dengan istilah BUMN, misalnya: industri kertas, industri pupuk, industri baja,
industri pertambangan, industri perminyakan, dan industri transportasi.
10. Klasifikasi industri berdasarkan cara pengorganisasian
Cara pengorganisasian suatu industri dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti: modal,
tenaga

kerja,

produk

yang

dihasilkan,

dan

pemasarannya.

Berdasarkan

cara

pengorganisasianya, industri dapat dibedakan menjadi:


a. Industri kecil, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif kecil, teknologi
sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang biasanya dari kalangan keluarga, produknya
masih sederhana, dan lokasi pemasarannya masih terbatas (berskala lokal). Misalnya:
industri kerajinan dan industri makanan ringan.
b. Industri menengah, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relative besar,
teknologi cukup maju tetapi masih terbatas, pekerja antara 10-200 orang, tenaga kerja tidak
tetap, dan lokasi pemasarannya relative lebih luas (berskala regional). Misalnya: industri
bordir, industri sepatu, dan industri mainan anak-anak.
c. Industri besar, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal sangat besar, teknologi
canggih dan modern, organisasi teratur, tenaga kerja dalam jumlah banyak dan terampil,
pemasarannya berskala nasional atau internasional. Misalnya: industri barang-barang
elektronik, industri otomotif, industri transportasi, dan industri persenjataan.

11. Klasifikasi industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian


Selain pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga pengklasifikasian industri
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986 yang dikeluarkan
oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Adapun pengklasifikasiannya adalah
sebagai berikut:
a. Industri Kimia Dasar (IKD)
Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan: modal yang besar, keahlian
yang tinggi, dan menerapkan teknologi maju. Adapun industri yang termasuk kelompok
IKD adalah sebagai berikut:
1) Industri kimia organik, misalnya: industri bahan peledak dan industri bahan kimia
tekstil.
2) Industri kimia anorganik, misalnya: industri semen, industri asam sulfat, dan industri
kaca.
3) Industri agrokimia, misalnya: industri pupuk kimia dan industri pestisida.
4) Industri selulosa dan karet, misalnya: industri kertas, industri pulp, dan industri ban.
b. Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE)
Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah logam menjadi mesinmesin berat atau rekayasa mesin dan perakitan. Adapun yang termasuk industri ini adalah
sebagai berikut:
1) Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya: mesin traktor, mesin
hueler, dan mesin pompa.
2) Industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya: mesin pemecah batu, buldozer,
excavator, dan motor grader.
3) Industri mesin perkakas, misalnya: mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, dan mesin
pres.
4) Industri elektronika, misalnya: radio, televisi, dan komputer.
5) Industri mesin listrik, misalnya: transformator tenaga dan generator.
6) Industri keretaapi, misalnya: lokomotif dan gerbong.
7) Industri kendaraan bermotor (otomotif), misalnya: mobil, motor, dan suku cadang
kendaraan bermotor.
8) Industri pesawat, misalnya: pesawat terbang dan helikopter.

9) Industri logam dan produk dasar, misalnya: industri besi baja, industri alumunium, dan
industri tembaga.
10) Industri perkapalan, misalnya: pembuatan kapal dan reparasi kapal.
11) Industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya: mesin produksi, peralatan pabrik, the
blower, dan kontruksi.
c. Aneka Industri (AI)
Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan bermacam-macam barang
kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut:
1) Industri tekstil, misalnya: benang, kain, dan pakaian jadi.
2) Industri alat listrik dan logam, misalnya: kipas angin, lemari es, dan mesin jahit,
televisi, dan radio.
3) Industri kimia, misalnya: sabun, pasta gigi, sampho, tinta, plastik, obatobatan, dan
pipa.
4) Industri pangan, misalnya: minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi, garam dan
makanan kemasan.
5) Industri bahan bangunan dan umum, misalnya: kayu gergajian, kayu lapis, dan
marmer.
d. Industri Kecil (IK)
Industri ini merupakan industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit, dan
teknologi sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga, misalnya: industri
kerajinan, industri alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).
e. Industri pariwisata
Industri ini merupakan industri yang menghasilkan nilai ekonomis dari kegiatan
wisata. Bentuknya bisa berupa: wisata seni dan budaya (misalnya: pertunjukan seni dan
budaya), wisata pendidikan (misalnya: peninggalan, arsitektur, alat-alat observasi alam,
dan museum geologi), wisata alam (misalnya: pemandangan alam di pantai, pegunungan,
perkebunan, dan kehutanan), dan wisata kota (misalnya: melihat pusat pemerintahan, pusat
perbelanjaan, wilayah pertokoan, restoran, hotel, dan tempat hiburan).

2.2

Jenis jenis Limbah


Limbah merupakan suatu barang (benda) sisa dari sebuah kegiatan produksi yang tidak
bermanfaat/bernilai ekonomi lagi. Limbah sendiri dari tempat asalnya bisa beraneka
ragam, ada yang limbah dari rumah tangga, limbah dari pabrik-pabrik besar dan ada juga
limbah dari suatu kegiatan tertentu. Dalam dunia masyarakat yang semakin maju dan
modern, peningkatan akan jumlah limbah semakin meningkat. Logika yang mudah seperti
ini; dahulunya manusia hanya menggunakan jeruk nipis untuk mencuci piring, namun
sekarang manusia sudah menggunakan sabun untuk mencuci piring sehingga peningkatan
akan limbah tak bisa di elakkan lagi. Limbah dapat dikelompokkan berdasarkan materi
penyusunnya, jenis, wujud, sumbernya, dan kemampuannya untuk didaur ulang.
Pembagian limbah berdasarkan jenisnya
1. Limbah organik yaitu limbah yang berasal dari makhluk hidup dan mudah
membusuk/diuraikan mikroorganisme. imbah organik adalah limbah yang dapat
diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob. Limbah organik
mudah membusuk, seperti sisa makanan, sayuran, daun-daunan kering, potonganpotongan kayu, dan sebagainya. Limbah organik terdiri atas bahan-bahan yang besifat
organik seperti dari kegiatan rumah tangga maupun kegiatan industri.
Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami. Limbah ini
mempunyai sifat kimia yang stabil sehingga zat tersebut akan mengendap kedalam
tanah, dasar sungai, danau, serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme
yang hidup didalamnya. Limbah organik dapat mengalami pelapukan (dekomposisi) dan
terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan
kompos). Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daundaunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses
pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia.
Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya
relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah
ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi
secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik. Contoh :
sisa makanan, sisa sayuran, bangkai binatang, dll.

2. Limbah anorganik.yaitu limbah yang tidak berasal dari makhluk hidup dan sulit
membusuk/sulit diuraikan mikroorganisme. Limbah anorganik adalah limbah yang tidak
bisa diuraikan oleh proses biologi. Limbah ini tidak dapat diuraikan oleh organisme
detrivor atau dapat diuraikan tetapi dalam jangka waktu yang lama. Limbah ini tidak
dapat membusuk, oleh karena itu dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang
laku dijual untuk dijadikan produk lainnya. Limbah anorganik yang dapat di daur ulang,
antara lain adalah plastik, logam, dan kaca. Namun, limbah yang dapat didaur ulang
tersebut harus diolah terlebih dahulu dengan cara sanitary landfill, pembakaran
(incineration), atau penghancuran (pulverisation).Akibat dari limbah seperti ini
(plastik,styrofoam, dll) adalah menumpuk semakin banyak dan menjadi polutan pada
tanah misalnya, selain menggangu pemandangan. Air limbah industri dapat
mengandung berbagai jenis bahan anorganik, zat-zat tersebut adalah :

Garam anorganik seperti magnesium sulfat, magnesium klorida yang berasal dari
kegiatan pertambangan dan industri.

Asam anorganik seperti asam sulfat yang berasal dari industri pengolahan biji
logam dan bahan bakar fosil.

Adapula limbah anorganik yang berasal dari kegiatan rumah tangga seperti botol
plastik, botol kaca, tas plastik, kaleng dan aluminium.
3. Limbah khusus (B3) yaitu sisa suatu kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun, yang karena sifat dan atau konsentrasinya, baik secara langsung maupun tak
langsung merusak lingkungan hidup, kesehatan, maupun manusia. (PP RI No. 18/1999).
Limbah B3 memiliki karakteristik antara lain :
a.

Mudah terbakar (flammable), yaitu limbah yang jika berdekatan dengan api,
percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar
dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.

b.

Mudah meledak (explosive), yaitu limbah yang pada suhu dan tekanan standar
(25oC, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia/fisika dapat
menimbulkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan sekitar.

c.

Beracun (toxic), yaitu limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun
bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit

yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit, atau
mulut.
d.

Mengiritasi (irritant), yaitu limbah yang memiliki sifat : Menyebabkan iritasi


(terbakar) pada kulit; Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja
(SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan
temperatur pengujian 55 C; Mempunyai pH sama atau kurang dari 2
untuk limbah bersifat asam atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat
basa.

e.

Menginfeksi (infective), yaitu limbah yang mudah menimbulkan infeksi


(masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh sehingga menimbulkan gejala-gejala
sakit) seperti : bagian tubuh manusia yang diamputasi; cairan dari tubuh manusia
yang terkena infeksi; limbah dari laboratorium; limbah lainnya yang terinfeksi
kuman penyakit yang dapat menular.

f.

Menimbulkan kanker (carcinogenic).

g.

Menimbulkan mutasi (mutagenic). Mutasi yaitu perubahan susunan genetik yang


terjadi pada makhluk hidup yang disebabkan oleh faktor dari luar/dalam
sehingga makhluk hidup tersebut memiliki sifat baru.

h.

Menimbulkan kecacatan janin (teratogenic).

Pembagian limbah berdasarkan bentuk/wujudnya :


1. Limbah Padat. Sering juga disebut sampah. Limbah padat berasal dari kegiatan industri
dan domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga,
limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari
tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan,
plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll. Limbah padat adalah hasil
buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari sisa proses
pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat
yaitu dapat didaur ulang, seperti plastik, tekstil, potongan logam dan kedua limbah
padat yang tidak punya nilai ekonomis. Bagi limbah padat yang tidak punya nilai
ekonomis dapat ditangani dengan berbagai cara antara lain ditimbun pada suatu tempat,
diolah kembali kemudian dibuang dan dibakar.

2. Limbah Cair yaitu segala jenis limbah yang berwujud cairan berupa air beserta bahanbahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air. Limbah
cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem
prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air sehingga dalam proses
pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian
dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses
lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian diproses dan setelah itu dibuang.
Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan buangan air. Industri primer pengolahan hasil
hutan merupakan salah satu penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan.
Bagi industri-industri besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan
limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi
industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat penting dan besarnya dampak
yang ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan
untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair. Teknologi pengolahan
air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam
teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri yang dibangun harus dapat
dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang
dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan.
Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah
dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah
dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:
1.

pengolahan secara fisika

2.

pengolahan secara kimia

3.

pengolahan secara biologi

Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi. Limbah cair adalah sisa dari
suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn 2001). Jenis-jenis limbah
cair dapat digolongkan berdasarkan pada :
a.Sifat Fisika dan Sifat Agregat . Keasaman sebagai salah satu contoh sifat limbah dapat
diukur dengan menggunakan metoda Titrimetrik

b.Parameter

Logam,

contohnya

Arsenik

(As)

dengan

metoda

SSA

c. Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan metoda Biru Indofenol
d. Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand (BOD)
e.Mikroorganisme

contohnya

Coli

dengan

metoda

MPN

f.Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan metoda Titrimetrik
g. Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA

Pembagian limbah berdasarkan sumbernya :


1. Limbah domestik, yaitu limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga, termasuk juga
restoran, rumah makan, dan gedung perkantoran. Contoh : sisa makanan, sisa sayuran,
kertas, kaleng, plastik, air sabun, deterjen, faeces dan urin.
2. Limbah industri, yaitu limbah yang dihasilkan dari kegiatan/proses industri. Contoh :
sisa logam, kertas, logam berat, gas hasil pembakaran, dll.
3. Limbah pertanian, yaitu limbah yang dihasilkan dari kegiatan pertanian dan
perkebunan. Contoh : limbah pupuk, pestisida, sisa tumbuhan.
4. Limbah pertambangan, yaitu limbah yang dihasilkan dari kegiatan pertambangan.
Contoh : logam, batuan, logam berat, ceceran minyak/bahan bakar.

Baku mutu lingkungan yaitu ukuran batas/kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. (UU RI
No. 23 Tahun 1997). Baku mutu lingkungan juga dapat diartikan sebagai ambang
batas/batas kadar maksimum suatu zat/komponen yang diperbolehkan berada di
lingkungan agar tidak menimbulkan dampak negatif.

2.3

Pengolahan Limbah
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian,
limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia.Limbah merupakan buangan atau
sesuatu yang tidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat.Dalam air limbah terdapat bahan
kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya.Bahan kimia tersebut dapat memberi
kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan penyakit

lainnya.Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan
kesehatan lingkungan.
Metode pengolahan limbah itu sendiri harus disesuaikan dengan jenis limbah yang akan
diolah. Adapun beberapa syarat yang harus diperhaikan dalam mengolah limbah, yaitu:
1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum.
2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.
3. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air didalam
penggunaannya sehari-hari.
4. Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang menyebabkan penyakit.
5. Tidak terbuka dan harus tertutup.
6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.

2.3.1 Metode Pengolahan Limbah


Secara umum metode pengolahan terdiri atas 3, yakni pengolahan secara fisika,
secara kimia, dan secara biologi.
1. Pengolahan Secara Fisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air limbah,
diharapkan agar bahan-bahan tersuspensi dalam air limbah yang berukuran besar dan
yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu.
Tahap penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk
menyisihkan

bahan

tersuspensi

yang

berukuran

besar

biasanya

dengan

menggunakan sand filter dengan ukuran silica yang disesuaikan dengan bahanbahan tersuspensi yang akan disaring. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap
dapat disisihkan secara mudahdengan proses pengendapan, pada proses ini bisa
dilakukan tanpa tambahan bahan kimia bila ukurannya sudah besar dan mudah
mengendap tapi dalam kondisi tertentu dimana bahan-bahan terususpensi sulit
diendapkan maka akan digunakan bahan kimia sebagai bahan pembantu dalam
proses sedimentasi, pada proses ini akan terjadi pembentukan flok-flok dalam ukuran
tertentu yang lebih besar sehingga mudah diendapkan pada proses yang
menggunakan bahan kimia ini masih diperlukan pengkondisian pH untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Parameter desain yang utama untuk proses

pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di
dalam bak pengendap. Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahanbahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses
pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahanbahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening)
dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation).
Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk
mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis, dengan tujuan untuk
menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak
mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam
proses osmosa. Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk
menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut
lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut.
Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit
pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali
air yang diolah.Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.
2. Pengolahan Secara Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan
partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa
fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang
diperlukan.Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui
perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi
mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasireduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.
3. Pengolahan Secara Biologi
Pengolahan air buangan secara biologis adalah salah satu cara pengolahan yang
diarahkan untuk menurunkan atau menyisihkan substrat tertentu yang terkandung
dalam air buangan dengan memafaatkan aktivitas mikroorganisme untuk melakukan
perombakan substrat tersebut. Proses pengolahan air buangan secara biologis dapat
berlangsung dalam tiga lingkungan utama, yaitu :

Lingkungan aerob, yaitu lingkungan dimana oksigen terlarut (DO) didalam air
cukup banyak, sehingga oksigen bukan merupakan faktor pembatas;

Lingkungan anaerob, merupakan kebalikan dari lingkungan aerob, yaitu tidak


terdapat oksigen terlarut, sehingga oksigen menjadi faktor pembatas
berlangsungnya proses metabolisme aerob.

Beberapa metode pengolahan limbah secara biologi, yakni:


a. Trickling filter
b. Lumpur aktif (Activated Sludge)
c. Kolam stabilisasi

2.3.2 Metode Pengolahan Limbah Rumah Tangga


Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang
sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumberdaya yang perlu dimanfaatkan.
Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai
ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya untuk energi, kompos, pupuk ataupun
untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut
dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Masyarakat
awam biasanya berpikir bahwa sampah rumah tangga yang di hasilkan tidak
akan bermanfaat bagi mereka. Sampah yang dihasilkan tadi dibiarkan menuju
TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tanpa menyadari bahwa sampah tersebut
bisa sangat berguna bagi pendapatan mereka. Dengan 3R atau pengolahan
pupuk kompos organik mereka bisa mengolah sampah rumah tangga tadi
menjadi usaha rumahan atau usaha kelompok masyarakat (UKM).Caranya
yaitu dengan menerapkan sistem pemilahan sampah organik dan anorganik
dengan membuat tempat sampah yang khusus untuk sampah organik dan
anorganik pada setiap rumah warga. Dengan terlebih dahulu menyampaikan
apa saja jenis sampah organik dan anorganik rumah tangga. Penerapan sistem
3R dalam rumah tangga tersebut bisa menjadi pola hidup peduli lingkungan
dan di terapkan pada setiap orang yaitu:
a. Reduce: Mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang atau benda
yang tidak terlalu kita butuhkan, Misalnya : Kurangi pemakaian kantong plastik.

Biasanya sampah rumah tangga yang paling sering di jumpai adalah sampah dari
kantong plastik yang dipakai sekali lalu dibuang. Padahal, plastik adalah sampah
yang perlu ratusan tahun (200-300 tahun) untuk terurai kembali. Karena itu,
pakailah tas kain yang awet dan bisa dipakai berulang-ulang
b. Reuse: Memakai dan memanfaatkan kembali barang-barang yang sudah tidak
terpakai menjadi sesuatu yang baru. Sampah rumah tangga yang bisa digunakan
untuk dimanfaatkan seperti: koran bekas, kardus bekas susu, kaleng susu, wadah
sabun lulur, dsb. Barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin
misalnya diolah menjadi tempat untuk menyimpan tusuk gigi atau cottonbut.
Selain itu barang-barang bekas tersebut dapat dimanfaatkan oleh anak-anak,
misalnya memanfaatkan buku tulis lama jika masih ada lembaran yang kosong
bisa dipergunakan untuk corat coret, buku-buku cerita lama dikumpulkan untuk
perpustakaan mini di rumah untuk mereka dan anak-anak sekitar rumah. Itu juga
salah satu cara pemanfaatan sampah rumah tangga.
c. Recycle: Mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru. Sampah
organik bisa di manfaatkan sebagai pupuk dan sampah anorganik bisa di daur
ulang menjadi sesuatu yang bisa digunakan kembali, contohnya: mendaur ulang
kertas yg tidak di gunakan menjadi kertas kembali, botol plastik bisa di sulap
menjadi tempat alat tulis, plastik detergen,susu, bisa di jadikan tas cantik,dompet,
dan lain-lain.
Dengan menerapkan sistem 3R dalam pengelolaan sampah rumah
tangga dapat membawa dampak positif bagi lingkungan.Bukan saja lingkungan
rumah tangga tetapi bagi lingkungan sekitar.Apalagi maraknya isu global
warming yang sudah menjadi masalah dunia yang harus kita selsaikan
bersama.Oleh karena itu banyak sekali manfaat yang di hasilkan dari sistem 3R
terhadap sampah rumah tangga. Karena sampah tidak selalu akan menjadi
barang sisa yang tidak bermanfaat bagi manusia apabila kita mau menjaga
lingkungan sekitar.
Di bawah ini merupakan beberapa alternatif pengolahan limbah rumah
tangga, antara lain:
1. Insinerasi

Proses pengurangan/perubahan bentuk limbah padat yang sudah terbakar,


menjadi abu pada suhu tinggi (600C 1000C). Fungsi utama dari proses
pengolahan limbah dengan insinerasi yakni mengurangi volume sampah dan
membunuh bakteri sampah (suci hama), sedangkan sasaran utama (bagi B3)
yakni mengurangi sifat-sifat yang berbahaya (racun, radiasi). Dalam proses
insinerasi ini digunakan alat insinerator dengan umpan masuk sampah,
suplai energi, dan udara bakar dan output berupa gas sisa, kalor, dan padatan
sisa.

Skema Umum Proses Insinerasi

Keuntungan proses insinerasi:


Terjaminnya keteterkaitan sumber daya alam dan lingkungannya.
Meningkatkan keterkaitan antar kota dan antara kota desa.
Meningkatkan perkembangan dan pemetaan ekonomi.
Volume sampah yang dibakar berkurang hingga sekitar 90%, sehingga
banyak mengurangi penggunaan lahan untuk pembuangan sampah akhir.
Menghasilkan kalor yang dapat digunakan untuk menghasilkan steam
yang kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik.

Kerugian proses insinerasi:


Dioksin dan senyawa organik terklorinasi yang terkait adalah zat zat racun
yang sangat kuat.

Mercuri yang bersifat bioakumulatif dan merupakan racun bagi ginjal dan
sistem saraf.
Racun tersebut bisa berubah ke bentuk organik didalam lingkungan.
Abu ringan menjadi kekhawatiran penduduk lokal karena mengandung
logam berat.

Skema Proses Pembangkit Listrik Tenaga Sampah

Aplikasi proses pengolahan sampah dengan proses insinerasi:


Pembangkit Listrik Tenaga Sampah. Teknologi pengolahan sampah untuk
menjadi energi listrik, pada prinsipnya:
Sampah di bakar sehingga menghasilkan panas (proses konversi termal).
Panas dari hasil pembakaran dimanfaatkan untuk merubah air menjadi uap
dengan bantuan boiler.
Uap bertekanan tinggi digunakan untuk memutar bilah turbin.
Turbin dihubungkan ke generator dengan bantuan poros.
Generator menghasilkan listrik dan listrik dialirkan kerumah rumah atau
ke pabrik.

2. Pengomposan
Kompos adalah hasil dekomposisi parsial/tidak lengkap, dipercepat secara
artifisial dari campuran bahan-bahan organik oleh pupulasi berbagai macam
mikroba dalam konsisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan,


misalnya:

limbah

organik

rumah

tangga,

sampah-sampah

organik

pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertaniah,


limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula,
limbah pabrik kelapa sawit, dll.
Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan
mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi
menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahaptahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi

akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos


akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan
o

peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50- 70 C.


Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada
kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu
tinggi.Pada saat ini terjadi dekmposisi/penguraian bahan organik yang
sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan
oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas.
Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsurangsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos
tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses
pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan.
Pengurangan ini dapat mencapai 30 40% dari volume/bobot awal bahan.

Proses Pengomposan
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan
oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan
sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen
dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga
terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun,

proses ini tidak diinginkan selama proses pengomposan karena akan


dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik akan menghasilkan
senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik
(asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.

2.4

Pencemaran Lingkungan
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak
dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-Undang Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982). Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan
pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya
dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan
kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat
rnemberikan efek merusak. Suatu zat dapat disebut polutan apabila :
1. Jumlahnya melebihi jumlah normal.
2. Berada pada waktu yang tidak tepat.
3. Berada pada tempat yang tidak tepat.
Sifat polutan adalah :
1. Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak
merusak lagi.
2. Merusak dalam jangka waktu lama. Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya
rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam
tubuh sampai tingkat yang merusak.

2.4.1 Macam-Macam Pencemaran


Macam-macam pencemaran dapat dibedakan berdasarkan pada tempat terjadinya,
macam bahan pencemarnya, dan tingkat pencemaran.
a. Menurut Tempat Terjadinya

Menurut tempat terjadinya, pencemaran dapat digolongkan menjadi tiga,


yaitu pencemaran udara, air, dan tanah.
1. Pencemaran Udara
Pencemar udara dapat berupa gas dan partikel. Contohnya sebagai berikut :
a. Gas H2S
b. Gas CO dan CO2
2. Pencemaran Air
Polusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar sebagai berikut :
a. Pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangan sampah
domestik, misalnya, sisa detergen mencemari air. Buangan industri seperti
Pb, Hg, Zn, dan CO, dapat terakumulasi dan bersifat racun.
b. Sampah organik yang dibusukkan oleh bakteri menyebabkan O2 di air
berkurang sehingga mengganggu aktivitas kehidupan organisme air.
c. Fosfat hasil pembusukan bersama HO3 dan pupuk pertanian terakumulasi
dan

menyebabkan

eutrofikasi,

yaitu

penimbunan

mineral

yang

menyebabkan pertumbuhan yang cepat pada alga (Blooming alga).


Akibatnya, tanaman di dalam air tidak dapat berfotosintesis karena sinar
matahari terhalang.

Salah satu bahan pencemar di laut adalah tumpahan minyak bumi, akibat
kecelakaan kapal tanker minyak yang sering terjadi. Banyak organisme akuatik
yang mati atau keracunan karenanya. Untuk membersihkan kawasan tercemar
diperlukan koordinasi dari berbagai pihak dan dibutuhkan biaya yang mahal.
Bila terlambat penanggulangan-nya, kerugian manusia semakin banyak. Secara
ekologis, dapat mengganggu ekosistem laut. Bila terjadi pencemaran di air,
maka terjadi akumulasi zat pencemar pada tubuh organisme air. Akumulasi
pencemar ini semakin meningkat pada organisme pemangsa yang lebih besar.

3. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah disebabkan oleh beberapa jenis pencemaran berikut ini

a. Sampah-sampah plastik yang sukar hancur, botol, karet sintesis, pecahan


kaca, dan kaleng
b. Detergen

yang

bersifat

nonbiodegradable

(secara

alami

sulit

diuraikan)
c. Zat kimia dari buangan pertanian, misalnya insektisida.

4. Polusi suara
Polusi suara disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, kapal
terbang, deru mesin pabrik, radio / tape recorder yang berbunyi keras sehingga
mengganggu pendengaran.

b. Menurut Macam Bahan Pencemar


Macam bahan pencemar adalah sebagai berikut.
1. Kimiawi ; berupa zat radio aktif, logam (Hg, Pb, As, Cd, Cr dan Hi), pupuk
anorganik, pestisida, detergen dan minyak.
2. Biologi ; berupa mikroorganisme, misalnya Escherichia coli, Entamoeba coli,
dan Salmonella thyposa.
3. Fisik ; berupa kaleng-kaleng, botol, plastik, dan karet.

BAB III
PEMBAHASAN

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986 yang


dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan industri rumah

tangga tergolong ke dalam industri kecil dan sudah seharusnya suatu industri
berada di daerah kawasan industri, namun apabila hendak didirikan maka perlu
memperhatikan lingkungan sekitar. Suatu industri harus mampu mengolah limbah
yang dikeluarkannya sebelum selanjutnya dikeluarkan kelingkungan, artinya
limbah yang akan dikeuarkan harus dalam keadaan aman saat akan dikeluarkan ke
lingkungan

Terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan dalam upaya pengolahan limbah baik
secara fisika, kimia maupun biologi. Upaya pengolahan limbah juga harus
disesuaikan dengan jenis dan karakteristik limbah itu sendiri termasuk dalam
limbah rumah tangga seperti sampah. Ada 2 cara alternatif yang dapat kita lakukan
dalam pengolahan limbah yang tentunya juga bermanfaat bagi kita, yaitu melalui
insinerasi dan pengomposan. Kompos adalah hasil dekomposisi parsial/tidak
lengkap, dipercepat secara artifisial dari campuran bahan-bahan organik oleh
pupulasi berbagai macam mikroba dalam konsisi lingkungan yang hangat, lembab,
dan aerobik. Insinerasi adalah proses pengurangan/perubahan bentuk limbah padat
yang sudah terbakar, menjadi abu pada suhu tinggi (600C 1000C). Fungsi
utama dari proses pengolahan limbah dengan insinerasi yakni mengurangi volume
sampah dan membunuh bakteri sampah (suci hama), sedangkan sasaran utama
(bagi B3) yakni mengurangi sifat-sifat yang berbahaya (racun, radiasi). Proses
iniserisasi menghasilkan kalor yang dapat digunakan untuk menghasilkan steam
yang kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik, namun
proses ini membutuhkan biaya yang besar.

Anda mungkin juga menyukai