Referat Bagian Ilmu Forensik Dan Medikolegal Unismuh
Referat Bagian Ilmu Forensik Dan Medikolegal Unismuh
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITASMUHAMMADIYAH MAKASSAR
REFERAT
MEI 2016
REFERAT
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG
BERHUBUNGAN DENGAN FORENSIK
Oleh :
Muh. Reza Mustafa, S. Ked (105420 101 09)
Abdul Qadir Afin Kolly, S. Ked (105420 25 10)
TaufiqHidayat, S. Ked (105420172 10)
Hajrah, S. Ked (105420 254 10)
Pembimbing :
dr. EkoYunianto, Sp. F
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Peranan dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sering
dihadapkan pada kenyataan bahwa bantuan mereka juga diperlukan oleh kalangan penegak
hukum dalam memeriksa korban maupun memberikan keterangan untuk kepentingan hukum dan
peradilan. Diperlukan bantuan dokter untuk memastikan sebab, cara, dan waktu kematian pada
peristiwa kematian tidak wajar karena pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan atau kematian yang
mencurigakan.
Pada korban yang tidak dikenal diperlukan pemeriksaan untuk mengetahui identitasnya.
Begitu pula pada korban penganiayaan, pemerkosaan, pengguguran kandungan dan peracunan
diperlukan pemeriksaan oleh dokter untuk menjelaskan peristiwa yang terjadi secara medis.
Hasil pemeriksaan dan laporan tertulis akan digunakan sebagai petunjuk atau pedoman dan alat
bukti dalam menyidik, menuntut dan mengadili perkara pidana maupun perdata. Pada tahap
penyidikan dipergunakan sebagai alat bukti dan petunjuk oleh para penyidik dan di sidang
pengadilan dipergunakan oleh jaksa, hakim dan pembela sebagai alat bukti yang sah.1,2
Profesi dokter mempunyai tugas lain yang tidak kalah penting dari sekedar memberikan
pelayanan medis klinis kepada masyarakat, yaitu memberikan bantuan terhadap penegakan
hukum dan keadilan (medical for law). Seperti juga hak kehidupan, kesehatan, kesembuhan
maka keadilan dan perlindungan hukum merupakan hak asasi manusia yang wajib dipenuhi dan
dilindungi oleh negara.
Kata Forensik berasal dari Forum yang berarti pasar. Pada zaman Romawi kuno
pasar digunakan sebagai tempat pengadilan. Dari istilah ini kemudian berkembang pengertian
bahwa ilmu kedokteran forensik merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempergunakan ilmu
pengetahuan dan teknologinya untuk membantu penegakan hukum dan keadilan.2
Peranan dari kedokteran forensik dalam penyelesaian perkara pidana di Pengadilan
adalah membantu hakim dalam menemukan dan membuktikan unsur-unsur yang di dakwakan
dalam pasal yang diajukan oleh penuntut. Serta memberikan gambaran bagi hakim mengenai
hubungan kausalitas antara korban dan pelaku kejahatan dengan mengetahui laporan dalam
visum et repertum.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
2
Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh ahli kedokteran forensik, diantaranya
Sidney Smith mendefinisikan Forensic medicine may be defined as the body of medical and
paramedical scientific knowledge which may services in the adminitration of the law, yang
maksudnya ilmu kedokteran forensik merupakan kumpulan ilmu pengetahuan medis yang
menunjang pelaksanaan penegakan hukum. Prof.Dr.Amri Amir,Sp.F (2007) mendefinisikan Ilmu
Kedokteran Forensik sebagai penggunaan pengetahuan dan keterampilan di bidang kedokteran
untuk kepentingan hukum dan peradilan.1
Prof.Dr.Budi Sampurna,Sp.F (2009) mendefinisikan Ilmu Kedokteran Forensik adalah
salah satu cabang spesialistik ilmu kedokteran yang memanfaatkan ilmu kedokteran untuk
membantu penegakan hukum, keadilan dan memecahkan masalah-masalah di bidang hukum.1
Dokter adalah dokter lulusan pendidikan kedokteran baik di dalam maupun di luar negeri
yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Institusi Pendidikan (Profesi Dokter) adalah institusi yang melaksanakan pendidikan profesi
dokter baik dalam bentuk fakultas, jurusan atau program studi yang merupakan pendidikan
universitas (academic entity).1
Profesi Kedokteran adalah suatu pekerjaan kedokteran yang dilaksanakan berdasarkan
suatu keilmuan dan kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, serta kode
etik yang bersifat melayani masyarakat sesuai UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran.1,2
Standar Profesi Dokter adalah standar keilmuan dan keterampilan minimal yang harus
dikuasai dokter dalam menjalankan praktek kedokteran.Standar Kompetensi adalah kualifikasi
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (PP 19/2005).
Berdasarkan definisi-definisi diatas standar profesi dokter di bidang kedokteran forensik
dapat kita definisikan sebagai standar keilmuan dan keterampilan minimal yang harus dikuasai
seorang dokter dalam mengunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran untuk membantu
penegakan hukum, keadilan, dan memecahkan masalah-masalah hukum.1,2
2.2
Lingkup Pelayanan
Pelayanan di bidang Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal dalam beberapa kasus
masih diperlukan disiplin ilmu lain. Di bidang kesehatan bantuan tersebut dapat mencakup
Patologi Forensik, Psikiatri Forensik, Toksikologi Forensik, Antopologi Forensik, Odontologi
Forensik dan Radiologi Forensik.
Patologi forensik adalah pengetahuan tentang pemeriksaan kelainan pada jaringan tubuh
oleh karena kekerasan atau mati tiba-tiba untuk kepentingan pengadilan. Psikiatri Forensik
3
tentang pembuktian adanya kelainan jiwa pada tersangka. Toksikologi Forensik adalah peristiwa
keracunan yang berhubungan dengan peristiwa pidana. Radiologi Forensik yang sudah lama
berperan adalah cabang ilmu kedokteran yang sudah banyak membantu dalam pemeriksaan
korban dan jaringan tubuh menggunakan pengetahuan dan teknologi radiologi. Odontologi
forensik penggunaan pengetahuan ilmu kedokteran gigi untuk kepentingan hukum dan peradilan
terutama dalam identifikasi.3,4
Peranan ahli (expert) termasuk dokter dalam bidang Kedokteran Forensik adalah dalam
rangka membuka tabir suatu peristiwa yang dapat menjawab 7 pertanyaan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kedokteran forensik sebenarnya suatu ilmu yang dimiliki oleh setiap dokter karena tanpa
terkecuali semua dokter pernah mendapatkan pengetahuan ilmu kedokteran forensik diwaktu
perkuliahan. Pasal 224 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP): Barang siapa yang
dipanggil menurut undang-undang menjadi saksi ahli atau juru bahasa dengan sengaja atau tidak
menjalankan suatu kewajiban menurut undang-undang yang harus dijalankannya dalam
kedudukan tersebut di atas, dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selamalamanya 9 bulan dan untuk perkara lain dihukum dengan hukuman selama-lamanya 6 bulan.3,4
Tugas pokok seorang dokter dalam bidang forensik adalah membantu pembuktian
melalui pembuktian ilmiah termasuk dokumentasi informasi/prosedur, dokumentasi fakta,
dokumentasi temuan, analisis dan kesimpulan, presentasi (sertifikasi).
Dinilai menurut waktu penyelidikan hingga persidangan dokter mempunyai peran
sebagai berikut:4
1. Masa Penyelidikan
Pemeriksaan di TKP dan analisis data yang ditemukan
2. Masa Penyidikan
Pembuatan visum et repertum dan BAP saksi ahli
3. Masa Persidangan
Dokter berperan dalam memberikan keterangan ahli, sebagai saksi ahli pemeriksa,
menjelaskan visum et repertum, menjelaskan kaitan temuan VeR dengan temuan
ilmiah alat bukti sah lainnya.
4
Dokter juga berperan menjelaskan segala sesuatu yang belum jelas dari sisi ilmiah.
2.3
melibatkan pengetahuan patologi forensik dan patologi klinik. Profesi kedokteran forensik bisa
juga mencakup ruang lingkup bukan peradilan yaitu berperan dalam identifikasi, keterangan
medis, uji keayahan, dan pemeriksaan barang bukti lainnya.6
Pendekatan kedokteran forensik selain menjadi ahli klinik medikalisasi dan terapi, ilmu
forensik juga berperan dalam hal non-terapi, yaitu pembuktian. Ilmu forensik sangat
komprehensif mencakup psikososial, yuridis. Akan tetapi forensik juga tidak bisa dikatakan
hukum karena forensik tidak menentukan suata peristiwa disebut pembunuhan, perkosaan atau
mengatakan siapa pelaku. Forensik hanya memberi petunjuk cara kematian atau pidana atau
petunjuk siapa pelaku.5
Ilmu kedokteran forensik mengutamakan prinsip dasar etika kedokteran meliputi: prinsip
tidak merugikan (non maleficence), prinsip berbuat baik (beneficence), prinsip menghormati
otonomi pasien (autonomy), dan prinsip keadilan (justice).
Prinsip tidak merugikan (non maleficence), merupakan prinsip dasar menurut tradisi
Hipocrates, primum non nocere. Jika kita tidak bisa berbuat baik kepada seseorang, paling tidak
kita tidak merugikan orang itu. Prinsip berbuat baik (beneficence), merupakan segi positif dari
prinsip non maleficence. Prinsip menghormati otonomi pasien (autonomy), merupakan suatu
kebebasan bertindak dimana seseorang mengambil keputusan sesuai dengan rencana yang
ditentukannya sendiri. Di sini terdapat 2 unsur yaitu : kemampuan untuk mengambil keputusan
tentang suatu rencana tertentu dan kemampuan mewujudkan rencananya menjadi kenyataan.
Dalam hubungan dokter-pasien ada otonomi klinik atau kebebasan professional dari
dokter dan kebebasan terapetik yang merupakan hak pasien untuk menentukan yang terbaik bagi
dirinya, setelah mendapatkan informasi selengkap-lengkapnya. Prinsip keadilan (justice), berupa
perlakuan yang sama untuk orang-orang dalam situasi yang sama, artinya menekankan
persamaan dan kebutuhan, bukannya kekayaan dan kedudukan sosial.5,6
2.4
Prosedur Medikolegal
Prosedur medikolegal adalah tata cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek
yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara garis besar prosedur
seseorang
dengan
memperhatikan
kesehatan
dan
keselamatan
yang
bersangkutan.
Keterangan Ahli
Pasal 1 Butir 28 KUHAP
Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan seorang yang memiliki keahlian
khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna
kepentingan pemeriksaan. (pengertian keterangan ahli saecara umum) Agar dapat
diajukan ke sidang pengadilan sebagai upaya pembuktian, keterangan ahli harus
dikemas dalam betuk alat bukti sah.
Alat Bukti Sah
Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindakan
pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.
Pasal 184 KUHAP
Alat bukti yang sah adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
keterangan saksi,
keterangan ahli,
Surat,
petunjuk,
keterangan terdakwa
diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang
dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu
menerima jabatan atau pekerjaan (BAP saksi ahli).
Keterangan ahli diberikan secara tertulis
8
2.5
dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh
masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.6,7
Elemen-elemen kompetensi terdiri dari :
a.
b.
c.
d.
Landasan kepribadian
Penguasaan ilmu dan keterampilan
Kemampuan berkarya
Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan
mengorganisasikan tugasnya agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan,segera tanggap dan tahu
apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana semula,
menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah di bidang profesinya,
melaksanakan tugas dengan kondisi berbeda, dengan telah ditetapkannya keluaran dari program
dokter di Indonesia berupa standar kompetensi, maka kurikulum program studi pendidikan
dokter perlu disesuaikan.
2.6
verbal dengan pasien (korban hidup) pada semua usia, anggota keluarga (pada korban
meninggal), masyarakat, kolega dan profesi lain.
Komunikasi antara dokter dan korban/pasien atau dengan keluarganya harus dilakukan
seefektif mungkin oleh dokter agar pasien atau keluarga pasien bersedia dilakukan pemeriksaan
walaupun secara hukum untuk pemeriksaan forensik dokter tidak perlu izin keluarga melainkan
kewajiban penyidik untuk memberitahu korban atau keluarga korban (meninggal). Hal ini sesuai
pasal 134 KUHAP.
Pasal 134 KUHAP
1. Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat
tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu
kepada keluarga korban.
2. Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menjelaskan dengan sejelasjelasnya tentang maksud dan tujuan dilakukan pembedahan tersebut.
3. Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau
pihak yang perlu diberi tahu tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang.
Ditinjau dari area komunikasi efektif di bidang kedokteran forensik,seorang lulusan
dokter harus mampu:
1. Berkomunikasi efektif dengan Korban atau dengan keluarga korban
10
Memberikan situasi yang nyaman bagi korban dengan menjaga privasi pasien,
Aktif dan mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberi waktu yang cukup pada pasien
untuk menyampaikan keluhannya dan menggali permasalahan pasien serta kronologis kejadiaan.
2. Berkomunikasi dengan sejawat
Memberi informasi yang tepat kepada sejawat tentang kondisi pasien baik secara lisan,
tertulis, atau elektronik pada saat yang diperlukan demi kepentingan pasien maupun ilmu
kedokteran.Menulis surat rujukan dan laporan penanganan pasien dengan benar, demi
kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran. Seorang dokter umum harus merujuk korban
apabila apa yang dimintakan penyidik bukan kompetensi dokter umum. Misalnya, identifikasi
tulang, identifikasi gigi (odontologi), pemeriksaan DNA, dan lain-lain.
3. Berkomunikasi dengan masyarakat
Menggunakan bahasa yang dipahami oleh masyarakat, menggali masalah kronologis kejadian
menurut persepsi masyarakat agar masyarakat memahami bahwa pemeriksaan forensik demi
penegakan keadilan sebagai hak asasi manusia. Melibatkan tokoh masyarakat dalam
mempromosikan kesehatan secara professional.
4. Berkomunikasi dengan profesi lain
Mendengarkan dengan penuh perhatian, dan memberi waktu cukup kepada profesi lain
untuk menyampaikan pendapatnya. Memberi informasi yang tepat waktu dan sesuai kondisi
yang sebenarnya ke perusahaan jasa asuransi kesehatan untuk pemprosesan klaim demi
kepentingan hukum.
11
Seorang dokter umum harus mampu melakukan prosedur pemeriksaan forensik klinis
sesuai masalah, kebutuhan korban dan sesuai kewenangannya.Kaitannya dengan kedokteran
forensik adalah seorang dokter umum harus mampu memeriksa dan membuat Visum et
Repertum korban luka karena kecelakaan lalu lintas, memeriksa dan membuat Visum et
Repertum luka karena penganiayaan, Memeriksa dan membuat Visum et Repertum Kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT), melakukan pemeriksaan luar korban meninggal. Pemeriksaan luar
meliputi pemeriksaan label, benda di samping mayat, pakaian, ciri identitas fisik, ciri tanatologis,
perlukaan dan patah tulang.
Dokter berperan dalam memberikan keterangan ahli, sebagai saksi ahli pemeriksa ,
menjelaskan visum et repertum, menjelaskan kaitan temuan VeR dengan temuan ilmiah alat bukti
sah lainnya.
Dokter juga berperan menjelaskan segala sesuatu yang belum jelas dari sisi ilmiah. (Pasal
224 KUHP) Hukum dengan tegas memberikan wewenang utama pemeriksaan forensik kepada
dokter forensik. Namum, karena ketidaktersediaan dokter forensik hukum memberi peluang
kepada dokter (umum dan spesialis apasaja) sebagai pemeriksa, hal ini merujuk pada pasal 133
KUHAP.
2.8
keterampilan klinis yang akan digunakan dalam mendiagnosis, menjawab permintaan Visum et
Repertum, maupun menjelaskan suatu perkara hukum menurut keahliannya di bidang
kedokteran. Keterampilan ini perlu dilatihkan sejak awal pendidikan dokter secara
berkesinambungan hingga akhir pendidikan dokter.Berikut ini pembagian tingkat kemampuan
menurut Piramid Miller :
Tingkat kemampuan 1Mengetahui dan Menjelaskan
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini,
sehingga dapat menjelaskan kepada teman sejawat, pasien maupun klien tentang
konsep, teori, prinsip maupun indikasi, serta cara melakukan, komplikasi yang
timbul, dan sebagainya. Contoh keterampilan ini adalah Pemeriksaan DNA untuk
identifikasi.
12
13
Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu biomedik, klinik, perilaku, dan ilmu
kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan kesehatan tingkat primer prinsip-prinsip
ilmu kedokteran dasar yang berhubungan dengan terjadinya masalah hukum sesuai
kesehatan.
Menjelaskan berbagai pilihan yang mungkin dilakukan dalam jenis pemeriksaan forensik.
Menjelaskan secara rasional dan ilmiah dalam menentukan kaitan temuan pemeriksaan
forensik dengan kasus yang diusut penyidik baik peran dokter sebagai ahli, atau
melakukan pemeriksaan dan memberi keterangan tertulis.
melibatkan korban dalam masalah hukum, mengelola sumber daya manusia dan sarana
prasarana secara efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan
kedokteran forensik, menjalankan fungsi managerial (berperan sebagai pemimpin, pemberi
informasi, dan pengambil keputusan) dalam upaya memberikan pelayanan terbaik dalam
masalah hukum.
5.Area Pengelolaan Informasi
Dokter harus mampu mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan
kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil
keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di bidang kedokteran forensik di tingkat
primer.Berdasarkan tinjauan pengelolaan informasi maka lulusan dokter harus mampu:
1. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu penegakan
diagnosis, sebab perubahan kondisi tubuh korban, sebab-seban kematian, tindakan
pencegahan dan promosi hukum kesehatan, serta penjagaan, dan pemantauan status
korban.
2. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (internet) dengan baik.
3. Menggunakan data dan bukti pengkajian ilmiah untuk menilai relevansi dan validitas
data-data forensik dengan masalah hukum.
4. Menerapkan metode riset dan statistik untuk menilai kesahihan informasi ilmiah.
5. Menerapkan keterampilan dasar pengelolaan informasi untuk menghimpun data relevan
menjadi arsip pribadi.
6. Menerapkan keterampilan dasar dalam menilai data untuk melakukan validasi informasi
ilmiah secara sistematik.
7. Meningkatkan kemampuan secara terus menerus dalam merangkum dan menyimpan
arsip.
8. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi.
9. Menerapkan prinsip teori teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu
penggunaannya, dengan memperhatikan secara khusus potensi untuk berkembang dan
keterbatasannya.
10. Memanfaatkan informasi kesehatan dan menemukan database dalam praktik kedokteran
secara efisien.
11. Menjawab pertanyaan yang terkait dengan praktik kedokteran dan peranannya dalam
penegakan hukum dengan menganalisis arsipnya dan rekam medis untuk meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan di bidang kedokteran forensik.
15
16
Berperan aktif dalam tim kerja penanganan kasus forensik dan dalam tim
etikomedikolegal RS.
5. Kompetensi V
Berperan sebagai pengajar dan pembimbing dalam bidang Forensik, etik dan medikolegal
sesuai dengan ketentuan perundang2an yang berlaku.\
6. Kompetensi VI
Berperan aktif dalam mengembangkan ilmu kedokteran khususnya dalam bidang
Forensik, etika dan medikolegal melalui penulisan karya ilmiah yang dipresentasikan
atau dipublikasikan dari hasil penelitian.
Ditinjau dari standar profesi, seorang dokter Spesialis Forensik mempunyai kompetensi
yaitu sebagai berikut:
1. Mampu
melakukan
pemeriksaan
jenazah
atau
bagian
dari
jenazah
dan
14. Mampu melakukan pemeriksaan terhadap tersangka pelaku kejahatan dalam rangka
penentuan kelayakannya untuk diperiksa atau ditahan.
BAB III
PENUTUP
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal harus dipelajari dan diketahui dengan baik
oleh semua dokter karena hal ini diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan di Indonesia,
antara lain Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Pasal 133 ayat 1 KUHAP
dinyatakan bahwa: Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani korban baik
luka, keracunan ataupun mati karena tindak pidana, ia berwenang mengajukan keterangan ahli
18
kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya. Selain itu, dokter juga harus
mengingat bahwa ia dapat menerima sanksi bila tidak memberikan bantuan tersebut seperti
tercantum dalam pasal 224 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP): Barang siapa yang
dipanggil menurut undang-undang menjadi saksi ahli atau juru bahasa dengan sengaja atau tidak
menjalankan suatu kewajiban menurut undang-undang yang harus dijalankannya dalam
kedudukan tersebut di atas, dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selamalamanya 9 bulan dan untuk perkara lain dihukum dengan hukuman selama-lamanya 6 bulan.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit terhadap publik bukan hanya menyembuhkan namun
mencakup pelayanan untuk kepentingan hukum (Kedokteran Forensik, Medikolegal, Bio-Etik,
Human Right). Dengan adanya Profesi kedokteran forensik dan medikolegal dapat
mensosialisasi aspek-aspek hukum dalam pelayanan kesehatan sehingga pelayanan buruk,
malpraktik dan tuntutan pasien dapat dihindari.
Peranan dokter forensik adalah pengemban tugas criminal justicia system, pemberi
keterangan ahli dan akta medikolegal, manajer SMF Kedokteran forensik dan pemulasaraan
jenazah, konsultan medikolegal, health law.
DAFTAR PUSTAKA
1.Amir,Amri.2007.Ilmu Kedokteran Forensik.Medan:Bagian IlmuKedokteran
Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran USU.
2.Sampurna,Budi.2009.Malpraktek Kedokteran Pemahaman Dari Segi Kedokteran dan
Hukum.www.freewebs.com
3.Suryadi,Taufik.2009.Pengantar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Buku
Penuntun Kepaniteraan Klinik Kedokteran Forensik dan Medikolegal.Banda Aceh: FK
Unsyiah/RSUDZA.
4.Mulyo,R Cahyono Adi.2006.Perananan Dokter dalam Proses Penegakan Hukum
Kesehatan.Universitas Negeri Semarang
19
Forensik
Ilmu
dan
Profesi.Universitas
hukum,
20