Anda di halaman 1dari 27

ANESTESI

REGIONAL
PADA OPERASI
MATA

ANATOMI
Orbita berbentuk piramida iregular dengan dasar basis
kranii anterior.
Aksis orbita mengarah postero-medial ke arah apex.
Pada apex terdapat foramen opticus, menghubungkan N
II dan pembuluh darah yang menyertai dan fissura orbita
superior dan inferior yang menghubungkan saraf dan
pembuluh darah lain.
Kedalaman orbita 40-50 mm, volume 30 ml, 7 ml
ditempati bola mata dan conus muscularis, sisanya
jaringan ikat longgar.
Panjang aksis bola mata adalah jarak antara permukaan
kornea ke retina, pada dewasa sekitar 25 mm (12-35
mm)

Saat mata yang mengalami elongasi


misalnya pada miopia tinggi, sklera
menjadi tipis, staphylomata atau
outpouchings dapat terjadi risiko
tinggi perforasi bola mata pada
tindakan peribulbar atau retrobulbar.
Bila panjang aksis >26 mm pilihan
anestesi lebih baik GA atau sub
tenon. Subtenon masih memiliki
risiko perforasi bola mata.

Sudut antara dinding


lateral dua orbita adalah
900, sudut antara dinding
lateral dan medial tiap
orbita adalah 450 .
Dinding medial orbita
hampir sejajar dengan
bidang sagital tubuh.
Orbita berisi bola mata,
lemak orbita, otot
ekstraokular, saraf,
pembuluh darah, serta
apparatus lakrimalis.

Bola mata :
Terletak di anterior rongga orbita, lebih dekat ke
dinding superior dan lateral.
Sklera merupakan lapisan fibrous bola mata yang
melapisi seluruh bola mata kecuali kornea. Relatif
kuat namun dapat ditembus dengan jarum.
Nervus optikus mempenetrasi sklera di 1-2 mm
posterior, medial dan superior dari kutub
posterior.
Arteri retina sentral dan vena mengiringi nervus
optikus.
Konus merupakan struktur yang dibentuk oleh
otot-otot ekstraokular.

Gambar 3. Otot ekstraokular yang menggerakkan mata ke segala


arah, termasuk empat otot rektus (superior, inferior, medial, dan
lateral) serta dua otot oblik (superior dan inferior).

Gambar 4. Inervasi mata termasuk nervus optikus dan nervus


okulomotorius (dengan superior division), bercabang ke m. oblikus
inferior, berhubungan dengan ganglion siliar. Ganglion siliar bercabang
menjadi n. siliaris brevis, n. siliaris longus, n. nasosiliaris.

Inervasi ekstraokuler :
LR6(SO4)3 - lateral rectus oleh N VI (abdusens), superior oblique oleh
N IV (troklear)
(trochlear) sisanya oleh cabang N III (okulomotor)

Injeksi LA ke jaringan adiposa kompartemen lateral


dari arah inferotemporal dapat mem-blok cabang
nasosiliar, lakrimal, frontal, supraorbital dan
supratroklear dari divisi oftalmik N. V dan cabang
infraorbital divisi maksilar.
Injeksi ke kompartemen medial melalui antara
karunkula dan sudul kantus medial dapat memblok cabang n. nasosiliaris medial, n. siliaris longus,
dan n. infratroklear serta komponen medial n.
supraorbital dan n. supratrokelar.

Anestesi regional pada mata


Akinetik :
Sub-Tenon block
Peribulbar block (Extra-conal block)
Retrobulbar block (Intra-conal block)
Non akinetik : topikal

Paling popular saat ini : blok subtenon.


Blok retrobulbar mulai ditinggalkan karena risiko
tinggi.
Walau blok sub tenon dianggap lebih aman dari
peribulbar, blok peribulbar masih dikerjakan pada
keadaan dimana subtenon merupakan
kontraindikasi, misalnya :
Riwayat perlengketan sklera dan operasi detachment
sebelumnya.
Operasi rektus medial atau pterigium.
Berhati-hati pada miopia tinggi karena sering terjadi
staphylomata (outpouched areas) atau penipisan
sklera.

Berkomunikasi dengan operator bila ragu

Persiapan
Pasang akses vena untuk jalur obat bila diperlukan
dalam keadaan emergensi
Saccus conjunctiva diberi tetes anestesi lokal
proxymetacaine 0.5% atau amethocaine 1%.
Spuit 10 cc diisi dengan LA.
lidocain 2% dengan/tanpa adrenalin 1:200,000,
bupivacaine 0.5%
Hyaluronidase 2-30 units/ml sering ditambahkan untuk
meningkatkan absorbsi

Jarum disposable 25G 2.5 cm A 25 gauge, 2.5 cm


terhubung ke spuit
Pasien berbaring supine, mata melihat lurus atas
(posisi netral)

BLOK SUB TENON

Injeksi LA ke dalam episcleral space


dibawah kapsula Tenon menggunakan
jarum/kanula.
Kanula mengurangi risiko akibat jarum.
Kapsul Tenon : lapisan jaringan ikat
mengelilingi bola mata dan melekat pada
oto ekstraokular.
Di anterior menyatu dengan konjungtiva
beberapa mm posterior margin limbus. Di
posterior bola mata berakhir di dekat
insersi nervus optikus.

Inervasi sensoris dari nervus siliaris


brevis dari cabang oftalmik N.
Trigeminus memasuki kapsul posterior ke
bola mata.
Injeksi LA dibawah kapsul tenon
analgesia.
Amaurosis terjadi bila LA mempenetrasi
bagian anterior N. Optikus.
Akinesia terjadi karena blokade cabang
motorik yang memasuki subtenon space
menuju otot ekstraokular.

Subteno
n space

Sklera

Tenon
capsul
e

Needle-based sub-Tenons block :


injeksi melalui kompartemen medial
dengan jarum di lateral karunkula,
ujung jarum diarahkan medial
posterior sedalam 10-15 mm.
Tidak memerlukan diseksi.

Cannula-based sub-Tenons blocks :


menggunakan kanula dengan sebelumnya
dilakukan diseksi dalam topikal analgesi.
Diseksi inferonasal paling sering. Pasien melirik
kontralateral daerah insisi, fasia difiksasi dengan
forcep, insisi dilakukan dengan gunting tumpul.
Diseksi adekuat bila ada visualisasi sklera putih
dibawah kapsula tenon,
Kanula tumpul diinsersikan mengikuti kurvatur
sklear, LA diinjeksikan 3-5 cc.
Beberapa tipe kanula tersedia, bahan fleksibel
maupun rigid, panjang 0.6 2.5 cm.

OK PERIBULBAR - INJEKSI INFERO-TEMPORAL


Palpebra inferior diretraksi
manual, jarum diarahkan
antara kantus lateral dan
limbus lateral (sisi lateral
iris). Saat melewati
konjungtiva biasanya nyeri
berkurang. Injeksi dapat
dilakukan kulit dibawah
konjungtiva. Jarum masuk
sesuai arah sagital, paralel
dengan dinding inferior
orbita. Jarum akan
menembus tanpa ada
resistensi.

Saat jarum melewati pertengahan bola mata,


sudut diubah agak medial (20) dan sefalad
(10), lanjutkan hingga 2.5 cm. Arah bevel
tajam tidak sejajar bola mata, pergerakan bola
mata pasien harus diwaspadai untuk mencegah
perforasi.
Aspirasi, kemudian injeksikan 5-8 ml. Bila
terdapat resistensi, ujung jarum mungkin
mengenai otot ekstraokular reposisi.
Saat injeksi, palpebra inferior akan tampak
penuh, mungkin terjadi edema konjunctiva.
Bila palpebra superior menutup cepat atau
bola mata tampak tegang atau menonjol
setelah injeksi sedikit, kemungkinan ujung
jarum berada di retrobulbar injeksi
dihentikan.

Dalam 5-10
menit, anestesia
dan akinesia
akan tercapai.
Bila tidak
tercapai, top up
dapat diberikan
via tempat yang
sama atau
nasal.

LOK PERIBULBAR - INJEKSI NASAL


Injeksi melalui konjungtiva
sisi nasal, medial terhadap
karunkula dan diarahkan
paralel dinding orbita
medial, sedikit sefalad
(200) hingga hub sejajar
iris (kedalaman 2.5 cm)
Jarum menembus ligamen
kantal medial sehingga
memerlukan sedikit
tekanan mata dapat
tertarik.
Aspirasi, injeksi 5 ml LA.

Setelah injeksi, mata ditutup dan


palpebra ditekan lembut untuk
meningkatkan absorbsi.
Blok dinilai setelah 5-10 menit.
Tanda blok berhasil :
Ptosis
Akinesia (gerak mata tidak ada/minimal),
Brahma Skor <2
Tidak mampu menutup mata setelah dibuka

BLOK RETROBULBAR

Jarum 25G x 25 mm diinsersikan antara


kantus lateral dan limbus lateral pada
konjungtiva inferior.
Diarahkan kebelakang dibawah bola
mata, setelah melewati ekuator, jarum
diarahkan sefalad dan ke medial
memasuki ruang antara m. rektus lateral
dan m. rektus inferior.
Aspirasi, kemudian injeksi 4-5 ml LA.
Teknik ini mulai ditinggalkan karena
komplikasi yang tinggi.

Gambar 7. Posisi needle pada blok retrobulbar.

KOMPLIKASI
Injeksi intravaskular, reaksi anafilaksis.
Perdarahan retrobulbar : pembengkakan orbita dan
proptosis, peningkatan IOP pembedahan dihentikan.
Kantostomi lateral dapat dilakukan untuk
menurunkan IOP.
Perdarahan subkonjungtiva mudah diabsorbsi.
Ekimosis (Subconjunctival oedema) diminimalisasi
dengan injeksi perlahan. Berkurang dengan
penekanan dengan mata tertutup.
Penetrasi/perforasi bola mata. (<0.1%) sering terjadi
pada miopia dengan sklera tipis atau stafilomata.
Tanda-tanda : nyeri saat blok, penglihatan hilang
mendadak, hipotoni, ada perdarahan vitreous.
Dicegah dengan menghindari insersi jarum mendekati
bola mata, tidak mengubah arah sebelum melewati

Anda mungkin juga menyukai