Acl Rupture
Acl Rupture
dan panjangnya rata-rata 38 mm dan lebar rata-rata 10mm, dan dapat menahan
tekanan seberat 500 pon sekitar 226kg.
Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan berjalan
kearah atas, kebelakang dan lateral untuk melekat pada
bagian posterior
connective,
kadang-kadang
ligamentum
ini
tertinggal
dalam
Selanjutnya capsula
articularis ini menutupi kedua ligamentun cruciatum pada sendi lutut sebagai suatu
lembaran dan melintasi tepi posterior ligamentum cruciatum posterior. Dari tepi
medial dan lateral dari fascies articularis membentuk dua tonjolan , lipatan synovial,
plica alares yang terkumpul pada bagian bawah. Kesemuanya hal ini membentuk
suatu synovial villi. Plica synovialis patellaris, membentang pada bagian belakang
yang mengarah pada bidang sagital menuju cavum sendi dan melekat pada bagian
paling bawah dari tepi fossa intercondyloidea femoris. Plica ini merupakan lipatan
sagital yang lebar pada synovial membran. Lipatan ini membagi cavum sendi menjadi
dua bagian, berhubungan dengan dua pasang condylus femoris dan tibiae. Lipatan
capsul sendi pada bagian samping berjalan dekat pinggir tulang rawan. Sehingga
regio epicondylus tetap bebas.
cartilago, dan bagian permukaan anterior dari femur tidak ditutupi oleh cartilago.
Pada tibia capsul sendi ini melekat mengelilingi margo infraglenoidalis, sedikit bagian
bawah dari permukaan cartilago, selanjutnya berjalan kebawah tepi dari masingmasing meniscus.
Persyarafan Sendi Lutut
Persarafan pada sendi lutut adalah melalui cabang - cabang dari nervus yang
mensarafi otot-otot di sekitar sendi dan berfungsi untuk mengatur pergerakan pada
sendi lutut. Sehingga sendi lutut disarafi oleh :
1. N. femoralis
2. N. Obturatorius
3. N. Peroneus communis
4. N. Tibialis
Suflai Darah
Suplai darah pada sendi lutut berasal dari anastomose pembuluh darah disekitar
sendi ini. Dimana sendi lutut menerima darah dari descending genicular arteri
femoralis, cabang-cabang genicular arteri popliteal dan cabang descending arteri
circumflexia femoralis dan cabang ascending arteri tibialis anterior. Aliran vena pada
sendi lutut mengikuti perjalanan arteri untuk kemudian akan memasuki vena
femoralis.
Sistem Limfe
system limfe pada sendi lutut terutama terdapat pada perbatasan fascia
subcutaneous. Kemudian selanjutnya akan bergabung dengan lymph node sub
inguinal superficialis. Sebagian lagi aliran limfe ini akan memasuki lymph node
popliteal, dimana aliran limfe berjalan sepanjang vena femoralis menuju deep
inguinal lymph node.
pasien.
Contohnya atlet yang muda akan terlibat dalam aktifitas olahraga dan perlu dioperasi
supaya fungsi dapat kembali. Bagi individu yang lebih tua, dengan aktifitas yang lebih
sederhana biasanya tidak perlu dioperasi dan kembali ke kehidupan yang sederhana.
Namun sering, setelah cedera 1-2 hari, pasien dapat berjalan seperti biasa. Keadaan
ini bukan berarti ACL sudah sembuh. Pada perkembangannya pasien akan merasakan
bahwa lututnya tidak stabil, gampang goyang dan sering timbul nyeri.
Sebagian besar cedera ACL memerlukan tindakkan operasi Arthroscopy agar
pasien dapat pulih seperti sedia kala dengan insisi yang kecil. Operasi artroskopi
kurang invasive. Kelebihan dari artroskopi adalah kurang invasive, kurang nyeri,
masa rawat inap lebih pendek dan penyembuhan lebih cepat.
G. Komplikasi
Komplikasi kegagalan karena luka kambuh, risiko infeksi luka, operasi menyebabkan
radang sendi, otot melemah dan kekurangan daya gerakan .
III. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengakjian merupakan langkah awal dasar dari proseskeperawatan. Tujuan utama dari
pengkajian ini adalah untuk mendapatkan data secara lengakap dan akurat karena dari
data tersebut akan ditentukan masalah keperawatan yang dihadapi klien.
1. Pengkajian umum :
a. Identitas klien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, rencana terapi
b. Identitas penanggung jawab : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat
c. Alasan masuk rumah sakit
2. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
b. Riwayat kesehatan sekarang
Perlu diketahui:
1) Lamanya sakit
Lamanya klien menderita sakit kronik / akut
2) Factor pencetus
Apakah yang menyebabkan timbulnya nyeri, sters, posisi, aktifitas
tertentu
c. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular atau
kronis.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. TTV
c. Tingkat kesadaran
d. Rambut dan hygiene kepala.
e. Mata
Pemeriksaan mata meliputi konjungtiva, sclera mata, keadaan pupil
f. Gigi dan mulut
Meliputi kelengkapan gigi, keadaan gusi, mukosa bibir, warna lidah,
peradangan pada tonsil.
g. Leher
h. Dada / thorak
i. Cardiovaskuler
Biasanya akan terjadi perubahan tekanan darah klien dan gangguan irama
jantung
j. Pencernaan/Abdomen
Ada luka, memar, keluhan (mual, muntah, diare) dan bising usus
k. Genitalia
Kebersihan dan keluhan lainnya
l. Ekstremitas
Pembengkakan, fraktur, kemerahan, dan lain-lain.
m. Aktifitas sehari-hari
n. Data social ekonomi
Menyangkut hubungan pasien dengan lingkungan social dan hubungan
dengan keluarga
o. Data psikologis
Kesadaran emosional pasien
p. Data spiritual
Data
diketahui,
apakah
pasien/keluarga
punya
kepercayaan
yang
C. Intervensi keperawatan
No
1
Diagnosa
Rencana keperawatan
Tujuan dan KH
Intervensi
Nyeri b.d agen Setelah dilakukan
tindakan
1. Lakukan pengkajian nyeri
keperawatan selama 3x24 jam
secara komprehensif termasuk
injury
diharapkan
pasien
tidak
lokasi, karakteristik, durasi,
mengalami
nyeri
dengan
frekuensi, kualitas dan factor
kriteria hasil:
presipitasi.
1. Mampu
mengontrol
2. Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri
ketidaknyamanan.
2. Melaporkan bahwa nyeri
3. Bantu pasien dan keluarga
berkurang
dengan
untuk mencari dan menemukan
menggunakan
dukungan.
manajemen nyeri
4. Control lingkungan yang dapat
3. Mampu mengenali nyeri
mempengaruhi nyeri speerti
(skala,
intensitas,
suhu ruangan, pencahayaan dan
frekuensi, dan tanda
kebisingan.
nyeri)
5. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan.
6. Ajarkan
tentang
teknik
nonfarmakologi: napas dalam,
relaksasi, distraksi, kompres
hangat atau dingin.
7. Berikan
analgetik
untuk
mengurangi nyeri.
8. Tingkatkan istirahat
9. Berikan informasi tentang nyeri
Resiko
bawah
trauma fisik
dan
ketidaktahuan
cara
mobilisasi
yang adekuat.
4. Menunjukkan perilaku
hidup sehat
Status imun, gastrointestinal,
Genitourinaria
dalam
batas
normal
Gangguan
Ansietas
b.d Setelah dilakukan asuhan
rencana
selama 3x24 jam kecemasan
pembedahan,
klien teratasi dengan criteria
kondisi
fisik, hasil:
perubahan peran 1. Klien
mampu
keluarga, kondisi
mengidentifikasi
dan
status
mengungkapkan
gejala
sosioekonomi.
cemas
2. Vital sign dalam batas
normal
3. Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh, dan
tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan
Daftar pustaka
Anderson, 1999, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and barret Publisher Boston, Edisi
Bahasa Indonesia,Jakarta, EGC
Anderson Silvia Prince. (1996). Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit. Penerbit
Buku Kedokteran. EGC, Jakarta.
Dorland, 1994. kamus kedokteran. Jakarta. EGC
hinchliff, sue. 1999. kamus keperawatan. Edisi 17. Jakarta EGC.
Muttaqin, A. 2011. Buku saku gangguan musculoskeletal. EGC. jakarta
LAPORAN PENDAHULUAN
ACL RUPTURE (RUPTURE ANTERIOR CRUCIATE LIGAMENT)
DI RUANG BEDAH 6 RSPAD GATOT SOEBROTO
JAKARTA PUSAT
Disusun Oleh :
AYU KRISTIANA
1510721033