Anda di halaman 1dari 119

ANALISIS PARAMETER GEMPA BUMI PERIODE 2011-2015

MENGGUNAKAN SEISCOMP3 BALAI BESAR


METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA
WILAYAH II
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)
Di Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah II
Ciputat - Tangerang Selatan

Oleh
IRMA YULIANTY
NIM: (1112097000029)

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum wr.wb.
Puji Syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT yang terus memberikan
berbagai nikmatnya yang tak terhitung kepada setiap makhlukNya. Penyelesain
pembuatan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini pun merupakan berkat salah
satu karuniaNya yang amat patut penulis syukuri. Shalawat dan salam semoga tetap
dilimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta ahlul bait, sahabat, tabiin,
dan selu ruh umatnya tanpa kecuali.
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini merupakan salah satu agenda
wajib dan rutin dilaksanakan oleh setiap mahasiswa Program Studi Fisika. Hal ini
dimaksudkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan para mahasiswa tentang
dunia keilmuan yang digelutinya. Bukan hanya sebatas pada dunia akademis tapi
juga berusaha untuk mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya melalui kegiatan PKL
ini.
Sebagai salah satu bentuk tanggung jawab dari pelaksanaan kegiatan Praktik
Kerja Lapangan ini, pada akhir kegiatan PKL tersebut mahasiswa yang bersangkutan
wajib menyusun sebuah laporan. Dan untuk maksud itulah, penulis merasa bersyukur
karena dapat menyelesaikan laporan PKL ini. Tentu saja dalam perjalanan
penyusunannya, banyak sekali pihak -pihak yang ikut membantu menyelasaikan
penulisan laporan ini. Oleh karenanya, penulis merasa berterimakasih sedalamdalamnya kepada:
1. Kedua orang tua, kakak-kakak, adik, keluarga, dan kerabat yang
senantiasa memberi semangat dukungan kepada penulis dalam menjalani
Praktik Kerja Lapangan (PKL).
2. Ibu Dr.Eng. Nur Aida,M.Si selaku Ketua Program Studi Fisika dan
Ibu Tati Zera, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Fisika.
3. Bapak Dr. Sutrisno, M.Si dan Bapak Ambran Hartono, M.Si selaku dosen
pembimbing Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan pembimbing akademik
yang telah mengarahkan dan membimbing penulis sehingga dapat
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan lancar.

4. Bapak Joko Siswanto, S.Sos. selaku Kepala Balai Besar Metereologi,


Klimatologi, dan Geofisika Wilayah II Ciputat yang telah memberikan
izin untuk dapat melaksanakan PKL ini hingga selesai.
5. Ibu Erna Ernansyih Elsye, S.Sos,S.Si selaku Kepala Sub Bidang Pelayan
Jasa Balai Besar Wilayah II Ciputat.
6. Bapak Tedy Ferdyanto, ST selaku Pembimbing Lapangan dari BBMKG
yang telah membimbing, mengarahkan, dan mendukung kegiatan
penelitian yang penulis lakukan.
7. Bapak Samin, Mbak Retno Cahya, Mbak Rendinis, Kak Ayu Adi dan Kak
Nesia Sabrina dari bagian Sub Bidang Pelayanan Jasa Geofisika yang
senantiasa bersedia membantu menyelesaikan berbagai permasalahan
penulis hadapi selama PKL berlangsung.
8. Teman-teman Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2012
terutama peminatan Geofisika, yang telah bekerja sama dengan penulis
dalam menjalankan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
9. Dera Suci Handayani, Gayatri Wisik, Jeniper Padma Weni, dan Dimas
Ghondokusumo yang merupakan teman PKL yang telah banyak
membantu dalam pelaksanaan teknis di tempat penelitian.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan ini
baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat dituliskan
disini.
Penulis menyadari akan adanya kekurangan yang terdapat pada laporan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang jauh dari kata sempurna ini. Oleh karena itu
penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari para pembaca sebagai
pelajaran untuk penulis ke depan agar lebih baik lagi dalam menyusun sebuah
laporan. Semoga laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dapat bermanfat dan
menginspirasi untuk para pembaca maupun untuk penulis sendiri.
Wassalamu alaikum wr.wb
Ciputat, 10 November 2015
Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vii
DAFTAR TABEL...................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Penulisan

1.2 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan

1.3 Tujuan Praktik Kerja Lapangan

1.4.1 Tujuan Umum

1.4.2 Tujuan Khusus

1.5 Manfaat Praktik Kerja Lapangan

1.5.1 Bagi Mahasiswa

1.5.2 Bagi Universitas

1.5.3 Bagi Instansi

1.6 Lokasi, Waktu, dan Tempat Praktik Kerja

BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT PKL......................................................7


2.1 Tinjauan Umum Instansi

2.2 Tugas dan Fungsi BBMG Wilayah II Ciputat

2.3 Struktur Organisasi BBMG Wilayah II Ciputat

2.4 Stasiun-stasiun dalam Wilayah II Ciputat

2.5 Visi dan Misi

10

BAB III TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................12


3.1 Struktur Lapisan Bumi

12

3.2 Letak Indonesia

14

3.3 Kerangka Tektonik Indonesia

19

3.4 Gempa Bumi

20

BAB IV PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN


4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
31
4.2 Data
31
4.3 Alat dan Bahan
31
4.4 Tahap Pengolahan
33
4.5 Masalah yang Muncul Ketika PKL
60
4.6 Pemecahan Masalah yang Muncul Ketika PKL
61
4.7 Hasil Penelitian
61
4.7.1 Event Gempabumi Di Wilayah II Ciputat
61
4.7.2 Event Gempabumi Analisis Seiscomp3 Wilayah II Ciputat Periode
4.7.3
4.7.4

2011 sampai Bulan Februari 2015


Shake Map Event Gempabumi
Accelerograph

62
66
100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1
Kesimpulan
5.2
Saran

104
104
106

DAFTAR PUSTAKA

107

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3.1. Struktur Organisasi BBMKG Wilayah II

Gambar 3.1.1. Struktur Lapisan Bumi

14

Gambar 3.2.1. Letak Astronomis Indonesia

15

Gambar 3.2.2. Peta Pembagian Wilayah Waktu Indonesia

16

Gambar 3.2.3. Letak Geografis Indonesia

17

Gambar 3.3.1. Peta Tektonik Indonesia

19

Gambar 3.4.1. Batas Divergen

22

Gambar 3.4.2. Batas Konvergen

22

Gambar 3.4.3. Batas Transform

23

Gambar 3.4.4. Gelombang Badan (Body Wave)

26

Gambar 3.4.5. Gelombang Permukaan (Surface Wave)

27

Gambar 2 Realtime TraceView Seiscomp3

33

Gambar 3 Origin Locator SeisComP3

34

Gambar 4 Waveform Seiscomp3

34

Gambar 5 Event Summary

36

Gambar 1. SOP Analisa Data Accelerograph

38

Gambar 2. SOP Analisa Data Accelerograph

39

Gambar 3. SOP Analisa Data Accelerograph

39

Gambar 4. SOP Analisa Data Accelerograph

40

Gambar 5. SOP Analisa Data Accelerograph

40

Gambar 6. SOP Analisa Data Accelerograph

41

Gambar 7. SOP Analisa Data Accelerograph

41

Gambar 8. SOP Analisa Data Accelerograph

42

Gambar 9. SOP Analisa Data Accelerograph

42

Gambar 10. SOP Program Geopshy

43

Gambar 11. SOP Program Geopshy

45

Gambar 12. SOP Program Geopshy

45

Gambar 13. SOP Program Geopshy

46

Gambar 14. SOP Program Geopshy

46

Gambar 15. SOP Program Geopshy

51

Gambar 16. SOP Program Geopshy

51

Gambar 17. SOP Program Geopshy

52

Gambar 18. SOP Program Geopshy

53

Gambar 19. SOP Program Geopshy

54

Gambar 20. SOP Program Geopshy

55

Gambar 21. SOP Program Dadisp 2000

55

Gambar 22. SOP Program Dadisp 2000

56

Gambar 23. SOP Program Dadisp 2000

56

Gambar 24. SOP Program Dadisp 2000

57

Gambar 25. SOP Program Dadisp 2000

57

Gambar 26. SOP Program Dadisp 2000

58

Gambar 27. SOP Program Dadisp 2000

59

Gambar 28. SOP Program Dadisp 2000

59

Gambar 29. SOP Program Dadisp 2000

60

Gambar 30. SOP Program Dadisp 2000

61

Gambar 31. SOP Program Dadisp 2000

62

Gambar 32. SOP Program Dadisp 2000

62

Gambar 33. SOP Program Dadisp 2000

63

Gambar 34. SOP Program Dadisp 2000

64

Gambar 5.1.3.1 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 23 Januari 2011
67
Gambar 5.1.3.2 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 12 April 2012
68
Gambar 5.1.3.3 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 12 Juni 2012
69
Gambar 5.1.3.4 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 20 Juni 2012
70

Gambar 5.1.3.5 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 7 Juli 2012
71
Gambar 5.1.3.6 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 27 Juni 2012
72
Gambar 5.1.3.7 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 18 Juli 2012
73
Gambar 5.1.3.8 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 29 Juli 2012
74
Gambar 5.1.3.9 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 31 Juli 2012
75
Gambar 5.1.3.10 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 21 Agustus 2012
76
Gambar 5.1.3.11 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 6 September 2012
77
Gambar 5.1.3.12 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 3 Oktober 2012
78
Gambar 5.1.3.13 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 20 Oktober 2012
79

Gambar 5.1.3.14 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 1 November 2012
80
Gambar 5.1.3.15 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 10 November
2012

81

Gambar 5.1.3.16 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 25 Desember


2012

82

Gambar 5.1.3.17 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 30 Desember


2012

83

Gambar 5.1.3.18 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 2 Januari 2013
84
Gambar 5.1.3.19 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 27 Januari 2013
85
Gambar 5.1.3.20 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 31 Januari 2013
86
Gambar 5.1.3.21 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 5 Maret 2013
87
Gambar 5.1.3.22 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 4 April 2013
88
Gambar 5.1.3.23 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 9 April 2013
89
Gambar 5.1.3.24 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 7 Juli 2013
90
Gambar 5.1.3.25 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 8 Juli 2013
91
Gambar 5.1.3.26 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 20 Juli 2013
92
Gambar 5.1.3.27 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 24 Juli 2013
93

10

Gambar 5.1.3.28 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 8 Agustus 2013
94
Gambar 5.1.3.29 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 3 November 2013
95
Gambar 5.1.3.30 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 25 November
2013

96

Gambar 5.1.3.31 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 1 Agustus 2014
97
Gambar 5.1.3.32 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 17 Oktober 2014
98
Gambar 5.1.3.33 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 15 Januari 2015
99
Gambar 5.1.3.34 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 3 Februari 2015
100
Gambar 5.1.4.1 Hasil Analisa Accelerograph untuk event gempa dirasakan pada
tanggal 27 September 2014

101

Gambar 5.1.4.2 Hasil Analisa Accelerograph untuk event gempa dirasakan pada
tanggal 17 Oktober 2014

102

Gambar 5.1.4.3 Hasil Analisa Accelerograph untuk event gempa dirasakan pada
tanggal 2 Februari 2015

103

11

DAFTAR TABEL

Tabel 3.4.1.

Skala Richter

28

Tabel 3.4.2

Skala Mercalli

30

Tabel 4.5.2

Data Gempa Bumi yang Dikeluarkan Oleh PGN

66

12

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Penulisan


Banyak terjadi bencana alam di dunia yang banyak menelan korban jiwa,

salah satunya gempabumi. Gempabumi adalah sentakan yang sumbernya berasal


dari dalam Bumi dan merambat melalui permukaan Bumi. (Katili, 250)
Selama ini banyak kasus gempabumi besar yang terjadi di dunia, contohnya
gempabumi di Chili dengan skala 8.8 SR pada tanggal 27 Februari 2010 dan
Tokyo, Jepang dengan skala 9.0 SR pada tanggal 11 Maret 2011. Tak hanya di
Chili dan Jepang saja, di Indonesia pun pernah terjadi beberapa gempabumi besar,
seperti gempabumi di Mentawai dengan skala 7.2 SR pada tanggal 26 Oktober
2010 dan gempabumi di D.I Yogyakarta dengan skala 5.9 SR pada tanggal 27 Mei
2006.
Gempabumi yang terjadi mempunyai kekuatan yang beragam, dari yang
tidak dirasakan sampai yang berpotensi merusak. Terjadinya gempabumi di
Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor,salah satunya adalah letak geografis
Indonesia yang berada pada pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu Lempeng IndoAustralia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik.
Dari semua gempabumi yang terjadi tiap tahunnya tak jarang ada beberapa
kejadian gempabumi dengan skala besar yang berpotensi merusak. Bahkan
gempabumi dengan skala di atas 6 SR berpotensi merusak dan akan menimbulkan
kerusakan yang besar, terutama bila pusat gempabumi terletak di daratan dan
dengan kedalaman yang dangkal. Dilihat dari peta seismisitas Indonesia,
gempabumi paling sering terjadi di pulau Sumatera dan pulau Sulawesi itu
disebabkan terdapat beberapa sesar besar di pulau tersebut.
Untuk mengetahui terjadinya gempa maka dibuatlah alat pencatat gempa
pertama pada tahun 132 di Cina dikembangkan sebuah alat yang wujudnya berupa

guci yang pada keempat arah mata angin diberi kepala naga. Namun, alat ini tidak
dapat memberikan rekaman getaran hanya gejala telah terjadi adanya gempa
bumi, tetapi seiring dengan berkembangnya teknologi dibuatlah alat yang lebih
modern dan lebih sensitif terhadap gempa. Sehingga dapat dengan cepat
mendeteksi gempa dan akurat. Bencana gempabumi dapat dideteksi berapa besar
skalanya dan di mana pusat gempa bumi berada sehingga dampak dari
gempabumi dapat diminimalisir, alat itu adalah seismograf. Seismograf yang
sekarang telah mengalami berbagai pembaharuan sehingga lebih canggih lagi.
Pada tahun 2006 dikembangkanlah seismograf dengan 3 komponen yaitu
Seiscomp3.

Dengan

Seiscomp3

parameter-parameter

gempabumi

seperti

magnitude, origin time, kedalaman dan lain-lain dapat dengan cepat dibaca.
Ada pula software lain yang digunakan untuk menganalisa dampaknya
yaitu, Shake map. Shake map adalah suatu sistem software yang dapat memetakan
guncangan gempa, untuk mengetahui tingkat intensitas gempabumi dalam satuan
tingkat MMI (Modified Mercalli Intensity) sehingga diketahui Accelerograph dan
nilai PGA (Peak Ground Acceleration)Shake map dapat dibuat dengan menginput
data-data yang didapat dari Seiscomp3.
Selain Shake Map digunakan juga Accelerograph untuk mengetahui nilai
percepatan tanah pada suatu daerah yang mengalami gempa. Dengan
accelerograph dapat diketahui intensitas gempabumi serta seberapa besar
kerusakan atau efek yang ditimbulkan akibat gempabumi yang terjadi.
Berdasarkan fakta-fakta di atas penulis merasa tertarik untuk mengangkat
topik ini sebagai judul laporan Praktik Kerja Lapangan kami.
Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan (PKL)
1.2

Latar Belakang PKL


Pengetahuan yang sifatnya praktis menjadi suatu hal penting dan

bermaanfaat bagi seorang mahasiswa, terutama saat memasuki dunia kerja yang
sesungguhnya. Berbeda dengan pengetahuan teoritis yang dapat diperoleh
mahasiswa melalui bangku kuliah, pengetahuan yang sifatnya praktis serta sesuai
dengan perkembangan zaman tentunya hanya bisa diperoleh dari luar lingkungan

kampus, yaitu melalui suatu kegiatan praktik kerja lapangan pada suatu instansi
atau perusahaan. Dengan harapan mahasiswa dapat mengetahui kondisi lapangan
sesungguhnya dan mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan serta tekhnologi,
sehingga tidak hanya berbekal pengetahuan yang bersumber dari buku pegangan
dalam kegiatan perkuliahan semata. Praktik kerja lapangan juga bertujuan untuk
memberikan kesempatan kepada mahasiswa/i untuk lebih memahami konsepkonsep non-akademis dan non-teknis dalam dunia kerja secara nyata dengan
memberikan sedikit kontribusi pengetahuan pada instansi secara konsisten.
Geofisika merupakan peminatan dibawah Jurusan Fisika yang berada pada
Fakultas Sains dan Tekonologi Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta yang berkonsentrasi pada Ilmu Kebumian. Dalam program studi ini,
mahasiswa memperoleh berbagai macam ilmu baik ilmu dasar maupun ilmu
terapan. Beberapa ilmu yang telah dipelajari antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Metode Seismik
Metode Gravitasi
Metode Geomagnet
Metode Geodinamika
Metode Well Logging
Metode Geolistrik

Dalam proses pembelajaran, mahasiswa memperoleh ilmu dari materi kuliah


dan praktikum. Dengan kondisi tersebut mahasiswa masih memahami ilmu secara
teoritis dan praktis namun belum bisa menerapkannya secara aplikatif misalnya
dalam industri. Oleh karena itu Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan
Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mewajibkan kepada mahasiswa/i
untuk melakukan praktik kerja lapangan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan tidak hanya dibangku kuliah namun di dunia kerja itu
sendiri. Selain itu praktek kerja lapangan ini dapat dibuat sebagai acuan untuk
pemahaman

teori teori yang dipelajari dengan cara mengaplikasikannya

langsung didunia kerja.

1.3

Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL)


Adapun tujuan penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini ialah
sebagai berikut:
1.3.1 Tujuan Umum

a. Membekali mahasiswa dengan pengalaman di lapangan bekerja.


b. Memberikan gambaran dunia kerja bagi mahasiswa.
c. Memperluas
wawasan
pengetahuan,
kemampuan,
dan
keterampilan mahasiswa pada instansi atau lembaga tempat
pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) tersebut.
d. Memenuhi syarat kelulusan mahasiswa dengan mengambil mata
kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang diberikan kepada
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
e. Membina dan meningkatkan kerjasama antara Program Studi
Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan instansi
Pemerintah atau swasta di mana mahasiswa ditempatkan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Menganalisa gempabumi besar di Indonesia periode 2011 sampai
dengan 2015 dengan magnitude di atas 4.5 SR menggunakan
Seiscomp3.
b. Mempelajari suatu pemrograman sistem kegempaan yaitu Shake
Map dan Accelerograph sesuai dengan kegunaannya msingmasing.
1.4

Manfaat Praktik Kerja Lapangan


1.4.1 Bagi Mahasiswa/i :
1. Mendapatkan pengalaman

dan

ilmu

tentang

bidangnya

dan

mendapatkan gambaran di dunia kerja.


2. Terpenuhinya tugas kuliah Praktik Kerja Lapangan yang menjadi
salah satu syarat menyelesaikan program studi.

3. Mengenalkan dan membiasakan diri terhadap suasana kerja di dunia


kerja nyata sehingga dapat membangun etos kerja yang baik, serta
sebagai upaya untuk memperluas cakrawala wawasan kerja.
4. Memenuhi syarat kelulusan mahasiswa dengan mengambil mata
kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang diberikan kepada
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.4.2 Bagi Universitas :
1. Terjalinnya hubungan baik dengan instansi tempat mahasiswa/i yang
sedang Praktik Kerja Lapangan.
2. Sebagai tolak ukur pemahaman mahasiswa tentang ilmu yang telah
diperoleh dibangku kuliah dengan realita sesungguhnya di lingkungan
industri.
3. Sebagai sarana evaluasi dalam bidang akademik.
1.4.3 Bagi Balai Besar BMKG Wilayah II :
1. Mendapat tenaga tambahan sementara dari mahasiswa/i yang sedang
Praktik Kerja Lapangan.
2. Mendapat saran yang berguna yang berhubungan dengan kegiatan
rutinitas instansi dari mahasiswa/i yang sedang Praktik Kerja
Lapangan.
3. Terjadinya hubungan kerjasama yang baik dengan dunia pendidikan.
4. Dapat memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas dan
potensial.

1.5

Lokasi, Waktu, dan Tempat


Praktik kerja lapangan ini dilaksanakan di :
Nama Instansi

: Balai Besar Metereologi, Klimatologi dan Geofisika


Wilayah II Ciputat

Alamat

: Jalan H. Abdul Ghani No. 05 Cempaka Putih,


Tangerang Selatan.
Telepon (021) 7402739, 7444338, 7426485
Fax. (021) 7426485, 74709283

Waktu

: 17 Februari 17 Maret 2015

BAB II
GAMBARAN UMUM TEMPAT PKL

2.1 Tinjauan Umum Instansi


Balai Besar Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah II
Ciputat beralamat di Jalan H. Abdul Ghani No. 05 Cempaka Putih Kp. Bulak
Ciputat, Tangerang Selatan. Dalam melaksanakan tugas BMKG memiliki
kedudukan dan tugas masing-masing, Produk Jasa Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika di antaranya sebagai berikut :
2.2 Tugas dan Fungsi BBKMG Wilayah II Ciputat
Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, Balai Besar BMKG Wilayah II
Ciputat secara administratif dibina oleh sekertaris utama dan secara teknis
operasional dibina oleh masing-masing Deputi sesuai dengan bidang tugasnya.
Dalam melaksanakan tugas operasionalnya, Balai Besar BMKG Wilayah II
Ciputat ditunjuk sebagai Koordinator Wilayah II Ciputat yang meliputi 11
provinsi dan sebagai koordinator Stasiun di Provinsi Banten.
2.3 Struktur Organisasi BBMKG Wilayah II Ciputat
Keputusan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
Nomor : Kep. 005 Tahun 2004
Tanggal : 5 Oktober 2004

KEPALA
BAGIAN TATA
USAHA

SUBBAGIAN
PERSURATAN
DAN
KEPEGAWAIAN

SUBBAGIAN
KEUANGAN DAN
PERLENGKAPAN

BIDANG DATA DAN INFORMASI

BIDANG OBSERVASI

SUBBIDANG
PENGUMPULAN DAN
PENYEBARAN

SUBBIDANG MANAJEMEN DATA

SUBBIDANG
INSTRUMENTASI DAN
KALIBRASI

SUBBIDANG PELAYANAN JASA

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL


Gambar 2.3.1. Struktur Organisasi BBMKG Wilayah II
2.4 Stasiun-stasiun dalam Wilayah II Ciputat
Stasiun stasiun yang berada dibawah pengamatan BBMKG, yaitu :
1

Provinsi Banten

Stasiun Meteorologi Serang

Stasiun Meteorologi Budiarto Curug

Stasiun Meteorologi Soekarno Hatta Cengkareng

Stasiun Klimatologi Pondok Betung Tangerang

Stasiun Geofisika Tangerang

Provinsi DKI Jakarta

Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok

Stasiun Meteorologi Kemayoran

Stasiun Geofisika Jakarta

Provinsi Jawa Barat

Stasiun Meteorologi Citeko

Stasiun Meteorologi Jatiwang

Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor

Stasiun Geofisika Bandung

Provinsi Jawa Tengah

Stasiun Meteorologi Cilacap

Stasiun Meteorologi Tegal

Stasiun Meteorologi A. Yani Semarang

Stasiun Meteorologi Maritim Semarang

Stasiun Klimatologi Semarang

Stasiun Geofisika Banjarnegara.

Provinsi D.I Yogyakarta

Stasiun Geofisika Yogyakarta.

Provinsi Lampung

Stasiun Meteorologi Raden Inten II Bandar Lampung

Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Karang

Stasiun Klimatologi Masgar Tanjung Karang

Stasiun Geofisika Kota Bumi

Provinsi Sumatera Selatan

Stasiun Meteorologi St. M. Badaruddin II Palembang

Stasiun Klimatologi Kenten Palembang

Provinsi Jambi

Stasiun Meteorologi St. Thata Jambi

Stasiun Meteorologi Depati Parbo Kerinci

Stasiun Klimatologi Jambi

Provinsi Bengkulu

10

Stasiun Meteorologi Fatmawati Bengkulu

Stasiun Klimatologi Pulau Baai Bengkulu

Stasiun Geofisika Kepahyang Bengkulu

10 Provinsi Bangka Belitung

Stasiun Meteorologi Pangkal Pinang

Stasiun Meteorologi Buluh Tumbang Tanjung Pinang

Stasiun Geofisika Tanjung Pandan

11 Provinsi Kalimantan Barat

Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak

Stasiun Meteorologi Paloh

Stasiun Meteorologi Susilo Sintang

Stasiun Meteorologi Nangapinoh

Stasiun Meteoroplogi Pangsuma Putusibau

Stasiun Meteorologi Rahadi Usman Ketapang

Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak

Stasiun Klimatologi Siantan Pontianak

2.5 Visi dan Misi


Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah II Ciputat

11

Keputusan Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah


II Ciputat
Nomor : SK.605/M.0014/BB.2/A-2009

Visi :
Menjadi pusat unggulan pelayanan jasa Meteorologi, Klimatologi,
Kualitas Udara dan Geofisika dalam skala wilayah yang berorientasi kepada
masyarakat pengguna.
Misi :
1. Menyediakan data dan informasi Meteorologi, Klimatologi, Kualitas
Udara dan Geofisika yang tepat, terpercaya, cepat terpenuhi dan
mudah dipahami.
2. Memudahkan aksesbilitas masyarakat pengguna atas layanan jasa
Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika.
3. Meningkatkan kapasitas layanan jasa Meteorologi, Klimatologi,
Kualitas Udara dan Geofisika.
4. Meningkatkan koordinasi teknik dengan Stasiun Meteorologi, Stasiun
Klimatologi, dan Stasiun Geofisika di lingkungan Balai Besar
Klimatologi dan Geofisika Wilayah II.
5. Melakukan kajian tentang kebutuhan dan pemahaman masyarakat
pengguna jasa Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan
Geofisika.

12

13

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Struktur Lapisan Bumi


Bentuk Bumi sebenarnya tidaklah bulat sempurna melainkan berbentuk
elips. Jari-jari ke arah ekuator lebih panjang daripada jari-jari ke arah kutub. Dari
analisis data yang ada dinyatakan bahwa bagian dalam bumi tersusun atas lapisanlapisan. Secara garis besar bumi terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu kerak bumi,
selimut bumi, dan inti bumi.
Kerak Bumi
Kerak bumi (Earth crust) adalah lapisan paling luar dari Bumi yang tipis,
terdiri dari kerak benua dan kerak samudra yang tersusun atas batuan yang lebih
ringan dibandingkan dengan batuan selubung di bawahnya. Tebalnya tidak sama
pada setiap bagian Bumi, kerak benua lebih tebal daripada kerak samudra.
Sehingga kecepatan gelombang gempa yang melewati kerak samudra lebih besar
dibanding kecepatan gelombang gempa yang melewati kerak benua. Di dasar laut
gempa bergerak dengan kecepatan 7 km/detik, yang kurang lebih sama dengan
kecepatan gelombang P saat melewati batuan basal. Ini menunjukkan bahwa
batuan utama penyusun kerak Bumi di dasar laut berupa batuan basal. Sebaliknya,
kecepatan gelombang P di benua hanya sekitar 6 km/detik, kurang lebih sama
dengan kecepatan gelombang P yang melalui batuan granit. Tebal lapisan kerak
bumi berkisar 5-50 km. kerak samudra tebalnya sekitar 5 km sedangkan kerak
benua berkisar 20-50 km.
Kerak benua, umumnya terdiri dari batuan granitik, dengan ketebalan berkisar
antara 30-50 km. Karena kerak benua kaya akan unsur Si (silikon) dan Al
(allumunium) maka banyak yang menyebutnya sebagai lapisan Sial.

14

Kerak samudera, umumnya terdiri dari batuan basaltik yang memiliki ketebalan
sekitar 5 km, karena kerak samudera yang kaya akan unsur Si dan Mg
(magnesium) karenanya disebut juga lapisan Sima.
Selimut Bumi
Lapisan berikutnya yang berada di bawah kerak bumi adalah Selimut Bumi
atau Mantel Bumi. Kerak Bumi dengan selimut Bumi dipisahkan oleh lapisan
Mohorovicic Discontinuity (sering disingkat lapisan Moho). Selimut Bumi terdiri
dari tiga lapisan, yaitu Lithosfer, Asthenosfer, dan Mesosfer.
Lithosfer merupakan lapisan teratas dari selimut Bumi, tebalnya mencapai
50-100 km dihitung dari permukaan bumi, merupakan lapisan yang batuannya
lebih dingin, lebih kuat dan lebih kaku (rigid). Batas bawah Lithosfer ditunjukkan
oleh suatu lapisan yang saat di lewati gelombang P kecepatannya akan menjadi
lebih lambat. Asthenosfer adalah lapisan lemah, Tebalnya 130-160 km. Di bawah
Asthenosfer terdapat lapisan Mesosfer (lapisan menengah, intermediete or midle
spehere). Mesosfer merupakan selimut Bumi yang paling tebal, tebalnya berkisar
2.400-2.750 km. Lapisan ini merupakan batas ke inti Bumi.
Inti Bumi
Inti Bumi (Core) merupakan bagian paling dalam dari Bumi, berupa bahan
padat. Dengan kedalaman 2880 km sampai ke pusat bumi. Densitas berkisar dari
9,5 dekat selubung dan membesar ke arah pusat bumi sampai 14,5 gr/cc.
Berdasarkan nilai densitas tersebut dapat diperhitungkan bahwa inti bumi terdiri
dari campuran unsur-unsur yang memiliki densitas besar, yaitu Ni (nikel) dan Fe
(besi). Oleh karena itu, inti bumi disebut juga sebagai lapisan Nife.
Inti Bumi terbagi menjadi dua, yaitu Inti Luar (Outer Core) dan Inti Dalam
(Inner Core). Inti Luar diduga berwujud cair pekat karena gelombang S tidak
melewati lapisan ini. Tebalnya sekitar 2.160 km dengan densitas antara 10,0
12,3 gram/cm3. Sedangkan Inti Dalam diduga berwujud padat karena kecepatan
gelombang P ketika melewati lapisan ini naik lagi. Densitas Inti Dalam antara
13,3 13,6 gram/ cm3. Inti Dalam dan Inti Luar dipisahkan oleh lapisan peralihan

15

dengan tebal 140 km. Perbedaan kedua bagian inti tersebut tidak pada
komposisinya (diperkirakan komposisinya sama), akan tetapi oleh sifat fisiknya.
Bagian dalam berfasa padat sedangkan bagian luar berfasa cair.

Gambar 3.1.1 Struktur Lapisan Bumi


3.2 Letak Indonesia
Letak Astronomis Indonesia
Letak astronomis adalah letak suatu daerah yang dilihat berdasarkan garis
lintang dan garis bujur. Garis lintang adalah garis khayal horizontal yang
melingkari bumi, sedangkan garis bujur adalah garis khayal vertikal yang
menghubungkan belahan bumi paling utara dan selatan. Menurut letak
astronomisnya, Indonesia terletak pada 6 LU (Lintang Utara) 11 LS (Lintang
Selatan) dan antara 95 BT (Bujur Timur) 141 BT (Bujur Timur).

16

Gambar 3.2.1 Letak Astronomis Indonesia


Jika dilihat dari gambar peta di atas, kota Pontianak dilalui oleh suatu garis
yang dinamakan garis khatulistiwa atau disebut juga garis ekuator. Garis
khatulistiwa berada di tengah bumi, membagi bumi menjadi 2 bagian yang sama
besarnya yaitu bumi bagian utara dan bumi bagian selatan. Indonesia merupakan
salah satu negara yang wilayahnya dilewati garis khatulistiwa, sebagian ada di
bumi bagian utara dan sebagian lagi di bumi bagian selatan. Misalnya saja kota
Manado berada di belahan bumi bagian utara, sedangkan kota Jakarta berada di
belahan bumi bagian selatan.
Indonesia terletak pada 6 LU (Lintang Utara) 11 LS (Lintang Selatan),
itulah yang menyebabkan Indonesia beriklim tropis. Sedangkan pengaruh letak
astronomis Indonesia di 95 BT 141 BT secara de facto Indonesia terbagi ke
dalam 3 zona waktu, yaitu Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia
Tengah (WIT) dan Waktu Indonesia Timur (WIT). Pembagian waktu di Indonesia
sudah memiliki kekuatan hukum sejak keluarnya Keputusan Presiden No. 41
tahun 1987, dan sejak 01 Januari 1988 pembagian wilayah waktu di Indonesia
adalah sebagai berikut:
1. Waktu Indonesia Barat (WIB) terbentang sepanjang garis 1050 BT
yang meliputi pulau Jawa, pulau Madura, pulau Sumatera, pulau
Kalimantan bagian barat dan tengah. WIB sama dengan pembagian

17

waktu internasional UTC+7 atau GMT+7 (lebih awal 7 jam dari UTC
atau GMT).
2. Waktu Indosesia Tengah (WITA) terbentang sepanjang garis 1200 BT
yang meliputi pulau Sulawesi, pulau Bali, pulau Kalimantan bagian
Timur, Utara, dan Selatan serta wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT)
dan wilayah Nusa Tenggara Barta (NTB). WITA sama dengan
pembagian waktu internasional UTC+8 atau GMT+8 (lebih awal 8
jam dari UTC atau GMT).
3. Waktu Indosesia Timur (WIT) terbentang sepanjang garis 135 0 BT
yang meliputi pulau Papua dan Kepulauan Maluku. WIT sama dengan
pembagian waktu internasional UTC+9 atau GMT+9 (lebih awal 9
jam dari UTC atau GMT).
Pada dasarnya UTC (Coordinated Universal Time) sama seperti GMT
(Greenwich Mean Time), yang membedakan hanyalah fraksi seper-sekian
detiknya. GMT lebih umum digunakan oleh keperluan sipil sedangkan UTC lebih
bersifat ilmiah. Berdasarkan pembagian waktu di atas, dapat disimpulan bahwa
perbedaan waktu antara WIB dan WITA adalah 1 jam, WITA dan WIT adalah 1
jam, dan WIB dan WIT adalah 2 jam.

Gambar 3.2.2 Peta Pembagian Wilayah Waktu Indonesia

18

Pentingnya mengetahui zona waktu Indonesia dan perbedaannya dengan


UTC atau GMT mengingat zona waktu yang digunakan pada software Seiscomp3
adalah GMT atau UTC, sedangkan pada shake map menggunakan zona waktu
Indonesia. Hal tersebut supaya tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan
software-software tersebut.
Letak Geografis Indonesia
Letak Geografis adalah letak suatu daerah yang dilihat dari letak atau
posisinya di bumi dibandingkan dengan letak daerah lain. Indonesia secara
geografis terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia serta
Indonesia juga terletak di antara dua samudera yaitu samudera Hindia dan
samudera Pasifik. Letak geografis Indonesia bisa dibilang sangat strategis secara
geografis. Indonesia sendiri termasuk negara yang berada di dalam Benua Asia,
tepatnya Asia Tenggara atau yang dikenal sebagai ASEAN.

Gambar 3.2.3 Letak Geografis Indonesia


Dari gambar di atas dapat dilihat secara jelas bahwa batas-batas wilayah
Negara Indonesia berdasarkan letak geografis Indonesia adalah:

Di sebelah utara letak geografis Indonesia berbatasan dengan Selat


Malaka, Laut Andaman, samudera Pasifik, Laut Cina Selatan dan
Malaysia bagian timur.

19

Di sebelah selatan letak geografis Indonesia berbatasan dengan benua

Australia, samudera Hindia, Laut Timor dan Laut Arafura.


Di sebelah barat letak geografis Indonesia berbatasan dengan

samudera Hindia.
Di sebelah timur letak geografis Indonesia berbatasan dengan
samudera Pasifik dan Papua New Guinea.

Letak geografis tersebut membuat Indonesia mempunyai banyak kelebihan


tetapi juga mempunyai kelemahan. Hal ini menyebabkan Indonesia rentan
mendapatkan ancaman dari luar dan seringkali terkendala masalah koordinasi.
Letak Geologis Indonesia
Letak Geologis adalah letak suatu daerah dilihat berdasarkan keadaan
susunan batuan-batuan yang terdapat dalam bumi pada daerah tersebut. Lapisan
batuan yang ada di Indonesia sangat erat kaitannya dengan sistem pegunungan
yang ada di Indonesia. Daerah Indonesia bagian barat dilalui oleh deretan
Pegunungan Muda Mediteranian yang merupakan bagian dari rangkaian
Pegunungan Himalaya dengan sifat batuan basa. Sedangkan daerah Indonesia
bagian tengah dan timur merupakan deretan Pegunungan Sirkum Pasifik dengan
sifat batuan asam. Letak Geologis Indonesia sebagai berikut :
1. Indonesia merupakan bagian dari dua buah rangkaian pegunungan
besar di Dunia, yaitu rangkaian Pegunungan Mediteranian dan Sirkum
Pasifik.
2. Indonesia terletak pada pertemuan lempeng lithosfer, yaitu lempeng
Indo Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik.
3. Indonesia terletak pada 3 daerah dangkalan, yaitu Dangkalan Sunda,
Dangkalan Sahul, dan daerah laut pertengahan Australia Asiatis.

3.3 Kerangka Tektonik Indonesia

20

Gambar 3.3.1 Peta Tektonik Indonesia


Kerangka Tektonik Indonesia terletak pada tiga lempeng besar, yaitu
lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Lempeng IndoAustralia bergerak relatif dan menunjam terhadap lempeng Eurasia di lepas pantai
barat Sumatera, selatan Jawa, dan Nusa Tenggara. Sedangkan lempeng Pasifik
bergerak dan menunjam di Irian utara dan Maluku utara.
Kondisi tersebut menyebabkan Indonesia menjadi daerah dengan aktivitas
kegempaan yang sangat tinggi dan menjadi kawasan yang dilalui oleh 2 jalur
gempa utama, yaitu jalur gempabumi Mediterania dan jalur gempabumi Pasifik.
1. Jalur gempabumi Mediterania atau Trans Asiatic
Jalur ini dimulai dari Azores, Mediteranian (Maroko, Portugal, Italia,
Balkan, Rumania), Turki, Kaukasus, Irak, Iran, Afganistan, Himalaya,
Burma, Indonesia (Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan Laut Banda)
dan akhirnya bertemu dengan jalur Sirkum Pasifik di daerah Maluku.
2. Jalur gempabumi Sirkum Pasifik
Jalur ini dimulai dari Cardilleras de Los Andes (Chili, Equador, dan
Caribia), Amerika Tengah, Mexico, California British Columbia,
Alaska, Alaution Island, Kamchatka, Jepang, Taiwan, Filipina,
Indonesia, Polynesia, dan berakhir di New Zealand.

21

3.4 Gempabumi
Gempabumi adalah peristiwa terjadinya getaran pada bumi akibat dari
pelepasan energi yang menyebabkan patahan pada lapisan bumi. Terjadinya
patahan akan menciptakan gelombang seimik, energi dari gelombang tersebut
dipancarkan ke segala arah sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke
permukaan bumi. Seberapa besar efek yang dirasakan di permukaan bumi
bergantung dari pusat terjadinya gempa dan berapa besar kekuatan gempa
tersebut.
Klasifikasi Gempabumi
Klasifikasi gempabumi berdasarkan sumber kejadian gempa dibagi menjadi
4, yaitu :
1. Gempabumi Runtuhan adalah gempabumi yang disebabkan oleh
runtuhan batuan , misalnya runtuhan pada Gua atau juga disebabkan
oleh tanah longsor.
2. Gempabumi vulkanik adalah gempabumi yang disebabkan oleh
aktivitas gunung berapi.
3. Gempabumi tektonik adalah gempabumi yang terjadi akibat lepasnya
sejumlah energi pada saat bergeraknya lempeng-lempeng lithosfer
Bumi.
(R. Hoernes, 1878)
Gempabumi Runtuhan
Gempabumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur, gua kapur ataupun pada
daerah pertambangan. Gempabumi runtuhan mempunyai intensitas lemah dan
terjadi secara lokal. Gempabumi runtuhan juga disebabkan karena tumbukan
benda-benda angkasa dengan permukaan bumi. Gempabumi runtuhan jarang
terjadi
Gempabumi Vulkanik (gunung api)
Gempabumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma dan gas di dalam
dapur magma (Batholit) pada gunung api, yang biasa terjadi sebelum gunung
api meletus. Apabila keaktifannya tinggi maka akan menyebabkan timbulnya

22

ledakan. Ledakan tersebutlah yang akan menimbulkan terjadinya gempabumi.


Gempabumi vulkanik hanya akan terasa di sekitar gunung api tersebut.
Gempabumi Tektonik
Gempabumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu
pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak, pelepasan tenaga yang
terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet
ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Gempabumi ini banyak menimbulkan
kerusakan atau bencana alam di Bumi, getaran gempabumi yang kuat mampu
menjalar ke seluruh bagian Bumi.
Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antar lempeng tektonik
terbagi menjadi 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform. Selain itu ada
jenis lain yang dapat dikatakan cukup kompleks namun jarang ditemukan, yaitu
pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana tiga lempeng kerak bertemu.

1. Batas Divergen
Terjadi

dimana

lempeng-lempeng

bergerak

saling

menjauh,

mengakibatkan material dari selubung naik ke atas membentuk lantai


samudera baru, peristiwa ini terjadi di punggungan samudera. Ketika
lempeng saling menjauhi sumbu punggungan samudera, terbentuklah celah
yang lalu terisi oleh lelehan batuan yang terinjeksi dari astenosfir di
bawahnya.

Lelehan

batu

tersebut

lama-kelamaan

mendingin

dan

membentuk lantai samudera yang baru, kemudian mendorong lantai


samudera yang menjadi pusat pemekaran.

23

Gambar 3.4.1 Batas Divergen


Proses ini berlangsung terus-menerus dan berulang disebut pemekaran
lantai samudera (sea floor spreading) menjadi lantai samudera atlantik.
Kecepatan pemekaran ini antara 2-10 cm/tahun.
2. Batas Konvergen
Terjadi dimana lempeng-lempeng saling bertemu yang menyebabkan
salah satu lempeng menyusup di bawah lempeng yang lain, kemudian
menyebabkan lempeng-lempeng tersebut saling menumpu/mendekat satu
sama lain, wilayah tersebut dinamakan dengan zona tunjaman. Pada zona ini
rawan terjadi gempabumi. Tak hanya zona tunjaman, tetapi pematang
gunung api (volcanic ridges) dan parit samudera (oceanic trenches) juga
terbentuk di wilayah ini.

Gambar 3.4.2 Batas Konvergen

Batas konvergen dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :


a. Zona Tumbukan
Pada zona ini kedua lempeng terlihat saling mendekati sehingga
pada batas-batas kedua lempeng yang bertumbukan akan melipat
ke atas dan membentuk pegunungan lipatan.

24

b. Zona Subduksi
Pada zona ini kedua lempeng bertumbukan (lempeng samudera dan
lempeng benua). Lempeng yang lebih berat (lempeng samudera)
akan menunjam ke bawah lempeng yang lebih ringan (lempeng
benua). Hasil tektonik semacam ini berupa rangkaian gunung api.

3. Batas Transform
Terjadi dimana lempeng saling bersinggungan, tanpa membentuk atau
merusak litosfir apabila dua lempeng tektonik saling bergerak sejajar
namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun saling
menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk
(transform fault). Jadi dapat disimpulkan bahwa pada batas konvergenlah
yang sangat menunjang terjadinya gempa tektonik. Karena hanya pada
batas konvergenlah kedua lempeng tektonik dapat saling bertumbukan dan
menimbulkan gelombang gempa.

Gambar 3.4.3 Batas Transform


Indonesia berada di pada batas lempeng tektonik Eurasia dan IndoAustralia. Jenis batas antara kedua lempeng ini adalah konvergen. Lempeng
Indo-Australia adalah lempeng yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia.
Selain itu di bagian timur ada pertemuan 3 lempeng tektonik sekaligus,
yaitu lempeng Philipina, Pasifik, dan Indo-Australia yang disebut sebagai
petemuan simpang tiga (triple junction).

25

Klasifikasi gempabumi berdasarkan kedalaman fokus dibagi menjadi 3,


yaitu :
1. Gempa Dangkal : Gempa dengan kedalaman kurang dari 70 km.
Gempa dangkal sering menimbulkan kerusakan di permukaan bumi.
2. Gempa Menengah : Gempa dengan kedalaman kurang dari 300 km.
Gempa menengah jarang menimbulkan kerusakan.
3. Gempa Dalam : Gempa dengan kedalaman lebih dari 300 km
(kadang-kadang lebih dari 450 km). Gempa dalam dapat mencapai
ke permukaan tetapi sampai di permukaan amplitudonya menjadi
kecil sehingga tidak berbahaya.
(Fowler, 1990)
Gelombang Gempa
Gelombang gempa atau gelombang seismik adalah gelombang yang
menjalar di Bumi, biasanya dihasilkan oleh gempa tektonik. Walaupun bisa juga
gelombang ini muncul karena ledakan buatan. Gelombang gempa dibedakan
menjadi 2 yaitu Gelombang Badan dan Gelombang Permukaan. Berikut
penjelasan dan pembagiannya :
Gelombang Badan (Body Wave)
Gelombang Badan adalah gelombang yang menjalar di dalam Bumi. Dibagi
menjadi 2, yaitu :

1. Gelombang Primer
Gelombang Primer atau biasa disebut Gelombang P. Gelombang ini
menginduksi gerakan partikel media dalam arah paralel terhadap arah
penjalaran gelombang.
Ciri-ciri Gelombang Primer :

26

Termasuk gelombang tercepat sehingga pertama kali datang dan


yang pertama kali dicatat oleh seismograf.

Gelombang Longitudinal, yaitu gelombang yang arah gerak


partikelnya searah dengan arah rambatan.

Gelombang P memiliki kecepatan 330 m/s di udara, 1450 m/s di air


dan 5000 m/s di granit.

Dapat merambat di segala jenis medium (padat, cair, gas).

Dapat direfraksikan.

Memiliki amplitudo lebih kecil dari Gelombang Sekunder dan


periodenya pendek.

2. Gelombang Sekunder
Gelombang Sekunder atau biasa disebut Gelombang S. gelombang ini
menyebabkan gerakan partikel media dalam arah tangensial terhadap arah
penjalaran gelombang.
Ciri-ciri Gelombang Sekunder :

Gelombang Transversal, yaitu gelombang yang arah gerak


partikelnya tegak lurus dengan arah rambatan.

Kecepatannya 60% dari kecepatan Gelombang Primer (lebih


lambat).

Hanya dapat merambat pada medium padat.

Efek kerusakan yang ditimbulkan lebih besar dari Gelombang


Primer.

Memiliki amplitudo lebih besar dari amplitudo Gelombang


Primer dan periodenya lebih lama.

27

Gambar 3.4.4 Gelombang Badan (Body Wave)


Gelombang Permukaan (Surface Wave)
Gelombang Permukaan adalah gelombang yang menjalar di permukaan
Bumi. Dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Gelombang Love
Gelombang love biasanya dinotasikan dengan Gelombang L atau
Gelombang Q. gelombang ini ditemukan oleh A.E.H Love pada tahun 1911.
Ciri-ciri Gelombang Love :

Gelombang Transversal, yaitu arah gerak partikelnya tegak lurus


dengan arah rambatan.
Kecepatannya 70% dari Gelombang Sekunder.
Paling merusak, terutama di daerah dekat episentrum.
Getaran yang dirasakan manusia pertama kali.

2. Gelombang Rayleigh
Gelombang Rayleigh merupakan gelombang yang gerakan partikel
medianya merupakan kombinasi gerakan partikel yang disebabkan oleh
Gelombang Primer dan Gelombang Sekunder. Gelombang Rayleigh
ditemukan oleh Lord Rayleigh pada tahun 1885.
Ciri-ciri Gelombang Rayleigh :

28

Gerakan eliptik retrograde/ground roll (tanah memutar ke belakang), tetapi


secara umum gelombangnya merambat ke depan. Dianalogikan seperti
gelombang laut.

Kecepatannya 90% dari Gelombang Love.

Gambar 3.4.5 Gelombang Permukaan (Surface Wave)


Parameter Gempabumi
1. Hiposenter adalah pusat gempa di dalam Bumi (sumber gempa).
Tempat terjadinya perubahan lapisan batuan di dalam bumi sehingga
menimbulkan gempabumi.
2. Episenter adalah titik di permukaan bumi yang berada tepat di atas
atau di bawah kejadian lokal yang mempengaruhi permukaan bumi.
3. Origin time adalah waktu saat terjadinya gempa di hiposenter.
4. Travel time adalah waktu tempuh yang dibutuhkan gelombang gempa
untuk menjalar dari hiposenter ke stasiun pencatat atau selisih waktu
gempa yang terjadi di stasiun pencatat dengan origin time.
Skala Kekuatan Gempa
Ada 2 macam skala yang digunakan sebagai ukuran kekuatan gempabumi:
1. Skala Kekuatan Gempa, berdasarkan amplitudo gelombang seismik
gempa dihitung menggunakan Skala Ritcher. Skala Ritcher dibuat
oleh Charles Ritcher (1935) 1 8,8 skala (Skala Logaritma).

29

Tabel 3.4.1 Skala Richter


2. Skala Intensitas Gempa, bersifat lebih subjektif. Berdasarkan
guncangan (goyahnya bangunan), pecahnya kaca, retaknya tanah,
larinya orang-orang keluar (Skala Marcalli) dan skala Rossi Forrel.
Skal

Gejala di Permukaan Bumi

a
I

Tidak terasa, hanya tercatat oleh alat-alat peka seperti

II

seismograf
Dirasakan oleh orang yang sedang tidur, terutama tidur di

III

lantai
Terasa di dalam rumah namun belum diketahui asalnya dari
suatu gempa bumi. Getarannya seperti Truk ringan yang

IV

lewat
Terasa di dalam rumah seperti Truk berat yang lewat. Bendabenda yang digantung bergoyang, pintu dan jendela

gemeretak, benda-benda dari kaca gemerincing


Sudah terasa oleh orang yang sedang berada di luar rumah,

30

orang yang tidur terbangun, air bergoyang, benda-benda yang


VI

digantungkan kurang baik akan jatuh, daun pintu bergoyang


Terasa oleh semua orang. Banyak orang lari ketakutan keluar
rumah, orang yang sedang berjalan tidak stabil jalannya,
barang-barang dari kaca pecah, benda-benda yang digantung

VII

berjatuhan
Orang terasa sulit untuk berdiri tegak, dapat dirasakan oleh

VIII

supir, tembok-tembok rumah runtuh


Sulit mengemudikan mobil, cabang-cabang pohon bisa patah,

IX

rumah-rumah yang fondasinya kurang kuat bisa runtuh


Mengakibatkan kepanikan umum, tembok-tembok roboh,
rumah-rumah dengan tembok yang kuat mengalami

X
XI

kerusakan berat, pipa-pipa bawah tanah pecah


Bangunan beton rusak, bendungan hancur, air danau bergolak
Pipa-pipa bawah tanah hancur total, banyak jembatan hancur,

XII

rel kereta api sampai bengkok


Kerusakan total, batuan retak-retak, benda-benda terlempar
ke udara
Tabel 3.4.2 Skala Mercalli

31

BAB IV
PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanan


Tempat Pelaksanan PKL

: Sub Bidang Pelayanan Jasa Geofisika


Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika Wilayah II Ciputat, Tangerang
Selatan. Jalan H. Abdul Ghani No. 05
Cempaka Putih, Tangerang Selatan.

Tanggal Pelaksanan PKL

: 17 Februari 2015 17 Maret 2015

Jam PKL

: 09.00 WIB 15.00 WIB


Jadwal PKL disesuaikan dengan jadwal
dinas pembimbing. Jam PKL ditentukan
oleh pembimbing.

4.2

Data
Data yang didapat pada laporan ini adalah data gempabumi yang tercatat di
Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah II Ciputat periode
tahun 2011 sampai dengan Februari 2015 dengan titik koordinat 1,00 0 LS - 110
LS dan 950 BT 111,000 BT.
4.3 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pengolahan data :
1.

Seperangkat Software Seiscomp3 dengan rincian :

Bahasa pemrograman : Visual C++, Perl, Phyton, Java Script

Data Base Management System : MySQL

OS : Linux 10.3

32

Aplikasi Seiscomp3 ini menggunakan komputer server jenis HP,


Proliant, Tower, Case

2.

Seperangkat Software Shake Map dengan rincian :

Bahasa Pemrograman : Perl, HTML, Java Script

Web server : Apache web server

Data Base Management System : MySQL

OS : Linux 11.4

Web Browser : Mozilla Firefox

Aplikasi Shake Map ini menggunakan komputer serer jenis HP,


Proliant, Rack Mount.

3.

Accelerograph dengan rincian :

Jenis sensor : Sensor piezoelectric sensor ICS 3052

Piezoelectric adalah bahan dielektrik yang apabila dikenakan gaya


maka akan berubah jumlah muatannya.

Terdapat memory card yang tersimpan di dalamnya sehingga


dapat menyimpan data hasil pengukuran.

Terdapat

baterai

kering

di

dalamnya

yang

membuat

Accelerograph dapat dioperasikan selama 7 hari apabila tidak


terdapat sumber listrik.
4. Bahan yang dipakai dalam pengolahan data
Gempa yang tercatat di Balai Besar Meteorologi dan Geofisika
Wilayah II Ciputat periode 2011 sampai dengan Februari 2015.
4.4.

Tahap Pengolahan
a. SeisComP3:
1

Saat ada event gempa, lihat latitude dan longitude yang dikirim
oleh BMKG pusat dengan alamat IP di http://202.90.198.41.

Klik track ball pada mouse di layar Realtime TraceView lalu


masukan nilai latitude dan longitude pada Artificial Origin.

33

Gambar 2. Realtime TraceView SeisComP3


3

Klik send origin.

Kemudian pindah ke layar Origin View dan klik show waveform.

Gambar 3. Origin Locator SeisComP3

34

Amati gelombang yang terekam oleh stasiun pencatat

Gambar 4. Waveform SeisComp3


6

Pilih gelombang untuk melakukan picking (penentuan gelombang P


dan S).

Klik tombol P untuk picking gelombang P dan klik tombol S


untuk picking gelombang S.

Lakukan picking terhadap gelombang P terlebih dahulu, kemudian


gelombang S dengan cara klik dua kali pada gelombang.

Jika kesulitan menentukan gelombang karena gelombang kurang jelas,


maka klik filter untuk memilih berbagai filter yang dapat
memperjelas gelombang.

10 Setelah melakukan picking pada setiap stasiun, maka klik locate


dan perhatikan peta, Read Mean Square (RMS) dan kedalaman. Jika
nilai RMS terlalu besar ( 1,0 , maka lakukan picking kembali.
11 Picking kembali gelombang S, jika kedalaman masih belum cocok.
Untuk picking gelombang S lakukan hanya pada gelombang yang
terlihat jelas saja.

35

12 Jika dirasa telah tepat, klik fixed depth untuk memastikan


kedalaman sesuai dengan data BMKG pusat.
13 Periksa kembali hasil dengan klik relocate.
14 Jika nilai RMS sudah di bawah 1,0 klik commit.
15 Hasil akan terlihat pada layar Event Summary

Gambar 5. Event Summary


b

Shake Map
Standart Operating Procedur (SOP) Pembuatan Shake Map
1

Buka Konsole pada desktop PC

Ketik ssh l sysop 172.19.80.72

Ketik password : sysop

Ketik pwd lalu tekan enter


ls lalu tekan enter

36

cd prg lalu tekan enter


ls lalu tekan enter
cd data lalu tekan enter
ls lalu tekan enter
5

Ketik vi event.xml lalu tekan enter.

Tekan enter lagi. Lalu tekan e (untuk edit).

Tekan esc+i untuk mulai mengedit.

Mulai editing data shake map gempa. Masukkan id event pada


earthquake id dengan format : yyyymmddhhmmss (tahun bulan
tanggal jam menit detik). Masukkan data yang diperlukan, seperti
latitude (menggunakan minus jika arahnya Selatan), longitude,
magnitude, year, month, day, hour (dalam WIB), minute, second,
depth, dan locstring.

Jika sudah tekan esc lalu ketik :wq untuk keluar dan menyimpan data
yang sudah diinput.

10 Ketik cd .. lalu tekan enter


11 Ketik ls lalu tekan enter
12 Ketik ./new2web.sh <id event tadi> (masukkan id event)
13 Untuk mengecek hasil shake map, masuk ke web browser, ketik
alamat IP address 172.19.80.72
14 Klik shake map sesuai dengan waktu (OT) yang tadi dibuat.
c

Accelerograph

37

Sta\ndart Operating Procedur (SOP) Analisa Data Accelerograph


Pengambilan Data Accelerograph Event Gempa
1. Data accelerograph event gempa diperoleh dari data percepatan gempa
yang tercatat sensor akselerograf dan terekam dalam digitizer yang
terpasang di stasiun-stasiun pengamatan.
2. Pengambilan data dari digitizer dilakukan menggunakan software
Taurus yang sudah terinstall dalam digitizer Taurus.
3. Format data yang digunakan berupa Myseed atau Ascii.

Gambar 1. SOP Analisa Data Accelerograph


Step 1
Pengambilan Data Format Ascii/Miniseed
1. Setting IP laptop atau computer yang digunakan agar terkoneksi
dengan Taurus dengan langkah Start Network Connections
Local Area Connection Network Klik kanan Properties Internet
Protocol Version 4 (TCP/IP) klik properties Isikan IP Address
192.168.2.[diisi sembarang nilai selain 28] ok/enter.
2. Masuk ke Taurus menggunakan web browser. Jika gagal, tekan tombol
tengah hingga display menyala (sekitar 5 detik). Kemudian ketikkan IP
Address dari Taurus. Seperti di bawah ini. Contoh : http://[IP Address
Taurus] khusus Bawil 2 Ciputat (http://192.168.2.28) kemudian
enter.

38

Gambar 2. SOP Analisa Data Accelerograph

3. Jika berhasil, akan muncul halaman seperti di bawah ini.

Gambar 3. SOP Analisa Data Accelerograph


4. Klik Status>Data Retrival

39

Gambar 4. SOP Analisa Data Accelerograph

5. Pilih Time Series kemudian klik Next

Gambar 5. SOP Analisa Data Accelerograph


6. Pilih semua Channel (Komponen E,N,Z) kemudian klik Next.

40

Gambar 6. SOP Analisa Data Accelerograph

7. Pilih waktu data yang akan diambil sesuaikan dengan waktu pada
event gempa kemudian klik NEXT (isi tanggal sesuai dengan yang
diinginkan, contoh : 2013/Agustus/00:00:00 UTC (menit : dikurangi 1
menit), durasi file data diambil 10 menit)
8. Pilih format data dalam MySeed kemudian klik Next.

Gambar 7. SOP Analisa Data Accelerograph

41

Gambar 8. SOP Analisa Data Accelerograph

9. Klik Download

Gambar 9. SOP Analisa Data Accelerograph

42

10. Untuk mengambil data pada channel lainnya, klik change channel.
Setelah itu ikuti langkah 5 dan 8 diatas.
11. Klik Save.
Step 2
Program Geopshy :

Gambar 10. SOP Program Geopshy

1. Setelah pengambilan data akselerograf melalui Taurus, kemudian data


dianalisa dengan program Geopshy.
2. Klik File import signals File
Pilih data yang masih tersimpan dengan format .seed yang kemudian
diubah formatnya menjadi .dat

43

Hasilnya sebagai berikut :

44

Gambar 11. SOP Program Geopshy


3. Output filenya secara berurutan terdiri dari Komponen E dan
Komponen N (Horizontal), Komponen Z (Vertikal), Kemudian
memfilter frequency dengan langkah sebagai berikut agar dapat diubah
kedalam format Ascii.
Waveform frequency filter filter parameter

Gambar 12. SOP Program Geopshy

45

4. Isi Bandpass formnya dengan frekuensi 0.1 s/d 10 Hz

Gambar 13. SOP Program Geopshy


5. Klik File Export

Gambar 14. SOP Program Geopshy

46

6. Pilih Type of File Export : Ascii Multicoloumn ok


Saat meng-export file pilih point Ascii Multicoloumn sehingga format
file menjadi .txt dan bisa di ubah menggunakan software surfer ke
bentuk .dat

Gambar 15. SOP Program Geopshy

Gambar 16. SOP Program Geopshy

47

Step 3
Program Surfer 9 : Mengatur Table Data agar dapat dianalisa dengan program
Dadis dengan format .dat
1. Buka program Surfer 9

Gambar 17. SOP Program Geopshy

2. Open dan cari data hasil dari Geopshy diatas dengan format All Files
Open

48

Gambar 18. SOP Program Geopshy

49

3. Komponen yang dipakai untuk Komponen E adalah yang paling kiri (x)
selain itu didelete lalu disave.

Gambar 19.

SOP

Program Geopshy

Komponen yang

dipakai

untuk komponen N (y)

adalah

yang ditengah selain

itu

didelete.

yang

Komponen

pakai untuk komponen

adalah

yang

kanan

selain

itu

paling
didelete.

di
(z)

Step

tersebut sampai 3 kali

lalu urut

dan save data tersebut

menjadi

3 komponen E, N, Z dengan langkah File Save as : (Komp. E. Dat, Komp N.


Dat, Komp Z.dat)

Gambar 20. SOP Program Geopshy

50

4. Save dalam format .dat


Untuk mengecek file tersebut sudah ter-save lihat di Explore.
Step 4
Program Dadisp 2002 : Menentukan Besar PGA (Nilai Pecepatan Tanah)
1. Pilih program Dadisp 2002 di dalam folder software.

Gambar 21. SOP Program Dadisp 2000


Akan muncul tampilan sebagai berikut :

51

Gambar 22. SOP Program Dadisp 2000


2. Jumlah kolom yang tersedia ada 4. Untuk menambahkan kolom klik
Window Add

Gambar 23. SOP Program Dadisp 2000


3. Isi Total Number to Add : 5 sehingga total kolom ada 9

Gambar 24. SOP Program Dadisp 2000

52

Tampilannya akan seperti ini.

Gambar 25. SOP Program Dadisp 2000

4. Pada kolom W2, W5, dan W8 masukkan persamaan seperti berikut :


Kolom W2 :((W1-mean(W1))*4.9E-07)*980
Kolom W5 :((W4-mean(W4))*4.9E-07)*980
Kolom W8 :((W7-mean(W7))*4.9E-07)*980
5. Sedangkan untuk kolom W3, W6, dan W9 ketik pada masing-masing
kolom sebagai berikut :
Kolom W3 : spectrum(W2)
Kolom W6 : spectrum(W5)

53

Kolom W9 :spectrum(W8)

Gambar 26. SOP Program Dadisp 2000


6. Selanjutnya klik data>import>pilih file yang akan dianalisa, lalu klik
open. Ambil data dari program surfer tadi dalam format .dat

54

Gambar 27. SOP Program Dadisp 2000

Gambar 28. SOP Program Dadisp 2000

55

7. Akan muncul tampilan seperti di bawah ini. Isikan pada kolom version
number dengan angka 1 dan pada sample rate angka 50. Lalu tekan
OK. Lakukan langkah yang sama untuk setiap komponen.

Gambar 29. SOP Program Dadisp 2000


8. Letakkan kursor pada kolom W1 dan tekan F8. Lakukan pula pada W4
dan W7.Akan muncul gambar dari data-data yang akan kita analisis
seperti di bawah ini :

56

Gambar 30. SOP Program Dadisp 2000


9. Perbedaan antara window sebelah kiri dengan window sebelah tengah
adalah window yang tengah posisi sinyal sudah ada di zero line.
10. Untuk memunculkan nilai PGA (Peak Ground Acceleration) letakkan
kursor pada window 2. Kemudian klik pada toolbar Analysis>peak
and valleys>Display min and max>enter. Akan muncul :

57

Gambar 31. SOP Program Dadisp 2000


11. Klik Mark>Checklist pada show numerical values>klik Mark
Max>checklist show numerical values>klik Mark Min>klik Ok

Gambar 32. SOP Program Dadisp 2000

58

Akan tampil nilai PGA untuk komponen E-W. Nilai yang diambil adalah
nilai terbesar dengan mengabaikan nilai minus. Karena yang dicari adalah nilai
Amplitudo Maksimum. Setelah dilakukan langkah yang sama untuk komponen
yang lain maka akan muncul tampilan sebagai berikut:

Gambar 33. SOP Program Dadisp 2000

12. Setelah nilai PGA didapat maka kita bisa menyimpan data analisa
menggunakan DADiSP dengan cara klik File>Save as>External
Worksheet Document>Enter.
13. Simpan pada folder dimana kita akan menyimpan data tersebut.
Format data yang disimpan adalah : nama file.dwk

59

Gambar 34. SOP Program Dadisp 2000


Cari nilai tertinggi dari ketiga komponen tersebut di atas maka itulah nilai
Amax (percepatan tanah maksimum) dalam satuan gal. Jika mau di konversi dalam
satuan g maka tinggal dibagi 98.
4.5. Masalah yang Muncul Ketika Prkatik Kerja Lapangan (PKL)
Adapun masalah yang muncul saat proses PKL berlangsung adalah sulitnya
menganalisis data gempabumi dalam Seiscomp3 untuk menghasilkan nilai RMS
yang <1, hal tersebut dikarenakan masih kurangnya pemahaman dan kemampuan
dalam proses mem-picking gelombang P dan S, mengoperasikan filter dalam
Seiscomp3 dan mengaplikasikannya pada data grafik gelombang gempa yang
tercatat, karena banyaknya data dan grafik gempabumi yang kurang jelas terlihat
sehingga terkesan gelombang gempa yang akan dianalisis datar saja atau hanya
berupa noise.

60

4.6. Pemecahan Masalah yang Muncul Ketika Praktik Kerja Lapangan


(PKL)
Dalam memecahkan masalah yang mucul ketika PKL, maka perlu
dilakukan adanya picking kembali dengan mengaplikasikan filter yang ada
sehingga kualitas gambar yang terlihat, semakin baik dan jelas . Apabila pada satu
event gempabumi terdapat tampilan gelombang gempabumi yang kualitasnya
kurang baik dari keseluruhan gelombang yang tercatat di stasiun pencatat, maka
picking hanya dilakukan pada gelombang yang kelihatannya jelas saja agar
memudahkan dalam penentuan gelombang P dan S karena semakin baik kualitas
gelombang tersebut semakin sumber gempabumi yang terjadi tidak jauh dari
stasiun pencatat dan keakuratan lokasi juga semakin tinggi.
4.7. Hasil Penelitian
4.7.1. Event Gempabumi Di Wilayah II Ciputat
Event Gempabumi di Wilayah II Ciputat dicatat dan dianalisa di
TEWS (Tsunami Early Warning System)

wilayah II Ciputat. Data

gempabumi yang ada merupakan gabungan dari data gempabumi hasil


analisa Seiscomp3 TEWS dan data gempabumi hasil PGN (Pusat Gempa
Nasional) yang telah disebarluaskan. Akan tetapi hasil analisa data
gempabumi dari PGN yang akan disebarluaskan, sedangkan hasil analisa
data gempabumi dari Seiscomp3 akan disimpan pada database hasil kerja
Seiscomp3 Wilayah II Ciputat, database ini berisi analisa data-data
gempabumi yang dihasilkan oleh kerja petugas shift TEWS Wilayah II
Ciputat.
Data PGN yang digunakan adalah data gempabumi yang dirasakan
dan gempabumi besar dirasakan ataupun tidak dirasakan dengan Magnitude
di atas 4.5 SR. PGN tidak mempublikasikan terjadinya suatu gempa jika
gempabumi tersebut mempunyai Magnitude 5.0. Fungsi TEWS Wilayah II
Ciputat adalah mengeluarkan informasi publikasi event gempabumi lokal
untuk digabungkan dengan data-data gempabumi hasil analisa dari PGN.

61

4.7.2. Event Gempabumi Analisis Seiscomp3 Wilayah II Ciputat Periode


2011 Sampai Bulan Februari 2015
Event gempabumi analisa Seiscomp3 Wilayah II merupakan semua
data gempabumi yang dianalisa dengan Seiscomp3 dan dikeluarkan oleh
TEWS Wilayah II Ciputat sebagai informasi publik. Gempabumi yang
dianalisa dan dipublikasi oleh TEWS Wilayah II Ciputat hanya gempabumi
berkekuatan di bawah 5.0 SR atau gempabumi lokal. Sedangkan publikasi
data PGN, yaitu data gempabumi yang dirasakan dan gempabumi besar
dirasakan ataupun tidak dirasakan dengan Magnitude di atas 4.5 SR
merupakan wewenang dari PGN.
Event gempabumi Wilayah II Ciputat yang kami analisa hanya
gempabumi besar berkekuatan di atas 5,0 SR. Data event gempabumi besar
yang digunakanpun hanya yang pusat gempanya berada dekat dengan darat
atau yang berada di darat. Data kejadian gempabumi ini beracuan pada
output data kejadian gempabumi yang dikeluarkan oleh PGN.
No.

Tanggal

OT (UTC)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

2011 01 12
2011 01 13
2011 01 17
2011 01 23
2011 01 23
2011 02 25
2011 03 11
2011 03 11
2011 03 11
2011 03 12
2011 03 15
2011 03 19
2011 03 20
2011 03 22
2011 03 22
2011 03 29
2011 04 05
2011 04 29

12:44:46
16:26:04
19:20:56
9:05:34
19:25:49
22:08:41
5:55:08
7:22:39
8:18:20
6:27:53
13:36:01
1:16:12
1:20:14
8:38:38
15:11:41
6:22:46
4:34:40
20:24:35

M
(SR)
5.4
6
6.3
5.5
5.3
5.1
5.5
6.1
5.4
5
5.2
5.2
5.5
5
5.4
5.1
5.7
5.4

Lat (LS)

Long (BT)

Depth

Region

6.93 S
3.78 S
5.37 S
4.26 S
3.70 S
2.84 S
2.12 S
0.8 S
1.16 S
5.38 S
1.42 S
8.99 S
7.82 S
3.74 S
0.83 S
5.26 S
7.45 S
3.52 S

105.23 E
109.10 E
102.33 E
102.17 E
110.23 E
101.10 E
105.52 E
110.20 E
107.83 E
103.11 E
108.77 E
111.29 E
106.80 E
101.99 E
108.56 E
102.62 E
105.93 E
100.65 E

7 km
10 km
47 km
10 km
24 km
33 km
164 km
434 km
512 km
10 km
10 km
10 km
10 km
81 km
132 km
10 km
10 km
0 km

Sunda Strait
Java Sea
Southern Sumatera
Southern Sumatera
Java Sea
Southern Sumatra
Southern Sumatra
Borneo
Java Sea
Southern Sumatra
Java Sea
Java
Java
Southern Sumatra
Java Sea
Southern Sumatra
Java
Southern Sumatra

62

19
20
21
22
23
24
25
27
28

2011 05 04
2011 05 24
2011 06 08
2011 06 13
2011 06 17
2011 06 19
2011 06 29
2011 07 15
2011 07 17

17:38:34
23:29:31
8:48:48
2:29:26
1:15:35
4:15:55
4:19:40
12:07:59
10:59:11

5.9
5.5
5
5.2
5.2
5.9
5.5
5.3
5.4

5.14 S
4.40 S
5.29 S
0.41 S
6.70 S
3.28 S
5.17 S
1.22 N
7.15 S

101.62 E
102.12 E
102.45 E
114.28 E
104.90 E
101.24 E
101.71 E
111.67 E
106.23 E

0 km
10 km
12 km
10 km
8 km
2 km
10 km
10 km
44 km

29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

2011 07 19
2011 07 22
2011 07 24
2011 07 31
2011 08 09
2011 08 13
2011 08 13
2011 08 16
2011 08 21
2011 09 01
2011 09 12
2011 09 14
2011 09 15
2011 09 22
2011 10 06
2011 10 08
2011 10 23
2011 10 30
2011 10 30
2011 11 03
2011 11 06
2011 11 10
2011 11 29
2011 12 11
2011 12 30
2012 02 01
2012 02 03
2012 02 15
2012 02 24
2012 02 28
2012 02 29
2012 03 04

19:43:55
7:05
8:23:34
17:53:35
4:43:39
16:12:01
20:22:10
22:15:48
16:54:17
6:23:12
18:24:02
15:54:51
20:06:47
10:20:30
11:30:05
9:03:59
10:51:42
11:52:30
19:11:17
11:57:39
4:41:56
20:51:05
17:43:31
6:34:18
8:51:57
7:14:26
4:01:50
20:38:15
14:13:03
15:13:41
13:28:12
23:17:06

5
5.3
5.6
5.1
5.4
5.1
5.1
5
5.3
5.4
5
5.7
5
5.9
5.4
5.1
5.4
5.8
5.6
5.3
5.5
5
5.6
5
5
6
5.1
5.1
5.1
5.4
5.4
5.7

0.86 S
4.08 S
7.64 S
1.04 N
4.15 S
4.03 S
4.89 S
4.79 S
7.80 S
3.97 S
6.21 S
6.24 S
3.22 S
4.42 S
0.79 N
3.82 S
2.27 S
3.20 S
0.18 N
0.10 N
6.53 S
6.66 S
6.26 S
8.21 S
6.25 S
3.92 S
8.88 S
7.93 S
5.04 S
0.31 S
7.86 S
4.38 S

105.81 E
112.29 E
106.32 E
112.27 E
102.41 E
101.14 E
102.78 E
102.98 E
106.52 E
111.18 E
103.82 E
103.62 E
108.36 E
102.66 E
111.37 E
110.39 E
106.10 E
101.50 E
111.85 E
111.10 E
106.06 E
104.38 E
102.33 E
107.32 E
103.93 E
101.95 E
111.51 E
107.50 E
102.82 E
109.20 E
106.36 E
102.54 E

10 km
414 km
10 km
690 km
10 km
10 km
10 km
10 km
10 km
10 km
20 km
10 km
504 km
97 km
10 km
219 km
10 km
17 km
10 km
750 km
173 km
15 km
10 km
13 km
57 km
30 km
10 km
25 km
10 km
40 km
10 km
24 km

63

Southwest of Sumatra
Southern Sumatra
Southern Sumatra
Borneo
Sunda Strait
Southern Sumatra
Southwest of Sumatra
Borneo
Java
Java Sea
Java Sea
Java
Borneo
Southern Sumatra
Southern Sumatra
Southern Sumatra
Southern Sumatra
Java
Borneo
Southwest of Sumatra
Southwest of Sumatra
Java Sea
Southern Sumatra
Borneo
Java Sea
Southern Sumatra
Southern Sumatra
Borneo
Borneo
Java
Sunda Strait
Southern Sumatra
Java
Southwest of Sumatra
Southern Sumatra
Java
Java
Southern Sumtra
Borneo
Java
Southern Sumatra

61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102

2012 03 10
2012 04 12
2012 04 12
2012 04 14
2012 05 20
2012 06 12
2012 06 20
2012 06 27
2012 07 07
2012 07 13
2012 07 18
2012 07 29
2012 07 31
2012 08 03
2012 08 21
2012 08 24
2012 09 06
2012 09 14
2012 10 02
2012 10 20
2012 11 01
2012 11 10
2012 11 22
2012 12 18
2012 12 26
2012 12 30
2013 01 02
2013 01 27
2013 01 30
2013 01 31
2013 02 02
2013 02 13
2013 02 15
2013 02 16
2013 02 19
2013 02 26
2013 03 05
2013 04 04
2013 04 08
2013 04 16
2013 04 17
2013 04 21

16:00:53
11:02:01
15:01:22
19:26:40
12:37:40
5:59:38
9:59:01
4:55:30
14:26:18
17:57:04
4:33:59
14:21:16
6:50:14
23:34:17
3:09:35
23:03:12
14:50:35
4:51:50
17:37:22
16:29:53
14:12:03
6:05:24
18:01:14
10:49:47
16:12:42
7:56:48
2:00:29
4:05:44
20:33:02
4:10:49
1:19:34
11:00:25
3:12:26
13:32:30
11:08:28
14:06:05
2:09:01
5:29:09
18:53:42
11:26:08
12:11:05
23:05:04

5
5.2
5
6.2
5.2
5.8
5.7
5.1
5
5.3
5.5
5.4
5.2
5
5.6
5.1
5
6.1
5.8
5
6.1
5.7
5.3
5.3
5
5.1
5.3
5.1
6.2
5.3
5.4
5.8
5
5.7
5.2
5.4
5.1
5.4
5.8
5.5
5.1
5.3

6.19 S
5.98 S
7.70 S
7.05 S
8.40 S
5.97 S
5.06 S
7.70 S
3.67 S
8.38 S
4.5 S
6.23 S
4.88 S
7.84 S
5.04 S
3.40 S
5.52 S
3.39 S
3.09 S
3.63 S
7.07 S
7.79 S
4.56 S
9.00 S
8.05 S
7.20 S
2.87 S
5.05 S
1.14 N
4.51 S
7.13 S
3.08 S
3.02 S
0.12 S
6.62 S
7.31 S
5.48 S
5.26 S
7.41 S
6.14 S
0.10 S
4.57 S

64

103.78 E
103.42 E
107.22 E
105.23 E
107.87 E
105.37 E
103.08 E
107.23 E
101.66 E
109.00 E
102.59 E
104.06 E
102.89 E
108.13 E
102.73 E
101.62 E
103.21 E
100.52 E
101.70 E
100.57 E
107.45 E
106.53 E
102.81 E
111.19 E
107.54 E
105.09 E
101.56 E
103.22 E
111.61 E
102.58 E
105.43 E
101.16 E
112.40 E
112.25 E
104.32 E
107.19 E
104.70 E
102.40 E
105.92 E
104.77 E
109.19 E
104.36 E

10 km
10 km
10 km
10 km
10 km
152 km
19 km
33 km
180 km
11 km
21 km
19 km
28 km
10 km
10 km
10 km
10 km
99 km
86 km
97 km
113 km
10 km
10 km
10 km
10 km
10 km
83 km
10 km
10 km
33 km
10 km
58 km
10 km
10 km
10 km
116 km
10 km
28 km
10 km
12 km
710 km
85 km

Southwest of Sumatra
Southern Sumatra
Java
Java
Java
Sunda Strait
Southern Sumatra
Java
Southern Sumatra
Java
Southern Sumatra
Sunda Strait
Southern Sumtra
Java
Southern Sumatra
Southern Sumatra
Southern Sumatra
Southern Sumatra
Southern Sumatra
Southern Sumatra
Java
Java
Southern Sumatra
Java
Java
Java
Southern Sumatra
Southern Sumatra
Borneo
Southern Sumatra
Java
Southern Sumatra
Borneo
Borneo
Sunda Strait
Java
Southern Sumatra
Southern Sumatra
Java
Sunda Strait
Borneo
Southern Sumatra

103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144

2013 06 03
2013 06 27
2013 07 05
2013 07 07
2013 07 07
2013 07 08
2013 07 20
2013 07 24
2013 08 08
2013 08 22
2013 08 24
2013 10 11
2013 10 24
2013 10 30
2013 11 03
2013 11 25
2013 12 10
2013 12 13
2013 12 27
2014 01 03
2014 01 05
2014 01 09
2014 01 15
2014 01 16
2014 01 25
2014 02 02
2014 03 24
2014 03 26
2014 04 16
2014 05 04
2014 05 13
2014 05 14
2014 05 16
2014 06 19
2014 06 22
2014 07 09
2014 08 01
2014 09 01
2014 09 27
2014 10 17
2014 10 18
2014 10 22

15:31:02
18:28:43
9:40:17
4:33:27
19:15:07
9:37:37
11:07:27
21:39:23
10:45:58
22:37:49
12:04:17
13:12:56
8:25:15
21:45:35
2:35:26
0:40:40
4:27:16
1:16:52
9:30:57
8:20:43
11:32:09
16:16:53
9:26:13
0:16:04
5:14:22
15:23:15
15:46:32
18:16:01
6:26:38
18:16:34
23:15:17
6:41:33
21:20:22
0:51:18
6:38:50
0:01:31
21:25:22
18:54:49
14:39:28
9:26:01
8:02:36
4:14:42

5.4
5
5.2
5.1
5.2
5.1
5
5.3
5.8
5.3
5.6
5.3
5.3
5.5
5.2
5.4
6.1
5
5.1
5
5.3
5.3
5.6
5.2
6.5
5.2
5.1
5.2
5.1
5.1
5
5.2
5.2
5.7
5.6
5.5
5.2
5.6
5
5.4
5.3
5

5.13 S
6.64 S
8.11 S
6.17 S
0.91 S
8.28 S
8.16 S
3.54 S
8.85 S
4.92 S
3.14 S
5.99 S
7.85 S
8.30 S
8.26 S
8.16 S
5.66 S
7.54 S
2.60 S
4.81 S
6.01 S
7.11 S
6.69 S
5.20 S
8.27 S
0.81 S
3.38 S
7.24 S
4.98 S
4.19 s
7.54 S
6.13 S
5.09 S
2.90 S
8.14 S
6.81 S
3.18 S
3.74 S
6.27 S
6.81 S
5.88 S
7.15 S

65

102.21 E
104.63 E
107.89 E
103. 60 E
108.13 E
107.77 E
107.81 E
101.64 E
110.86 E
102.84 E
102.08 E
102.94 E
106.25 E
107.85 E
107.84 E
107.87 E
102.03 E
108.45 E
102.22 E
103.54 E
105.35 E
105.49 E
106.69 E
102.83 E
109.21 E
113.04 E
104.04 E
105.07 E
102.64 E
102.45 E
106.69 E
102.34 E
102.75 E
102.28 E
107.81 E
104.91 E
101.18 E
102.41 E
104.62 E
107.08 E
104.11 E
105.23 E

26 km
25 km
26 km
10 km
10 km
33 km
26 km
27 km
10 km
61 km
78 km
10 km
10 km
49 km
10 km
18 km
10 km
88 km
233 km
12 km
10 km
16 km
106 km
34 km
22 km
10 km
248 km
10 km
10 km
88 km
20 km
47 km
26 km
169 km
58 km
10 km
21 km
24 km
36 km
145 km
33 km
12 km

Southern Sumatra
Sunda Strait
Java
Southwest of Sumatra
Java Sea
Java
Java
Southern Sumatra
Java
Southern Sumatra
Southern Sumatra
Southern Sumatra
Java
Java
Java
Java
Southern Sumatra
Java
Southern Sumatra
Southern Sumatra
Sunda Strait
Java
Java
Southern Sumatra
Java
Borneo
Southern Sumatra
Java
Southern Sumatra
Southern Sumatra
Java
Southwest of Sumatra
Southern Sumatra
Southern Sumatra
Java
Sunda Strait
Southern Sumatra
Southern Sumatra
Sunda Strait
Java
Southern Sumatra
Java

145
146
147
148
149
150
151

2014 10 30
2014 11 26
2015 01 15
2015 01 17
2015 01 20
2015 02 02
2015 02 16

12:23:37
5:46:03
14:01:53
18:58:24
14:34:51
21:29:37
23:14:35

5.1
5.4
5.5
5.1
5.1
5
5.1

0.56 N
0.63 S
4.78 S
0.15 N
5.35 S
6.15 S
1.52 S

109.31 E
105.99 E
102.82 E
111.74 E
102.60 E
105.39 E
108.27 E

180 km
100 km
31 km
10 km
2 km
10 km
606 km

Borneo
Java Sea
Southern Sumatra
Borneo
Southern Sumatra
Sunda Strait
Java Sea

Tabel 4.5.2 Data Gempa Bumi yang Dikeluarkan Oleh PGN


4.7.3.

Shake Map Event Gempabumi


Shake Map adalah suatu peta yang menggambarkan daerah mana saja

yang merasakan gempabumi dan memperkirakan dampaknya dalam satuan


tingkat MMI. Shake map dibuat dengan menggunakan aplikasi shakemap
repository yaitu suatu software aplikasi shakemap gempabumi dengan
menggunakan bahasa pemrograman dan dengan dukungan sistem operasi,
database management sistem, GMT, dan web server. Shake map akan dibuat
setiap kali terjadi gempa, terutama gempabumi yang dapat dirasakan, yaitu
gempabumi dengan magnitude di atas 4 SR. Oleh karena itu kami hanya
menganalisa event gempabumi besar yang pusat gempanya berada dekat
dengan darat atau yang berada di darat supaya dapat dibuat shake mapnya.
Berikut beberapa contoh Shake map dari gempa-gempa yang dirasakan di
Wilayah II periode 2011 sampai Februari 2015.

66

Gambar 5.1.3.1 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 23 Januari


2011

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada 52 km Barat


Daya Bengkulu dengan kekuatan gempa sebesar 5,5 SR pada kedalaman 101 km,
peta daerah sekitar pusat gempa berwarna hijau samapai kuning. Hal itu berarti
bahwa intensitas gempa berada pada tingkat VI berdasarkan Skala Marcalli.

67

Gambar 5.1.3.2 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 12 April


2012

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada di Lampung


Barat, Lampung dengan kekuatan gempa sebesar 5,2 SR pada kedalaman 10 km,
peta daerah sekitar pusat gempa berwarna biru. Hal itu berarti bahwa intensitas
gempa berada pada tingkat II-III berdasarkan Skala Marcalli.

68

Gambar 5.1.3.3 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 12 Juni


2012
Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada di Bandar
Lampung, Lampung dengan kekuatan gempa sebesar 5,8 SR pada kedalaman 153
km, peta daerah sekitar pusat gempa berwarna hijau biru muda. Hal itu berarti
bahwa intensitas gempa berada pada tingkat IV berdasarkan Skala Marcalli.

69

Gambar 5.1.3.4 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 20 Juni


2012
Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada di Tanjung
Agung, Sumatera Selatan dengan kekuatan gempa sebesar 5,7 SR pada kedalaman
20 km, peta daerah sekitar pusat gempa berwarna biru muda. Hal itu berarti bahwa
intensitas gempa berada pada tingkat IV berdasarkan Skala Marcalli.

70

Gambar 5.1.3.5 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 7 Juli


2012

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada di Bengkulu


dengan kekuatan gempa sebesar 5,0 SR pada kedalaman 181 km, peta daerah
sekitar pusat gempa berwarna biru tua sampai biru muda. Hal itu berarti bahwa
intensitas gempa berada pada tingkat II-IV berdasarkan Skala Marcalli.

71

Gambar 5.1.3.6 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 27 Juni


2012

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada di Banjar, Jawa
Barat dengan kekuatan gempa sebesar 5,1 SR pada kedalaman 33 km, peta daerah
sekitar pusat gempa berwarna biru tua sampai biru muda. Hal itu berarti bahwa
intensitas gempa berada pada tingkat II - IV berdasarkan Skala Marcalli.

72

Gambar 5.1.3.7 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 18 Juli


2012

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada di Bengkulu,


Sumatera Selatan dengan kekuatan gempa sebesar 5,5 SR pada kedalaman 22 km,
peta daerah sekitar pusat gempa berwarna biru tua sampai biru muda. Hal itu
berarti bahwa intensitas gempa berada pada tingkat II - IV berdasarkan Skala
Marcalli.

73

Gambar 5.1.3.8 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 29 Juli


2012

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada di Pringsewu,


Lampung dengan kekuatan gempa sebesar 5,4 SR pada kedalaman 20 km, peta
daerah sekitar pusat gempa berwarna biru tua sampai biru muda. Hal itu berarti
bahwa intensitas gempa berada pada tingkat II - IV berdasarkan Skala Marcalli.

74

Gambar 5.1.3.9 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 31 Juli


2012

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada di Bengkulu


dengan kekuatan gempa sebesar 5,2 SR pada kedalaman 10 km, peta daerah
sekitar pusat gempa berwarna biru tua sampai biru muda. Hal itu berarti bahwa
intensitas gempa berada pada tingkat II - IV berdasarkan Skala Marcalli.

75

Gambar 5.1.3.10 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 21


Agustus 2012

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada di Bengkulu


dengan kekuatan gempa sebesar 5,6 SR pada kedalaman 11 km, peta daerah
sekitar pusat gempa berwarna biru tua sampai biru muda. Hal itu berarti bahwa
intensitas gempa berada pada tingkat II - IV berdasarkan Skala Marcalli.

76

Gambar 5.1.3.11 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 6


September 2012

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada di Baturaja,


Sumatera Selatan dengan kekuatan gempa sebesar 5,0 SR pada kedalaman 10 km,
peta daerah sekitar pusat gempa didominasi warna biru tua. Hal itu berarti bahwa
intensitas gempa berada pada tingkat II - III berdasarkan Skala Marcalli.

77

Gambar 5.1.3.12 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 3


Oktober 2012

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada di Bengkulu


Utara dengan kekuatan gempa sebesar 5,8 SR pada kedalaman 57 km, peta daerah
sekitar pusat gempa didominasi warna biru muda. Hal itu berarti bahwa intensitas
gempa berada pada tingkat III - IV berdasarkan Skala Marcalli.

78

Gambar 5.1.3.13 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 20


Oktober 2012

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada di Bengkulu


dengan kekuatan gempa sebesar 5,0 SR pada kedalaman 97 km, peta daerah
sekitar pusat gempa berwarna biru tua sampai biru muda. Hal itu berarti bahwa
intensitas gempa berada pada tingkat II - IV berdasarkan Skala Marcalli.

79

Gambar 5.1.3.14 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 1


November 2012

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada di Soreang, Jawa
Barat dengan kekuatan gempa sebesar 5,1 SR pada kedalaman 121 km, peta
daerah sekitar pusat gempa didominasi warna biru muda. Hal itu berarti bahwa
intensitas gempa berada pada tingkat III - IV berdasarkan Skala Marcalli.

80

Gambar 5.1.3.15 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 10


November 2012

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada di Sukabumi,


Jawa Barat dengan kekuatan gempa sebesar 5,5 SR pada kedalaman 10 km, peta
daerah sekitar pusat gempa didominasi warna biru muda. Hal itu berarti bahwa
intensitas gempa berada pada tingkat III - IV berdasarkan Skala Marcalli.

81

Gambar 5.1.3.16 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 26


Desember 2012

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada 97 km Banjar,


Jawa Barat dengan kekuatan gempa sebesar 5,0 SR pada kedalaman 12 km, peta
daerah sekitar pusat gempa berwarna biru tua sampai biru muda. Hal itu berarti
bahwa intensitas gempa berada pada tingkat II - III berdasarkan Skala Marcalli.

82

Gambar 5.1.3.17 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 30


Desember 2012

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada di Labuhan,


Banten dengan kekuatan gempa sebesar 5,1 SR pada kedalaman 10 km, peta
daerah sekitar pusat gempa berwarna biru tua sampai biru muda. Hal itu berarti
bahwa intensitas gempa berada pada tingkat II - IV berdasarkan Skala Marcalli.

83

Gambar 5.1.3.18 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 2 Januari


2013

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada di Bengkulu


dengan kekuatan gempa sebesar 5,3 SR pada kedalaman 63 km, peta daerah
sekitar pusat gempa berwarna biru tua sampai biru muda. Hal itu berarti bahwa
intensitas gempa berada pada tingkat II - IV berdasarkan Skala Marcalli.

84

Gambar 5.1.3.19 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 27


Januari 2013

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada 139 km dari
Tanjung Agung, Sumatera Selatan dengan kekuatan gempa sebesar 5,1 SR pada
kedalaman 10 km, peta daerah sekitar pusat gempa berwarna biru tua sampai biru
muda. Hal itu berarti bahwa intensitas gempa berada pada tingkat II - IV
berdasarkan Skala Marcalli.

85

Gambar 5.1.3.20 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 31


Januari 2013

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada 87 km dari


Bengkulu dengan kekuatan gempa sebesar 5,3 SR pada kedalaman 33 km, peta
daerah sekitar pusat gempa berwarna biru tua sampai biru muda. Hal itu berarti
bahwa intensitas gempa berada pada tingkat II - IV berdasarkan Skala Marcalli.

86

Gambar 5.1.3.21 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 5 Maret


2013

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada 43 km dari


Pringsewu dengan kekuatan gempa sebesar 5,1 SR pada kedalaman 10 km, peta
daerah sekitar pusat gempa berwarna biru tua sampai biru muda. Hal itu berarti
bahwa intensitas gempa berada pada tingkat II - IV berdasarkan Skala Marcalli.

87

Gambar 5.1.3.22 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 4 April


2013

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada 53 km dari


Bengkulu dengan kekuatan gempa sebesar 5,4 SR pada kedalaman 29 km, peta
daerah sekitar pusat gempa berwarna biru tua sampai biru muda. Hal itu berarti
bahwa intensitas gempa berada pada tingkat II - IV berdasarkan Skala Marcalli.

88

Gambar 5.1.3.23 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 9 April


2013

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada 84 km dari


Pelabuhan Ratu dengan kekuatan gempa sebesar 5,8 SR pada kedalaman 10 km,
peta daerah sekitar pusat gempa berwarna biru muda. Hal itu berarti bahwa
intensitas gempa berada pada tingkat IV berdasarkan Skala Marcalli.

89

Gambar 5.1.3.24 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 9 Juli


2013

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada 187 km dari
Pringsewu dengan kekuatan gempa sebesar 5,1 SR pada kedalaman 10 km, peta
daerah sekitar pusat gempa didominasi warna biru tua. Hal itu berarti bahwa
intensitas gempa berada pada tingkat II - III berdasarkan Skala Marcalli.

90

Gambar 5.1.3.25 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 8 Juli


2013

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada 167 km dari
Pontianak dengan kekuatan gempa sebesar 5,2 SR pada kedalaman 10 km, peta
daerah sekitar pusat gempa berwarna biru tua sampai biru muda. Hal itu berarti
bahwa intensitas gempa berada pada tingkat II - IV berdasarkan Skala Marcalli.

91

Gambar 5.1.3.26 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 20 Juli


2013

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada 95 km dari


Singaparna dengan kekuatan gempa sebesar 5,0 SR pada kedalaman 25 km, peta
daerah sekitar pusat gempa berwarna biru tua sampai biru muda. Hal itu berarti
bahwa intensitas gempa berada pada tingkat II - IV berdasarkan Skala Marcalli.

92

Gambar 5.1.3.27 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 24 Juli


2013

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada 73 km dari


Bengkulu dengan kekuatan gempa sebesar 5,3 SR pada kedalaman 28 km, peta
daerah sekitar pusat gempa berwarna biru tua sampai biru muda. Hal itu berarti
bahwa intensitas gempa berada pada tingkat II - IV berdasarkan Skala Marcalli.

93

Gambar 5.1.3.28 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 8


Agustus 2013

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada 103 km dari
Wonosari, Jawa Tengah dengan kekuatan gempa sebesar 5,8 SR pada kedalaman
10 km, peta daerah sekitar pusat gempa didominasi warna biru muda. Hal itu
berarti bahwa intensitas gempa berada pada tingkat III - IV berdasarkan Skala
Marcalli.

94

Gambar 5.1.3.29 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 8


Agustus 2013

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada 104 km dari
Singaparna dengan kekuatan gempa sebesar 5,2 SR pada kedalaman 10 km, peta
daerah sekitar pusat gempa berwarna biru tua sampai biru muda. Hal itu berarti
bahwa intensitas gempa berada pada tingkat II - IV berdasarkan Skala Marcalli.

95

Gambar 5.1.3.30 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 25


November 2013

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada 100 km dari
Pangandaran dengan kekuatan gempa sebesar 5,2 SR pada kedalaman 30 km, peta
daerah sekitar pusat gempa berwarna biru tua sampai biru muda. Hal itu berarti
bahwa intensitas gempa berada pada tingkat II - III berdasarkan Skala Marcalli.

96

Gambar 5.1.3.31 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 1


Agustus 2014

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada 127 km dari
Sungai Penuh dengan kekuatan gempa sebesar 5,2 SR pada kedalaman 22 km,
peta daerah sekitar pusat gempa berwarna biru tua sampai biru muda. Hal itu
berarti bahwa intensitas gempa berada pada tingkat II - IV berdasarkan Skala
Marcalli.

97

Gambar 5.1.3.32 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 17


Oktober 2014

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada 18 km dari Timur
Laut Sukabumi, Jawa Barat dengan kekuatan gempa sebesar 5,5 SR pada
kedalaman 146 km, peta daerah sekitar pusat gempa berwarna biru tua sampai
biru muda. Hal itu berarti bahwa intensitas gempa berada pada tingkat IV
berdasarkan Skala Marcalli.

98

Gambar 5.1.3.33 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 15


Januari 2015

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada 126 km dari
Bengkulu dengan kekuatan gempa sebesar 5,5 SR pada kedalaman 31 km, peta
daerah sekitar pusat gempa berwarna biru tua sampai biru muda. Hal itu berarti
bahwa intensitas gempa berada pada tingkat II - IV berdasarkan Skala Marcalli.

99

Gambar 5.1.3.34 Shake Map Gempabumi yang Dirasakan Tanggal 3


Februari 2015

Pada Shakemap di atas terlihat bahwa pusat gempa berada 54 km dari


Labuhan dengan kekuatan gempa sebesar 5,0 SR pada kedalaman 10 km, peta
daerah sekitar pusat gempa berwarna biru tua sampai biru muda. Hal itu berarti
bahwa intensitas gempa berada pada tingkat II - IV berdasarkan Skala Marcalli.
4.7.4.

Accelerograph
Accelerograph merupakan alat yang digunakan untuk mencatat
besarnya nilai percepatan tanah suatu daerah yang diakibatkan oleh
gempabumi. (Chrismanto, 2012)
Alat ini dapat memberikan informasi daerah mana saja yang
berpotensi mengalami kerusakan saat terjadi gempabumi di daerah tersebut.

100

Dengan menggunakan accelerograph diharapkan dapat meminimalisir


kerusakan maupun korban yang ditimbulkan akibat gempabumi yang
terjadi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai percepatan tanah adalah
magnitude gempabumi, kedalaman gempa, jarak episenter dengan
hiposenter, dan kondisi daerah yang terkena gempa dalam menerima respon
seismik. Hal yang penting untuk menggambarkan tingkat kerusakan akibat
gempabumi di suatu wilayah adalah nilai maksimum percepatan tanah
daerah tersebut saat terjadinya gempabumi.
Hasil analisa accelerograph untuk event gempa dirasakan pada
tanggal 27 September 2014 Origin Time 14:39:28 UTC. Pada tampilan hasil
pencatatan alat accelerograph nilai percepatan tanah real saat terjadi gempa
tanggal 27 September 2014 Origin Time 21:39:28 WIB, Episenter 6.27o LS
104.62o BT, Magnitude 5,0 SR, Kedalaman 36 km, Lokasi 113 km dari
Pringsewu, dapat diketahui bahwa diperoleh nilai maksimum dari ketiga
komponen tersebut (secara berurut komponen E, N, Z) diperoleh nilai
maksimumnya sebesar 0.155 gal atau 1,6 x 10-4 g terletak pada komponen E
(horizontal).

101

Gambar 5.1.4.1 Hasil Analisa Accelerograph untuk event gempa


dirasakan pada tanggal 27 September 2014
Hasil analisa accelerograph untuk event gempa dirasakan pada
tanggal 17 Oktober 2014 Origin Time 09:26:01 UTC. Pada tampilan hasil
pencatatan alat accelerograph nilai percepatan tanah real saat terjadi gempa
tanggal 17 Oktober 2014 Origin Time 04:26:01 WIB, Episenter 6.81o LS
107.08o BT, Magnitude 5,4 SR, Kedalaman 145 km, Lokasi 5 km dari
Karang Tengah, dapat diketahui bahwa diperoleh nilai maksimum dari
ketiga komponen tersebut (secara berurut komponen E, N, Z) diperoleh nilai
maksimumnya sebesar 0,673 gal atau 6,9 x 10-4 g terletak pada komponen Z
(Vertikal).

102

Gambar 5.1.4.2 Hasil Analisa Accelerograph untuk event gempa


dirasakan pada tanggal 17 Oktober 2014
Hasil analisa accelerograph untuk event gempa dirasakan pada
tanggal 02 Februari 2015 Origin Time 21:29:37 UTC. Pada tampilan hasil
pencatatan alat accelerograph nilai percepatan tanah real saat terjadi gempa
tanggal 02 Februari 2015 Origin Time 04:29:37 WIB, Episenter 6.15o LS
105.39o BT, Magnitude 5,0 SR, Kedalaman 10 km, Lokasi 54 km dari
Labuhan, dapat diketahui bahwa diperoleh nilai maksimum dari ketiga
komponen tersebut (secara berurut komponen E, N, Z) diperoleh nilai
maksimumnya sebesar 0,22 gal atau 2,2 x 10-4 g terletak pada komponen E
(horizontal).

103

Gambar 5.1.4.3 Hasil Analisa Accelerograph untuk event gempa


dirasakan pada tanggal 2 Februari 2015

104

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan PKL selama bulan Februari-Maret 2015 di Balai Besar
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika wilayah 2 didapatkan kesimpulan :
1. Cara menganalisa parameter gempa dapat dianalisa dengan data dari
Seiscomp3 sehingga dapat dilihat dari data waktu kejadian, titik episenter,
kedalaman, dan besar kekuatan gempa.
2. Berdasarkan hasil analisa dari Seiscomp3 dapat dibuat Shakemap untuk
mengetahui intensitas gempa di suatu daerah.
3. Data dari Seiscomp3 lalu dihitung nilai percepatan tanahnya menggunakan
accelerograph, berikut hasil nilai percepatan tanah yang didapatkan :
-

Hasil analisa accelerograph untuk event gempa dirasakan pada


tanggal 27 September 2014 dapat diperoleh nilai maksimumnya
sebesar 0.155 gal atau 1,6 x 10-4 g terletak pada komponen E
(horizontal).

Hasil analisa accelerograph untuk event gempa dirasakan pada


tanggal 17 Oktober 2014 dapat diketahui bahwa diperoleh nilai
maksimumnya sebesar 0,673 gal atau 6,9 x 10-4 g.

Hasil analisa accelerograph untuk event gempa dirasakan pada


tanggal 02 Februari 2015 dapat diperoleh nilai maksimumnya sebesar
0,22 gal atau 2,2 x 10-4 g.

105

5.2 Saran
Sejalan dengan analisis pembahasan dan kesimpulan di atas,
disarankan sebagai berikut:
1. Untuk lebih banyak menginput data ShakeMap, sebab terdapat
beberapa event gempabumi yang memiliki magnitude

SR

tetapi belum dianalisa dengan ShakeMap.


2. Dalam penginputan serta pemrosesan data tahap selanjutnya
diperlukan ketelitian agar tidak terjadi kekeliruan dan didapatkan
hasil analisa yang baik dan benar.

106

DAFTAR PUSTAKA

Sapiie, Benyamin dkk. 2006. GL-1211 Geologi Fisik.

Bandung: Institut

Teknologi Bandung.
Zera, Tati. 2007. Geologi Langkah Awal Mengenal Bumi. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Tjasyono, Bayong. Cet. IV,2013. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset-Bandung.
Standart Operating System, Balai BMKG Wilayah II Ciputat
http://e-volcano.com/course/struktur-bumi/
https://imas94.wordpress.com/2011/10/08/teori-lempeng-tektonik-geografi/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tektonika_lempeng
http://www.ibnurusydy.com/mengenal-gelombang-gempa-dan-manfaatnya/
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Cincin_Api_Pasifik
www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Gempabumi_-_Tsunami/Gempabumi.bmkg
https://inatews.bmkg.go.id/new/mmi.php
https://www.negeripesona.com/2013/04/pembagian-daerah-waktu-diindonesia.html?m=1

107

Anda mungkin juga menyukai