STEP 3
1. Mengapa luka pasien tak kunjung sembuh?
Karena hiperglikemia (pada pasien DM) menyebabkan glukosa menyerap
air yang ada di plasma darah, menyebabkan viskositas darah meningkat,
sehingga viskositas darah yang meningkat akan mengakibatkan Luka pada
Hiperglikemia
Glukosuria
Diuresis Diosmotik
Poliuria
Polidipsi
Keseimbangan kalori tubuh
Penurunan BB
Lapar
resistensi insulin. Obat ini adalah obat yang pertama kali diberikan pada
penderita yang baru diketahui menderita DM. Selain itu metformin juga
bekerja menghambat terbentuknya glukosa oleh hepar. Hepar merupakan
organ terbesar tubuh yang dapat menyimpan cadangan glukosa dalam
bentuk glikogen. Glikogen ini akan diubah menjadi glukosa bila tubuh
membutuhkan asupan glukosa.
6. Bagaimana pola makan dan Olahraga yang dianjurkan?
a) Pola makan pasien diabetes, dianjurkan untuk mengkonsumsi:
Karbohidrat : 55-65% perhari
Lemak
: 10-15 % perhari
Protein
: 20-25% perhari
b) Olah raga untuk pasien diabetes
5-6 kali dalam 1 minggunya selama 30 menit, sesuai kemampuan
pasien.
STEP 4
1. Mengapa luka pasien tak kunjung sembuh?
Karena hiperglikemia (pada pasien DM) menyebabkan glukosa menyerap
air yang ada di plasma darah, menyebabkan viskositas darah meningkat,
sehingga viskositas darah yang meningkat akan mengakibatkan Luka pada
pasien Diabetes Militus sulit sembuh karena terhambatnya proses
pembekuan darah.
2. Mengapa pasien sering merasa haus lapar dan sering buang air kecil?
Polidipsi
Hiperglikemia
Glukosuria
Diuresis Diosmotik
Poliuria
Polidipsi
Penurunan BB
Lapar
Belum Pasti DM
DM
Plasma vena
<100
100-199
200
sewaktu (mg/dL)
Kadar glukosa darah
Darah kapiler
<90
90-199
200
Plasma vena
<100
100-125
126
puasa (mg/dL)
Darah kapiler
<90
90-99
100
Penatalaksanaan
DIABETES
MILITUS
Patofisiologi
Pendekatan
kliis
Klasifikasi DM
Penatalaksananan
TYPE 1
TYPE 2
Anamnesis
PF
PP
DD
STEP 5
1. Bagaimana etiologi dan patogenesis dari DM ?
2. Apa indikasi dilakukannya pemeriksaan gula darah?
3. Bagaimana terapi untuk diabetes militus
a) Type 1
b) Type 2
4. Apa saja diagnosis banding dari kasus?
STEP 6
Belajar mandiri
STEP 7
1. Organ yang berperan dalam pengaturan gula darah yaitu:
a. Hepar
Sumber utama glukosa plasma adalah absorpsi glukosa oleh usus
yang berasal dari pemecahan makanan, glukoneogenesis (pembentukan
menyebabkan
peningkatan
glikogenolisis
dan
10
11
usus.
Insulin
akan
meningkatkan
penyimpanan
glukosa,
12
c. Pankreas
Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam
amino, dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan
normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan
kemudian disekresikan kedalam darah sesuai kebutuhan tubuh untuk
keperluan regulasi glukosa darah. Secara fisiologis, regulasi glukosa
darah yang baik diatur bersama dengan hormon glukagon yang
disekresikan oleh sel alfa kelenjar pankreas (Kramer, 1995).
Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin (precursor
hormon insulin) pada retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan
enzim peptidase, preproinsulin mengalami pemecahan sehingga
terbentuk proinsulin, yang kemudian dihimpun dalam gelembunggelembung (secretory vesicles) dalam sel tersebut. Di sini, sekali lagi
dengan bantuan enzim peptidase, proinsulin diurai menjadi insulin dan
peptida-C (C-peptide) yang keduanya sudah siap untuk disekresikan
secara bersamaan melalui membran sel (Kramer, 1995).
Mekanisme diatas diperlukan bagi berlangsungnya proses
metabolisme secara normal, karena fungsi insulin memang sangat
dibutuhkan dalam proses utilisasi glukosa yang ada dalam darah. Kadar
glukosa darah yang meningkat, merupakan komponen utama yang
memberi rangsangan terhadap sel beta dalam memproduksi insulin.
Disamping glukosa, beberapa jenis asam amino dan obat-obatan, dapat
pula memiliki efek yang sama dalam rangsangan terhadap sel beta.
Mengenai bagaimana mekanisme sesungguhnya dari sintesis dan
sekresi insulin setelah adanya rangsangan tersebut, merupakan hal yang
cukup rumit dan belum sepenuhnya dapat dipahami secara jelas
(Kramer, 1995).
Diketahui ada beberapa tahapan dalam proses sekresi insulin,
setelah adanya rangsangan oleh molekul glukosa. Tahap pertama adalah
proses glukosa melewati membrane sel. Untuk dapat melewati
membran sel beta dibutuhkan bantuan senyawa lain. Glucose
13
14
15
Gambar 1.1 Mekanisme sekresi insulin pada sel beta akibat stimulasi
Glukosa (Kramer, 1995).
Selanjutnya, setelah sekresi fase 1 berakhir, muncul sekresi fase 2
(sustained phase, latent phase), dimana sekresi insulin kembali
meningkat secara perlahan dan bertahan dalam waktu relatif lebih lama.
Setelah berakhirnya fase 1, tugas pengaturan glukosa darah selanjutnya
diambil alih oleh sekresi fase 2. Sekresi insulin fase 2 yang berlangsung
relatif lebih lama, seberapa tinggi puncaknya (secara kuantitatif) akan
ditentukan oleh seberapa besar kadar glukosa darah di akhir fase 1,
disamping faktor resistensi insulin. Jadi, terjadi semacam mekanisme
penyesuaian dari sekresi fase 2 terhadap kinerja fase 1 sebelumnya.
Apabila sekresi fase 1 tidak adekuat, terjadi mekanisme kompensasi
dalam bentuk peningkatan sekresi insulin pada fase 2. Peningkatan
produksi insulin tersebut pada hakikatnya dimaksudkan memenuhi
kebutuhan tubuh agar kadar glukosa darah (postprandial) tetap dalam
batas batas normal. Dalam prospektif perjalanan penyakit, fase 2 sekresi
insulin akan banyak dipengaruhi oleh fase 1. Pada gambar dibawah ini
(Gambar 1.2) diperlihatkan dinamika sekresi insulin pada keadaan
normal, Toleransi Glukosa Terganggu (Impaired Glucose Tolerance =
IGT), dan Diabetes Mellitus Tipe 2 (Ward, 1984).
Biasanya, dengan kinerja fase 1 yang normal, disertai pula oleh
aksi insulin yang juga normal di jaringan (tanpa resistensi insulin),
16
kuantitas
GLUT-4
(glucose
transporter-4)
dan
17
sintesis
dan
translokasi
GLUT-4
inilah
yang
bekerja
tingkat
resistensi
insulin,
semakin
rendah
kemampuan
18
19
20
insulin
mulai
menonjol
peranannya
semenjak
inhibisinya
terhadap
proses
glikogenolisis
dan
pankreas
dan
merupakan
pusat
pengaturan
metabolisme
21
22
23
24
glikogen
melalui
peningkatan
katabolisme
protein
25
26
c. Selain itu, pada keadaan hipoglikemia berat, timbul suatu efek langsung
akibat kadar glukosa darah yang rendah terhadap hipotalamus, yang
akan merangsang sistem saraf simpatis. Selanjutnya, hormon epinefrin
yang disekresikan oleh kelenjar adrenal menyebabkan pelepasan
glukosa lebih lanjut dari hati. Jadi, epinefrin juga membantu melindungi
agar tidak timbul hipoglikemia yang berat (Guyton, 2012).
d. Dan akhirnya, sesudah beberapa jam dan beberapa hari, sebagai
responterhadap hipoglikemia yang lama, akan timbul sekresi hormon
pertumbuhan dan kortisol, dan kedua hormon ini mengurangi kecepatan
pemakaian glukosa oleh sebagian besar sel tubuh, dan sebaliknya akan
menambah jumlah pemakaian lemak. Hal ini juga akan mengembaikan
kadar glukosa darah menjadi normal (Guyton, 2012).
27
akan
menyerang
pulaupulau
28
glikogenolisis
(pemecahan
glukosa yang
disimpan)
dan
dan
terjadi
peningkatan
keton
yangdapat
mengganggu
29
bahkan tanpa adanya infeksi virus atau kelainan autoimun (Guyton and
hall, 2012).
Kuranganya insulin mengurangi efisiensi penggunaan glukosa di
perifer dan akan menambah produksi glukosa, sehingga glukosa plasma
meningkat sampai 300-1200 mg/100ml. peningkatan kadar glukosa
plasma selanjutnya menimbulkan berbagai pengaruh diseluruh tubuh
(Guyton and hall, 2012).
Kadar glukosa darah yang tinggi menyebabkan lebih banyak
glukosa yang masuk ke dalam tubulus ginjal untuk difiltrasi melebihi
jumlah yang dapat direabsorbsi, dan kelebihan glukosa akan dikeluarkan
kedalam urin. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 180 mg/dl,
yaitu suatu kadar yang disebut sebagai nilai ambang darah untuk
timbulnya glukosa dalam urin. Bila kadar glukosa darah meningkat
menjadi 300 sampai 500 mg/dl umumnya dijumpai pada pasien diabetes
berat yang tidak diobati, 100 gram atau lebih glukosa akan dilepaskan
kedalam urin setiap harinya (Guyton and hall, 2012).
Tingginya kadar glukosa dalam darah (kadang-kadang mencapai 8
sampai 10 kali normal pada passion diabetes yang parah) dapat
menyebabkan dehidrasi berat pada sel di seluruh tubuh. Hal ini terjadi
sebagian karena glukosa tidak dapat dengan mudah berdifusi melewati
pori-pori membrane sel, dan naiknya tekanan osmotic dalam cairan
ekstrasel menyebabkan timbulnya perpindahan air secara osmosis keluar
sel (Guyton and hall, 2012).
Selain efek dehidrasi sel langsung akibat glukosa yang berlebihan,
keluarnya glukosa kedalam urin akan menimbulkan keadaan diuresis
osmotik. Diuresis osmotic adalah efek osmotic dari glukosa dalam
tubulus ginjal yang sangat mengurangi reabsorbsi cairan tubulus. Efek
keseluruhannya adalah kehilangan cairan yang sangat besar dalam urin,
sehingga menyebabkan dehidrasi cairan ekstrasel, yang selanjutnya
menimbulkan dehidrasi kompensatorik cairan intrasel. Jadi gambaran
klasik dari diabetes adalah adanya poliuria, dehidrasi ekstrasel dan
intrasel, dan bertambahnya rasa haus (Guyton and hall, 2012).
Bila kadar glukosa darah tidak terkontrol baik dalam waktu yang
lama pada diabetes mellitus, pembuluh darah diberbagai jaringan
30
kerusakan
dibanyak
jaringan
lainnya.
Contohnya,
neuropati perifer yaitu kelainan fungsi saraf perifer, dan disfungsi system
saraf otonom yang sering menjadi komplikasi diabetes mellitus yang
tidak terkontrol dalam waktu lama. Kelainan-kelainan tersebut dapat
menimbulkan gangguan refleks kardiovaskular, gangguan pengaturan
kandung kemih, penurunan sensasi di ekstremitas, dan gejala-gejala lain
akibat kerusakan saraf perifer.
Mekanisme pasti yang menyebabkan kerusakan jaringan pada
diabetes
mellitus
belum
dipahami
sepenuhnya
namun
agaknya
31
32
insulin
mengganggu
penggunaan
dan
penyimpanan
33
Terapi
insulin
biasanya
diperlukan
untuk
mengontrol
34
35
36
37
kepala.
Pembesaran akral
Gigantisme, maloklusi, prognatism,
Sistem pernapasan
Viseromegali
narkolepsi
Lidah, kelenjar tiroid, kelenjar saliva,
metabolik
galaktorea, impotensi.
MEN tipe 1: hiperparatiroid, tumor
pancreas.
Karbohidrat: gangguan metabolism
glukosa, resistensi insulin,
hiperinsulinemia, DM.
Lemak: hipertrigliseridemia
Sindrom Cushing
a. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala sindrom cushing bervariasi, akan tetapi
kebanyakan orang dengan gangguan tersebut memiliki obesitas
tubuh bagian atas, wajah bulat, peningkatan lemak di sekitar
leher, dan lengan yang relatif ramping dan kaki. Anak-anak
cenderung untuk menjadi gemuk dengan tingkat pertumbuhan
menjadi lambat. Manifestasi klinis yang sering muncul pada
penderita cushing syndrome antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Rambut tipis
Moon face
Penyembuhan luka buruk
Mudah memar karena adanya penipisan kulit
Petekie
Kuku rusak
Kegemukan dibagian perut
Kurus pada ekstremitas
Striae
38
10. Osteoporosis
11. Diabetes Melitus
Gambar 1.6 Manifestasi
cushing. (National Endocrine
klinis sindrom
and Metabolic
39
seperti
intravena,
intramusk
seperti
intravena,
40
41
sensitivitas
terhadap
insulin,
misalnya
tolazamid,
asetoheksimid
dan
klorpropamid.
42
43
4) Golongan Tiazolidinedion
Golongan obat baru ini memiliki kegiatan farmakologis
yang luas dan berupa penurunan kadar glukosa dan insulin
dengan jalan meningkatkan kepekaan bagi insulin dari otot,
jaringan lemak dan hati, sebagai efeknya penyerapan glukosa ke
dalam jaringan lemak dan otot meningkat. Tiazolidindion
diharapkan dapat lebih tepat bekerja pada sasaran kelainan yaitu
resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia dan juga
tidak menyebabkan kelelahan sel pankreas. Efek samping dari
obat ini antara lain peningkatan berat badan, edema, menambah
volume plasma dan memperburuk gagal jantung kongestif
(Gunawan, 2012)
5) Penghambat enzim -Glikosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja
enzim glukosidase alfa di dalam saluran cerna sehingga dapat
menurunkan hiperglikemia postprandrial. Obat ini bekerja di
lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak
berpengaruh pada kadar insulin,contoh obatnya akarbose
(Gunawan, 2012)
Tabel 2 Ringkasan Pemberian Obat Diabetes (Katzung,2012)
Substansi
Mekanisme
kerja
Efek
Pemakaian
klinis
Farmakokinetika,
toksisitas dan
INSULIN
Mengkatifkan
Mengurangi
Diabetes tipe
interaksi
Parenteral (subkutan
Kerja cepat :
reseptor insulin
glukosa darah,
1 dan tipe 2
atau intravena)
Lispro, aspart,
mendorong
glulisin
transport dan
Toksisitas :
Kerja singkat :
oksidasi glukosa;
hipoglikemi,
Reguler
sintesis glikogen,
penambahan berat
Kerja sedang :
dan lemak
badan, lipodistrofi
NPH
Kerja lama :
(jarang)
44
Detemir, glargin
SULFONILURE
Secretagogue
Diabetes tipe
insulin :
oral
Gliplzid
menutup saluran
berfungsi,
Glibunid
K+ disel beta.
mengurangi
Toksisitas :
Glimepirid
Meningkatkan
glukosa darah.
hipoglikemia,
pelepasan
Meningkatkan
penambahan berat
insulin
pembentukan
badan
glikogen, lemak
dan protein.
MEGLITINID
1. Repaglini
d
Secretagogue
Regulasi gen
Pada pasien yang
Insulin : serupa
dengan
berfungsi,
cepat
sulfonilurea
mengurangi
dengan tumpang
glukosa darah.
Toksisitas
tindih pada
Meningkatkan
hipoglikemia
tempat
pembentukan
pengikatan
glikogen, lemak
DM tipe 2
Oral
dan protein
2. Neteglinid
Secretagogue
DM tipe 2
Oral
Insulin : serupa
dengan
berfungsi,
sulfonilurea
mengurangi
singkat (<4jam)
dengan tumpang
glukosa darah.
Toksisitas :
tindih pada
Meningkatkan
hipoglikemia
tempat
pembentukan
pengikatan
glikogen, lemak
BIGUANID
Belum jelas :
dan protein
Menurunkan
Diabetes tipe
Oral, Konsentarasi
Metformin
mengurangi
produksi glukosa
plasma maksimal
glukoneogenesis
endogen
45
Toksisitas: gejala
pencernaan, asidosis
laktat (jarang). Tidak
dapat digunakan pada
pasien dengan
gangguan fungsi
ginjal/hati, gagal
jantung kongestif dan
keadaan
INHIBITOR
Menghambat
Mengurangi
Diabetes tipe
hipoksia/asidosis
Oral, awitan kerja
ALFA-
-glukosidase
perubahan tebung
cepat
GLUKOSIDASE
usus
dan disakarida
Tosisitas : gagal
Akarbosa,
menjadi
pencernaan
miglitol
monosakarida.
Mengurangi
hiperglikemia
gangguan fungsi
pasca-makan
ginjal/hati, dan
TIAZOLIDINED
Mengatur
Mengurangi
Diabetes tipe
gangguan usus
Oral, kerja lama
ION
ekspirasi gen
resistensi insulin
(>24jam)
1. Pioglitazo
n
dengan
Toksisitas : retensi
meningkat
cairan, edema,
PPAR- dan
anemia, penambahan
PPAR-
2. Rosiglitaz
on
Mengatur
Mengurangi
Diabetes tipe
ekspirasi gen
retensi insulin
(>24jam)
46
dengan
Toksisitas : retensi
meningkat
cairan, edema,
PPAR-
anemia, penambahan
berat, edema macula,
fraktur tulang pada
wanita.
Tidak dapat digunakan
pada CHF dan
penyakit hati. Dapat
memperburuk
penyakit jantung.
B. Terapi Nonfarmakologi
4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu:
1. Edukasi
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan
perilaku sehat yang memerlukan partisipasi aktif dari pasien dan
keluarga pasien. Upaya edukasi dilakukan secara komphrehensif
dan berupaya meningkatkan motivasi pasien untuk memiliki
perilaku sehat. Tujuan dari edukasi diabetes adalah mendukung
usaha pasien penyandang diabetes untuk mengerti perjalanan alami
penyakitnya dan pengelolaannya, mengenali masalah kesehatan
atau komplikasi yang mungkin timbul secara dini atau saat masih
reversible, ketaatan perilaku pemantauan dan pengelolaan penyakit
secara mandiri, dan perubahan perilaku/kebiasaan kesehatan yang
diperlukan.
Edukasi
pada
penyandang
diabetes
meliputi
47
merupakan
bagian
dari
48
mencegah
resiko
penyakit
kardiovaskuler.
Kolesterol LDL < 100 mg/dL
Kolesterol HDL > 40mg/dL
Trigliserida < 150 mg/Dl
Tekanan darah dalam batas normal atau mendekati
macam
diet
tetap
diusahakan
supaya
dapat
mendekati
normal
agar
mencegah
timbulnya
49
50
51
menurunkan
stress
oksidatif
sehingga
mencegah
dengan antioksidan
akan
penelitian
Afkhami-Ardekani
dan
Shojaoddiny-
Low Density
Lipoprotein
(LDL),
total
kolesterol,
terjadinya
penyakit
52
darah
selama
periode
tertentu
setelah
seseorang
Pangan
ber-IG
rendah
dan
tinggi
dapat
dibedakan
53
Klasifikasi
BB kurang
BB normal
BB lebih
Dengan resiko
Obesitas level I
Obesitas level II
: <90 %
Normal:90 110 %
Gizi lebih
:110 120 %
54
Gemuk
: > 120 %
termasuk
terapi
nonfarmakologi
karena
mengandung unsur terapi nutrisi medis dan latihan fisik. GULOHSISAR dilaksanakan sebagai pedoman BNI (Batasi, Nikmati,
Imbangi) artinya bahwa para diabetisi bisa menikmati semua jenis
makanan namun jumlahnya harus dibatasi, kecuali yang manis
(gula dan lain-lain) sebaiknya dihindari. Tetapi bila mengkonsumsi
makanan dengan jumlah berlebih harus diimbangi dengan
melakukan olahraga yang lebih dari biasa yang dilakukan (Sudoyo,
2014)
GULOH-SISAR merupakan singkatan dari
1. G (Gula ); pentang gula bagi penderita Diabetes Mellitus dan
kurangi konsumsi gula bagi Non diabetes.tingkatkan MABUK
( makanan yg kaya kromium untuk memperbaiki kerja insulin
yaitu merica, apel, brokoli, udang, kacang-kacangan)
(Snehalatha, 2009).
2. U (Uric acid ) = asam urat batasi JAS-BUKET ( yaitu bahan
makanan kaya purin yang dapat meningkatkan asam urat : jeroan,
alkohol, sarden, burung dara, unggas, kaldu, emping, tape)
makanan tersebut harus BNI (Snehalatha, 2009).
55
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani
secarateratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit),
meru-pakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2.
Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan
tangga,berkebun harus tetap dilakukan. Latihan jasman
iselain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat
badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik
seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status
kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas
latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat
komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan
hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan (Sudoyo,
2014).
56
57
58
akan
menstimulasi
pembentukan
benda-benda
keton,
KAD
Sedang
Berat (glukosa
HHS
Glukosa
plasma >250
(glukosa >250
plasma
plasma >600
pH darah arteri
Bikarbonat
mg/dL
7,25-7,30
15-18
mg/dL
7,00-<7,24
10-<15
>250mg/dL
<7,00
<10
mg/dL
>7,30
>18
serum (mEq/l)
Keton urin1
Keton serum1
Osmolalitas
+
+
Bervariasi
+
+
Bervariasi
+
+
Bervariasi
Sedikit
Sedikit
>320mOsm/kg
serum efektif2
Anion gap3
Status mental
>10
Sadar
>12
Sadar/somnole
>12
Sopor/koma
Bervariasi
Sopor/koma
n
Osmolalitas efektif = 2[Na+(mEq/l)] +
59
serebral,
nekrosis
sindrom Sheehenis;
(3) Mistiositosis (granuloma
postpartum
cosinofilis,
atau
penyakit
60
c) Obat-obatan:
litium,
demoksiklin,
asetoheksamid,
insipidus
yang
diakibatkan
oleh
kerusakan
61
eksogen
digunakan
istilah
Diabetes
Insipidus
medula,
kembali
maka
air
sehingga
secara
progresif
terbentuk
urin
akan
yang
62
turun
dari
dari
tempat
tidur
atau
terbatas
63
64
2006).
5) Uji Vasopresin: Pemeriksaan ini untuk membuktikan bahwa
ginjal dapat memberikan respons terhadap ADH. Obat yang
dipakai adalah pitresin.
a) Untuk intravena diberikan pitresin dalam akua 5 ml
unit/menit dalam infus lambat selama 1 jam.
65
pemeriksaannya,
prinsipnya
adalah
untuk
Selama
kehamilan,
hormon
ini
menyebabkan
66
plasenta,
prolaktin,
dan
hormon
pertumbuhan,
67
kasus
GDM,
-sel
ketidakmampuan
untuk
68
e. Pemeriksaan Penunjang
Tes Tolenrasi Glukosa Oral (TTGO) adalah rutin untuk
semua wanita hamil. Tes ini juga dapat diindikasikan untuk
diabetes pada kehamilan (diabetes gestasional). Banyak di antara
ibu-ibu yang sebelum hamil tidak menunjukkan gejala, tetapi
menderita gangguan metabolisme glukosa pada waktu hamil.
(Sudoyo, 2006)
1) Prosedur pemeriksaan bagi Tes Tolenrasi Glukosa Oral
(TTGO)
Selama 3 hari sebelum tes dilakukan penderita harus
mengkonsumsi sekitar 150 gram karbohidrat setiap hari.
Terapi obat yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium
harus dihentikan hingga tes dilaksanakan. Beberapa jenis
obat yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium adalah
insulin, kortikosteroid (kortison), kontrasepsi oral, estrogen,
anticonvulsant, diuretik, tiazid, salisilat, asam askorbat.
Selain itu penderita juga tidak boleh minum alkohol.
(Sudoyo, 2006)
Protokol urutan pengambilan darah berbeda-beda;
kebanyakan pengambilan darah setelah puasa, dan setelah 1
dan 2 jam. Ada beberapa yang mengambil darah jam ke-3,
sedangkan yang lainnya lagi mengambil darah pada jam
dan 1 jam setelah pemberian glukosa. Yang akan
diuraikan di sini adalah pengambilan darah pada waktu
jam, 1 jam, 1 jam, dan 2 jam. Sebelum dilakukan tes,
penderita harus berpuasa selama 12 jam. Pengambilan
sampel darah dilakukan sebagai berikut :
a) Pagi hari setelah puasa, penderita diambil darah vena 35 ml untuk uji glukosa darah puasa. Penderita
mengosongkan kandung kemihnya dan mengumpulkan
sampel urinenya.
b) Penderita diberikan minum glukosa 75 gram yang
dilarutkan dalam segelas air (250ml). Lebih baik jika
dibumbui dengan perasa, misalnya dengan limun.
69
3-jam-g
100.
Menurut
kriteria
diagnostik
yang
70
71
sebelumnya
atau
skrining
serum
glukosa.
dan
Coustan,
diagnosis
dapat
dibuat
dengan
1964
1979
1999
OSullivan dan
NDDG
WHO
Mahan
Medium
Darah
Plasma
Plasma
Plasma
Plasma
Plasma
72
dan
lengkap
100g-3j
100g-3j
75g-2j
100g-3j
72g-2j
Waktu
100g-3j
(mmol/L
(mmol/L
(mmol/L
(mmol/L
(mmol/L
(mmol/l,
(mg/dL))
(mg/dL))
(mg/dL))
(mg/dL))
(mg/dL))
Puasa
Jam
(mg.dL))
5.0 (90)
9.2 (165)
5.8 (105)
10.6
5.8 (105)
10.6
<7.0 (126)
5.3 (95)
10.0
5.3 (95)
10.0
Pertama
Jam
8.1 (145)
(190)
9.2 (165)
(190)
9.2 (165)
(180)
>7.8 (140), 8.6 (155)
Kedua
Jam
(180)
8.6 (155)
11.1 (200)
6.9 (125)
8.1 (145)
8.1 (145)
7.8 (140)
Ketiga
ADA,
American
Diabetic
Association;
WHO,
World
Health
Organization;
NDDG, National Diabetes Data Group
: Perlukan dua nilai elevasi untuk diagnosis
: Perlukan satu nilai elevasi untuk diagnosis (Sudoyo, 2006).
g. Komplikasi
Komplikasi akibat GDM bisa berlaku pada janin dan juga
pada ibu. Komplikasi janin termasuk makrosomia, hipoglikemia
neonatal,
kematian
perinatal,
kelainan
bawaan,
73
Daftar Pustaka
Bertram & Katzung, 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik. EGC, Jakarta.
Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi,EGC, Jakarta
Girard J, 1995. NIDDM and glucose transport in cells. In ( Assan, R, ed )
NIDDM and glucose transport in cells. Molecular Endocrinology and
Development CNRS Meudon, France: 6 16.
Gunawan Sulistia Gan. 2012. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta; Fakultas
kedokteran universitas Indonesia
Guyton, AC & Hall,2012. Buku Ajar Fisiologi Manusia. EGC, Jakarta.
Katzung Bertram G. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 12. Jakarta;
EGC
Kramer W, 1995. The molecular interaction of sulphonylureas. DRCP 28: 67
80
74