BAB I
PENDAHULUAN
peningkatannya adalah bidang industri. Tentu saja hal ini harus didukung oleh tenaga
sektor industri maka tidak dapat dielakan lagi sekolah-sekolah kejuruan, khususnya
Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor (SMAK Bogor) harus mampu menghadapi
tuntutan dan tantangan yang senantiasa muncul dalam kondisi seperti sekarang ini.
datang semakin meningkat dan bersifat padat pengetahuan dan keterampilan, maka
harus difokuskan kepada kualitas lulusan. Pola pengembangan yang digunakan dalam
yang diperoleh melalui pendidikan kejuruan, secara khusus memerlukan media yang
terakhir sebagai syarat kelulusan. Lokasi tempat Prakerin yang menjadi sasaran
di sekolah. Pelaksanaan Prakerin tidak dibatasi pada praktik laboratorium saja tetapi
disiplin kerja dalam membangun kerjasama antar individu. Pada kesempatan ini siswa
pun dapat belajar menyesuaikan dengan lingkungan kerja sehingga bila lulus nanti
akan menjadi seorang analis kimia yang terampil, kreatif, dan berakhlak mulia.
Salah satu lembaga yang dapat dijadikan tempat Prakerin bagi siswa
SMAKBo adalah Balai Penelitian Tanah yang memiliki alamat di Jalan Ir. H. Juanda
No. 98 Bogor. Lembaga ini merupakan bagian dari Balai Besar Penelitian dan
dunia kerja, antara lain : struktur organisasi, disiplin, lingkungan, dan sistem
kerja.
kimia analisis yang lebih modern, dibandingkan dengan fasilitas yang tersedia
di sekolah.
analis kimia).
syarat untuk mengikuti ujian akhir pada semester VIII. Tujuan penulisan laporan
prakerin, maupun mencari alternatif lain dalam pemecahan masalah analis kimia
4
maupun institusi Prakerin sehingga dapat meningkatkan pengetahuan bagi diri sendiri
maupun bagi pembaca, serta siswa dapat membuat laporan kerja dan
mempertanggungjawabkannya.
D. Sistematika Laporan
1. Bagian pengantar.
a. Lembar judul.
c. Kata pengantar.
d. Daftar isi.
f. Daftar lampiran.
2. Pendahuluan.
b. Sistematika laporan.
a. Sejarah.
b. Struktur organisasi.
d. Sarana penelitian.
5
4. Kegiatan laboratorium.
c. Metode analisis.
7. Daftar Pustaka.
8. Lampiran.
1. Visi
6
yang mandiri dan unggul dalam program keahlian Analis Kimia dan terapannya pada
tahun 2010.
2. Misi
program keahlian Analis Kimia, berdaya saing tinggi dan berjiwa kewirausahaan.
BAB II
TINJAUAN UMUM
7
Onderzoek yang merupakan bagian dari Plantentuin ( sekarang Kebun Raya Bogor ).
Pada tahun 1930 menjadi Bodemkundig Instituut. Tahun 1942, pada masa penjajahan
Jepang, berubah nama menjadi Dozyoobu dan ketika Negara Republik Indonesia baru
1950 bernama Balai Penyelidik Tanah, dan tahun 1961 menjadi Lembaga
Pemupukan, selanjutnya menjadi Lembaga Penelitian Tanah pada tahun 1976, dan
menjadi Pusat Penelitian Tanah pada tahun 1981. Pada tahun 1990 mandat penelitian
Tanah dan Agroklimat (Puslittanak). Pada tahun 2001 mendapat mandat untuk
tanggal 1 maret 2006, dibentuk tiga balai dan satu lokasi penelitian, yang merupakan
unit pelaksana teknis dari Balai Besar Litbang SDLP. Balai-balai tersebut adalah
teknisi, dan tenaga administrasi dengan jumlah karyawan keseluruhan 322 orang.
9
Balai penelitian tanah dipimpin oleh seorang Kepala Balai (eselon III), yang struktur
2. Unit Fungsional, unit ini terdiri dari lima kelompok penelitian yang bertugas
kepala balai yang dibantu oleh subbag tata usaha, dan seksi-seksi, serta kelompok
KEPALA
BALAI
INSTALASI
LABORATORIUM KIMIA
SUBBAG TATA USAHA
SIE. PELAYANAN
SIE. JASA PELAYANAN
TEKNIK
PENELITIAN
yang disebut instalasi. laboratorium mendapat pengawasan dari atasan langsung yang
bertanggung jawab kepada kepala balai. Selain analisis rutin, laboratorium tanah juga
11
membantu proyek penelitian serta membantu pihak luar yang memerlukan data
tanaman, pupuk dan menganalisis air irigasi guna penelitian klasifikasi, evaluasi
Laboratorium Kimia terdiri atas ruang utama yang cukup luas, dilengkapi
dengan meja laboratorium dan ruang khusus, seperti: ruang timbang, ruang asam,
ruang pengukuran (instrument), dan ruang administrasi. Selain itu terdapat pula ruang
persiapan contoh.
1. Alat gelas, seperti: piala gelas, labu ukur, gelas ukur, labu Kjeldahl,
erlenmeyer, tabung reaksi, dan sebagainya dalam jumlah yang banyak tergantung
Autoanalizer.
Penyelesaian hasil analisis lebih dari 10.000 contoh tiap tahun merupakan
menimbulkan kesalahan.
1. Pengawasan Luar.
pengiriman contoh.
2. Pengawasan Dalam.
Kualitas hasil analisis yang akurat dihasilkan dari kerja uji silang (Cross Cheking
Working Group), yang diikoordinasikan oleh Balai Besar Litbang Sumber Daya
laboratorium di Indonesia. Balai Besar Litbang SDLP juga ikut dalam kelompok
uji silang internasional yaitu IPE (International Plant Exchange) dalam hal uji
silang tanaman, dan ISE (International Soil Exchange) untuk uji silang tanah yang
berpusat di Belanda.
kebutuhan pengguna.
13
menghasilkan data dan teknologi pengelolaan sumber daya tanah, proaktif dan
dinamis dalam menentukan dan mencari solusi tentang teknologi pengelolaan tanah,
data dan informasi sumber daya tanah. Menghasilkan teknologi pengelolaan tanah
serta data dan informasi tentang sumber daya tanah yang mudah diadopsi dan
BAB III
KEGIATAN DI LABORATORIUM
1. Tanah
Menurut Joofe dan Marbut (dua ahli ilmu tanah dari Amerika Serikat )
mereka mengatakan bahwa tanah adalah tubuh alam yang terbentuk dan berkembang
14
maupun organik yang kedalamannya beragam dan berbeda sifatnya dengan bahan
induk yang terletak di bawahnya dalam hal morfologi, komposisi kimia, sifat-sifat
yang terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air, dan udara yang
Tanah menurut Saeni (1989) merupakan suatu istilah yang digunakan untuk
menerangkan banyak zat yang ditemukan di atas permukaan bumi dan yang dapat
Definisi umum mengatakan bahwa tanah adalah kumpulan benda alam yang
mempunyai sifat-sifat sebagai hasil pengaruh integrasi dari iklim dan jasad hidup
terhadap batuan induk, dipengaruhi oleh relief atau bentuk wilayah dan jangka waktu
lamanya pembentukan. Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai
dominan dari bahan penyusun lainnya. Pada lapisan atas permukaan tanah akan di
jumpai bahan organik dalam jumlah yang relatif kecil, biasanya berkisar antara16 %.
15
Karena bahan mineral lebih dominan maka tanah tersebut digolongkan kepada tanah
anorganik.
Kadar bahan organik lebih dari 20 % merupakan angka untuk tanah organik
(Hardjowigeno, 1985).
Bahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batu-batuan. Oleh karena,
itu susunan mineral di dalam tanah berbeda-beda, sesuai dengan susunan mineral
(dari gunung berapi), batuan endapan dan batuan metamorfosa. Batuan vulkanis
Mineral seperti kwarsa dan lainnya yang disebut mineral primer tahan
terhadap pengaruh hancuran dan susunannya hampir tidak berubah dan tidak berbeda
dari batuan semula. Mineral-mineral lain seperti liat silikat dan oksida besi dibentuk
dari mineral lain yang tidak tahan terhadap gaya-gaya hancuran selama
ukuran-ukuran halus terdiri dari mineral sekunder. Dengan demikian ukuran butiran
16
1985).
Bahan demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad
mikro. Sebagai akibat itu berubah terus dan tidak mantap selalu harus diperbaharui
Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen,
fosfor, dan belerang. Bahan organik cenderung meningkatkan jumlah air yang dapat
ditahan dan jumlah air yang tersedia bagi tanaman, akhirnya bahan organik
merupakan sumber energi bagi jasad mikro, tanpa bahan organik semua kegiatan
biokimia terhenti. Hasil yang tahan pelapukan yang dibentuk oleh jasad mikro dan
diubah dari bahan aslinya secara menyeluruh disebut humus. Bahan ini biasanya
berwarna hitam atau coklat dan bersifat koloidal, mampu menahan air dan ion hara
melebihi kemampuan liat. Dengan demikian, adanya humus dalam tanah membantu
Tanah tersusun dari empat bahan utama, yaitu: bahan mineral, bahan organik,
air dan udara. Bahan penyusun tersebut jumlahnya masing-masing berbeda untuk
a. Bahan mineral.
Bahan mineral merupakan zat yang terbentuk di alam dengan sifat-sifat kimia
dan fisika yang berbeda. Bahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batu-
batuan. Oleh karena itu susunan mineral dalam tanah berbeda-beda sesuai dengan
Bahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batu-batuan, sesuai dengan
salah satu jenis batuan yang banyak mengandung unsur hara tanaman, sedangkan
berasal langsung dari batuan yang lapuk, umumnya terdapat dalam bentuk pasir dan
debu. Mineral sekunder merupakan mineral bentukan baur yang terbentuk saat
1987).
b. Bahan organik.
bahan organik kasar dari senyawa baru yang terbentuk dari hancuran bahan organik
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap sifat tanah dan kehidupan tanaman.
Bahan organik berperan sebagai pembentuk butir (granulator) dari bahan mineral
18
sehingga membuat tanah tersebut akan semakin gembur. Sumber unsur hara fosfor
(P), belerang (S), dan nitrogen (N) berguna meningkatkan daya tahan untuk menahan
tanah dan unsur hara, serta sumber energi utama bagi mikroorganisme (buckman dan
brady, 1987).
c. Air.
Air terdapat dalam tanah disebabkan karena adanya gaya adhesi, kohesi dan
gravitasi bumi. Berdasarkan gaya tersebut, maka air tanah dapat dibedakan menjadi :
1) Air hidroskopis, yaitu air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat
2) Air kapiler, yaitu air dalam tanah yang dipengaruhi oleh gaya kohesi (tarik
menarik antara butir air) dan adhesi yang kuat daripada gaya gravitasi bumi
(Hardjowigeno, 1987).
d. Udara.
Susunan udara dalam atmosfir berbeda dengan susunan udara didalam tanah,
3) Kandungan gas O2 dalam tanah lebih besar daripada di atmosfir akibat adanya
1987).
1. Persiapan Contoh
mengerjakan analisis tanah, kesalahan kerja pada waktu persiapan contoh akan
Contoh tanah yang baru datang dari lapang, disertai surat permintaan analisis
dihancurkan di atas nampan, bobot minimum contoh untuk dianalisis adalah 500
gram kering. Contoh yang memenuhi syarat diberi nomor kemudian dikeringkan
dalam oven berkipas angin pada suhu 40 oC selama 24 jam atau 23-35 oC dan dengan
kelembaban anatara 20-40 % (biasanya dua hari untuk tanah berkadar humus rendah).
Tanah yang sudah kering kemudian ditumbuk dalam lumpang porselin atau dengan
mesin penggiling, selanjutnya disaring agar didapatkan tanah halus dengan ukuran
Metode penetapan aktivitas ion hidrogen dalam tanah dapat dibagi dalam dua
20
golongan, yaitu cara kolorimetri dan cara elektrometri (Peech dalam Black, 1965
perubahan warnanya berhubungan dengan aktivitas ion hidrogen. Cara ini berguna
Ditetapkan dengan ekstrak air pada berbagai perbandingan tanah: air (1:1, 1:2,5
jerapan tanah, dan H+ dari hidrolisis Al3+ yang dikeluarkan dari jerapan. Biasanya
Dalam tanah pH merupakan suatu nilai yang sangat berguna. Misalnya secara
umum dapat dikatakan jika suatu tanah memiliki pH dibawah 4,0, maka dapat diduga
tersebut memiliki asam- basa bebas, seringkali merupakan oksida sulfida. Suatu pH
dibawah 5,5 menunjukan kemungkinan Al dapat ditukar dalam jumlah yang perlu
basa dari suatu tanah (Mc. Lean, 1982 dalam Suharjo 1990).
tanaman. Pada umumnya unsur mudah diserap pada pH netral, karena pada pH
tersebut unsur hara mudah larut dalam air. Pada pH asam unsur P tidak dapat diserap
tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Al. Sedangkan pada pH basa unsur P tidak
dapat diserap karena difiksasi oleh Ca. Pada tanah pH dapat menunjukan adanya
unsur-unsur beracun. Pada tanah-tanah masam banyak ditemukan ion- ion Al selain
yang memfiksasi unsur P juga bersifat racun bagi tanaman. Tanah-tanah rawa yang
sangat masam terdapat kandungan sulfat yang tinggi juga bersifat meracuni tanaman
(Hardjowigeno, 1987).
tanah masam, alumunium tanah diikat kuat dan kelarutannya dalam larutan tanah
ditentukan oleh pH, kelarutan Al akan terjadi pada pH kurang dari 5,0. Hambatan
pereaksi pengkompleks atau ion F-. Penetapan Al dapat ditukar (dd) menggunakan
Bila kation kation Al3+ yang terserap pada partikel liat diekstraksi dengan
larutan KCl 1 N maka akan terjadi pertukaran kation dan pembebasan ion Al3+ dan
ion H+. Selanjutnya ion H+ dan Al3+ dapat ditentukan dengan jalan titrasi larutan
jenuh dengan larutan baku NaOH sehingga terbentuk Al(OH)3 dan air. Penambahan
NaF pada larutan yang telah dititrasi akan mengubah senyawa Al(OH)3 manjadi
kompleks stabil dari fluoroaluminat dan akan mengeluarkan NaOH. Jumlah ion Al3+
yang dibebaskan setara dengan NaOH yang dikeluarkan. NaOH produk diketahui
dengan menitarnya memakai larutan HCl baku (Mc Lean, 1965 dalam mahfud 1990).
Untuk memenuhi kebutuhan tanaman empat sumber fosfor dan kalium utama
yaitu; 1. Pupuk buatan, 2. Pupuk kandang, 3. Sisa tanaman dan pupuk hijau, 4.
senyawa alamiah baik organik maupun anorganik dari kedua unsur tersebut yang ada
dalam tanah. Fosfor adalah bagian terpenting penyusun sel hidup, dalam tanah
berkisar antara 0,02-0,5 persen fosfor atau 0,12 persen P205. Fosfor terdapat
besi, alumunium dan mineral liat, 2. senyawa organik dalam bentuk sisasisa
tanaman atau binatang atau hasilhasil kegiatan mikroba. Konsentrasi fosfor tersedia
23
dalam larutan tanah umumnya rendah bila dibandingkan dengan unsur-unsur hara
dengan komponen tanah menjadi senyawa tidak larut/tidak tersedia. Fosfor diserap
tanaman dalam bentuk H2PO4- (ortoposfat primer), HPO42- (ortoposfat sekunder) dan
sedikit sekali P-organik yang larut dalam air (Soepartini, M. 1987). Ada dua macam
penetapan untuk menilai kadar P2O5. Kadar cadangan ditetapkan dengan ekstrak HCl
25 %, serta kadar tersedia ditetapkan dengan cara Olsen pada pH netral-basa atau cara
Pada dasarnya sebagian besar dari penetapan fosfor terdiri dari dua tahap,
tahap pertama yaitu pengekstraksian fosfat dengan beberapa macam pereaksi dan
yang kedua penetapan fosfor secara kuantitatif dari ekstrak-ekstrak tersebut. Begitu
nyala.
konsentrasi fosfor dalam larutan dan konsentrasi senyawa yang dapat mengganggu
penetapan itu sendiri. Olsen, Cole, Watanabe dan Dean pada tahun 1954
menganjurkan untuk memakai larutan NaHCO3 0,5 M pH 8,5 untuk tanah bereaksi
basa, NaHCO3 akan mengurangi aktivitas Ca2+ yang berarti memperbesar kelarutan
fosfat. Untuk tanah masam dan netral diperbesar daya larut fosfor yang berada dalam
bentuk Ca-P, fosfat kompleks adsorpsi digantikan oleh HCO3-, CO32-,dan OH-. Cara
24
penetapan fosfor dengan biru molibden sangat peka, oleh karena itu cara ini sangat
banyak digunakan, baik untuk ekstrak yang kandungan fosfornya rendah maupun
dan reduksi yang selektif akan membentuk warna biru, intensitas warna yang
dibentuk akan sebanding dengan fosfat yang terdapat dalam asam heteropoli tersebut,
dan warna biru yang terbentuk akan bertahan lebih kurang 24 jam (Black et. al.,
1965).
Dalam analisis fosfat tersebut dipergunakan metode Bray I dan II dan metode
Olsen untuk fosfor tersedia, sedangkan untuk fosfor dan kalium sebagai unsur
melebihi jumlah nitrogen tersebut, walaupun jumlah kalium dalam tanah terbatas.
Ketersediaan kalium diartikan sebagai kalium yang dapat dipertukarkan dan dapat
diserap oleh tanaman. Sehubungan dengan itu, maka ketersediaan sangat tergantung
K-tidak tersedia : K yang terikat pada bagian struktur mineral primer dan sekunder.
K-lambat tersedia : lambat laun dapat menjadi K-tersedia , 1-10 % dari K-total
K-langsung tersedia : bagian yang larut dan teradsorbsi pada permukaan koloid tanah
Dalam tanah terjadi keseimbangan antara tiga bentuk tersebut. Bila tanaman
menyerap K-langsung tersedia dan K-tidak tersedia akan membentuk atau mengisi
Ada dua macam penetapan untuk penilaian kadar K2O. kadar K potensial
bentuk kalium yang larut dalam larutan tanah karena adanya pertukaran oleh ion
H+.Terdapat dua macam penetapan untuk penilaian kadar K2O. Kadar cadangan
(Suharjo, 1990).
dan KTK. Menurut Soepartini (1978) bahwa nilai tukar kation atau kapasitas
ekivalen adalah suatu jumlah yang secara kimia setara dengan 1 gram Hidrogen.
Jumlah atom setiap satu ekivalen adalah 6,02 x 1023. dengan demikian 1 miliekivalen
26
setara dengan 1 mg Hidrogen dan terdiri dari 6,02 x 1020 atom Hidrogen. Bila tanah
mengandung 6,02 x 1020 muatan negatif. Dalam Taksonomi Tanah, semenjak tahun
1987, satuan me/100g diganti menjadi cmol (+)/ kg, dimana 1me/100g tanah = 1cmol
(+) / kg tanah.
(mgst) kation yang dapat diadsorpsi tiap 100 gram tanah kering mutlak (M. Sudjadi,
Reaksi tukar kation dalam tanah terjadi terutama di dekat permukaan liat yang
berukuran seperti koloid dan partikel-partikel humus yang disebut misel. Setiap misel
memiliki beribu-ribu muatan negatif yang kemudian dinetralisir oleh kation yang
Metode yang paling banyak dipakai dalam penetapan NTK ialah penjenuhan
Pertukaran kation dalam tanah terjadi karena adanya muatan negatif dari
tersebut terdiri dari kation pembentuk kebasaan (K+, Na+, Ca2+, Mg2+) serta kation
Hampir semua kation yang dapat diserap oleh liat dan humus dapat
mempengaruhi sifat kimia dan fisika tanah. Kation-kation itu adalah Ca2+, Mg2+, K+,
27
Na+,Al3+,dan H+, karena kation-kation itu mudah dipertukarkan maka dinamakan juga
kation-kation yang dapat dipertukarkan. Kejadian ini disebut pertukaran kation dan
Pada dasarnya kapasitas adsorpsi dapat dibagi dalam dua tahap, pada tahap
pertama kompleks koloid tanah dijenuhkan dengan suatu kation indeks hingga
seluruh kation yang dapat dipertukarkan dapat dikeluarkan dari kompleks jerapan
tanah. Pada tahap kedua, kation indeks yang jenuhkan koloid tanah ditukarkan secara
kuantitatif dengan kation lainnya, pertukaran ini dinyatakan dalam milligram setara
Besarnya Kapasitas Tukar Kation dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah itu
sendiri, yaitu:
a. pH tanah.
Kation.
b. Tekstur tanah
28
Harga KTK berbanding lurus dengan jumlah butir liat. Semakin banyak
jumlah liat makin tinggi harga KTK. Makin halus tekstur tanah makin besar
c. Jenis mineral
Jenis- jenis koloid memiliki muatan yang beragam oleh karena itu memiliki
d. Bahan Organik
Bahan Organik memiliki daya serap kation yang lebih besar daripada koloid
jumlah semua kation (kation basa dan kation asam) yang terdapat dalam kompleks
ditempati oleh basa- basa tukar dan 60 % ditempati oleh H + dan Al3+, sehingga pH
menjadi rendah. Kejenuhan Basa merupakan potensi ketersediaan hara dalam tanah.
Nilainya berkaitan dengan curah hujan, lokasi pada lahan, dan jenis mineral liat.
Daerah kering atau daerah lembab mempunyai Kejenuhan Basa lebih baik karena
6. Karbon Organik
Penetapan bahan organik berdasarkan oksidasi karbon, dua cara oksidasi yang
sering digunakan untuk penetapan ini adalah oksidasi basah dan oksidasi kering.
menggunakan kalium dikhromat dan asam sulfat pekat, pengukuran kepekatan bahan
organik dilakukan secara kolorimetri, oksidasi tersebut dikenal dengan nama metode
Kurmies.
M.Sudjadi, 1971).
sederhana, karena cara ini tidak mampu memisahkan antara kehilangan bobot organik
dan kehilangan CO2 dari senyawa karbon dan air, serta unsur-unsur hidroksil dari liat.
Unsur karbon dapat ditetapkan secara jumlah melalui pereaksi tertentu, kadar
C-organik ini dapat dinyatakan sebagai kadar baham organik yang dikalikan dengan
faktor Van Bemmelen, yaitu 1,724 atau 100/58. Penggunaan faktor ini didasarkan
pada anggapan bahwa bahan organik yang terkandung 58%. Studi terbaru Broadbent
Cara ini dikembangkan oleh Wakley dan Black (1934). Bahan organic
dioksidasi oleh Cr2O72- dalam suasana asam. Jumlah Cr2O72- yang tereduksi setara
Dalam tanah terdapat hubungan antara kadar bahan organik dan nitrogen
7. Nitrogen Total
31
Secara umum nitrogen terdapat dalam dua bentuk yaitu anorganik seperti
NO3, NO2, NO, dan gas N2 Sedangkan N-organik dalam tanah pada umumnya
tersedia, dan ketersediaan nitrogen tergantung pada banyaknya jumlah hara yang lain
(Soepartini, 1978). Bentuk nitrogen yang berarti bagi tanaman ialah bentuk NH4+,
NO3-. Pengaruh nitrogen paada tanaman sangat jelas dan cepat. Tumbuhan yang
diberi nitrogen menghasilkan daun-daun yang lebar dengan warna hijau tua. Hal ini
dengan tidak menyadari kerugiannya. Sebagai contoh tanaman padi, maka jika terlalu
banyak pupuk nitrogen yang ditambahkan tanaman tersebut akan mudah roboh
(Soepartini, 1978).
Sebagian besar nitrogen dalam tanah didapatkan dalam bentuk organik, dan
hanya sedikit dari nitrogen tanah terdapat dalam bentuk ammonium dan nitrat yang
Dua cara penetapan nitrogen total yang sering digunakan yaitu cara Kjeldahl
dan cara Dumas. Cara Kjeldahl yang digunakan biasanya cara makro, mikro, atau
ultra mikro. Pada dasarnya cara Kjeldahl adalah pengabuan basah dengan H 2SO4
sehingga terbentuk N diubah ke bentuk NH4+ yana dapat diukur, sedangkan cara
8. Tekstur Tanah
besar butir primer, kelompok ukuran butir tersebut adalah pasir 2mm50 ,
Fraksi pasir dan debu mempunyai aktivitas permukaan yang rendah sehingga
secara fisik dan kimia dapat dikatakan tidak aktif. Fraksi liat menetukan kapasitas
menahan air dan Nilai Tukar Kation. Penetapan tekstur yang dilakukan di
debu, dan liat ditetapkan secara gravimetri. Dalam penetapan ini mula-mula bahan
organik dioksidasikan dan garam yang mudah larut dihilangkan dari tanah. Setelah itu
baru pasir dipisahkan dengan pengayakan basah, debu dan liat dipisahkan dengan
Penetapan kelas tekstur secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu: penetapan
kasar di lapangan dapat ditentukan dengan memijat tanah diantara jari-jari sambil
dirasakan halus kasarnya, seperti adanya butir-butir pasir, debu, dan liat. Penetapan di
berdasarkan hukum Stoke yang menyangkut kecepatan alir dari butiran berbentuk
bola dalam suatu cairan. Penetapan tekstur tanah yang biasa dilakukan di
laboratorium ialah dengan cara pemipetan dan cara hidrometer (Suharjo, 1990 ).
9. Kadar Air
33
Kadar air dapat ditetapkan dengan cara yang paling umum digunakan yaitu
pengeringan pada suhu 105C, karena ini lebih murah dan mudah dilaksanakan
penguapan dengan infra merah, Aufhauser, Karl Fischer, Xylol (dengan pelarut yang
tanah. Tanah- tanah yang lembab tentunya banyak mengandung air sehingga jumlah
tanah yang dianalisis relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan tanah yang kurang
(Adhi, 1978).
Tanah kering oven digunakan sebagai dasar untuk menunjukan kandungan air
dalam tanah. Tanah yang lembab banyak mengandung air, sehingga tanah yang
C. Alat Instrumen
1. pH meter
Elektroda referensi
Poros salt-bridge
Elektroda gelas
Membran gelas
larutan contoh. Elektroda tunggal hanya memiliki salah satu fungsi pengukuran
tersebut, sedangkan pada elektroda kombinasi kedua fungsi pengukuran ada dalam
2. Spektrofotometri
Lambert-Beer, bahwa jika suatu cahaya monokromator melalui suatu media yang
yang menggantikan faktor ketajaman mata dengan sel fotolistrik yang secara
langsung mengukur intensitas dari cahaya yang dipancarkan dan secara tidak
langsung cahaya yang diadsorbsi. Jadi tergantung pada warna dari benda (larutan)
(Krisnandi I, 2004).
emisi atau absorbsi radiasi yang merupakan sifat khas dari perubahan energi tertentu
dalam suatu molekul atau atom. Perubahan energi ini berupa tingkatan energi
menganggap radiasi sebagai suatu arus dari paket-paket energi yang disebut foton
atau kuantum yang bergerak dalam ruang pada kecepatan tetap c (c =2,998 x 10 8 ms-1
dalam ruang hampa). Hubungan antara energi foton (E) dengan frekuensi (V) oleh
E = h.v =
h.c/
Dimana :
H adalah tetapan planck ( 6,6 x 10-34 Js ) dan adalah panjang gelombang. Bila suatu
substansi diradiasi dengan radiasi elektromagnet, energi dari foton dapat dipindahkan
ke atom atau molekul sehingga mengubah tingkatnya dari ground state ke exited
state (tereksitasi). Proses ini dikenal sebagai absorbsi, disertai pelemahan radiasi pada
frekuensi tertentu dan hanya akan terjadi bila perbedaan energi ( E) kedua tingkatan
itu sama tepat dengan energi dari foton (hv). Energi yang diserap dengan cepat
sehingga sistem kembali ground state . Kadang kala energi tidak hilang seperti ini,
tapi diemisikan kembali beberapa milidetik kemudian, proses ini dikenal sebagai
fluorosensi. Dengan memanaskan bahan hingga suhu tinggi pada nyala, sebagai
energi kinetik digunakan untuk mengeksitasi atom ke tingkat energi lebih tinggi.
37
Atom tereksitasi kembali ke tingkat energi lebih tinggi. Atom tereksitasi kembali ke
tingkat asal sambil memancarkan emisi spontan dengan frekuensi (v) yang sesuai
merupakan fungsi dari konsentrasi substansi dan ketebalan media. Radiasi yang
diteruskan (T: transmittance). Didefinisikan sebagai rasio dari intensitas radiasi yang
tidak diserap (I) dengan intensitas awal (Io), jadi T = I / Io. Absorbansi (A) atau
tranmittansi, A = log 1/T = log Io/I = Cl, yang dikenal sebagai Hukum Lambert-
Beer. Dimana adalah tetapan yang disebut koefisien absorbsivitas molar (absobansi
larutan 1 M dalam 1 cm sel), C adalah konsentrasi zat yang diukur dan l adalah
ketebalan media. Jadi A berbanding lurus dengan konsentrasi zat yang akan diukur.
Transmittansi adalah 100 T dan persen absobansi adalah !00 (1-T). Hukum ini
dikarenakan noise dari sirkuit pengatur pada absorbansi rendah, sedangkan radiasi
38
yang sangat sedikit mencapai detektor pada absorpsi tinggi memerlukan penguatan
besar.
monokromator, sel tempat larutan contoh, detektor, penguat tegangan, dan alat
pembaca.
Display
Sumber
Monokromator Larutan Detektor Penguat Rekorder
Radiasi
contoh Tegangan Printer
Sumber radiasi harus memberikan energi radian yang cukup meliputi daerah
panjang gelombang yang diukur dan memberikan intensitas cahaya yang konstan
daerah ultraviolet (di bawah 360 nm) dan lampu filament, biasanya Tungsten
frekuensi yang terpilih sesuai dengan transisi energi sampel yang sedang diperiksa.
Untuk keperluan ini dapat digunakan fotometri filter, optik prisma atau grating
difraksi yang dikombinasikan dengan slit, cermin , dan lensa. Grating adalah gelas
yang permukaannya dibuat celah-celah paralel dengan ketelitian tinggi dan dilapisi
39
oleh alumunium. Detektor harus membangkitkan sinyal yang sesuai dengan intensitas
monokromatik dari sumber dibagi dua dengan intensitas yang sama. Berkas yang satu
melewati contoh dan lainnya melalui referensi. Fasilitas ini memberikan koreksi dari
Vis. Perbedaannya hanya terletak pada sampel dan sumber radiasi. Pada SSA sampel
berupa atom dan sumber radiasi menggunakan lampu katoda cekung yang
Apabila radiasi yang karakteristik dari transisi elektronik pada orbit terluar
atom unsur tertentu melewati uap atom unsur tersebut, maka sebagian radiasi akan
diserap. Radiasi terserap akan mengeksitasi elektron dari ground state yang ada
dalam uap atom. Perubahan energi yang terlibat sesuai dengan radiasi UV dan visible
medan spektrum. Oleh karena hanya atom dalam kondisi ground state yang
memberikan respon dalam cara ini, kondisi penguapan dan dekomposisi contoh harus
menghindari ionisasi. Hal ini dicapai dengan nyala panas yang tidak melebihi
30000K.
40
Radiasi dari lampu katoda melewati nyala burner yang dibentuk dari
campuran gas dan contoh aerosol melalui nebulizer dan spray chamber, ditangkap
oleh detektor, sinyal dikuatkan oleh amplifer dan kemudian dibaca oleh meter,
recorder atau printer. Sumber radiasi lampu deuterium digunakan untuk back ground
correctrion. Monokromator mengisolasi garis emisi tertentu dari banyak emisi garis
membandingkan intensitas radiasi lampu katoda yang mancapai detektor dengan dan
Intensitas radiasi yang dilepas oleh atom yang tereksitasi oleh nyala dan kemudian
Amplifier
Spray Chamber
Fuel Nebulizer
Komputer
Sampel
41
5. Auto Analyzer
dicampur jadi satu, diaduk dalam manifold dan kemudian dialirkan ke dalam sel
atau printer. Keunggulan autoanalizer adalah lebih cepat, hemat tenaga, dan hasil
pengukuran lebih konsisten. Waktu pencampuran pereaksi dengan setiap contoh dan
deret standar tepat sama. Hal ini penting terutama pada pembentukan warna dengan
Recorder
pompa
kolorimeter 1.0 pencuci
0.8
manifold 1.2 udara Sampler
tartrat
0.16 contoh
370C 0.8
0.42 air
fenol
0.23 hipoklorit
1.0
42
Contoh 45 dt
Pencuci 15 dt
Buangan cair
Buangan udara
6. Flamefotometer.
Bila suatu atom terkena energi panas, elektron kulit luar akan mengalami
keadaan tersebut tidak mantap, elektron tersebut akan kembali kelintas semula
1. Persiapan contoh
a. Pencatatan contoh
Contoh dari lapangan yang disertai dengan surat permintaan analisis yang
berisi daftar contoh dan jenis analisis yang diperlukan, diterima oleh administrasi
laboratorium. Dalam buku administrasi dicatat nomor permintaan analisis, jumlah dan
nomor contoh. Untuk setiap contoh dibuat nomor laboratorium yang ditulis pula pada
label karton. Administrasi laboratorium juga membuat laporan hasil analisis yang
telah selesai dikerjakan. Surat permintaan dan daftar hasil analisis didokumentasikan.
b. Pengeringan
kertas.
2) Akar akar atau sisa tanaman segar, kerikil dan kotoran lain dibuang.
dari sinar matahari atau dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 40 oC.
c. Penumbukan / pengayakan
Contoh kering udara dibawa ke rung tumbuk dan disusun di atas meja sesuai
dengan nomor seri, nomor urut dan nomor laboratorium ditulis pada kantong plastik,
sedangkan pada botol contoh hanya ditulis nomor seri dan nomor urut contoh. Contoh
contoh yang sudah disiapkan dimasukkan ke dalam plastik. Tanah di dalam kantong
plastik dimasukkan ke dalam botol contoh dengan nomor yang sama. Hati hati agar
Contoh contoh tanah dengan ukuran partikel < 2 mm dan < 0,5 mm
1). Contoh ditumbuk pada lumpang porselen atau mesin giling untuk tanah
3). Contoh < 0,5 mm diambil dari contoh < 2 mm, digerus atau digiling dan
d. Penyimpanan
Contoh yang akan dianalisis di simpan di ruang contoh yang dekat dengan
contoh untuk jangka waktu tertentu agar memudahkan bila diperlukan pengulangan
analisis.
2. Metode Analisis
Dasar
Contoh tanah dipanaskan pada suhu 105 oC untuk menghilangkan air. Kadar air
contoh diketahui dari perbedaaan bobot contoh sebelum dan sesudah dikeringkan.
2.Pinggan Alumunium.
4.Oven.
5.Eksikator.
Reaksi
Cara Kerja
1. Ditimbang 5 gram contoh tanah kering udara dalam pinggan aluminium yang
eksikator.
4. Setelah dingin, contoh ditimbang dan bobot yang hilang adalah bobot air.
Perhitungan
Kehilangan bobot
Kadar Air ( % ) = 100 %
Bobot contoh
100
Faktor koreksi ( Fk ) =
100 % air
Dasar
oleh alat dan konversi dalam skala pH. Elektroda gelas merupakan elektroda
elektroda yang sudah terdiri dari elektroda pembanding dan elektroda gelas
cadangan.
47
Alat :
1. Neraca analitik ketelitian dua desimal.
3. Mesin pengocok.
5. pH-meter.
Bahan :
2. Larutan KCl 1 M.
Dilarutkan 74,5 gram KCl murni dengan air demin hingga 1 liter.
Reaksi
H
+ H2O H+ + Al
Al
H
+ KCl H+ + Al3+ + Cl- + K
Al
Cara Kerja
3. Ditambahkan 50 ml air bebas ion ke botol yang satu untuk pH H2O dan 50 ml
Dasar
Kemasaman dapat ditukar terdiri dari Al3+ dan H+ pada koloid tanah. Al3+ dan H+
ini dapat ditukar oleh K+ dari pengekstrak KCl 1 M. Al3+ dan H+ dalam larutan
dapat dititar dengan larutan NaOH baku, yang akan menghasilkan endapan
Al(OH)3 dan air. Untuk penetapan Aldd, Al(OH)3 bereaksi dengan NaF yang akan
Alat :
2. Buret 50 ml.
3. Mesin kocok.
6. Dispenser 50 ml.
7. Pipet 50 ml.
Bahan :
1. KCl 1 M.
Dilarutkan 74,5 gram KCl p.a dengan 1 liter air bebas ion, kemudian
Indikator PP.
3. NaF 4 %.
Dilarutkan 40 gram NaF dengan air bebas ion dalam labu ukur 1 liter,
Dipipet 20 ml NaOH 1N, diencerkan dengan air bebas ion dalam labu ukur 1
Dipipet 20 ml HCl 1 N, diencerkan dan diimpitkan dengan air bebas ion dalam
Reaksi
Al
+ KCl K+ + H+ + Cl- + Al3+
H
Al-Tukar (T2)
PP
Al(OH)3 + 6 NaF Na3AlF6 + 3 NaOH
PP
NaOH + HCl NaCl + H2O
Cara Kerja
2. Ditambahkan 50 ml KCl 1 N.
11.Dikerjakan blanko.
Perhitungan:
Dasar
52
mendekati kadar P dan Ktotal. Ion fosfat dalam ekstrak akan bereaksi dengan
Alat :
3. Mesin kocok.
4. Alat pemusing.
5. Tabung reaksi.
6. Dispenser 10 ml.
7. Spektrofotometer
8. Flamefotometer.
Bahan :
1. HCl. 25%.
Encerkan 675,68 ml HCl pekat (37 %) dengan air bebas ion menjadi 1 liter.
53
3. Pereaksi P pekat.
Larutkan 12 g (NH4)6Mo7O24 .4 H2O dengan 100 ml air bebas ion dalam labu
4. Pereaksi pewarna P.
Pipet 50 ml standar induk PO4 1000 ppm Titrisol kedalam labu 250 ml.
Impitkan dengan air bebas ion sampai dengan tanda garis labu kocok.
Pipet 50 ml dari standar induk 1000 ppm K ke dalam labu ukur 250 ml.
impitkan dengan air bebas ion sampai dengan tanda garis kocok.
labu ukur 100 ml. masing-masing ditambah 5 ml HCl 25 % dan air bebas ion
ukur 100 ml. masing-masing ditambah HCl 25 % dan air bebas ion hingga
Reaksi
1) Fosfor
Ca-P
Al-P + HCl PO43- + Al3+ + Ca2+ + Fe3+ + Cl-
Fe-P
2) Kalium
K+Cl- KCl K K + K+ + e
Ion molekul atom tereksitasi Ion
Cara Kerja
Ditimbang 2,00 gram contoh tanah ukuran 2 mm, dimasukkan ke dalam botol
dipusingkan.
Dipipet 0,5 ml ekstrak jernih contoh, ditambahkan 9,5 ml air bebas ion
(pengenceran 20 kali) dan dikocok. Dipipet 0,5 ml larutan encer dan deret
ditambahkan 0,5 ml larutan pereaksi pewarna P dan 4,5 ml air bebas ion. Lalu
55
Untuk Kalium ekstrak encer contoh dan deret standar kalium diukur langsung
Perhitungan:
Dasar
Fosfat dalam suasana asam akan diikat sebagai senyawa Fe,Al-Fosfat yang sukar
larut. NH4F yang terkandung dalam pengekstrak Bray akan membentuk senyawa
56
rangkai dengan Fe dan Al dan membebaskan ion PO43-. Pengekstrak ini biasanya
Alat :
2. Dispenser20 ml.
3. Tabung reaksi.
4. Pipet 1 ml.
5. Kertas saring.
7. Mesin pengocok.
8. Spektrofotometer (U-2001).
Bahan :
1. HCl 5 N.
57
Sebanyak 416 ml HCl p.a. pekat (37 %) dimasukan ke dalam labu ukur 1000
ml yang telah berisi sekitar 400 ml air bebas ion, kocok dan biarkan menjadi
2. Pereaksi P pekat.
Larutkan 12 g (NH4)6Mo7O24. 4 H2O dengan 100 ml air bebas ion dalam labu
3. Pereaksi pewarna P.
Pipet 10 ml larutan standar induk 1000 ppm PO 4 ke dalam labu 100 ml.
impitkan dengan pengekstrak bray sampai dengan tanda garis labu ukur.
Timbang 1,11 g hablur NH4F, dilarutkan dengan lebih kurang 600 ml air bebas
dalam ukur 100 ml, diencerkan dengan pengekstrak bray 1 hingga 100 ml.
Reaksi
Fe-P
58
Cara Kerja
5 menit.
Perhitungan
Dasar
Fosfat dalam suasana netral / alkalin, dalam tanah akan terikat sebagai Ca, Mg,
dibebaskan kedalam larutan. Pengekstrak ini juga dapat digunakan untuk tanah
masam. Fosfat pada tanah masam terikat sebagai Fe, Al-Fosfat. Penambahan
sehingga fosfat dibebaskan. Pengekstrak ini biasanya untuk tanah ber-pH > 5,5.
Alat :
2. Dispenser 20 ml
3. Tabung reaksi
4. Pipet 1 ml
7. Mesin kocok
60
8. Spektrofotometer
Bahan :
1. Pengekstrak Olsen.
Larutkan 42,0 g NaHCO3 dengan air bebas ion menjadi 1 liter, pH larutan
2. Pereaksi P pekat.
Larutkan 12 g (NH4)6Mo7O24. 4 H2O dengan 100 ml air bebas ion dalam labu
3. Pereaksi pewarna P.
Pipet 10 ml larutan standar induk 1000 ppm PO4 ke dalam labu 100 ml.
impitkan dengan pengekstrak olsen sampai dengan tanda garis labu ukur.
ke dalam labu ukur 100 ml, diencerkan dengan pengekstrak olsenhingga 100
ml
Reaksi:
Ca-P
+ NaHCO3 PO43- + H2O + CO2 + Na+ + Ca2+ + Mg2+
Mg-P
61
Cara Kerja
dibiarkan 30 menit.
Perhitungan
Dasar
Koloid tanah (mineral liat dan humus) bermuatan negatif sehingga dapat
menyerap kation-kation. Kation-kation dapat ditukar (dd) (Ca2+, Mg2+, K+, dan
62
CH3COONH4 1M, pH 7,0 sehingga dapat diukur (Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+ ) dan
Kation (KTK) tanah, kelebihan kation penukar dicuci dengan alkohol 96%. NH 4+
yang terjerap diganti dengan kation Na+ dari larutan NaCl, sehingga dapat diukur
NH4+ ( KTK ) dan ditetapkan secara kolorimetri dengan metode biru indofenol.
Alat :
2. Tabung reaksi.
5. Auto Analyzer.
6. Flamefotometer.
7. SSA.
Bahan :
Timbang 77,08 g serbuk NH4-asetat p.a. masukan ke dalam labu ukur 1 liter.
Kemudian tambahkan air bebasion hingga serbuk melarut dan tepatkan 1 liter.
2. NaCl 10 %.
63
Timbang 100 g NaCl, kemudian larutkan dengan air bebas ion. Tambahkan
5. Larutan fenolat.
Ditimbang 56,3 gram serbuk NaOH p.a dan dilarutkan dengan kira-kira 500 ml
air bebas ion secara perlahan sambil diaduk. Setelah dingin ditambahkan 137
gram serbuk Fenol, kemudian diencerkan dengan air bebas ion dan diipitkan
Ditimbang 50 gram serbuk NaOH p.a, dilarutkan dengan sekitar 500 ml air
bebas ion. Setelah dingin ditambahkan 14 gram NaH2PO4, 50 gram KNa-tartrat
dan 2 ml larutan Brij kemudian diaduk hingga larut. Diimpitkan dengan air
bebas ion sampai tepat 1 liter.
7. Natrium Hipoklorit (NaOCl) 5 %.
8. Etanol 96 %.
9. Standar 0 (blanko).
64
14. Standar campur (200 ppm K,100 ppm Na,50 ppm Mg,250 ppm Ca)
Dipipet masing-masing :
Ditimbang 16,5 g serbuk (NH4)2SO4 p.a ke dalam labu ukur 100 ml. larutkan
Dipipet standar 2500 m.e NH4+ /l sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu
NaCl 10 %. Dengan cara yang sama, tapi tanpa pemipetan larutan standar
dibuat standar 0.
ml.
Reaksi
Ca
Mg
k.a. + CH3COONH4 k.a. NH4 + Ca2+ + Mg2+ + K+ Na+
K + CH3COO-
Na
Cara Kerja
1. Ditimbang 2,5 gram contoh tanah dicampur dengan 10 gram pasir kuarsa.
dengan filter pulp dan pasir kuarsa 2,5 gram terlebih dahulu dan lapisan atas
3. Disiapkan pula blanko dengan pengerjaan seperti contoh, tapi tanpa contoh
tanah.
asetat pH 7,0 untuk pengukuran Kation (dd) : Ca, Mg, K,dan Na.
diperlukan.
8. Sisa etanol dalam tabung perkolasi dibuang dengan pompa hisap dari bawah
%. Filtrat ini digunakan untuk pengukuran KTK dengan cara destilasi atau
kolorimetri.
Perkolat amonium asetat dan deret standar K, Na, Ca, dan Mg masing-masing
Lanthan encer 1250 ppm. Diukur dengan SSA (untuk Ca dan Mg) dan
pembanding.
Perhitungan
Keterangan :
ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar
deret standar dan contoh ke dalam tempat khusus untuk pengukuran setelah Auto
Analyzer dinyalakan.
Perhitungan
Dasar
Karbon sebagai senyawa organik dalam tanah dioksidasikan menjadi CO2 oleh
K2Cr2O7 berlebihan dalam suasana asam. Reaksi oksidasi akan berlangsung cepat
dengan adanya kalor yang ditimbulkan ketika H2SO4 pekat ditambahkan kedalam
kromat (Cr3+) yang berwarna hijau. Warna hijau dari senyawa kromat setara
Alat :
2. Pipet Volume 5 ml
5. Spektrofotometer
Bahan :
2. Kalium dikromat 1 N.
Dilarutkan 98,1 gram K2Cr2O7 sedikit demi sedikit dengan 600 ml air bebas
3. Glukosa p.a.
Dilarutkan 12, 510 gram glukosa dalam air bebas ion dalam labu ukur 1 l dan
diimpitkan, dikocok.
Reaksi
Cara kerja.
70
selama 30 menit.
Perhitungan
Dasar
Nitrogen dalam tanah diubah menjadi bentuk (NH4)2SO4 dengan cara destruksi
basah menggunakan H2SO4 pekat sebagai pendekstruksi dan selen sebagai katalis,
kemudian NH4 dalam bentuk ekstrak diukur secara kolorimetri dengan pereaksi
Alat :
2. Tabung kimia.
3. Labu semprot.
6. Pengocok tabung.
Bahan :
1. Standar 0
0,5 gram campuran selen + 2,5 ml H2SO4 pekat diekstrak (perlakuan sama
Ditimbang 50 gram serbuk NaOH p.a, dilarutkan dengan sekitar 500 ml air
bebas ion. Setelah dingin ditambahkan 14 gram NaH2PO4, 50 gram KNa-
tartrat dan 2 ml larutan Brij kemudian diaduk hingga larut. Diimpitkan
dengan air bebas ion sampai tepat 1 liter.
3. Larutan fenolat.
Ditimbang 56,3 gram serbuk NaOH p.a dan dilarutkan dengan kira-kira 500
ml air bebas ion secara perlahan sambil diaduk. Setelah dingin ditambahkan
72
137 gram serbuk Fenol, kemudian diencerkan dengan air bebas ion dan
dilarutkan dengan air sampai separuh labu, diimpitkan dengan air dan
dikocok.
Dipipet 10 ml standar induk 1000 ppm N ke dalam labu ukur 100 ml dan
standar ini memiliki kepekatan 0; 10; 20; 40; 60; 80; 100ppm
kemudian dihaluskan.
Reaksi
73
Cara kerja
digest.
Perhitungan
10000
Keterangan :
74
fp = Faktor pengenceran.
Penetapan Tekstur.
Dasar
Bahan organik dioksidasi dengan H2O2 dan garam-garam yang mudah larut
dihilangkan dari tanah dengan HCl sambil dipanaskan. Bahan yang tersisa adalah
mineral yang terdiri dari pasir, debu, dan liat. Pasir dapat dipisahkan dengan cara
pengayakan basah, sedangkan debu dan liat dipisahkan dengan cara pengendapan
Alat :
Bahan
1. Neraca :
analitik ketelitian dua desimal. 6. Pinggan alumunium.
1. H2O2 30 %
2. H2O2 10 %.
3. HCl 2 N.
Diencerkan 170 mL HCl 37 % teknis dengan air bebas ion dan diimpitkan
4. Larutan Na4P2O7 4 %.
Dilarutkan 40 gram Na2P2O7 10 H2O dengan air bebas ion dan diimpitkan
Reaksi :
Cara Kerja
ml.
5. Angkat, setelah dingin diencerkan dengan bebas ion menjadi 700 ml.
76
peptisator Na4P2O7 4 %.
1) Pemisahan Pasir
Suspensi tanah yang telah diberi peptisator diayak dengan ayakan 50 mikron
sambil dicuci sengan air bebas ion. Filtrat ditampung dalam tabung silinder 500
ml untuk pemisahan debu dan liat. Butiran yang tertahan ayakan dipindahkan ke
dalam pinggan alumunium yang telah diketahui bobotnya dengan air bebas ion
Filtrat dalam tabung silinder diencerkan menjadi 500 ml, diaduk selama 1 menit
gram).
Untuk pemisahan liat diaduk lagi selama 1 menit lalu dibiarkan selama 3,5 jam
pada suhu kamar. Suspensi liat dipipet sebanyak 20 ml pada kedalaman 5,2 cm
liat dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 C, didinginkan dalam eksikator
Perhitungan
% Pasir = A x 100%
A + 25 (B-0,0095)
Keterangan :
A = berat pasir
BAB IV
78
Hasil analisis tanah sebanyak tiga contoh yang berasal dari Alor, Bali dan
Contoh
No Jenis penetapan Satuan
A B C
1. pH :
a. H2O - 5,7 7,2 5,1
b. KCl - 4,9 6,3 4,2
2. Kemasaman dapat
ditukar (KCl 1N) :
a. Al3+ cmol(+)/kg 0,00 0,00 1,29
+
b. H cmol(+)/kg 0,13 0,06 0,20
3. P dan K (potensial)
ekstrak HCl 25% :
a. P2O5 mg/100g 53 129 33
b. K2O mg/100g 25 231 4
4. P tersedia :
a. Olsen P2O5 ppm 22 98 32
b. Bray P2O5 ppm - - 18
5. Nilai Tukar Kation
(NH4-Ac 1M pH 7) :
a. Ca cmol(+)/kg 18,83 22,20 2,44
b. Mg cmol(+)/kg 8,2 6,49 0,48
c. K cmol(+)/kg 0,98 3,46 0,08
d. Na cmol(+)/kg 0,08 0,11 0,04
Jumlah cmol(+)/kg 27, 26 32,26 3,04
Kapasitas Tukar Kation cmol(+)/kg 38,12 26,30 6,79
6. Bahan Organik :
a. C-Organik % 5,65 1,74 1,57
(Walkley & Black)
b. N-Organik (kjeldahl) % 0,50 0,18 0,11
C/N - 11 10 14
7. Tekstur :
a. Pasir % 8 61 28
b. Debu % 16 12 42
c. Liat % 76 27 30
*>100 Terdapat kation-kation bebas disamping kation dapat ditukar
Daftar Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah dapat dilihat pada lampiran 1.
B. Pembahasan
Pada daftar hasil analisis pH H2O dan pH KCl contoh A,B dan C berturut-
turut (5,7; 4,9),(7,2; 6,2), (5,1; 4,2) didapatkan pH cadangan (KCl) selalu lebih
rendah dibandingkan pH aktif (H2O). Hal ini disebabkan oleh adanya ion Al3+ yang
terikat pada koloid tanah bereaksi dengan KCl dan melepaskan ion Al3+ dan dengan
adanya air akan terhidrolisis membentuk Al(OH)3 sambil melepas ion H+, sehingga
analisis tanah (lampiran 1) sebagai berikut, contoh A dengan pH 5,7 termasuk dalam
kategori agak masam, contoh C dengan pH 5,1, termasuk tanah masam, sedangkan
contoh B dengan pH 7,2 termasuk tanah netral. Nilai pH ini sangat erat hubungannya
80
dengan Al-dd, Kejenuhan Basa (KB) dan Bahan organik. Jika pH rendah pada
umumnya nilai Al-dd tinggi, begitupun sebaliknya. Hal ini disebabkan karena ion H+
terjerap dalam ion Al3+ pada tanah. Nilai ion Al3+ yang terikat pada koloid tanah
bereaksi dengan KCl sehingga melepaskan ion Al3+ dan dengan adanya air akan
oleh bahan organik, semakin tinggi kadar bahan organik pada umumnya pH semakin
rendah, begitupun sebaliknya. Hal ini terlihat pada contoh A bila dibandingkan
dengan contoh C, seharusnya pH contoh A bersifat basa karena memiliki Al-dd yang
rendah yaitu 0,00 cmol(+)/kg serta KB yang cukup tinggi yaitu 72 % akan tetapi sifat
tanah dari contoh A bersifat agak masam berdasarkan tabel penilaian angka-angka
hasil analisa tanah (lampiran 1). Hal ini disebabkan kadar dari bahan organiknya lebih
tinggi dari contoh C, yaitu Pada contoh A kadar C-organik sebesar 5, 65 % dan N-
organik sebesar 0,50% sedangkan pada contoh C untuk kadar C-organik sebesar 1,57
% dan kadar N-organik sebesar 0,11%. Sehingga pada contoh C dengan Al-dd yang
yang lebih rendah yaitu 1,57 %, 0,18% di dapat pH 5,1 sedangkan contoh A pH
bernilai 5,7. Lain halnya pada contoh B, pH yang didapat netral yaitu 7,2. Hal ini
terjadi karena pada contoh tersebut memiliki kadar bahan organik yang rendah
dibanding contoh A , yaitu 1,74 % untuk kadar C-organik dan 0,18 untuk kadar N-
81
organik. Contoh B ini memiliki nilai Al-dd yang rendah yaitu 0,00 cmol(+)/kg, akan
tetapi dengan KB yang tinggi yaitu >100 %. Jika dilihat dari nilai Al-dd yang rendah
akan didapatkan nilai pH yang tinggi (Basa). Akan tetapi hal ini dapat diimbangi
dengan nilai KB yang tinggi dan kadar bahan organik yang rendah sehingga dari
kemasaman tanah yang menunjukkan bahwa semakin masam tanah maka semakin
kecil kandungan fosfor karena pada tanah masam unsur P akan diikat oleh unsur Al
dan Fe, sehingga hanya sebagian kecil fosfor dalam bentuk fosfat yang dapat diserap
untuk tumbuhan. Begitu juga pada tanah basa unsur P akan diikat oleh unsur Ca dan
Mg, sehingga unsur P yang dapat diserap oleh tanaman semakin sedikit. Oleh karena
itu untuk mengetahui kadar fosfor yang tersedia bagi tanaman dalam tanah terbagi
dalam dua cara yaitu cara Bray untuk tanah yang ber-pH<5,5 dan cara Olsen untuk
tanah pH >5,5. Perbedaan dari cara Bray dan Olsen adalah dari pengekstraknya. Jika
Bray menggunakan pengekstrak dalam suasana asam yaitu NH4F, sedangkan Olsen
menggunakan pengekstrak dalam suasana basa. Hal ini dilakukan karena Al dan Fe
larut pada suasana asam sehingga unsur fosfor dibebaskan. Pada suasana basa unsur
Ca dan Mg pun larut sehingga fosfor dalam tanah dibebaskan dan kadarnya dapat
besar daripada fospor tersedia dengan ekstrak cara Bray maupun Olsen. Dari data
analisis menunjukan bahwa contoh A, B dan C memiliki nilai Fosfor cadangan dan
fosfor tersedia berturut-turut sebagai berikut (contoh A: 530 ppm:22 ppm, 1290
ppm:98 ppm, 330 ppm:32 ppm (Olsen) dan 18 ppm (Bray)). Begitupun pada hasil
analisis kalium, Pada umumnya hasil analisis kalium dengan ekstrak HCl 25 % (K-
cadangan) akan selalu lebih besar dari K-dd (NTK), data menunjukkan nilai K-
cadangan pada contoh A, B dan C adalah 25 cmol(+), 231 cmol(+) dan 4 cmol(+)
lebih besar dari nilai K-dd pada contoh A, B dan C yaitu 0,48 cmol/kg, 3,46 cmol/kg
dan 0,08 cmol/kg. Baik pada unsur fosfor maupun kalium hal ini disebabkan karena
ikatan fosfor atau kalium dalam tanah mudah diputus dengan HCl sebagai
pengekstrak yang lebih kuat untuk memutuskan ikatan fosfor dan kalium, sehingga
pada pengekstrak Bray, olsen ataupun K-dd, ikatan fosfor dan kalium yang
dibebaskan sifat ikatannya cukup lemah, karena termasuk fosfor dan kalium yang
Hasil analisis jumlah NTK pada contoh A, B dan C, yaitu 27,26 cmol(+)/kg;
32,26 cmol(+)/kg; 3,04 cmol(+)/kg. Data ini menunjukkan hubungan yang erat
dengan tingkat kemasaman, karena pada umumnya semakin rendah pH tanah maka
semakin rendah pula nilai NTK-nya. Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia
tanah yang berhubungan dengan kesuburan tanah. Tanah yang memiliki nilai KTK
83
tinggi berarti menyediakan unsur hara lebih banyak daripada yang memiliki nilai
KTK rendah.
Pada penetapan NTK digunakan pasir kuarsa yang dicampur dengan contoh,
fungsinya yaitu untuk memperluas bidang permukaan contoh tanah dan memberikan
jarak antara partikel tanah sehingga ekstraksi berjalan sempurna. Penambahan pasir di
atas contoh sebagai penahan contoh agar tidak menempel di dinding (creeping).
Sedangkan pada penambahan pasir di bagian bawah menahan contoh agar tidak turun
dengan bantuan filter flock. Dalam penetapan ini penggunaan alkohol 96 % adalah
untuk menghilangkan kelebihan NH4+ yang tidak terjerap oleh partikel tanah dan
dapat diganti dengan golongan alkohol lainya, tetapi tidak dapat diganti dengan
alcohol yang konsentrasinya rendah karena air yang terkandung akan melarutkan
NH4+ yang sudah terjerap sehingga menjadi kurang. Fungsi K, Na-tartrat adalah
sebagai pengkompleks ion-ion seperti Fe agar tidak mengendap karena larutan dalam
suasana basa. Sedangkan fenol dan NaClO sebagai pereaksi pembentuk senyawa biru
indofenol. Saat perkolasi pencucian dengan alkohol haruslah benar benar bersih, jika
tidak, akan menjadi kontaminan dan menyebabkan kesalahan positif bagi KTK.
pH. Hal ini terlihat jelas pada contoh B yang memiliki pH 7,2, jika dibandingkan
cmol(+)/kg, 26,30 cmol(+)/kg dan 6,79 cmol(+)/kg dapat dipengaruhi oleh fraksi liat,
yaitu contoh A (76 %), contoh B (27%) dan contoh C (30 %). Nilai ini terlihat
dimana kandungan KTK berbanding lurus dengan jumlah butir liat, semakin banyak
jumlah butir liat maka semakin tinggi nilai KTK. Nilai KTK juga di pengaruhi oleh
bahan organik semakin banyak bahan organik semakin tinggi KTK Hasil analisis C-
organik pada contoh A, B dan C berturut-turut adalah 5,65 %; 1,74 % dan 1,57 %
sedangkan N-organiknya 0,50 %; 0,18 %; 0,11 %. Maka dapat dilihat bahwa makin
tinggi persentase liat makin banyak bahan organik yang terkandung. Hal ini
disebabkan tanah yang mengandung liat kurang baik dalam mengoksidasi bahan
organik, jadi bahan organik tidak cepat habis. Kadar C & N-organik dipengaruhi oleh
faktor kedalaman tanah karena semakin dalam lapisan tanah maka kandungan C-
organik dan N-organik semakin berkurang karena pelapukan bahan organik seperti
organik yang sebelumnya di oksidasikan oleh K2Cr2O7. Untuk contoh berkadar tinggi
(gambut), maka penimbangan harus diperkecil karena khawatir ada C yang belum
teroksidasi. Jika warna contoh lebih hijau dari standar C 250 ppm maka pekerjaan
85
harus diulang dengan cara penimbangan contoh diperkecil tetapi tidak dengan
pemipetan sebagai faktor pengenceran, karena ada kemungkinan ada C-organik yang
contoh A termasuk dalam kategori tanah berliat. Pada contoh B kandungan pasir,
tekstur tanah ini termasuk tanah lempung liat berpasir. Sedangkan pada contoh C
melihat pada pembagian kelas tanah pada segitiga tekstur maka contoh C termasuk
jenis tanah lempung berliat. Nilai tekstur erat hubunganya dengan kadar liat, semakin
banyak jumlah butir liat semakin banyak pula Kapasitas Tukar Kation (KTK). Hal ini
dapat ditunjukan pada contoh A yang memilkiki KTK yang lebih besar dari contoh
yang lain yaitu sebesar 38,12 cmol (+)/kg dibandingkan contoh B yang memiliki
KTK sebesar 26,30 cmol(+)/kg, dan contoh C sebesar 6,79 cmol(+)/kg. Hal ini
disebabkan karena pada tanah yang miliki partikel yang lebih kecil maka semakin
luaslah permukaanya, sehingga daya jerap kation semakin luas dan KTK semakin
tinggi.
reaksi berjalan sempurna. Bila setelah penambahan H2O2 langsung dipanaskan, maka
86
H2O2 akan teruapkan sebelum mengoksidasikan zat organik Penambahan HCl dan
pemanasan harus sempurna agar mineral karbonat yang ada terlarutkan. Penambahan
larutan pendispersi harus pada suasana netral, karena jika tidak maka contoh tidak
terdispersi dan hal ini akan menyebabkan kesalahan kadar liat dan debu yang
Pada analisis tanah penetapan kadar air sangat dibutuhkan untuk mengetahui
faktor koreksi dari suatu tanah. Pada tanah yang lembab tentunya banyak mengan
dung air sehingga jumlah tanah yang dianalisis relatif lebih sedikit jika dibandingkan
tanah yang kurang lembab. Untuk mendapatkan faktor koreksi terhadap kadar air,
maka dilakukan pemanasan contoh pada suhu 105C. Air pada suhu tersebut akan
BAB VI
A. Simpulan
Hasil analisis contoh yang berasal Alor, Bali Bengkulu berdasarkan tabel
sebagai berikut 5,7, 7,2, 5,1 tanah ini termasuk dalam kategori agak masam,
yang ada dalam tanah sehingga dapat membantu dalam proses pengapuran.
3. Nilai tukar kation Ca2+ pada contoh A, B, dan C dengan nilai 18,83
dalam kategori tinggi, sangat tinggi, dan rendah. Nilai tukar kation Mg2+ pada
tinggi, dan rendah. Nilai tukar kation K+ pada contoh A, B, dan C dengan nilai
dalam kategori tinggi, sangat tinggi, dan sangat rendah. Nilai tukar kation Na+
pada contoh A, B, dan C dengan nilai 0,08 cmol(+)/kg; 0,11 cmol(+)/kg; 0,04
88
sangat rendah.
dalam kategori tanah yang mempunyai KTK tinggi, tinggi, dan rendah.
sangat tinggi, rendah, dan rendah kemudian untuk nitrogen total dengan nilai
sangat rendah.
7. Rasio C/N pada contoh A, B, dan C dengan nilai 11; 10; 14 termasuk dalam
8. Fosfor yang ditetapkan dengan pengekstrak Bray dan Kurts I (P-tersedia) pada
contoh C dengan nilai 18 ppm termasuk dalam kategori tanah sangat tinggi.
Sedangkan pada contoh A dan B yang memiliki nilai 22 ppm, 98 ppm dengan
termasuk dalam kategori tanah dengan kadar P tinggi, sangat tinggi, dan
sedang. Nilai kadar P-potensial akan selalu lebih besar dari kadar P-tersedia.
89
contoh A termasuk tanah berliat berat (Heavy clay), contoh B termasuk tanah
lempung liat berpasir (Sandy clay loam), dan contoh C termasuk jenis tanah
B. Saran
1. Dalam setiap pemakaian alat, analis harus mengetahui cara perawatan dan
Diri) pada saat praktikum agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.