Anda di halaman 1dari 10

PERUBAHAN MAKNA KATA SERAPAN DARI BAHASA ARAB

DALAM BAHASA INDONESIA

(Sebuah Tinjauan Semantik)

Oleh: Sakholid Nasution

Abstrak:

Bahasa Indonesia, tidak hanya bahasa pemersatu dan bahasa negara


saja, sebagaimana yang difahami oleh kita orang awam kebanyakan. Lebih
dari itu setelah ditinjau lebih jauh ternyata bahasa Indonesia adalah bahasa
yang ”hidup”. Hidup di sini berarti bahasa itu hidup dan berkembang seiring
kondisi yang menyertai pemakai bahasa tersebut. Ketika pemakai bahasa itu
berinteraksi dengan pemakai bahasa asing maka terjadi akulturasi bahasa,
dampaknya bisa terjadi beberapa kemungkinan, bahasa Indonesia diserap
oleh pemakai bahasa asing atau sebaliknya, bahasa asing diserap menjadi
bahasa Indonesia.
Banyak contoh yang bisa kita temukan dalam pembicaraan kita
sehari-hari bahwa kata yang kita ucapkan itu ternyata kata serapan,”
paper” yang bermakna karya tulis ilmiah adalah berasal dari bahasa Inggris
”paper” yang bermakna kertas. Kata ”majelis” yang bermakna perwakilan
yang terhormat atau kumpulan/kelompok tertentu adalah berasal dari bahasa
Arab ”majlis” yang bermakna tempat duduk, dan lain-lain. Melalui tulisan
ini penyaji akan lebih luas mengupas latar belakang terjadinya proses
penyerapan kata tersebut.

Pendahuluan

Salah satu ciri yang sekaligus menjadi hakekat setiap bahasa adalah bahwa
bahasa itu bersifat dinamis. Dinamis, dalam konteks hakekat bahasa menurut Chaer
dan Agustina adalah bahwa bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan
perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada semua
tataran linguistik, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan leksikon.<!--[if
!supportFootnotes]-->[1]<!--[endif]-->
Kedinamisan setiap bahasa itu terjadi karena bahasa merupakan hasil
kebudayaan manusia. Manusia adalah makhluk dinamis dan kreatif yang cenderung
kepada perubahan dan tidak statis. Oleh karena itu, bahasa akan mengalami
perkembangan secara terus-menerus sesuai dengan perkembangan pemikiran dan
kebutuhan manusia sebagai pemakai bahasa.

Menurut Samsuri, bahwa semua hasil proses perkembangan bahasa, baik


penambahan, pengurangan maupun penggantian dalam bidang apa saja pada bahasa
seperti bentuk dan makna yang berupa leksikal maupun gramatikal dapat kita tandai
sebagai perubahan kebahasaan.<!--[if !supportFootnotes]-->[2]<!--[endif]-->
Sementara itu, menurut Ullmann dalam Pateda menyebutkan, bahwa di antara
penyebab terjadinya perubahan makna itu adalah karena pengaruh bahasa asing.<!--
[if !supportFootnotes]-->[3]<!--[endif]-->

Bisa dipastikan, di antara bahasa asing yang mempengaruhi bahasa Indonesia


adalah bahasa Arab. Berbagai penelitian ilmiah menunjukkan bahwa di dalam bahasa
Indonesia banyak ditemukan kosakata yang berasal dari bahasa Arab. Di antaranya
Sudarno mencatat bahwa ada 2.336 kosakata bahasa Arab dalam bahasa
Indonesia.<!--[if !supportFootnotes]-->[4]<!--[endif]--> Data ini menunjukkan bahwa
sebagai bahasa yang hidup, bahasa Indonesia terbuka bagi masuknya bahasa asing,
dalam hal ini bahasa Arab.

Jika teori perubahan makna sebagai akibat pengaruh bahasa asing di atas di-
pakai untuk melihat perubahan-perubahan makna yang terjadi dalam kosakata bahasa
Arab ke dalam bahasa Indonesia, maka tentu akan ditemukan bentuk-bentuk
perubahan makna yang terjadi pada kosakata yang di serap dari bahasa Arab tersebut.
Hal inilah yang melatarbelakangi tulisan ini.

Pembahasan

<!--[if !supportLists]-->A. <!--[endif]-->Definisi Perubahan Makna.

Sebelum menjelaskan apa itu perubahan makna, terlebih dahulu penulis


menjelaskan apa yang dimaksud dengan makna itu sendiri. Dalam Moeliono dkk
disebutkan, makna adalah; pertama, Arti, seperti dalam kalimat “ia
memperhatikan makna yang terdapat dalam tulisan kuno itu,” Kedua, Maksud
pembicara atau penulis, dan ketiga, Pengertian yang diberikan kepada suatu
bentuk kebahasaan.<!--[if !supportFootnotes]-->[5]<!--[endif]-->
Definisi di atas dapat diketahui bahwa aspek fundamental pada setiap
bahasa adalah makna yang dikandungnya. Dengan makna itulah orang lain dapat
memahami apa yang dimaksud oleh pembicara. Sulit untuk dibayangkan betapa
rumitnya menjalin komunikasi jika bahasa yang digunakan tidak memiliki makna.
Artinya antara yang satu dengan yang lain tidak bisa saling memahami.

Dalam kajian linguistik (ilmu bahasa) makna adalah salah satu persoalan
yang dapat dikaji secara mendalam. Penyelidikan makna dalam kajian linguistik
disebut dengan semantik. Dengan demikian, semantik merupakan bagian penting
dalam linguistik.

Dari sejumlah definisi semantik yang ditemukan, makna merupakan titik


fokusnya. Verhaar misalnya, mendefinisikan semantik sebagai teori makna atau
teori arti.<!--[if !supportFootnotes]-->[6]<!--[endif]--> Demikian juga Lyons
mendefinisikan semantik dengan penyelidikan makna.<!--[if !supportFootnotes]--
>[7]<!--[endif]--> Sementara, Parera juga mengemukakan bahwa semantik adalah
ilmu tentang makna.<!--[if !supportFootnotes]-->[8]<!--[endif]--> Adapun Umar
menghimpun sejumlah definisi semantik sebagai berikut :

َْ َ ْ ‫! ِـ َ ا‬
َْ َ ‫ل‬
ُ ‫ َو‬#َ$ََ ْ‫ ِ ا ِي‬%َ &‫' ْ ِ ا‬
ِ ْ()ِ ‫ع‬
ُ ْ +َ ْ ‫ ا‬,
َ ِ‫ َأوْ َذ‬,َْ َ ْ ‫س ا‬
ُ ‫ َأوِا ْ ِ ْ ُ ا ِيْ َْ ُر‬,َْ َ ْ ‫ ُ ا‬
َ ‫ِإّـ ُ ِدرَا‬

” Semantik adalah studi tentang makna atau ilmu yang mempelajari tentang
makna atau meupakan cabang linguistik yang mengkaji tentang teori
manusia.”<!--[if !supportFootnotes]-->[9]<!--[endif]-->

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud


dengan semantik adalah begian dari cabang-cabang linguistik yang mengkaji
persoalan makna kata.

Menurut Verhaar, persoalan makna menyentuh sebagian besar tataran


linguistik. Mulai dari hal yang paling rendah yaitu leksikal, di mana di dalamnya
ada makna dan disebut dengan makna leksikal. Pada tataran morfologi dan
sintaksis juga ada makna yang disebut dengan makna struktural. Berdasarkan hal
tersebut, ia membagi makna kepada dua jenis, yaitu makna leksikal dan makna
gramatikal.<!--[if !supportFootnotes]-->[10]<!--[endif]--> Dalam hubungannya
dengan perubahan makna, menurut Samsuri, bahwa perubahan pada makna dapat
terjadi pada makna leksikal dan makna gramatikal.<!--[if !supportFootnotes]--
>[11]<!--[endif]-->

Menurut Kridalaksana yang dimaksud dengan makna leksikal adalah makna


unsur-unsur bahasa lambang benda, peristiwa dan lain-lain.<!--[if
!supportFootnotes]-->[12]<!--[endif]--> Pateda mendefinisikan makna atau
makna leksikal adalah kata ketika kata itu berdiri sendiri, baik dalam bentuk kata
atau benuk perimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat
dibaca di dalam kamus bahasa tertentu. Dikatakan berdiri sendiri sebab makna
sebuah kata dapat berubah apabila kata tersebut telah berada si dalam kalimat.
Sementara yang dimaksud dengan makna gramatikal adalah makna yang muncul
sebagai akibat berfungsinya kata itu dalam kalimat.<!--[if !supportFootnotes]--
>[13]<!--[endif]-->

Dari kedua jenis makna tersebut yang menjadi fokus pembicaraan dalam
makalah ini adalah perubahan makna leksikal yang terjadi pada kata serapan dari
bahasa Arab dalam bahasa Indonesia.

Kata serapan yang mengalami perubahan makna dapat diklasifikasikan


sesuai kategorinya, yaitu kata benda (nomina), kata kerja (verba) dan kata sifat
(adjektiva).

Nomina (kata benda) adalah kelas kata dalam bahasa Indonesia yang
ditandai oleh tidak dapatnya bergabung bengan kata tidak. Misalnya rumah
adalah nomina karena tidak mungkin dikatakan tidak rumah, biasanya dapat
berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa. Contoh kata rumah dalam
kalimat adalah : ”Irwan memperbaiki rumah pak guru yang sedang rusak.” Verba
adalah kata kerja, kata yang menggambarkan proses, perbuatan atau keadaan,
seperti kata pergi dalam kalimat :Si Ahmad pergi ke sekolah”. Adjektiva (kata
sifat) adalah kata yang menerangkan nomina (kata benda) dan secara umum dapat
bergabung dengan kata lebih dan sangat. Seperti kata indah dalam kalimat
”Panorama di daerah Bukit Tinggi sangat indah”.<!--[if !supportFootnotes]--
>[14]<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->B. <!--[endif]-->Faktor-faktor Perubahan Makna

Banyak faktor yang melatarbelakangi perubahan makna itu terjadi. Seperti


dikemukakan di atas bahwa perubahan makna itu terjadi seiring dengan
perubahan kata yang terus-menerus berubah sesuai dengan perubahan pemikiran
dan kebutuhan manusia. Di samping itu, menurut Ullman dalam Pateda
menyebutkan, bahwa di antara penyebab perubahan makna itu adalah karena
pengaruh bahasa asing.

Dalam bahasa Indonesia misalnya, kata paper yang berasal dari bahasa
Inggris paper dengan makna ”kertas”. Seperti kalimat : ”May I use this paper to
write on?; Bolehkah kertas ini kutulisi?”. Namun, dalam bahasa Indonesia
dewasa ini, makna kata paper dikaitkan dengan karya ilmiah yang disusun untuk
didiskusikan dalam forum ilmiah berupa seminar atau kongres. seperti kalimat :
“Bapak Prof. Hakim telah mempresentasikan papernya di depan peserta
seminar.”<!--[if !supportFootnotes]-->[15]<!--[endif]-->

Untuk lebih jelasnya,berikut ini penulis mengutip Ullman, dalam Pateda


tentang faktor-faktor yamg menyebabkan terjadinya perubahan makna. Faktor-
faktor dimaksud antara lain adalah:<!--[if !supportFootnotes]-->[16]<!--[endif]-->

1. Faktor Kebahasaan

Faktor ini erat hubungannya dengan perubahan aspek fonologi,


morfologi dan sintaksis. Dari segi fonologi misalnya, kata َ . َ َ yang berarti
’menolong’ akan berubah makna jika fonem "‫ " ن‬yang ada di awal kata
tersebut diubah menjadi fonem \‫ \ب‬menjadi َ . َ 3َ berarti ’melihat’ akan
berubah makna jika fonem yang ada di awal kata tersebut diubah menjadi
fonem menjadi berarti ’melihat’. Dari segi morfologi (’ilm sharf),
kata َ ‫ َذ َآ‬/dzakara/ misalnya berarti maknanya ’menyebut’ atau ’mengingat’.
Makna ini kemudian akan mengalami perubahan jika dibentuk menjadi َ ‫ذَا َآ‬
/dzaakara/ (bina musyaarakah) yaitu saling mengingatkan’,
’bermusyawarah’ atau ’diskusi’. Demikian juga dari segi sintaksis,
kata ‫ب‬
َ َ5 َ /dharaba/-misalnya- yang bermakna ’memukul’, jika dibaca ‫ب‬ َ ِ5
ُ
/dhuriba/ akan berubah makna menjadi ’dipukul’, dari makna aktif menjadi
pasif. Demikian seterusnya.

2. Faktor Kesejarahan

Perubahan makna karena faktor kesejarahan berhubungan erat dengan


perkembangan kata. Dalam bahasa Arab misalnya kata 6 َ $َ ‫ َآ‬/kataba/ pada
awalnya digunakan bukan dengan makna yang kita kenal sekarang yaitu
’menulis’, karena orang Arab Jahiliyah belum kenal budaya tulis-menulis.
Kata ini pada awalnya bermakna ’menjahit’; menghubungkan kain yang satu
dengan yang lain. Dalam perkembangannya ditemukan budaya tulis-menulis;
menghubungkan huruf yang satu dengan huruf yang lainnya, pekerjaan ini
mereka sebut dengan lambang 6
َ $َ ‫ َآ‬/kataba/.

3. Faktor Kebutuhan Kata Baru

Faktor ini erat hubungannya dengan perkembangan peradaban. Semakin


tinggi peradaban sebuah bangsa, akan semakin banyak pula bangsa lain yang
memakai bahasanya. Kata computer misalnya, sebagai hasil peradaban orang
barat, diserap oleh berbagai negara, tidak terkecuali bangsa Arab. Sehingga
ditemukan kata 7ِ89ُ7::ْ)ِ ْ9‫ ُآ‬/kumbiyuutir/. Penyerapan ini dilakukan seiring
kebutuhan terhadap hal yang baru yang belum ditemukan sebelumnya.

4. Faktor Bahasa Asing

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa kata paper misalnya,


yang berasal sari bahasa Inggris paper dengan makna kertas. Seperti dalam
kalimat ”this is a paper cutter”, artinya ”Ini sebuah pemotong kertas”. Namun
dalam bahasa Indonesia dewasa ini, maka kata paper dikaitkan dengan karya
ilmiah yang disusun untuk didiskusikan dalam forum ilmiah berupa seminar
atau kongres. Seperti dalam kalimat ”Para finalis diharapkan dapat menulis
paper untuk disampaikan di depan forum”. Dengan demikian, makna leksikal
paper dalam bahasa Inggris mengalami perluasan makna dalam bahasa
Indonesia. Menurut Cahyono perubahan yang terjadi karena pengaruh bahasa
asing atas bahasa selain bahasa itu sendiri disebut dengan perubahan
eksternal. Sementara perubahan yang terjadi karena pengaruh bahasa itu
sendiri disebut dengan perubahan internal.<!--[if !supportFootnotes]--
>[17]<!--[endif]-->

Dalam bahasa Arab, kata ُ 3َ #َ;.


 ‫ ا‬/al-shahaabah/ misalnya, menurut Ma’luf
adalah :

َْ َ‫ َرَأوْ ُ


َو‬
َ ْ ِ ‫ن ا‬
َ ُْ ِ 
ْ ُ ْ ‫ ا‬
 ِ ّ‫ب ا‬ُ َ ْ ‫َأ‬
ُ !َ "َ ْ#$ُ %ُ َ 
ُْ
”Sahabat Nabi adalah kaum muslimin yang pernah bertemu dengan Beliau dan
bersahabat lama dengannya”<!--[if !supportFootnotes]-->[18]<!--[endif]-->

Kata ُ 3َ #َ;.
 ‫ ا‬/al-Shahaabah/ ini diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi
’sahabat’. Kata ini mengandung makna sebagai ’kawan’, ’teman’, ’handai’.<!-
-[if !supportFootnotes]-->[19]<!--[endif]-->

Tidak ditentukannya sahabat pada masa Nabi dan masa (semasa Nabi hidup)
merupakan perluasan makna dalam bahasa pemungutnya. Artinya, sahabat
dapat digunakan untuk menggambarkan sebuah hubungan antara individu
yang satu dengan yang lain tanpa terkait dengan Nabi SAW.
<!--[if !supportLists]-->C. <!--[endif]-->Bentuk-bentuk Perubahan Makna Kata
Serapan Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia

Menurut Pateda perubahan dapat berwujud penambahan dan pengurangan.


Penambahan dan pengurangan yang terjadi tidak hanya dari segi kuantitas kata,
tetapi juga dari segi kualitasnya. Berbicara masalah kualitas kata berarti berbicara
masalah makna atau semantik sebagai bagian dari kajian dari kajian linguistik.<!--
[if !supportFootnotes]-->[20]<!--[endif]--> Menurut Lyons semantik adalah
”penyelidikan makna”.<!--[if !supportFootnotes]-->[21]<!--[endif]-->

Setiap kata tidak pernah kosong dari makna. Oleh karena kosa kata terus
berkembang sesuai dengan perkembangan pemikiran dan kebutuhan manusia,
maka secara otomatis perkembangan makna juga terus berkembang seiring
dengan lajunya perkembangan kosa kata tersebut. Perubahan makna menurut
Samsuri, bisa terjadi pada makna leksikal dan makna gramatikal.<!--[if
!supportFootnotes]-->[22]<!--[endif]--> Sementara penelitian ini dikhususkan
pada penelitian perubahan makna leksikal. Menurut Pateda, yang dimaksud
dengan makna leksikal adalah makna kata ketika kata itu berdiri sendiri, baik
dalam bentuk kata atau bentuk perimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap,
seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa tertentu. Demikian pula Verhaar
dalam Pateda menambahkan bahwa sebuah kamus merupakan contoh yang tepat
dari semantik leksikal.<!--[if !supportFootnotes]-->[23]<!--[endif]-->

Dalam membahas perubahan makna leksikal dimaksud, teori yang akan


penulis jadikan sebagai acuan adalah teori Samsuri yang menjelaskan bahwa
”perubahan makna terjadi dalam bentuk penambahan, pengurangan dan
penggantian.”

1. Makna Menambah atau Meluas

Menurut Chaer, yang dimaksud dengan perubahan makna dalam bentuk


penambahan atau meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau
leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna, tetapi kemudian
karena berbagai faktor menjadi memiliki makna-makna lain.

Contoh bentuk perluasan makna menurut Chaer adalah kata saudara,


pada mulany bermakna ’seperut’ atau ’sekandung’ kemudian berkembang
maknanya menjadi ’siapa saja yang sepertalian darah’, akibatnya ’anak
pamanpun’ disebut saudara, selanjutnya siapapun yang mempunyai kesamaan
asal-usul disebut juga saudara. Bahkan kini siapapun dapat disebut saudara.
Seperti dalam kalimat : “Setiap orang harus menghormati saudaranya sesama
manusia.”<!--[if !supportFootnotes]-->[24]<!--[endif]-->
Kata serapan bahasa Arab misalnya adalah kata majelis yang berasal
dari kata ْ<ِ= ْ )َ /majlis/. Menurut Ma’luuf kata ini bermakna >ُ 5 ِ ْ9)َ
‫ْس‬9ُ=
ُ ْ ‫ ا‬/mawdhi’u al-juluus/ yaitu ’tempat duduk’.<!--[if !supportFootnotes]--
>[25]<!--[endif]--> Namun dalam bahasa Indonesia kata ini mengandung
makna sebagai berikut:

a. Dewan atau rapat yang mengemban tugas tertentu mengenai kenegaraan


dsb. Secara terbatas, seperti dalam kalimat : ”Persoalan kenaikan BBM
akan dibahas dalam rapat Majelis Permusyawaratan Rakyat minggu
depan”.

b. Pertemuan (kumpulan) orang banyak, rapat, sidang. Seperti dalam kalimat


: ”Berhimpunlah semuanya dalam majelis yang benar ini”.

c. Bangunan tempat bersidang. Seperti dalam kalimat : ”Gedung majelis


tinggi dan majelis rendah”.<!--[if !supportFootnotes]-->[26]<!--[endif]-->

Perluasan makna terjadi, karena maknanya tidak hanya terbatas pada tempat

duduk tertentu, tetapi juga aktivitas seperti pertemuan, rapat atau sidang.

2. Makna Mengurang atau Menyempit

Menurut Chaer yang dimaksud dengan makna mengurang/menyempit


adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya memiliki
makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas. Seperti kata
’pendeta’, yang aslinya bermakna ’orang yang berilmu’. Tetapi dalam bahsa
Indonesia, kata pendeta telah mengalami penyempitan makna menjadi ’guru
agama kristen’. Seperti dalam kalimat : ”Pendeta Thomson sedang memimpin
acara misa di Gereja Katedral Jakarta”.<!--[if !supportFootnotes]-->[27]<!--
[endif]-->

Kata serapan bahasa Arab misalnya adalah kata ٌِ#‫ 'َـ‬berarti


’cendekiawan, tenaga ahli atau sarjana.<!--[if !supportFootnotes]-->[28]<!--
[endif]--> Namun dalam bahasa Indonesia, kata ini mengandung arti : (1)
Berilmu (terutama dalam hal agama Islam). Seperti dalam kalimat : ”Ia
seorang alim yang sangat disegani di kampung ini”. (2) Saleh. Seperti dalam
kalimat : ”Kelihatannya ia sangat alim dan tidak pernah meninggalkan
sembahyang. Penyempitan makna terjadi, karena kata alim dalam bahasa
Indonesia hanya digunakan untuk orang yang tahu tentang ajaran Islam dan
orang yang taat dalam beribadah. Padahal dalam bahasa Arab ’alim’ adalah
orang yang tahu tentang apa saja dan tidak terkait dengan taat atau tidaknya
dalam beribadah.

3. Perubahan Makna Secara Total

Penggantian makna atau perubahan total. Menurut Chaer yang


dimaksud dengan perubahan total adalah berubahnya sama sekali sebuah
makna kata dari makna asalnya, walaupun kemungkinan ditemukan unsur
keterkaitan antara makna asal dengan makna yang baru.<!--[if
!supportFootnotes]-->[29]<!--[endif]--> Munsyi mencontohkan, bahwa dalam
bahasa Indonesia sekarang ’gapura’ artinya ’pintu gerbang’. Kata ini berasal
dari bentuk adjektiva ٌ‫ْر‬9+ُ @
َ /ghafuur/ artinya ’amat mengampuni’. Asal-
usulnya konon pada zaman Walisanga di Jawa berlaku kepercayaan bahwa
siapa saja yang mau melewati gerbang ke Masjid Demak dengan sendirinya
memperoleh pengampunan dosa-dosa atas agama yang dipeluk sebelumnya.
Dengan demikian, telah terjadi perubahan makna secara total.<!--[if
!supportFootnotes]-->[30]<!--[endif]-->

Penutup

Melalui pemaparan di atas dapat disimpulkan, bahwa setiap bahasa yang hidup
tidak akan bisa lepas dari pengaruh bahasa asing. Bahkan menyerap bahasa asing
menjadi bagian yang sangat menentukan bagi berlangsungnya setiap bahasa.
Demikian halnya dengan bahasa Indonesia yang banyak mengambil kosa kata bahasa
Arab.

Dalam hal penyerapan kosa kata tersebut telah terjadi perubahan di sana-sini
pada kosa kata yang diserap dimaksud. Perubahan yang terjadi tidak hanya pada
fonetik dan fonologinya, bahkan terjadi juga perubahan pada maknanya.

Perubahan makna bahasa dapat disimpulkan kepada : meluas, menyempit,


berubah sama sekali, membaik dan memburuk.

Memperhatikan bentuk-bentuk perubahan makna kosa kata serapan di atas,


diperlukan sebuah penelitian mendalam tentang bentuk-bentuk perubahan dan kosa
kata serapan apa saja yang mengalami perubahan dimaksud. Diakui bahwa tulisan ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, semua bentuk kritik konstruktif dari
para pembaca sangat diharapkan, demi kesempurnaan tulisan ini dikemudian hari.

Wallahu A’lam bi al-Shawab.


DAFTAR PUSTAKA

Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdhar. 1996. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia,
Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak, cet. I

Cahyono, Bambang Yudi. 2002. Kristal-kristal Ilmu Bahasa, Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolingustik Perkenalan Awal, Jakarta:
Rineka Cipta.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik, Jakarta: P. T. Gramedia, cet. V

Lyons, John. 1995. Pengantar Teori Linguistik, (terj. I) Soetikno, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Ma’luf, Louwis. 1973. al-Munjid fi al-Lughah wa al-a’lam, Bairut: Dar al-Masyriq.

Munsyi, Alif Danya. 2001. 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Alif, Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia.

Meoliono, Anton M. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
Edisi II, cet. VII

Parera, J. D. 1991. Teori Semantik, Jakarta: Erlangga

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal, Jakarta: Rineka Cipta, cet. I

Samsuri. 1987. Analisis Bahasa, Jakarta: Erlangga

Sudarno. 1990. Kata Serapan dari Bahasa Arab, Jakarta: Arikha Media Cipta

Umar Mukhtar. 1982. Ilmu al-Dilalah, Kuait: Maktabah Dar al-’Arabiyah li al-Nasyri
wa al-Tauzi’

Verhaar, J.W.M. 1989. Pengantar Linguistik, Yogyakarta: UGM Press

Anda mungkin juga menyukai