Anda di halaman 1dari 2

SOH 306 Globalisasi & Strategi

Prospek Solidaritas dan Usangnya Revolusi Ideologi dalam Globalisasi

Oleh Hariyono / 070710022

Dalam beberapa literatur, resistensi sosial tidak memiliki definisi yang pasti namun
secara umum resistensi ini dimaknai sebagai upaya untuk mempertahankan diri atau melawan
sesuatu. Bentuk resistensi sosial yang ada salah satunya adalah revolusi yang lebih
menitikberatkan kepada bentuk perlawanan terhadap pemerintah yang ada dlaam suatu negara
dengan berbagai motif kepentingan. Namun, di era globalisasi ini sudah jarang terlihat berntuk-
bentuk revolusi yang terjadi di berbagai belahan dunia seperti Revolusi Islam Iran tahun 1979,
Revolusi Bolshevik, dan lain sebagainya. Sehingga memicu beberapa pertanyaan untuk dikaji
seperti bagiamana kontur resistensi sosial dalam globalisasi? Apakah perjuangan ideologi masih
relevan dalam globalisasi? Apakah globalisasi membuat usang setiap kemungkinan revolusi?
Dan Bagaimana prospek solidaritas dalam globalisasi?
Misagh Parsha dalam tulisannya yang berjudul “Will Democratization and
Globalization Make Revolutions Obsolete?” berusaha memberikan penjelasana terkait beberapa
pertanyaan di atas. Dalam pandangan Parsha, yang harus dipahami ketika akan menganalisis
suatu bentuk revolusi sosial adalah perlu dipahami dulu mengenai konsep revolusi itu sendiri.
Revolusi menurut Parsha adalah hal yang sangat kompleks dan sulit sekali untuk diprediksi. Di
sisi lain, revolusi juga melibatkan runtuhnya tatanan sosial, ekonomi dan politik dalam struktur
masyarakat yang ada. Berdasar pada pemahaman sederhana ini, Parsha mencoba menganalisis
terjadinya suatu revolusi dalam konteks pendekatan struktural yang pada intinya memahami
hubungan antara negara dan perekonomian dalam konteks sistem dunia yang lebih besar,
hubungan struktur negara dan kepolitikan, dan hubungan negara dengan berbagai kelas sosial
yang ada.
Pendekatan struktural yang digunakan oleh Parsha ini memberikan gambaran yang
cukup komprehensif, pasalnya di era globalisasi memang terjadi peruaha struktural dalam suatu
negara. Perubahan struktural ini terjadi akibat adanya demokratisasi dan munculnya pasar
ekonomi global yang secara tidak langsung akan mempengaruhi sistem politik yang ada di
negara-negara berkembang. Demokratisasi ini secara makin memberdayakan peran-peran
masyarakat dalam pemerintahan dan juga aktor-aktor baru yang mungkin ada. Di sisi lain,
munculnya perekonomian global yang makin erat antar negara juga dibarengi dengan
SOH 306 Globalisasi & Strategi
bertebarannya MNC di negara-negara berkembang yang menjadi aktor baru dalam hubungan
ekonomi suatu negara. Sehingga, adanya demokratisasi dan munculnya aktor baru ekonomi
dalam bentuk MNC membuat negara tak lagi memiliki wewenang yang tinggi dalam negaranya
karena harus berbagi dengan pihak-pihak lain dalam memberikan kesejahteraan bagi
masyarakatnya. Di sisi lain pemerintahan yang demokratis akan cenderung mengunakan cara-
cara terbuka dalam menangani permasalahan sosial-politik yang ada dalam masyarakat, dan
jarang sekali mengguunakan cara-cara represif dan otoriter dalam mengendalikan instabilitas
politik. Sehingga, akan terbentuk pemerintahan yang lebih terbuka dan terpecahnya kelas-kelas
sosial yang mungkin muncul akibat otoriterisme negara dan menjadi lebih terbuka. Ketika era
otoriterisme diterapkan pada suatu masyarakat, kelas-kelas sosial akan cenderung terbentuk dan
menggunakan segenap kekuatan untuk melawan negara karena dianggap telah bertindak
sewenang-wenang kepada masyarakat. Tetapi ketika masyarkaat menajdi lebih terbuka dan
kelas-kelas sosial tak lagi terbentuk, negara juga bukan menjadi sasaran utama „amuk massa‟
ketika terjaid instabilitas politik. karena di era globalisasi dan demokratisasi ini,lawan negara
karena dianggap telah bertindak sewenang-wenang kepada masyarakat. Tetapi ketika masyarakat
menajdi lebih terbuka dan kelas-kelas sosial tak lagi terbentuk, negara juga bukan menjadi
sasaran utama „amuk massa‟ ketika terjadi instabilitas politik. karena di era globalisasi dan
demokratisasi ini, negara „berbagi‟ peran dengan aktor-aktor lain seperti MNC dalam bidang
ekonomi sebagai contoh dan negara tidak lagi menjadi target utama ketidakpuasan masyarakat.
Di sisi lain, usangnya revolusi menurut Parsha juga diakibatkan terpecahnya golongan moderat
dan golongan revolusioner. Golongan moderat terbentuk akibat masyarakat menerima nilai-nilai
keterbukaan dan nilai-nilai toleransi yang muncul akibat demokratisasi, sehingga munculnya
kekuatan moderat ini secara tidak langsung mengakibatkan lebih terbukanya masyarakat dalam
menghadapi permasalahan sosial dan politik yang ada. Karena pada dasarnya, revolusi menurut
Parsha adalah hasil kalkulasi antara kelompok moderat dan revolusioner yang agak radikal,
apabila golongan moderat mau menerima jalan damai dan terbuka maka opsi untuk terjadinya
revolusi akan sulit sekali terjadi.

Referensi :

Parsha, Misagh. 2003. “Will Democratization and Globalization Make Revolutions Obsolete ?”, dalam John Foran, ed., the
Future of Revolutions : Rethingking Radical Change in the Age of Globalization, London : Zed Book, pp. 73-83

Anda mungkin juga menyukai