1) Penggalian
Salah satu strategi pengembangan kosakata bahasa Indonesia ialah penggalian
kosakata bahasa Indonesia/Melayu. Masih banyak kosakata Indonesia/Melayu
yang belum termanfaatkan dalam keperluan komunikasi dan ekspresi dalam
kehidupan masa kini. Penggalian ini merupakan upaya pemertahanan corak ke-
indonesia-an dalam menyikapi berbagai pengaruh budaya dari luar. Pengaruh itu
tampak pada kecenderungan sebagian masyarakat Indonesia yang memilih
kosakata bahasa asing dalam pemberian nama badan usaha dan merek dagang.
Pencegahan ke arah itu telah dilakukan sejak pencanangan penggunaan bahasa
Indonesia secara baik dan benar (20 Mei 1995) yang berupa penertiban
penggunaan bahasa di tempat umum. Dalam masa reformasi ini ada
kecenderungan masyarakat kembali kepada bahasa asing dengan alasan
kebebasan masyarakat dalam mengeluarkan pendapat. Selain itu, upaya
penggalian kosakata bahasa Indonesia/Melayu itu dapat dilakukan melalui
penyusunan tesaurus bahasa Indonesia yang kini sedang dikerjakan Pusat
Bahasa.
4) Pengembangan Konsep
Pengembangan konsep dapat dilakukan melalui pembentukan kata. Leksem
sebagai unsur leksikon melalui proses morfologis dapat membentuk kata baru.
Proses itu meliputi afiksasi, reduplikasi, komposisi (pemajernukan), abreviasi,
derivasi balik, dan kombinasi proses (Kridalaksana, 2000:213). Bermacam afiks
bahasa Indonesia dapat dimanfaatkan dalam pembentukan kata baru sesuai
dengan kebutuhan komunikasi dan ekspresi. Begitu juga reduplikasi dapat
dimanfaatkan dalam pengembangan kosakata sejalan dengan makna yang
diperlukan oleh penutur bahasa.
Komposisi atau pemajernukan juga merupakan langkah pengembangan kosakata
walaupun tidak seproduktif afiksasi. Satu proses yang amat produktif adalah
penyingkatan. Pembentukan kata melalui cara itu amat populer di kalangan
pengguna bahasa, bahkan sering membingungkan karena hasil penyingkatan itu
ternyata sama dengan kata bukan singkatan yang telah ada sebelumnya.
3. Penutup
Kongres bahasa Tegal I digelar oleh pemerintah Kota Tegal pada tanggal 4 April 2006, di Hotel Bahari
Inn kota Tegal. Acara yang digagas oleh Yono Daryono, tersebut menghadirkan beberapa tokoh antara
lain SN Ratmana (cerpenis), Ki Enthus Susmono (dalang Tegal), Eko Tunas (penyair Tegal). Tujuan
digelarnya kongres itu adalah mengangkat status dialek Tegalan menjadi bahasa Tegal.
Pelopor dan penggita bahasa Tegal adalah Lanang Setiawan. Selain menciptakan lagu-lagu tegalan, ia
juga menerbitkan tabloid tegalan, TEGAL TEGAL, menulis novel berjudul Oreg Tegal, dan secara rutin
menulis kolom tetap Anehdot Tegalan di harian Pagi Nirmala Post. Karena kesetiaannya, pada 19
Oktober 2008 ia menerima anugerah Penghargaan Penggiat Bahasa Tegal dari Walikota Tegal, Adi
Winarso.
Tak kalah dengan daerah lain, Tegal juga memiliki bahasa gaul yang asal muasalnya dari bahasa
prokem. Bahasa ini pertama digunakan oleh para gerilyawan saat perang kemerdekaan. Namun
perkembangan selanjutnya menunjukkan, bahasa prokem beralih fungsi menjadi bahasa gaul. Pola
pembentukan bahasa gaul Tegal menggunakan distribusi fonem. Contoh kata jasak berasal dari kata
bapak (bapa). Di sini huruf B digeser (diganti) dengan huruf J, dan huruf P diganti dengan huruf S.
Sementara huruf hidup (vokal) tidak mengalami perubahan.
Anggota
Bahasa Minangkabau Bahasa Indonesia
• kapalo kepala
lihia leher
abuak rambut
pipi pipi
dai dahi
kaniang kening
daguak dagu
mato mata
talingo telinga
jangek/kulik kulit
dado dada
pungguang punggung
bau bahu
sunguik kumis
iduang hidung
lidah lidah
• ati hati
Membandingkan kosa kata anggota tubuh badan antara bahasa Minangkabau dengan bahasa
Indonesia ditemukan bahwa terdapat beberapa kosa kata yang persis sama secara fonologis yaitu:
kepala, dahi, mata, telinga, kulit, dada dan lidah. Umumnya anggota panca indera (deria) tidak terjadi
perubahan berarti antara kedua bahasa tersebut kecuali hidung. Hal ini membuktikan bahwa panca
indera merupakan angota tubuh badan yang paling tinggi frekuensi pengunaannya.
Sementara itu anggota tubuh badan lainnya seperti: leher, rambut, pipi, kening, dagu, punggung, bahu,
kumis dan lain sebagainya terdapat perbedaan antara bahasa Minangkabau dengan bahasa Indonesia
baik secara fonologis maupun morfologis.
Keadaan
Bahasa Minangkabau Bahasa Indonesia
• bulan : bulan
matoari : matahari
aia : air
ujan : hujan
pasia : pasir
batu : batu
asok : asap
langik : langit
abu : debu
tanah : tanah
awan : awan
api : api
luluak : lumpur
gabak : mendung
patuih : petir
danau : danau
gunuang: gunung
• sungai: sungai
Kesimpulan
Dari analisis mengenai bahasa Minangkabau dan bahasa Indonesia terlihat kedua bahasa memiliki
banyak persamaan-persamaan baik dari segi fonologi maupun dari segi leksikalnya. Dengan demikian
dapat diyakini bahwa bahasa Minangkabau dan bahasa Indonesia merupakan dua bahasa yang
sekerabat bahkan memiliki hubungan kekerabatan yang cukup dekat. Hal tersebut didukung pula
dengan beberapa kesamaan bahasa .
Selain dari itu, dengan membandingkan antara bahasa Minangkabau dan bahasa Indonesia sebagai
bahasa yang berkerabat dekat ditemukan pula ciri-ciri perubahan bahasa Minangkabau menjadi bahasa
Indonesia. Perubahan bahasa itu antara lain adalah bunyi vokal /a/ dalam bahasa Minangkabau berubah
menjadi vocal /e/ dalam Bahasa Indonesia .
Bahasa Minangkabau: Sadang kayu di rimbo tak samo tinggi, kok kunun manusia (peribahasa)
Bahasa Indonesia: Sedangkan pohon di hutan tidak sama tinggi, apa lagi manusia
Bahasa Minangkabau: Co a koncek baranang co itu inyo (peribahasa)
Bahasa Indonesia: Bagaimana katak berenang, seperti itulah dia.
Bahasa Minangkabau: Indak buliah mambuang sarok di siko!
Bahasa Indonesia: Tidak boleh membuang sampah di sini!
Bahasa Minangkabau: Bungo indak satangkai, kumbang indak sa ikua (peribahasa)
Bahasa Indonesia: Bunga tidak setangkai, kumbang tidak seekor
Bahasa Minangkabau: A tu nan ang karajoan* ?
Bahasa Indonesia: Apa yang akan kamu kerjakan?
* perhatian: kata ang (kamu) adalah kata kasar[rujukan?]
Karya sastra tradisional berbahasa Minang memiliki persamaan bentuk dengan karya sastra tradisional
berbahasa Melayu pada umumnya, yaitu berbentuk pantun, cerita rakyat, hikayat nenek moyang
(tambo) dan adat-istiadat Minangkabau. Penyampaiannya biasanya dilakukan dalam bentuk cerita
(kaba) atau dinyanyikan (dendang).
Orang Minangkabau umumnya berpendapat banyak persamaan antara Bahasa Minangkabau dengan
Bahasa Melayu/Indonesia. M. Rusli dalam Peladjaran Bahasa Minangkabau menyebutkan pada
pokoknya perbedaan antara Bahasa Minangkabau dan Bahasa Indonesia adalah pada perbedaan lafal,
selain perbedaan beberapa kata.
Contoh-contoh perbedaan lafal Bahasa Melayu/Indonesia dan Bahasa Minangkabau adalah sebagai
berikut:
• ul-ua, contoh: bandul-bandua
ut-uik, contoh: rumput-rumpuik
us-uih, contoh: putus -putuih
is-ih, contoh: baris -barih
it-ik, contoh: sakit -sakik
as-eh, contoh: batas -bateh
ap-ok, contoh: atap -atok
at-ek, contoh: rapat-rapek. Untuk kata-kata berasal dari bahasa asing at-aik, contoh: adat-adaik
al/ar-a, contoh: jual-jua, kabar-kaba
e(pepet)-a, contoh: beban-baban
a-o, contoh: kuda-kudo
• awalan ter-, ber-, per- menjadi ta-, ba-, pa-. Contoh: berlari, termakan, perdalam (Bahasa
Melayu/Indonesia) menjadi balari, tamakan, padalam (Bahasa Minangkabau) [1]
Alep = Cantik
Ambal = karpet
Ari = Hari
Asil = Hasil
Balek = pulang/balik
Baso= bahasa
Bederup-derup = beramai-ramai
Beguyur= memulai dgn perlahan
Belagak = Tampan, cakep
Belanjo = Belanja
Berejo= berusaha
Berumpaan = bersama-sama
Bes = bus
Besak = Besar
Betino = Perempuan
Bucu = Sudut
Budak = Anak
Buntang = bangkai
Buri = Belakang
Cakmano = Bagaimana
Calak = Cerdas
Calui = Rebut
Caluk = terasi
Campak = jatuh
Cemeke’an = pelit
Cobo, cubo = Coba
Cucung = Cucu
Cugak = Kecewa
Dak Katek = Tidak ada (lebih tegas)
Dak katek katek = Tidak (lebih ke penolakan atas tuduhan)
Dak tereti = tidak mengerti
Denget = sebentar
Dewean = sendiri
Dikit = Sedikit
Dukin = Dulu
Galak = Ingin, mau
Galar = lantai
Galo = Semua
Gedek = dinding papan
Geladak = Lantai
Geta basah = bokek
Gobok/gerobok = lemari
Goco = tonjok
Gulu=leher
Jabo = luar
Jao = Jauh
Jerambah = jembatan
Jiron = Tetangga
Julak = dorong
Jurai = Keturunan
Kagek = nanti
Kajang Angkap = Atap rumah
Kambang = kolam
Kebilo = Bila
Kasak = sikat
Katek = Tidak ada
Kecik = Kecil
Kejingokan = Terlihat
Kempet = Kempes
Kendak = Kehendak
Keno = Boleh, Bisa
Kereto Sikal, kereto angin = Sepeda
Ketek = perahu
Kodak = Sempat
Kulu kilir = Hilir mudik
Ladeng = pisau
Lemak = Sedap,
Linjangan = pacar
Lokak = Peluang / kerjaan (tegantung kalimat)