Anda di halaman 1dari 18

Tuntutan Pengembangan Kosakata

1. Selintas Perkamusan dan Perkembangan Kosakata Bahasa


Indonesia
Perkembangan daya ungkap bahasa Indonesia pada masa lalu, antara lain,
tampak pada khazanah leksikon yang dapat diketahui dari dokumen-dokumen
masa lalu. Salah satu dokumen yang dapat menjadi petunjuk ke arah itu ialah
kamus. Daftar Kata Cina-Melayu dan Italia-Melayu (abad ke-15) yang memuat 500
lema memberi gambaran perkembangan ilmu dan teknologi serta kekayaan
budaya pada masa itu. Lima abad kemudian Kamus Umum Bahasa Indonesia
W.J.S. Poerwaderminta (1953) memuat sekitar 23.000 lema. Pada edisi tahun
1976 kamus itu mendapat tambahan sekitar 1.000 lema. Pada tahun 1983 Pusat
Bahasa menerbitkan Kamus Bahasa Indonesia yang memuat sekitar 30.000 lema.
Akhirnya, Pusat Bahasa menerbitkan Kamus Besar Bahasa Indonesia pada
tahun 1988. Kamus yang mernuat 63.000 lema itu mengalami revisi tahun 1991
dengan penambahan 10.000 lema sehingga menjadi 73.000 lema. Pada tahun
2001 kamus itu mengalami revisi yang telah mengeluarkan sejumlah lema
bahasa daerah dan menambah lema baru sehingga edisi ketiga Kamus Besar
Bahasa Indonesia itu mernuat sekitar 78.000 lema.
Perkembangan kosakata bahasa Indonesia yang tersirat dari jumlah lema
yang terdapat pada kamus-kamus dalam perjalanan sejarah leksikografi
Indonesia mengindikasikan perkembangan daya ungkap bahasa Indonesia
sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia dari
waktu ke waktu. Selain kamus umnum, perkembangan peristilahan Indonesia juga
menjadi indikasi perkembangan daya ungkap bahasa Indonesia. Kamus istilah
susunan Sutan Takdir Alisjahbana (1949), kamus teknik karya S.S Answir (1974),
kamus istilah ilmiah dan farmasi Institut Teknologi Bandung (1976), serta kamus
ilmu dan teknologi oleh H. Johannes (1976) merupakan rekaman perkembangan
peristilahan Indonesia.
Perkembangan peristilahan secara kelembagaan dilakukan Pusat Bahasa
melalui kerja sama kebahasaan dengan Malaysia dengan nama Majelis Bahasa
Indonesia-Malaysia (MBIM) 1972-1985 dan ditambah keanggotaan Brunei
Darrussalam 1985 hingga sekarang dengan nama Majelis Bahasa Brunei
Darussalam-Indonesia-Malaysia (Mabbim). Kerja sama itu ditujukan pada
pengembangan peristilahan bahasa kebangsaan anggota Mabbim. Hingga kini
telah dihasilkan 264.000 istilah dari 137 bidang/subbidang ilmu yang telah
digarap dalam kerja sama tersebut (Pusat Bahasa, 1999:171-179). Peristilahan
bidang ilmu dan teknologi ternyata paling banyak mengalami perkembangan
(Putra dan Thohari, 2000:283). Meskipun demikian, laju perkembangan
peristilahan ilmu dan teknologi, apalagi teknologi informasi, dirasakan kurang
seimbang dengan perkembangan bidang ilmu dan teknologi tersebut karena
perkembangan ilmu dan teknologi serta teknologi informasi pada akhir abad ke-
20 dan awal abad ke-21 amat menakjubkan.
Perkembangan teknologi komputer dan teknologi komunikasi, misalnya, telah
menghasilkan internet yang dapat menembus batas ruang dan waktu. Teknologi
komunikasi itu telah menciptakan ruang maya (Cyberspace) yang memungkinkan
terbentuknya sistem komunikasi global yang melibatkan masyarakat dari
berbagai negara dengan menggunakan multibahasa (Putra dan Thohari,
2000:282). Ruang itu menjadikan kontak antarbahasa makin intensif. Agar bahasa
Indonesia tetap eksis memenuhi kedudukan dan fungsinya perlu dilakukan
percepatan pengembangan kosakata/istilah dalam berbagai bidang ilmu.
Perkembangan tatanan kehidupan dunia dari “perang dingin” menuju
perdamaian dunia yang menonjolkan isu hak asasi manusia dan perdagangan
bebas telah membawa tatanan kehidupan baru dalam era globalisasi.
Dalam tatanan kehidupan globalisasi itu salah satu ciri pembeda bangsa
adalah bahasa. Maka, masih mampukah bahasa Indonesia menjadi lambang
identitas bangsa. Untuk itu, kemantapan kosakata termasuk peristilahannya
sebagai sarana komunikasi untuk mengungkapkan berbagai konsep, pikiran, dan
pandangan mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks harus
terus-menerus ditingkatkan. Pengembangan kosakata itu sedapat-dapatnya tidak
mengakibatkan kehilangan ciri ke-indonesia-annya (Alwi dan Sugono Ed., 1999:
iii).

2. Pengembangan Kosakata Bahasa Indonesia


a. Sumber
Ada tiga kelompok bahasa sumber pengembangan kosakata bahasa
Indonesia, yaitu bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing.
Kamus merupakan khazanah perbendaharaan kata suatu bahasa. Demikian
juga Kantus Besar Bahasa Indonesia merupakan “gudang” kosakata bahasa
Indonesia, baik yang aktif maupun yang pasif. Dalam rangka pengembangan
kosakata bahasa Indonesia, perlu dilakukan pengaktifan kembali kosakata yang
tidak dimanfaatkan penutur bahasa dalam kehidupan masa kini demi
memperkaya pengungkapan berbagai konsep. Pemanfaatan kosakata itu akan
memperluas cakrawala dan variasi bahasa. Dalam buku Senarai Kata Serapan
dalam Bahasa Indonesia (Jumariam, Qodratillah, dan Ruddyanto, 1995:9),
misalnya, terdapat 1.413 kata Melayu yang belum termanfaatkan oleh pengguna
bahasa dalam kegiatan kebahasaannya.
Selain pemanfaatan kembali kosakata lama, pengembangan kosakata itu
dapat dilakukan melalui program gramatikalisasi (Kridalaksana, 2000:223) yang
akan dibahas pada bagian strategi dan pemadanan.
Selain bahasa Indonesia, bahasa daerah atau bahasa serumpun dapat
menjadi pemerkaya kosakata bahasa Indonesia. Kekayaan budaya yang tercermin
pada sekitar 665 bahasa daerah (Putro dan Thohari, 2000:282) dapat menjadi
sumber pemerkaya kosakata bahasa Indonesia. Pengamatan selama ini
menunjukkan bahwa bahasa daerah yang berpenutur besar memberikan
sumbangan yang besar dalam perkembangan kosakata bahasa Indonesia.
Sementara itu, bahasa daerah berpenutur kecil kurang memberikan sumbangan
dalam upaya pengembangan kosakata bahasa Indonesia. Untuk itulah, dalam
perencanaan ke depan perlu diperhatikan keseimbangan sumber pengembangan
kosakata antara bahasa daerah berpenutur besar dan bahasa daerah berpenutur
kecil. Untuk itu, telah dan sedang dilakukan penyusunan kamus bahasa-
bahasa daerah. Selain keseimbangan, hal yang perlu diperhatikan dalam
pemanfaatan sumber bahasa daerah ialah bahwa kosakata bahasa daerah yang
telah diserap ke dalam bahasa Indonesia harus tunduk pada kaidah bahasa
Indonesia, baik lafal maupun ejaannya.
Dalam bidang ilmu dan teknologi, bahasa asing menjadi sumber utama,
khususnya ilmu dan teknologi yang berasal dari luar Indonesia. Dalam buku
Senarai Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia (Jumariam, Qodratillah, dan Ruddyanto,
1995:9), tercatat 7.636 kata serapan dari bahasa asing. Bahasa Sanskerta (677
kata), Arab (1.495 kata), Cina (290 kata), Portugis (131 kata), Tamil (83 kata),
Belanda (3.290 kata), dan Inggris (1.610 kata) turut memperkaya kosakata
bahasa Indonesia. Apa yang tercatat itu tidak termasuk istilah bidang ilmu yang
dikembangkan melalui Mabbim.
Meskipun demikian, apa yang telah dilakukan tersebut belum memenuhi
tuntutan kebutuhan dalam kehidupan ke depan pada era global isasi. Oleh karena
itu, diperlukan strategi yang tepat dalam pengembangan kosakata bahasa
Indonesia.
b. Strategi Pengembangan Kosakata

1) Penggalian
Salah satu strategi pengembangan kosakata bahasa Indonesia ialah penggalian
kosakata bahasa Indonesia/Melayu. Masih banyak kosakata Indonesia/Melayu
yang belum termanfaatkan dalam keperluan komunikasi dan ekspresi dalam
kehidupan masa kini. Penggalian ini merupakan upaya pemertahanan corak ke-
indonesia-an dalam menyikapi berbagai pengaruh budaya dari luar. Pengaruh itu
tampak pada kecenderungan sebagian masyarakat Indonesia yang memilih
kosakata bahasa asing dalam pemberian nama badan usaha dan merek dagang.
Pencegahan ke arah itu telah dilakukan sejak pencanangan penggunaan bahasa
Indonesia secara baik dan benar (20 Mei 1995) yang berupa penertiban
penggunaan bahasa di tempat umum. Dalam masa reformasi ini ada
kecenderungan masyarakat kembali kepada bahasa asing dengan alasan
kebebasan masyarakat dalam mengeluarkan pendapat. Selain itu, upaya
penggalian kosakata bahasa Indonesia/Melayu itu dapat dilakukan melalui
penyusunan tesaurus bahasa Indonesia yang kini sedang dikerjakan Pusat
Bahasa.

2) Pemanfaatan Kosakata Bahasa Daerah


Bahasa merupakan salah satu lambing jati diri bangsa. Maka, ciri ke-indonesia-an
dalam pengembangan kosakata bahasa Indonesia perlu diperhatikan. Salah satu
ciri itu ialah kebinekaan (keberagaman) budaya masyarakat Indonesia. Oleh
karena itu, salah satu upaya pemertahanan kebinekaan itu ialah penerimaan
kosakata bahasa-bahasa daerah yang akan memperkaya khazanah kosakata
bahasa Indonesia, terutama berbagai konsep dari bahasa daerah yang tidak
memiliki padanan dalam bahasa Indonesia.

3) Penyerapan Kosakata Bahasa Asing


Penyerapan kosakata bahasa asing selama ini dilakukan melalui penerjemahan
atau pemadanan ke dalam kosakata bahasa Indonesia atau bahasa daerah dan
pemungutan kosakata asing, baik melalui penyesuaian ejaan dan/atau lafal
maupun tanpa perubahan. Pemadanan kosakata asing dengan bahasa daerah
kurang mendapat dukungan sebagian masyarakat karena kata-kata bahasa
daerah tersebut belum dikenal oleh masyarakat, kecuali masyarakat asal bahasa
daerah yang bersangkutan. Padahal, di dalam prosedur pembentukan istilah,
bahasa daerah merupakan sumber kedua setelah bahasa Indonesia. Kelompok
masyarakat tertentu lebih cenderung melakukan pemungutan kata asing
daripada pemadanan ke dalam bahasa daerah. Di samping itu, kecenderungan
pemungutan kosakata asing tersebut juga didorong oleh ketidaktersediaan
kosakata padanan bahasa Indonesia terutama kosakata/istilah bidang ilmu dan
teknologi. Oleh karena itu, untuk mempercepat proses penyerapan koasakata
asing perlu dilakukan peninjauan kembali prosedur penyerapan kosakata asing,
setidaknya perlu dilakukan penjabaran tata cara penyerapan tersebut.

4) Pengembangan Konsep
Pengembangan konsep dapat dilakukan melalui pembentukan kata. Leksem
sebagai unsur leksikon melalui proses morfologis dapat membentuk kata baru.
Proses itu meliputi afiksasi, reduplikasi, komposisi (pemajernukan), abreviasi,
derivasi balik, dan kombinasi proses (Kridalaksana, 2000:213). Bermacam afiks
bahasa Indonesia dapat dimanfaatkan dalam pembentukan kata baru sesuai
dengan kebutuhan komunikasi dan ekspresi. Begitu juga reduplikasi dapat
dimanfaatkan dalam pengembangan kosakata sejalan dengan makna yang
diperlukan oleh penutur bahasa.
Komposisi atau pemajernukan juga merupakan langkah pengembangan kosakata
walaupun tidak seproduktif afiksasi. Satu proses yang amat produktif adalah
penyingkatan. Pembentukan kata melalui cara itu amat populer di kalangan
pengguna bahasa, bahkan sering membingungkan karena hasil penyingkatan itu
ternyata sama dengan kata bukan singkatan yang telah ada sebelumnya.

3. Penutup

Bahasa Indonesia perlu kita kembangkan kosakatanya agar mutu daya


ungkapnya memenuhi tuntutan kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan
masyarakat Indonesia masa kini dan masa depan. Peningkatan mutu daya ungkap
itu perlu dipacu agar dapat mengimbangi perkembangan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bagaimanapun baiknya mutu daya ungkap bahasa
Indonesia tanpa dibarengi dengan peningkatan mutu penggunaannya tidak akan
membawa banyak perubahan. Untuk itu, perlu dilakukan peningkatan mutu
penggunaan bahasa Indonesia sesuai dengan bidang penggunaannya, apalagi
penggunaan bahasa Indonesia di kalangan media massa
Bahasa Mandarin: kosakata serapan
Filed under: bahasa Mandarin by dianjunie — Tinggalkan komentar
Maret 6, 2010
Berikut ini adalah beberapa kosakata dari bahasa asing yang diserap menjadi kosakata Mandarin
(Putonghua).
Sha fa (sofa)
Mai dang lao (McDonald)
Ken de ji (Kentucky fried chicken)
Ke kou ke le (coca cola)
Bai shi ke le (pepsi cola)
Mei nian da (Mirinda)
Qi shi (Seven up)
Fan da (Fanta)
Xue bi (Sprit)
Lei da (radar)
Fen si (fans)
Ka fei (kopi)
Tan ke (tank)
Qiao ke li (chocolate)
Yin te wang (internet)
Bi sheng ke (Pizza hut)
Ke long (cloning)
Ji yin (gen)
Bai lan di (Brandy)
Ai zi bing (aids/HIV)
Hai luo yin (heroin)
Bu ding (puding)
Ben chi (Mercedez Benz)
Bi ji ni (bikini)
Luo ji (logic)
Lang man (romantic)
Nuo ji ya (Nokia)
Xi men zi (Siemens)
Suo ni ai li xin (Sony Ericsson)
Mang ji (Ben Q)
Dai er (Dell)
Fa la li (Ferari)
San xing (Samsung)
Wo er wo (Volvo)
Que chao (Nestle)
Da neng (Danone)
Ba shi (bus)
De shi (taxi)
Bahasa
Bahasa Bahasa
Jepang Bahasa
Romaji Arti Portugis Portugis Catatan
(katakana/ Indonesia
Pramodern Modern
kanji)
misionaris
バテレン dipakai dalam
† bateren (terutama dari padre padre, pai pastor, ayah
(伴天連)[2] era Kirishitan
Yesuit)
ばってら sushi ikan bentuknya mirip
battera bateira perahu
[2] makerel perahu
berlindes,
bola-de- singkatan dari
bola-bola dari
bīdama ビー玉[2] ---- gude, ---- bīdoro + tama
gelas, kelereng
bolinha-de- (bola).
gude
ビードロ
bīdoro gelas tradisional vidro vidro
[2]
ビロード / beledu,
birōdo beledu veludo veludo
天鵞絨[2] beludru
ビスケット
bisuketto biskuit biscoito biscoito biskuit
[2]
ボーロ / ぼ biskuit bulat-
bōro bolo bolo bolu
うろ[2] bulat kecil
ボタン / 釦
botan kancing botão botão kancing
/ 鈕[2]
ブランコ balancé,
buranko ayunan, buaian balanço mengayun
[2] baloiço
alat musik tiup
チャルメラ yang dimainkan
charumera chalumeau charamela charamela chalumeau
[2] penjual ramen
keliling
チョッキ colete,
chokki rompi jaque rompi
[2] jaqueta
フラスコ labu labu
furasuko frasco frasco
[2] laboratorium laboratorium
イルマン /
入満 / 伊留 bruder, padri, dipakai dalam
† iruman bruder irmão irmão
満 / 由婁漫 pastor era Kirishitan
[2]
じょうろ / kaleng
jōro kaleng penyiram jarro jarro
如雨露[2] penyiram
じゅばん / pakaian dalam roupa pakaian
juban/jiban jibão
襦袢[2] untuk kimono interior dalam
kabocha[2] カボチャ labu parang Cambodia Camboja Kamboja
nakhoda (kapal
甲比丹 / 甲 tidak lagi
† kapitan Abad capitão capitão nakhoda
必丹[2] dipakai
Penjelajahan)
capa (de
kappa 合羽[2] jas hujan capa jas hujan
chuva)
かるた / 歌 kartu untuk cartas (de cartas (de kartu
karuta
留多[2] bermain karuta jogar) jogar) permainan
カステラ kue kasutera (Pão de) (Pão de) roti asal
kasutera,
[2] (castella) Castella Castela Castela
Agama Katolik
キリシタン
dan
(吉利支丹, penganut
† kirishitan penganutnya di christão cristão
atau 切支 Kristen
Jepang zaman
丹)[2]
Muromachi
キリスト /
kirisuto Kristus Christo Cristo Kristus
基督[2]
コンペイト
kompeitō ー (金米糖, kompeito confeito confeito gula-gula
金平糖)[2]
† kurusu クルス[2] salib cruz cruz
mumi dulunya
ミイラ / 木
miira mumi mirra mirra getah mur dibalsem dengan
乃伊[2]
getah mur
pan パン roti pão pão roti
pin kara ピンからキ dari terbaik (pinta, cruz)
(pinta, cruz)
kiri made リまで hingga terjelek [2]
ロザリオ rosario, doa
rozario rosario rosário doa rosario
[2] rosario
† sabato サバト[2] Sabat sábado sábado Sabtu, Sabat
サボテン /
saboten kaktus sabão sabão sabun
仙人掌[2]
sarasa 更紗 katun India saraça batik
masih dipakai
untuk
シャボン
shabon sabun sabão sabão soap shabondama (シ
[2]
ャボン-だま,
busa sabun)
タバコ / 煙 rokok,
tabako rokok tabaco tabaco
草[2] tembakau
テンプラ
tempura (天ぷら, 天 tempura tempero tempero bumbu
麩羅)[2]
ざぼん / 朱
zabon jeruk bali zamboa zamboa
欒 / 香欒[2]
Kosakata dari bahasa Belanda dalam bahasa Jepang berasal dari kontak orang Jepang dengan
orang Belanda yang diizinkan berdagang setelah Vereenigde Oostindische Compagnie mulai membuka
pabrik di Hirado, Nagasaki, Jepang pada tahun 1609.
Setelah sekitar 30 tahun di Hirado, VOC dipindahkan ke pos perdagangan di Dejima. Sejak itu pula
Belanda menjadi satu-satunya negara Barat yang diizinkan berdagang dengan Jepang. Pertukaran
budaya Jepang-Belanda menyebabkan orang Jepang mengenal ilmu-ilmu dari Barat yang disebut
rangaku atau "ilmu Belanda" oleh orang Jepang. Sebagian besar istilah bidang ilmu yang dipelajari
Jepang dari Belanda masih dipakai hingga kini.
Bahasa Jepang Bahasa
Romaji Bahasa Indonesia Catatan
(katakana/kanji) Belanda
arakku アラック arak arak
arukari アルカリ[1] alkali alkali
arukōru アルコール[1] alcohol alkohol (dari bahasa Arab)
asubesuto アスベスト[1] asbest asbes
bīkā ビーカー beker beker
bīru ビール[1] bier bir
buriki ブリキ[1] blik blek, kaleng seng
hari Minggu, hari
dontaku ドンタク[1] zondag
libur
erekiteru エレキテル elektriciteit listrik Tidak lagi dipakai
garasu ガラス[1] glas kaca
gasu ガス[1] gas gas
gomu ゴム[1] gom karet, gom arab
Kata hibrida, bahasa Jepang: han
don dari kata
handon 半ドン[1] libur setengah hari (setengah) dan dontaku (hari
zondag
libur). Tidak lagi dipakai.
hoppu ホップ[1] hop hop
inki インキ[1] inkt tinta
jagaimo (kentang): singkatan
jagatara ジャガタラ[1] Jacatra jagatara: Jakarta
jagatara imo (ubi Jakarta)
kanfuru カンフル[1] kamfer kamper (kapur barus)
karan カラン[1] kraan keran
kinīne キニーネ[1] kinine kina
kokku コック[1] kok koki
konpasu コンパス[1] kompas kompas
コーヒー, 珈琲
kōhī koffie kopi
[1]
gelas untuk minum
koppu コップ[1] kop air, bir, jus (bukan
cangkir)
koruku コルク[1] kurk gabus sumbat botol
madorosu マドロス[1] matroos pelaut
mesu メス[1] mes skalpel
moruhine モルヒネ[1] morfine morfin
orugōru オルゴ-ル[1] orgel orgel
おてんば, 御転 Bahasa Belanda ontembaar: tidak
otenba[2] ontembaar tomboi
婆 dapat dijinakkan
pinsetto ピンセット[1] pincet pinset
pisutoru ピストル[2] pistool pistol
ponpu ポンプ[1] pomp pompa
poruda ポルダ polder polder
ranpu ランプ[1] lamp lampu
ransel (tas sekolah
randoseru ランドセル[1] ransel
anak-anak)
ransetto ランセット[1] lancet lanset
renzu レンズ[1] lens lensa
sāberu サーベル[1] sabel sabel, pedang
safuran サフラン[1] saffraan kuma-kuma (safron)
siroppu シロップ[1] siroop sirop
supoito スポイト[1] spuit spuit, semprotan
soppu ソップ[1] sop sop
zukku ズック[1] doek kain kanvas
Selain pada intonasinya, dialek Tegal memiliki ciri khas pada pengucapan setiap frasanya, yakni
apa yang terucap sama dengan yang tertulis. Secara positif -seperti dipaparkan oleh Ki Enthus
Susmono dalam Kongres Bahasa Tegal I- hal ini dinilai mempengaruhi perilaku konsisten masyarakat
penggunanya. Untuk lebih jelas, mari kita amati beberapa contoh dan tabel berikut ini:
• padha, dalam dialek Tegal tetap diucapkan 'pada', seperti pengucapan bahasa Indonesia, tidak
seperti bahasa Jawa wetanan (Yogyakarta, Surakarta, dan sekitarnya) yang mengucapkan
podho.
• saka, (dari) dalam dialek Tegal diucapkan 'saka', tidak seperti bahasa Jawa wetanan
(Yogyakarta, Surakarta, dan sekitarnya) yang mengucapkan soko.
Tabel 1 (perbedaan pengucapan)
Dialek Tegal Bahasa Jawa Standar
padha podho
saka soko
sega sego
apa opo
tuwa tuwo
Dalam kasus tersebut, Enthus menilai masyarakat pengguna bahasa Jawa wetanan (Surakarta,
Yogyakarta, dan sekitarnya) kurang konsisten ketika mengucapkan gatutkaca ditambahi akhiran ne.
Kata itu bukan lagi diucapkan gatutkocone, melainkan katutkacane, seperti yang dituturkan oleh
masyarakat Tegal. Lihat tabel berikut ini:
Tabel 2 (kesamaan ucapan pada kata dasar ditambah akhiran ne)
Kata Dasar Dialek Tegal Bahasa Jawa Standar
segane+ne segane segane, bukan segone
gatutkaca+ne gatutkacane gatutkacane, bukan gatutkocone
rupa+ne rupane rupane, bukan rupone

Berikut adalah pemetaan masyarakat pengguna dialek Tegal:


• Kabupaten Brebes
Kota Tegal
Kabupaten Tegal
• Bagian barat Kabupaten Pemalang
• Ki Enthus Susmono, yang selalu setia memasukkan unsur dialek Tegal dalam setiap pementasan
wayangnya
Lanang Setiawan, yang telaten mengumpulkan kosa kata dialek Tegal kemudian disusun dalam Kamus
Bahasa Tegal. Lanang juga produktif menciptakan lagu-lagu Tegalan yang disebarkan melalui jalur
indie label.
Ki Slamet Gundono
Hadi Utomo
• Yono Daryono

Kongres bahasa Tegal I digelar oleh pemerintah Kota Tegal pada tanggal 4 April 2006, di Hotel Bahari
Inn kota Tegal. Acara yang digagas oleh Yono Daryono, tersebut menghadirkan beberapa tokoh antara
lain SN Ratmana (cerpenis), Ki Enthus Susmono (dalang Tegal), Eko Tunas (penyair Tegal). Tujuan
digelarnya kongres itu adalah mengangkat status dialek Tegalan menjadi bahasa Tegal.
Pelopor dan penggita bahasa Tegal adalah Lanang Setiawan. Selain menciptakan lagu-lagu tegalan, ia
juga menerbitkan tabloid tegalan, TEGAL TEGAL, menulis novel berjudul Oreg Tegal, dan secara rutin
menulis kolom tetap Anehdot Tegalan di harian Pagi Nirmala Post. Karena kesetiaannya, pada 19
Oktober 2008 ia menerima anugerah Penghargaan Penggiat Bahasa Tegal dari Walikota Tegal, Adi
Winarso.

Tak kalah dengan daerah lain, Tegal juga memiliki bahasa gaul yang asal muasalnya dari bahasa
prokem. Bahasa ini pertama digunakan oleh para gerilyawan saat perang kemerdekaan. Namun
perkembangan selanjutnya menunjukkan, bahasa prokem beralih fungsi menjadi bahasa gaul. Pola
pembentukan bahasa gaul Tegal menggunakan distribusi fonem. Contoh kata jasak berasal dari kata
bapak (bapa). Di sini huruf B digeser (diganti) dengan huruf J, dan huruf P diganti dengan huruf S.
Sementara huruf hidup (vokal) tidak mengalami perubahan.

Asal kata Bahasa Gaul Tegal


aku yanu
bapa (k) jasak
mbok (ibu) jok
batir (teman) jakwir
kakang (kakak) sahang
minum nyikung
adik yarik
balik (pulang) jagin
wadon (cewek) tarok
Sejak masa kepemimpinan H Mardiyanto, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menerapkan
aturan agar setiap siswa (dari SD sampai SMA) mendapatkan pelajaran Bahasa Jawa. Namun kebijakan
ini menemui kendala yakni permasalahan dialek bahasa. Sebagai contoh, anak yang lahir di Tegal
otomatis bahasa ibu-nya adalah Bahasa Tegal, bukan Yogyakarta atau Solo. Jika Pelajaran Bahasa
Indonesia di sekolah hanya mengacu pada bahasa standar saja, tentu para siswa akan susah
menyesuaikan dengan kultur yang telah mereka terima sejak lahir. Akhirnya muncul anggapan,
pelajaran Bahasa Jawa di sekolah merupakan 'paksaan' agar menggunakan bahasa-nya orang wetanan.

Anggota
Bahasa Minangkabau Bahasa Indonesia

• kapalo kepala
lihia leher
abuak rambut
pipi pipi
dai dahi
kaniang kening
daguak dagu
mato mata
talingo telinga
jangek/kulik kulit
dado dada
pungguang punggung
bau bahu
sunguik kumis
iduang hidung
lidah lidah
• ati hati

Membandingkan kosa kata anggota tubuh badan antara bahasa Minangkabau dengan bahasa
Indonesia ditemukan bahwa terdapat beberapa kosa kata yang persis sama secara fonologis yaitu:
kepala, dahi, mata, telinga, kulit, dada dan lidah. Umumnya anggota panca indera (deria) tidak terjadi
perubahan berarti antara kedua bahasa tersebut kecuali hidung. Hal ini membuktikan bahwa panca
indera merupakan angota tubuh badan yang paling tinggi frekuensi pengunaannya.
Sementara itu anggota tubuh badan lainnya seperti: leher, rambut, pipi, kening, dagu, punggung, bahu,
kumis dan lain sebagainya terdapat perbedaan antara bahasa Minangkabau dengan bahasa Indonesia
baik secara fonologis maupun morfologis.
Keadaan
Bahasa Minangkabau Bahasa Indonesia
• bulan : bulan
matoari : matahari
aia : air
ujan : hujan
pasia : pasir
batu : batu
asok : asap
langik : langit
abu : debu
tanah : tanah
awan : awan
api : api
luluak : lumpur
gabak : mendung
patuih : petir
danau : danau
gunuang: gunung
• sungai: sungai

Kesimpulan
Dari analisis mengenai bahasa Minangkabau dan bahasa Indonesia terlihat kedua bahasa memiliki
banyak persamaan-persamaan baik dari segi fonologi maupun dari segi leksikalnya. Dengan demikian
dapat diyakini bahwa bahasa Minangkabau dan bahasa Indonesia merupakan dua bahasa yang
sekerabat bahkan memiliki hubungan kekerabatan yang cukup dekat. Hal tersebut didukung pula
dengan beberapa kesamaan bahasa .
Selain dari itu, dengan membandingkan antara bahasa Minangkabau dan bahasa Indonesia sebagai
bahasa yang berkerabat dekat ditemukan pula ciri-ciri perubahan bahasa Minangkabau menjadi bahasa
Indonesia. Perubahan bahasa itu antara lain adalah bunyi vokal /a/ dalam bahasa Minangkabau berubah
menjadi vocal /e/ dalam Bahasa Indonesia .

Bahasa Minangkabau: Sadang kayu di rimbo tak samo tinggi, kok kunun manusia (peribahasa)
Bahasa Indonesia: Sedangkan pohon di hutan tidak sama tinggi, apa lagi manusia
Bahasa Minangkabau: Co a koncek baranang co itu inyo (peribahasa)
Bahasa Indonesia: Bagaimana katak berenang, seperti itulah dia.
Bahasa Minangkabau: Indak buliah mambuang sarok di siko!
Bahasa Indonesia: Tidak boleh membuang sampah di sini!
Bahasa Minangkabau: Bungo indak satangkai, kumbang indak sa ikua (peribahasa)
Bahasa Indonesia: Bunga tidak setangkai, kumbang tidak seekor
Bahasa Minangkabau: A tu nan ang karajoan* ?
Bahasa Indonesia: Apa yang akan kamu kerjakan?
* perhatian: kata ang (kamu) adalah kata kasar[rujukan?]

Karya sastra tradisional berbahasa Minang memiliki persamaan bentuk dengan karya sastra tradisional
berbahasa Melayu pada umumnya, yaitu berbentuk pantun, cerita rakyat, hikayat nenek moyang
(tambo) dan adat-istiadat Minangkabau. Penyampaiannya biasanya dilakukan dalam bentuk cerita
(kaba) atau dinyanyikan (dendang).

Orang Minangkabau umumnya berpendapat banyak persamaan antara Bahasa Minangkabau dengan
Bahasa Melayu/Indonesia. M. Rusli dalam Peladjaran Bahasa Minangkabau menyebutkan pada
pokoknya perbedaan antara Bahasa Minangkabau dan Bahasa Indonesia adalah pada perbedaan lafal,
selain perbedaan beberapa kata.
Contoh-contoh perbedaan lafal Bahasa Melayu/Indonesia dan Bahasa Minangkabau adalah sebagai
berikut:
• ul-ua, contoh: bandul-bandua
ut-uik, contoh: rumput-rumpuik
us-uih, contoh: putus -putuih
is-ih, contoh: baris -barih
it-ik, contoh: sakit -sakik
as-eh, contoh: batas -bateh
ap-ok, contoh: atap -atok
at-ek, contoh: rapat-rapek. Untuk kata-kata berasal dari bahasa asing at-aik, contoh: adat-adaik
al/ar-a, contoh: jual-jua, kabar-kaba
e(pepet)-a, contoh: beban-baban
a-o, contoh: kuda-kudo
• awalan ter-, ber-, per- menjadi ta-, ba-, pa-. Contoh: berlari, termakan, perdalam (Bahasa
Melayu/Indonesia) menjadi balari, tamakan, padalam (Bahasa Minangkabau) [1]

Aug 18, '08 9:00 AM


Kamus Bahasa Palembang
for everyone
Umumnya orang bukan Palembang hanya tahu bahasa Palembang itu hanya sekedar mengganti huruf
"a" di ujung kata dengan huruf "o". Padahal tidak sesederhana itu meski tidak sesulit pergi ke
Palembang sambil jalan mundur hehe... Namun perlu diketahui juga bahasa di Sumatera Selatan
amatlah beragam, bahkan setiap daerah memiliki bahasa sendiri yang terkadang sangat jauh berbeda.
Beberapa bahasa lokal lainnya seperti bahasa Sekayu, bahasa Komering, bahasa Ogan (Melayu
Pegagan), bahasa Kiagung, dll. Sekedar buat sharing... ini beberapa kata dalam bahasa Palembang yang
umum digunakan dalam keseharian (umumnya dimengerti se-Sumsel Raya).

Alep = Cantik
Ambal = karpet
Ari = Hari
Asil = Hasil

Awak = anda (halus), badan


Tubu, ambo = Saya
Ayuk = Kakak perempuan
Bicek, bicik = Panggilan untuk bibi
Mangcek, mangcik = Panggilan untuk paman
Cek = NonaBaseng = Terserah / sembarang (tergantung kalimat)
Datuk = kakek
Nyai/nyek = nenek
Yai/yek = kakek

Balek = pulang/balik
Baso= bahasa
Bederup-derup = beramai-ramai
Beguyur= memulai dgn perlahan
Belagak = Tampan, cakep
Belanjo = Belanja
Berejo= berusaha
Berumpaan = bersama-sama
Bes = bus
Besak = Besar
Betino = Perempuan
Bucu = Sudut
Budak = Anak
Buntang = bangkai
Buri = Belakang

Lolo = Bodoh / Tolol


Buyan = Bodoh / Tolol (lebih parah dari lolo)
Bengak = Bodoh / Tolol (lebih parah dari buyan)

Cakmano = Bagaimana
Calak = Cerdas
Calui = Rebut
Caluk = terasi
Campak = jatuh
Cemeke’an = pelit
Cobo, cubo = Coba
Cucung = Cucu
Cugak = Kecewa
Dak Katek = Tidak ada (lebih tegas)
Dak katek katek = Tidak (lebih ke penolakan atas tuduhan)
Dak tereti = tidak mengerti
Denget = sebentar
Dewean = sendiri
Dikit = Sedikit
Dukin = Dulu
Galak = Ingin, mau
Galar = lantai
Galo = Semua
Gedek = dinding papan
Geladak = Lantai
Geta basah = bokek
Gobok/gerobok = lemari
Goco = tonjok
Gulu=leher
Jabo = luar
Jao = Jauh
Jerambah = jembatan
Jiron = Tetangga
Julak = dorong
Jurai = Keturunan
Kagek = nanti
Kajang Angkap = Atap rumah
Kambang = kolam
Kebilo = Bila
Kasak = sikat
Katek = Tidak ada
Kecik = Kecil
Kejingokan = Terlihat
Kempet = Kempes
Kendak = Kehendak
Keno = Boleh, Bisa
Kereto Sikal, kereto angin = Sepeda
Ketek = perahu
Kodak = Sempat
Kulu kilir = Hilir mudik
Ladeng = pisau
Lemak = Sedap,
Linjangan = pacar
Lokak = Peluang / kerjaan (tegantung kalimat)

Mak ini = Sekarang


Makmano = Bagaimana
Melok = ikut
Mengot = lengkung
Metu = keluar
Minum = minum, sarapan
Molek, cindo = Cantik,
Nak = Akan, hendak
Ngatoke = Mengatakan
Ngenjuk = Memberi
Nguling = Berbaring
Notebook = laptop [kosakata baru bahasa palembang wakakak]
Nyingok = Melihat
Oba = Ubah
Pacak = Boleh, bisa
Pagar = kandang
Pati = santan
Paya = Payah
Payo = ayo, yuk
Pecak, cak = Seperti
Penu = Penuh
Pocok = atas
Poteh = putih
Pukul besi = palu
Rami = Ramai
Rando = Janda
Renti = Berhenti
Rimau = Harimau
Ruma = Rumah
Sanak broyot = Sanak saudara
Sanjo = bertamu
Saro = susah
Selik = Lihat
Sepur = Kereta api
Sikok, eso = Satu
Simbat = Sahut
Singit = sembunyi
Singitan = bersembunyi
Singitke = sembunyikan
Sudah, lah = Sudah
Sungi = Sungai
Suri = Sisir
Taksi = angkot (wong kito selalu menyebut semua jenis angkot itu taksi hehe…)
Tangani = memukuli
Tebok = bolong, lobang
Tebudi = Tertipu
Terajang = Tendang
Tetak = potong
Tiduk = Tidur
Tujah = Tikam dengan pisau
Tumbur = tabrak
Tunu = Bakar
Tutus, gepuk = pukul (dengan alat)
Ujinyo = katanya
Ulo = Ular

Anda mungkin juga menyukai