ABSTRAK
1. LATAR BELAKANG
2. TUJUAN
Studi ini bertujuan sebagai berikut,
1. Mendapatkan gambaran tentang keadaan dan pertumbuhan pekerja sektor informal
di Indonesia periode tahun 1998 sampai 2002.
2. Mencoba menganalisis dan menjawab pertanyaan berikut: (1) berapa jumlah
pekerja sektor informal di Indonesia pada tahun 1998 dan 2002? (2) bagaimana
persentase distribusi pekerja sektor informal menurut lapangan usaha di daerah
perkotaan, pedesaan, laki-laki maupun perempuan? (3) adakah pertambahan atau
3. METODOLOGI
3.1 Metode Pelaksanaan Kegiatan
Studi ini menggunakan metode analisis deskriptif terhadap pekerja di sektor
informal di Indonesia dalam periode 1998–2002 dengan menggunakan data sekunder.
Studi ini merupakan analisis terhadap jumlah, persentase, pertambahan bersih serta
pertumbuhan rata-rata tahunan pekerja sektor informal selama periode 1998–2003.
Kajian ini difokuskan pada analisis pekerja menurut lapangan pekerjaan dan menurut
jenis pekerjaan. Masing-masing dirinci menurut daerah perdesaan dan perkotaan serta
jenis kelamin.
Analisis terhadap studi ini dimulai dengan menjabarkan angka-angka pekerja di
sektor informal yang diperkirakan jumlahnya meningkat sampai dengan tahun 2002.
Selanjutnya dilakukan: pertama, identifikasi pekerja di sektor informal menurut
lapangan usaha dan jenis pekerjaan, termasuk di pedesaan, perkotaan dan jenis
kelamin.. Kedua, telaah dan diskusi arah kebijakan yang terkait dengan kegiatan
ekonomi sektor informal. Ketiga, menganalisis prospek pengembangan sektor informal
sebagai alternatif kesempatan kerja menggunakan analisis SWOT. Keempat, kesimpulan
dan rekomendasi arah kebijakan pengembangan sektor informal.
3.2 Data
Data yang digunakan adalah hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
tahun 1998 dan 2002 yang diterbitkan secara resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta.
4. HASIL KAJIAN
4.1 Jumlah Pekerja di Sektor Informal
Tabel 1 menampilkan pekerja Indonesia tahun 1998 dan 2002 menurut status
pekerjaan utama. Pada tabel tersebut tampak bahwa sekitar sepertiga pekerja (34,60
persen pada tahun 1998 dan 30,37 persen pada tahun 2002) berstatus sebagai
buruh/karyawan dan berstatus berusaha dengan buruh tetap. Yang lain bekerja dengan
status pekerjaan berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain (23,41 persen pada tahun
1998 dan 19,24 persen pada tahun 2002), pekerja keluarga (19,53 persen pada tahun
1998 dan 26,36 persen pada tahun 2002), serta status pekerjaan berusaha dengan
dibantu anggota rumah tangga/buruh tidak tetap (22,46 persen pada tahun 1998 dan
24,03 persen pada tahun 2002).
Tabel 1
Pekerja Menurut Status Pekerjaan
1998 dan 2002
1998 % 2002 %
Status Pekerjaan Jumlah Jumlah
Berusaha Sendiri tanpa bantuan 20.523.338 23,41 17.632.909 19,24
orang lain
Berusaha dengan dibantu anggota 19.690.059 22,46 22.019.393 24,03
rumah tangga/buruh tidak tetap
Berusaha dengan buruh tetap 1.525.625 1,74 2.786.226 3,04
Buruh/Karyawan 28.805.421 32,86 25.049.793 27,33
Pekerja Keluarga *) 17.128.006 19,53 24.158.845 26,36
Lap. Usaha Formal Informal Total Formal Informal Total Formal Informal Total Formal Informal Total
% % % % % %
Pertanian 5.674.348 33.740.417 39.414.765 14,39 85,61 100 3.281.861 37.351.766 40.633.627 8,08 91,92 100
Pertambangan 382.768 291.829 674.597 56,74 43,26 100 276.852 354.950 631.802 43,82 56,18 100
Industri 6.152.120 3.781.502 9.933.622 61,93 38,07 100 7.745.354 4.364.643 12.109.997 63,96 36,04 100
Listrik 128.995 18.854 147.849 87,25 12,75 100 161.101 17.178 178.279 90,36 9,64 100
Bangunan 2.829.228 692.454 3.521.682 80,34 19,66 100 1.962.207 2.311.707 4.273.914 45,91 54,09 100
Perdagangan 2.862.075 13.952.158 16.814.233 17,02 82,98 100 3.902.501 13.892.529 17.795.030 21,93 78,07 100
Angkutan 1.692.692 2.461.015 4.153.707 40,75 59,25 100 1.598.606 3.073.978 4.672.584 34,21 65,79 100
Keuangan 589.418 28.294 617.722 95,41 4,59 100 931.529 60.216 991.745 93,93 6,07 100
Jasa Lainnya 10.019.402 2.374.870 12.394.272 80,83 19,17 100 7.976.008 2.384.180 10.360.188 76,99 23,01 100
Jumlah 30.331.046 57.341.403 87.672.449 34.60 65.40 100 27.836.019 63.811.147 91.647.166 30,37 69,63 100
Sedangkan pada tabel 3 menunjukkan bahwa peran sektor informal pada tahun
1998 relatif sangat tinggi dibanding peran sektor formal dalam penyerapan pekerja
untuk jenis pekerjaan utama sebagai tenaga usaha penjualan (85,61 persen pekerja
berada di sektor informal) dan jenis pekerjaan sebagai tenaga usaha pertanian,
perburuan, perikanan (85,85 persen pekerja berusaha di sektor informal). Jenis
pekerjaan sebagai tenaga tata usaha dan tenaga yang sejenis merupakan jenis pekerjaan
yang relatif rendah (2,15 persen) persentase pekerja sektor informalnya. Demikian juga
dengan jenis pekerjaan sebagai tenaga professional, teknisi dan yang sejenis (7,07
persen pekerja berusaha di sektor informal).
Tabel 3
Pekerja Sektor Formal dan Informal
Menurut Jenis Pekerjaan Utama
1998 dan 2002
1998 2002
Jenis Pekerjaan Formal Informal Total Formal Informal Total Formal Informal Total Formal Informal Total
% % % % % %
Tenaga Profesional, 3.000.960 228.264 3.229.224 92,93 7,07 100 2.917.705 143.608 3.061.313 95,31 4,69 100
Teknisi dan yang sejenis
Tenaga Kepemimpinan 383.468 27.390 410.858 93,33 7,67 100 194.197 7.748 201.945 96,16 3,84 100
dan Ketatalaksanaan
Tenaga Tata Usaha dan 4.027.370 88.454 4.115.824 97,85 2,15 100 4.271.914 116.466 4.388.380 97,35 2,65 100
tenaga yang sejenis
Tenaga Usaha Penjualan 2.319.647 13.800.533 16.120.180 14,39 85,61 100 2.822.070 13.689.282 16.511.352 17,09 82,91 100
Tenaga Usaha Jasa 3.369.234 1.072.075 4.441.309 75,86 24,14 100 2.735.485 1.239.923 3.975.408 68,81 31,19 100
Tenaga Usaha 5.549.506 33.675.823 39.225.329 14,15 85,85 100 3.066.358 37.262.160 40.328.518 7,60 92,40 100
Pertanian, Perburuan,
Perikanan
Tenaga Produksi 11.680.861 8.448.864 20.129.725 58,03 41,97 100 11.449.651 11.351.476 22.801.127 50,22 49,78 100
Operator Alat-alat
angkutan, Pekerja Kasar
Lainnya 378.639 484 379.123 99,87 0,13 100
Jumlah 30.331.046 57.341.403 87.672.449 34,60 65,40 100 27.836.019 63.811.147 91.647.166 30,37 69,63 100
Sumber: Sakernas 1998 dan 2002 – BPS.
Keadaan tahun 2002 juga tidak banyak mengalami perubahan. Peran sektor
informal relatif masih sangat tinggi dibanding sektor formal dalam penyerapan pekerja
untuk jenis pekerjaan utama sebagai tenaga usaha penjualan (82,91 persen pekerja
berada di sektor informal), dan jenis pekerjaan sebagai tenaga usaha pertanian,
perburuan, perikanan (92,40 persen pekerja berusaha di sektor informal). Jenis
pekerjaan sebagai tenaga tata usaha dan tenaga yang sejenis merupakan jenis pekerjaan
yang relatif rendah (2,65 persen) persentase pekerja sektor informalnya. Demikian juga
dengan jenis pekerjaan sebagai tenaga profesional, teknisi dan yang sejenis serta tenaga
Tabel 4
Pekerja Sektor Formal dan Informal
Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
1998 dan 2002
1998 2002
Tingkat Pendidikan
Tertinggi Yang Formal Informal Total Formal Informal Total Formal Informal Total Formal Informal Total
Ditamatkan % % % % % %
Tidak Pernah Sekolah 1.236.347 6.710.659 7.947.006 15,56 84,44 100 423.654 6.210.376 6.634.030 6,39 93,61 100
Tidak/Belum Tamat SD 3.546.694 13.095.750 16.642.444 21,31 78,69 100 1.835.155 12.760.576 14.595.731 12,57 87,43 100
Sekolah Dasar 8.779.547 24.081.274 32.860.821 26,72 73,28 100 6.644.366 27.961.272 34.605.638 19,20 80,80 100
SMTP 4.489.714 7.708.620 12.198.334 36,81 63,19 100 5.128.757 10.213.713 15.342.470 33,43 66,57 100
SMTA Umum 5.272.596 3.726.196 8.998.792 58,59 41,41 100 5.890.033 4.183.259 10.073.292 58,47 41,53 100
SMTA Kejuruan 3.961.425 1.583.889 5.545.314 71,49 28,51 100 4.057.191 1.957.879 6.015.070 67,45 32,55 100
Diploma I/II/III 1.476.300 175.968 1.652.268 89,35 10,65 100 1.737.939 226.570 1.964.509 88,47 11,53 100
Universitas 1.568.423 259.047 1.827.470 85,82 14,18 100 2.118.924 297.502 2.416.426 87,69 12,31 100
Jumlah 30.331.046 57.341.403 87.672.449 34,60 65,40 100 27.836.019 63.811.147 91.647.166 30,37 69,63 100
Selanjutnya kondisi tahun 2002 dibanding tahun 1998, seperti tampak pada tabel
di atas juga tidak banyak mengalami perubahan yang berarti. Tahun 2002 persentase
pekerja di sektor informal menurut tingkat pendidikannya cenderung mengalami
peningkatan. Hal ini tampak bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin rendah
persentase pekerja sektor informalnya. Sebagian besar (93,61 persen), pekerja dengan
predikat tidak pernah sekolah berusaha di sektor informal. Peranan sektor informal
masih tetap besar hingga tingkat pendidikan SMTP. Sekitar 66,57 persen pekerja
berpendidikan tamatan SMTP berusaha di sektor informal.
Kemudian peranan sektor informal tampak relatif lebih rendah untuk pekerja tamatan
SMTA Kejuruan (32,55 persen pekerja berusaha di sektor informal) dibanding pekerja
tamatan SMTA Umum (41,53 persen berusaha di sektor informal). Akhirnya sejak
tingkat pendidikan SMTA ke atas, peran sektor informal terus berkurang dan peranan
dalam penyerapan pekerja digantikan oleh sektor formal. Jadi dengan demikian dapat
dikatakan bahwa terdapat hubungan positif antara peran sektor informal dengan tingkat
pendidikan pekerja, baik keadaan pada tahun 1998 maupun pada tahun 2002.
Tabel 5
Jumlah, Persentase dan Pertumbuhan Pekerja Sektor Informal
Menurut Lapangan Usaha
1998 – 2002
Perubahan Jumlah Pekerja
Lapangan 1998-2002 Pertmb.
Usaha *) 1998 2002 1998 2002 Peningkatan Penurunan Rata2
Jumlah Jumlah % % Jumlah % Jumlah % 1998-2002
1 33.740.417 37.351.766 58,84 58,53 3.611.349 55,30 2,1
2 291.829 354.950 0,51 0,56 63.121 0,97 4,3
3 3.781.502 4.364.643 6,59 6,84 583.141 8,93 3,1
4 18.854 17.178 0,03 0,03 1.676 2,73 -1,8
5 692.454 2.311.707 1,21 3,62 1.619.253 24,79 46,8
6 13.952.158 13.892.529 24,33 21,77 59.629 92,27 -0,1
7 2.461.015 3.073.978 4,29 4,82 612.963 9,39 5,0
8 28.304 60.216 0,05 0,09 31.912 0,49 22,5
9 2.374.870 2.394.180 4,15 3,74 9.310 0,13 0,2
Jumlah 57.341.403 63.811.147 100 100 6.531.049 100 61.305 100 2,3
Sumber: Sakernas 1998 dan 2002 – BPS.
Catatan: *) Lapangan Usaha
1. Pertanian, Kehutanan, Perburuan, Perikanan
1. Pertambangan dan Penggalian
2. Industri Pengolahan
3. Listrik, Gas dan Air Minum
4. Bangunan
5. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan
6. Angkutan, Pergudangan, Komunikasi
7. Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, Jasa Perusahaan
8. Jasa Kemasyarakatan
Sementara itu, selama periode 1998 – 2002 (Tabel 6), terdapat empat jenis
pekerjaan yang mengalami pertambahan pekerja di sektor informal, yaitu pada jenis
pekerjaan tenaga tata usaha dan tenaga yang sejenis bertambah 28 ribu orang (0,42
persen dari jumlah peningkatan), jenis pekerjaan sebagai tenaga usaha jasa bertambah
0,16 juta orang pekerja (2,51 persen), jenis pekerjaan sebagai tenaga usaha pertanian,
kehutanan, perburuan dan perikanan bertambah dengan 3,58 juta orang (53,65 persen),
dan jenis pekerjaan sebagai tenaga produksi, operator alat angkutan, pekerja kasar
bertambah dengan 2,90 juta orang (43,42 persen).
Jumlah 57.341.403 63.811.147 100 100 6.684.809 100 216.033 100 2,3
Sumber: Sakernas 1998 dan 2002 – BPS.
Catatan: *) Jenis Pekerjaan
0/1 Tenaga Profesional, tekhnisi dan yang sejenis
2 Tenaga Kepemimpinan dan ketatalaksanaan
3 Tenaga tata usaha dan tenaga yang sejenis
4 Tenaga usaha penjualan
5 Tenaga usaha jasa
6 Tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan, perikanan
7/8/9 Tenaga produksi, operator alat angkutan, pekerja kasar
x/00 Lainnya
Dalam hal distribusi pendapatan, perkembangan nilai koefisien Gini sejak 1965
hingga tahun 1997 menunjukkan bahwa pada tingkat nasional kesenjangan tidak
membaik; walaupun sempat ada perbaikan pada dekade 1980-an (Tabel 15). Apabila
rasio Gini pada tahun 1998 dan seterusnya tetap sama seperti pada tahun 1997, atau
bahkan diperkirakan meningkat akibat krisis ekonomi, maka paling tidak dapat dibuat
hipotesis bahwa kegiatan-kegiatan ekonomi atau jumlah kesempatan kerja di sektor
informal akan tetap eksis atau bahkan bertambah besar di dalam perekonomian
Indonesia.
Tetapi, fakta mengenai rasio Gini di atas berbeda dengan data BPS mengenai
tingkat kemiskinan. Perbedaan ini memang bisa terjadi (dengan asumsi bahwa data yang
ada memang menggambarkan yang sebenarnya, alias dapat dipercaya) dan tidak harus
selalu ada korelasi positif antara tingkat kesenjangan dan tingkat kemiskinan. Pada
tingkat nasional, jumlah orang miskin menurun dari sekitar 54 juta orang pada tahun
1976 menjadi 49,5 juta orang pada tahun 1998; secara persentase menurun sebanyak
hampir 50 persen. Dari sisi penawaran, supply factors penting adalah jumlah
pengangguran dan tingkat gaji yang rendah di sektor informal. Selain itu, keinginan
pribadi untuk membuka usaha sendiri juga merupakan salah satu faktor penting dari sisi
penawaran.
Kebijakan
(Pemerintah)
Supply Factors
Demand Factors
(Pasar Tenaga Kerja)
(Pasar Output)
Sektor - Pengangguran
- Distribusi Pendapatan
Informal - Gaji/Upah
- Kemiskinan
- Keiinginan membuka
- Harga Relatif
usaha sendiri
5.2 Rekomendasi
1
Berbeda dengan industri rumah tangga dan self-employment, tidak semua
industri kecil masuk dalam kategori sektor informal. Banyak juga industri kecil yang
terdaftar dan bahkan membayar pajak (sektor formal).
2
Tetapi, di era perdagangan bebas nanti, tingkat persaingan pasar di dalam
maupun di luar negeri akan sangat tinggi. Jika pengusaha di sektor informal hanya
menggantungkan diri pada keahlian tradisional saja tanpa pendidikan tambahan
(formal), terutama mengenai pemasaran global dan manajemen modern, maka keadaan
itu bisa menjadi salah satu kendala utama bagi sector informal di Indonesia untuk dapat
bersaing atau bertahan.
3
Pola persaingan yang berbeda dengan sebelumnya juga disebabkan peraturan-
peraturan WTO/GATT yang menyangkut lingkungan dan hak cipta, serta diterapkannya
standarisasi produksi dan proses produksi yang sudah baku seperti ISO 9000, dan
sebagainya.
4
Akibat biaya overhead dan produksi meingkat yang disebabkan oleh krisis ini,
IB terpaksa merevisi kembali strategi bisnisnya. Salah satu perubahannya adalah
melakukan strategic alliance dengan IK. Atau, yang tadinya IB lebih banyak
menggunakan produk-produk impor, sekarang akibat krisis tersebut mulai memakai
produk-produk buatan dalam negeri, dan ini berarti suatu peluang pasar yang besar bagi
IK di dalam negeri
5
Nilai Gini berada pada selang 0 sampai dengan 1. Rasio Gini = 0: menunjukkan
kemerataan yang sempurna (setiap orang mendapat porsi yang sama dari pendapatan,
dan bila rasio Gini = 1: berarti terjadi ketidakmerataan yang sempurna dalam
pembagian pendapatan. Dalam perkataan lain, satu orang (atau satu kelompok
pendapatan) di suatu negara menikmati semua pendapatan negara tersebut.
6
Banyak orang membeli produk-produk tertentu di sektor informal bukan
karena orang itu miskin, tetapi semata-mata karena harganya relatif murah daripada
harga produk yang sama di sektor formal. Misalnya antara makanan yang dijual di pasar
tradisional dengan di pasar swalayan.
Ananta, Aris. 1996. "Pasar Indonesia Tahun 2000: Analisis Demografi," Warta Demografi,
26 (6).
Bellante, D. and Jackson, M. 1983. Labor Economics. New York: McGraw Hill.
BPS. 1999. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia. Jakarta: PT Citra Mawana Patamaro.
BPS. 1999. Keadaan Pekerja/Karyawan di Indonesia. Jakarta: PT Citra Mawana
Patamaro.
BPS. 2000. Pengangguran Terbuka dan Setengah Pengangguran di Indonesia 1997-
1999. Jakarta: CV Dua Putra Sarko.
BPS. 2003. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia. Jakarta: CV Rioma.
BPS. 2003. Keadaan Pekerja/Buruh/Karyawan di Indonesia. Jakarta: CV Rioma.
BPS. 2003. Pengangguran Terbuka dan Setengah Pengangguran di Indonesia 2000-
2002. Jakarta: CV Rioma.
Islam, I. 2002. Poverty, Employment and Wages: An Indonesian Perspective. Jakarta:
ILO.
ILO. 1993. "Development of the Rural Informal Sector: Policies and Strategies (A
Discussion Paper)," makalah dalam Asian Sub-regional Seminar on Employment
Policies for the Rural Informal Sector in East and Southeast Asia, 24-28 May,
Yogyakarta.
ILO. 1998. Employment Challenges of the Indonesian Economic Crisis, June, Jakarta:
United Nations Development Programme.
Iryanti, Rahma. 2000. “Pengembangan Sektor Informal sebagai Alternatif Kesempatan
Kerja Produktif,” kumpulan makalah, Jakarta.
Korten, D. 1986. Pembangunan yang Memihak Rakyat, Jakarta: Lembaga Studi
Pembangunan.
Maloney, William F. (1995), "The Informal Sector in Mexico: A Dynamic Aproach,"
Washington D.C.: The World Bank.
Maloney, William F. (1999), "Self-Employment and Labor Turnover", Policy Research
Working Paper No. 2102, April, Latin America and the Caribbean Region, Poverty
Reduction and Economic Management Unit, Washington, D.C.: The World Bank.
Priyono, E. 1999. "Mengapa Angka Pengangguran Rendah di Masa Krisis Ekonomi?"
Jakarta: Lembaga Demografi FEUI.
Rahardjo, Dawam, M. 2003. Peranan Pekerja dalam Pembangunan Ekonomi, Jakarta:
LSPEUI.
Sjaifudin, Hetifah, Dedi Haryadi dan Maspiyati. 1995. Strategi dan Agenda Pengembangan
Usaha Kecil. Bandung: AKATIGA.
Standing, G. 1981. Labour Force Participation and Development. Geneva: ILO
Tambunan, Mangara dan Edy Priyono. 1999. "Urban-Rural Non-Farm Informal Sector:
Role, Linkages and Issue of Formalization." makalah Seminar Strategy for
Employment-Led Recovery and Reconstruction", 23-25 November, Jakarta:
ILO/Depnaker/Bappenas.
Tambunan, Tulus. 1998a. Krisis Ekonomi Indonesia. Penyebab &
Penanggulangannya, Jakarta: LP3E KADIN Indonesia & Yayasan Indonesia
Forum.
Tan, Mely G. 1999. "Social Protection on Women Workers in The Informal Sector",
makalah seminar Strategy for Employment-Led Recovery and Reconstruction, 23-
25 November, Jakarta:ILO/Depnaker/Bappenas.