MANUAL
PENANGANAN BENIH
TANAMAN HUTAN
MANUAL
PENANGANAN BENIH
TANAMAN HUTAN
KATA PENGANTAR
Manual Penanganan Benih Tanaman Hutan ini disusun sebagai acuan dalam
melaksanakan kegiatan memproduksi benih untuk selanjutnya dijadikan bibit
(dari benih berkualitas akan diperoleh bibit berkualitas). Informasi yang ingin
disajikan adalah bagaimana proses atau tahapan yang sebaiknya dilaksanakan
agar dapat diperoleh bibit berkualitas untuk pembangunan hutan yang
berkualitas di masa datang.
Benih berkualitas tidak hanya dipengaruhi oleh sumber benih, akan tetapi juga
dapat dipengaruhi oleh seed handling dari benih tersebut. Oleh karena itu, di
dalam manual ini disajikan langkah-langkah yang dapat mendukung terhadap
seed handling berkualitas yang diaplikasikan dalam 6 (enam) langkah
penanganan benih berkualitas.
Demikian manual ini disusun dengan harapan dapat berguna bagi para pihak yang
berminat untuk membangkitkan produksi benih berkualitas.
DAFTAR ISI
No Teks halaman
DAFTAR TABEL
No Teks halaman
Tabel 1.Enam Langkah Penanganan Benih Berkualitas ............................2 8
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menggunakan
Kerusakan hutan yang
Benih Berkualitas
terjadi di Indonesia pada
saat ini telah menuntut Degradasi Hutan
pemerintah dan seluruh Rehabilitasi
masyarakat Indonesia Menggunakan
Benih Asal-asalan
untuk menjadi sadar dan
bangkit membangun
hutan Indonesia.
Gambar 1. Rehabilitasi dan Penggunaan Benih Berkualitas
Berdasarkan aspek benih, kualitas genetik benih dapat diartikan sebagai benih
murni dari spesies tertentu yang menunjukkan identitas genetik atau asal-usul
dari tanaman induknya. Kualitas fisik benih merupakan penampilan benih secara
prima bila dilihat secara fisik (misalnya : ukuran, bernas, bersih dari campuran
benih lain, biji gulma dan dari kontaminan lainnya.) Sedangkan kualitas
fisiologis benih, yaitu dimana benih menampilkan kemampuan daya hidup atau
viabilitas benih yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh benih
(bermula dari kemampuan daya hidup awal yang maksimum saat masak fisiologis
dan tercermin pula pada daya simpannya selama periode tertentu, serta bebas
dari kontaminasi hama dan penyakit benih).
Benih adalah simbol dari suatu permulaan; benih merupakan inti dari kehidupan
di alam semesta dan yang paling penting adalah kegunaannya sebagai
penyambung dari kehidupan tanaman. Benih disini diartikan sebagai biji yang
digunakan untuk tujuan penanaman.
Dalam hal kualitas benih, maka penangan benih merupakan suatu aspek yang
dapat mempengaruhi kualitas yang dihasilkan. Oleh karena itu, untuk
mendukung produksi benih berkualitas disusunlah manual ini yang merupakan
formulasi dari berbagai literatur dan pengalaman praktis di lapangan yang
dituangkan dalam suatu bentuk tulisan, sehingga dapat dijadikan rujukan bagi
aplikasi di lapangan. Manual ini dibuat sebagai upaya pembuatan rujukan teknis
praktis bagi para pelaksana di Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
pada khususnya serta semua kalangan yang bergerak di bidang perbenihan pada
umumnya.
Maksud dari penyusunan manual ini adalah sebagai salah satu acuan dalam
pelaksanaan kegiatan kehutanan khususnya kegiatan perbenihan tanaman hutan
dan untuk melengkapi keputusan-keputusan dan pedoman-pedoman yang telah
ada terutama dalam aspek penanganan benih.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai, yaitu agar diperoleh suatu acuan
pelaksanaan teknis penangan benih tanaman hutan bagi para pelaksana di
lingkup BPTH Jawa dan Madura pada khususnya serta bidang perbenihan pada
umumnya dalam aspek : pengunduhan, pengeringan/pengolahan, pengepakan,
pengujian (tersendiri) dan pelabelan.
Pedoman atau acuan yang disusun pada dasarnya merupakan teknik pelaksanaan
pengananan benih dengan tetap menjaga kualitasnya (fisik-fisiologik-genetik).
Ruang Lingkup
Secara skematis ruang lingkup penanganan benih dalam aspek produksi bibit
untuk mendukung rehabilitasi hutan dan lahan seperti Gambar 2.
Sumber Benih
Pengunduhan
Benih
Penanganan
Persemaian
Tersendiri
Bibit
Penanaman
Pengertian-pengertian
PENGUNDUHAN
2. Memanjat
Pe n g u m p u l a n / p e n g u n d u h a n
dengan memanjat diperlukan
keahlian seseorang dalam
memanjat pohon. Te k n i k
pengunduhan dengan memanjat
dapat dilakukan dengan cara
langsung memanjat tanpa bantuan
peralatan (seperti tali) maupun
Gambar 7. Pengunduhan dengan Memanjat
dengan bantuan peralatan tali.
Apabila pengunduhan dialakukan dengan memanjat, maka si pemanjat
harus dibekali dengan pengetahuan tentang buah yang masak. Hal ini
dengan landasan bahwasannya buah yang masak di pohon agak berbeda
dengan yang sudah jatuh. Umumnya, buah yang masak di pohon masih ada
yang belum menunjukkan perubahan warna yang signifikan.
Sebaiknya untuk teknik pengunduhan
buah yang dilakukan dengan
memanjat, buah dikumpulkan dari
tajuk bagian tengah. Hal ini
Atas
berdasarkan beberapa penelitian
yang menghasilkan strata tajuk
bagian tengah memiliki kualitas fisik-
Tengah
fisiologis yang lebih baik dibanding
strata bawah maupun atas.
Pembagian strata dapat dialakukan
Bawah
dengan membagi tajuk pohon
menjadi 3 (tiga) bagian. Strata atas
adalah 1/3 bagian atas, strata
tengah, 1/3 bagian tengah dan strata
Gambar 8. Strata Tajuk
atas adalah 1/3 bagian bawah.
Hal yang perlu diperhatikan dalam aspek strata, yaitu kondisi fisiologis
pohon. Dalam hal ini bagian strata atas merupakan strata yang teridiri dari
mayoritas organ yang sel-selnya belum mature, bagian tengah strata
ditempati oleh organ-organ dengan sel yang sudah dewasa (mature),
sedangkan bagian bawah ditempati oleh organ penghasil buah degan kondisi
sel-selnya yang telah tua. Perbedaan tersebut tentunya akan berdampak
kepada buah/benih yang dihasilkan.
3. Sistim perangkap
Sistim perangkap di sini adalah suatu
teknik pengumpulan atau
pengunduhan dimana di bawah
tegakan atau pohon dipasang alat
yang dapat menampung buah/benih.
Alat yang digunakan dapat sarlon
net, kain maupun palstik (pada
intinya bagaimana alat yang
dipasang dapat menahan jatuhnya
Gambar 9.Pengunduhan dengan Sistim Perangkap
buah/benih ke tanah.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam aspek pengunduhan buah untuk menjaga
kualitas benih adalah :
1. Benih yang diunduh harus dari sumber benih yang bersertifikat. Apabila
benih yang digunakan terpaksa bukan dari sumber benih yang tidak
bersertifikat, maka benih harus diunduh dari pohon-pohon dengan
karakter yang baik untuk suatu tujuan pemanfaatan.
2. Pengumpulan data dan informasi yang berhubungan dengan
pengunduhan (seperti : jenis, tipe tegakan, waktu pengunduhan,
produksi buah, berat buah yang diunduh, ukuran buah, identitas pohon
yang diunduh dan orang yang mengunduh) yang dituangkan dalam suatu
bentuk dokumen pengunduhan.
3. Untuk lebih meningkatkan kualitas benih yang dihasilkan, apabila
buah/benih diunduh dari sumber benih bersertifikat, maka dapat
dilakukan pengelompokkan benih berdasarkan klas pohon induk di dalam
sumber benih. Sebagai contoh : benih dapat di lot dari 30 pohon induk
terbaik di dalam tegakan.
4. Membuat laporan yang disampaikan kepada pihak yang berwenang
bahwa pengunduhan telah dialaksanakan. Bukti yang dapat dijadikan
tolok-ukur adalah berupa Berita Acara yang disyahkan oleh pihak yang
mengawasi kegiatan pengunduhan. Dalam hal ini Berita Acara dapat
disyahkan oleh Dinas setempat yang mengatur bidang kehutanan.
Sedangkan BPTH Jawa dan Madura cukup diberikan tembusan dan
sifatnya menerima laporan untuk dijadikan bahan pengawasan
peredaran benih.
5. Setelah benih diunduh harus segera disertifikasikan untuk mendapatkan
sertifikat mutu benih kepada pihak berwenang.
1. Seleksi Buah
Seleksi terhadap buah dilakukan dalam rangka memilih dan memilah buah-
buah yang secara fisik telah diserang hama dan penyakit. Tanda-tanda buah
yang diserang oleh hama dapat terlihat secara visual terlihat terdapat
bekas-bekas serangan. Buah yang di reject adalah buah yang terserang
hama sampai kepada bagian benih (buah yang terserang hanya pada bagian
kulit (eksocarp) dan bagian daging (mesocarp)) masih dapat dimanfaatkan
untuk dijadikan benih.
Buah yang terserang oleh penyakit dilihat dengan cara mengamati pada
buah tersebut apakah terdapat tanda atau tidak. Tanda-tanda yang dapat
digunakan sebagai indikator dapat berupa benang-benang hypa (apabila
buah terserang jamur) dan terlihat terjadinya pembusukan (apabila buah
terserang bakteri dan virus).
Meskipun pada dasarnya buah yang diserang hama dan penyakit tidak sampai
kepada bagian benih yang akan digunakan untuk memproduksi bibit,
sebaiknya buah tersebut tidak digunakan. Hal ini dengan dasar
pertimbangan bahwa tidak menutup kemungkinan bahwa hama dan
penyakit yang terdapat pada buah adalah hama dan penyakit terbawa
buah/benih. Perlu diketahui bahwa hama/penyakit terbawa benih lebih
disebabkan karena faktor dalam dari buah/benih yang merupakan bawaan.
Dengan kata lain dapat diklasifikasikan bahwa buah tersebut memiliki
ekspresi genetik yang lebih cenderung mudah terserang oleh hama dan
penyakit.
! Pe n y a k i t p a d a b u a h d a p a t
mengganggu perkecambahan dan
petumbuhan benih dengan demikian
dapat merugikan kualitas dan
kuantitas hasil;
2. Pengeringan
Dalam hal pengeringan, terdapat 2 (dua) hal yang harus diperhatikan, yaitu
proses penurunan KA benih yang sudah masak serta peningkatan pemasakan
buah (buah yang tua, tetapi belum mature). Oleh karena itu, untuk benih-
benih yang diunduh, tetapi belum masak maka harus dilakukan pemeraman
terlebih dahulu.
Pemeraman dapat dilakukan dari beberapa hari sampai beberapa minggu.
Lingkungan selama periode pemeraman ini penting diperhatikan dalam
usaha mengontrol proses fisiologisnya. Buah ditempatkan pada suhu udara
normal, di daerah tropis diantara 20o dan 30oC. Tingkat kelembaban
pertama kali tinggi, tetapi secara bertahap dikurangi selama proses
berlangsung. Kadar air tinggi selama perawatan awal dan menyebabkan
benih rentan terhadap serangan jamur perusak. Ventilasi yang memadai
membatasi kerusakan tersebut, tetapi dapat beresiko menyebabkan benih
terlalu kering.
Pemisahan benih dari komponen lainnya sebagai hasil dari proses ekstraksi
dapat dilakukan dalam beberapa cara/teknik. Teknik yang lebih umum
biasanya dengan menggunakan penampi. Dengan mengandalkan angin yang
berhembus serta gerakan dari tampi, maka benih dapat terpisah dari
komponen selain benih. Disamping menggunakan alat tampi, juga dapat
digunakan alat lain seperti ayakan. Metode ekstraksi dengan alat bantu
ayakan dengan landasan perbedaan ukuran antara komponen selain benih
dengan benih.
Teknik lainnya, dapat dilaksanakan dengan cara menggunakan alat
pembantu devider (alat yang dapat memisahkan benih dan komponen lain
dari benih dengan menggunakan saringan berdasarkan ukuran. Setelah
benih dan komponen lainnya dimasukkan ke dalam devider, maka benih
dapat terpisah dengan komponen lainnya.
Teknik pemisahan antara benih dan komponen lainnya berdasarkan teknik di
atas lebih efektif dan efisien untuk benih-benih yang tidak memiliki
mesokarp (daging buah), sedangkan untuk benih-benih yang memiliki daging
buah langkah ekstraksi lebih baik dilaksanakan pada tahap awal (sebelum
pengeringan).
PENGEPAKAN
Pengepakan/penyimpanan merupakan suatu proses yang harus diperhatikan
untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat
mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan
adalah kualitas fisik-fisiologik. Kualitas fisik-fisiologik bibit dapat dipengaruhi
oleh kualitas benih yang melalui tahapan proses penyimpanan.
Tujuan utama penyimpanan benih untuk
menjamin persediaan benih yang masih
memiliki mutu yang baik untuk suatu program
penanaman (apabila penanaman tidak
dilaksanakan segera). Dengan demikian benih
yang disimpan berfungsi sebagai penyangga
antara permintaan untuk penanaman dengan
produksi. Dalam hal ini, penyimpanan benih
lebih cenderung karena pegaruh waktu
penanaman, musim serta sifat dari pembuahan
Gambar 13. Pengepakan Benih
pohon induk.
Durasi atau lamanya penyimpanan benih akan sangat tergantung kepada sifat
doemansi benih. Benih-benih dengan sifat dorman yang lama, maka akan
memiliki peluang untuk disimpan lama. Seperti benih-benih ortodoks yang
memiliki ciri masa dormansi yang lama, sehingga jenis-jenis benih tersebut
dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama. Berbeda dengan jenis
yang semi rekalsitran dan rekalsitran. Jenis-jenis benih yang rekalsitran
memiliki sifat yang tidak tahan untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Sedangkan untuk jenis semi rekalsitran memiliki sifat dapat disimpan jalam
jangka waktu yang cukup lama.
Teknik yang dapat dijadikan indikator dalam pengelompokkan jenis berdasarkan
sifat penyimpanan adalah dapat diduga berdasarkan ukuran benih. Benih-benih
dengan ukuran yang besar dapat diduga tergolong ke dalam jenis rekalsitran,
ukuran benih yang sedang dapat diduga sebagai jenis benih yang semi rekalsitran
serta benih dengan ukuran yang kecil dapat diduga sebagai benih ortodoks.
Oleh karena itu, untuk menduga lama durasi penyimpanan benih dapat diduga
berdasarkan ukuran dari benih yang akan disimpan. Pada dasarnya teknik
pendugaan jenis benih berdasarkan ukuran dapat berimplikasi kepada
kandungan air benih. Benih dengan ukuran yang kecil lebih cenderung untuk
memiliki kadar air yang rendah, benih dengan ukuran yang sedang memiliki
kadar air yang sedang serta benih dengan ukuran besar dapat mengandung kadar
air yang tinggi.
Dalam hal lama penyimpanan, benih ortodoks dapat disimpan dalam jangka
waktu bertahun-tahun. Sedangkan untuk jenis semi rekalsitran dapat disimpan
jalam jangka tahunan saja. Aspek-aspek yang dapat mempengaruhi lamanya
Manual Pengujian
Penanganan Benih Tanaman Hutan
Manual Benih Tanaman Hutan ii 17
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
benih dapat disimpan selain berdasarkan tipe benih, juga dapat dipangaruhi
oleh :
! Genetik (daya simpan diwariskan). Dalam aspek ini lamanya daya simpan
sangat tergantung kepada sifat yang diwariskan dari induk ke keturunannya.
Induk-induk yang memiliki karakter dapat memperhatahankan masa
dorman yang lama, maka dapat diwariskan ke keturunannya juga yang akan
mewarisi masa dorman yang lama;
2. Kadar air
Kadar air yang tinggi dapat mengakbatkan proses pembusukan benih. Hal
ini disebabkan air yang terlalu tinggi dapat merangsang untuk aktifnya
enzim yang terdapat di dalam benih, sehingga dapat mengakibatkan
pembusukan yang disebabkan oleh jamur maupun bakteri.
3. Tekanan oksigen
Oksigen diperlukan benih untuk melakukan proses respirasi. Benih-benih
yang disimpan sebaiknya diberikan tekanan yang cukup untuk
! Wadah yang digunakan ditutup rapat agar tidak terjadi perubahan oksigen
selama penyimpanan.
! Perhatikan kadar air benih yang disimpan; apabila benih masih memiliki
kadar air yang tinggi sebaiknya diturunkan dulu.
Manual Pengujian
Penanganan Benih Tanaman Hutan
Manual Benih Tanaman Hutan ii 19
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
! Simpan benih dalam kondisi suhu dan kelembaban yang sesuai dengan
persyaratan. Ruang penyimpanan dapat berupa DCS, refigerator maupun
ruangan yang telah diset dengan suhu yang baik untuk proses penyimpanan.
Untuk benih-benih tertentu (ortodoks) dapat disimpan dalam ruang suhu
kamar, apabila penyimpanan benih tidak terlalu lama.
Untuk tetap menjaga kualitas genetik, maka
pada saat dilakukan proses pengepakan
maupun penyimpanan harus tetap
mencantumkan identitas dari benih.
Identitas dipasang pada setiap kemasan
maupun wadah yang digunakan. Dengan
demikian maka benih yang disimpan akan
selalu memiliki kualitas fisik-fisiologik-
genetik. Kualitas fisik-fisiologik dijaga
dengan cara melakukan pengepakan maupun
penyimpanan dengan baik dan kualitas
genetik dijaga dengan memberikan identitas
di setiap wadah maupun kemasan yang
dibuat. Gambar 14. Tempat Menyimpan Benih
PENGUJIAN
Contoh Uji
Pada dasarnya, untuk
mendapatkan kualitas benih yang Open
selalu memperhatikan kualitas
genetik, maka pada saat
mengirimkan contoh uji kepada
pihak berwenang (BPTH) harus
disertakan identitas dari asal-usul
benih. Disamping itu, informasi
mengenai sumber benih maupun
pohon induk harus
didokumnetasikan di setiap lot
Desikator Kecambah
contoh benih yang akan diuji.
Apabila identitas dari lot contoh uji selalu dapat diketahui, maka sebenarnya
sudah memperhatikan kualitas genetik dari benih yang akan digunakan untuk
memproduksi bibit. Kehilangan identitas tentunya dapat berimplikasi terhadap
kulaitas genetik dari benih yang diproduksi maupun bibit yang digunakan untuk
pembangunan hutan.
Benih yang dujikan sebagai upaya untuk mengetahui serta memastikan kualitas
atau mutu benih yang terdiri dari mutu fisik benih (kesehatan, kemurnian,
jumlah 1000 butir dan ukuran benih) serta kualitas fisiologis yang terdiri dari
informasi kadar air, daya kecambah dan kemasakan.
Oleh karena itu, pada tahapan proses pengujian benih data dikumpulkan adalah
benih ini merupakan suatu bentuk keabsahan yang dapat diyakini oleh konsumen
bahwa benih tersebut benar-benar layak edar atau bahkan tidak layak edar.
Berdasarkan hal tersebut maka keterjaminan mengenai benih yang akan
dimanfaatkan oleh pihak konsumen atau produsen menjadi lebih terjamin.
Disamping itu, dengan diterbitkannya sertifikat mutu benih maka dapat dapat
dikontrol atau dikendalikan mengenai aspek lalu-lintas benih.
Diketahuinya lalu lintas benih yang beredar di masyarakat akan sangat
membantu dalam meningkatkan variasi genetik dati tegakan yang dibangun.
Perlu diketahui bahwa variasi genetk yang tinggi merupakan modal dasar bagi
pemabangunan hutan berkualitas.
Hutan yang memiliki variasi genetik yang tinggi tentunya merupakan dambaan
bagi semua pihak yang interes terhadap pembangunan hutan. Hal ini
dikarenakan dengan semakin tingginya variasi genetik, maka dapat menciptakan
kondisi efektifitas lahan terjadi, meningkatnya produktifitas lahan serta dapat
ditemukannya variasi-variasi yang lebih baik dari yang dibangun pada saat ini.
Pengujian benih :
PEMASANGAN LABEL
maka diharapkan dapat tercipta kondisi yang saling meyakini mengenai benih
yang diperjual-belikan.
Identitas nomor disini adalah nomor dari sertifikat sumber benih yang dijadikan
sumber benih. Identitas nomor sumber benih hanya dapat diperoleh apabila
sumber benih yang dijadikan tempat pengumpulan benih telah disertifikasi oleh
pihak yang berwenang.
Identitas kelas dimaskud adalah menunjukkan kelas dari sumber benih yang
dijadikan sumber pengumpulan benih yang diproduksi. Semakin tinggi kelas dari
sumber benih, maka pada dasarnya akan semakin kualitas genetik dari benih
yang digunakan. Hal ini dengan dasar pertimbangan bahwa semakin tinggi
kualitas sumber benih, pada dasarnya semakin tinggi kualitas penotipe yang
dipersyaratkan.
Disamping data tersebut di atas, maka pada label benih juga harus memuat
data-data lain yang dapat mendukung informasi dari benih yang diproduksi.
Data-data pendukung yang diperlukan sebagai bentuk informasi yang
berhubungan dengan kondisi dari benih yang diproduksi. Data-data yang harus
dicantumkan adalah :
Data-data tersebut pada dasarnya merupakan data hasil dari pengujian benih.
Hasil dari pengujian benih akan diperoleh sertifikasi mutu benih. Output
sertifikat mutu benih merupakan bentuk dokumen yang dapat digunakan untuk
keabsahan dari label atau benih yang diproduksi.
ENAM LANGKAH
PENANGANAN BENIH BERKUALITAS
Oleh karena itu, sebagai bentuk kerja yang sinergis dalam mewujudkan
pembangunan hutan berkualitas dirasa harus terdapat pembagian peran dalam
penanganan benih berkualitas. Dalam hal ini dapat dijadikan sebagai alternatif
peran yang harus dijunjung oleh pihak-pihak yang berkompeten.
Pembagian peran yang bertujuan untuk mengawal tercapainya penanganan
benih berkualitas dengan cara terdapat pihak yang mengontrol untuk setiap
tahapan yang dialukan. Untuk keseluruhan tahapan, BPTH dengan TUPOKSI-nya
harus mendapatkan informasi yang general (keseluruhan), namun demikian
harus terdapat controlling pada simpul-simpul stage masing-masing kegiatan.
Sebagai langkah alternatif, maka untuk memainkan peran yang sinergis dapat
dilihat Tabel 1.
5 Penguji an
Pengepakan
6 Pemasangan Label *)
*)
Catatan : Dibina oleh Dishut Setempat (Dok. Lacak-Balak)
Pada Tabel 1. meskipun bahwa pihak yang melaksanakan kegiatan adalah pihak
produsen, akan tetapi untuk menjaga keterjaminan mutu dari benih yang
berkualitas diperlukan keterlibatan pihak lain yang berperan sebagai
pengontrol. Peranan pengontrol dapat berasal dari pihak pemerintah daerah
(Dinas Kab./Kota setempat), pihak LITBANG maupun Balai Konservasi. Hal ini
akan sangat tergantung kepada tempat/lokasi produsen berada. Pertimbangan
tersebut lebih cenderung untuk menciptakan efektifitas dan efisiensi kerja
penanganan benih berkualitas.