PENDAHULAAN
Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan
yang begitu pesat. Setiap negara berusaha mempersiapkan diri untuk dapat bersaing dengan
negara lainnya. Salah satu usaha yang dilakukan adalah meningkatkan sumber daya manusia
yang paling tepat dilaksanakan lewat jalur pendidikan. Oleh karena itu kemajuan di bidang
Di dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No. 20 tahun 2003 telah
tertuang mengenai fungsi pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Sedangkan tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
Pendidikan matematika yang diterapkan di sekolah saat ini merupakan dasar yang sangat
diajarkan di sekolah terdiri dari elemen-elemen dan sub-sub bagian yang terdiri dari: (1)
arti/hakekat pendidikan yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuannya dan daya nalar
serta pembinaan kepribadian siswa; (2) adanya kebutuhan yang nyata berupa tuntutan
perkembangan real dari perkembangan hidup masa kini dan masa mendatang yang senantiasa
berorientasi pada perkembangan pengetahuan seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Masalah klasik yang selalu muncul pada proses pembelajaran matematika di sekolah
adalah mengenai model yang digunakan yakni masih menggunakan model konvensional atau
kemudian memberikan contoh dan latihan. Di sisi lain siswa berfungsi seperti mesin. Mereka
matematika siswa. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran merupakan suatu cara atau
strategi yang teratur dan terencana yang digunakan dalam proses belajar-mengajar untuk
mencapai tujuan pendidikan, yang secara spesifik adalah untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa. Untuk itu, pemilihan model mengajar yang tepat perlu disesuaikan agar tujuan yang ingin
dicapai tidak terhambat Dengan model pembelajaran matematika yang tepat dan disesuaikan
dengan situasi dan kondisi siswa dan guru maka diharapkan proses belajar-mengajar dapat
Teori belajar konstruktivisme, yang pertama kali diungkapkan oleh Piaget menegaskan
bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa.
Artinya bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan
kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-
botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
yang lebih profesional dalam bidangnya, misalnya mengenai bagaimana cara guru menciptakan
kondisi pembelajaran yang dimulai dari isu-isu yang relevan dengan lingkungan anak. Selain itu
guru dituntut untuk terampil memilih topik yang dapat membangkitkan motivasi anak selama
pembelajaran berlangsung.
Model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. CTL
merupakan sebuah strategi baru yang lebih memberdayakan siswa yang tidak mengharuskan
siswa menghafal fakta-fakta tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri. Pembelajaran berbasis CTL melibatkan tujuh komponen
Kemampuan awal yang dimiliki siswa memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
menerima materi pelajaran selanjutnya. Kesiapan dan kesanggupan dalam mengikuti pelajaran
banyak ditentukan oleh kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa sehingga kemampuan awal
telah disusun secara sistematis sehingga untuk masuk pada pokok bahasan lain, kemampuan
awal siswa pada pokok bahasan sebelumnya akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Dalam
kegiatan belajar-mengajar, setiap materi yang disampaikan hendaknya bisa diserap oleh siswa
yang berkemampuan awal rendah sedang maupun yang berkemampuan awal tinggi. Menurut
Benyamin S. Bloom seperti yang dikutip Suhaenah Suparno (2001:52): "Untuk belajar yang
bersifat kognitif apabila keadaan awal dan pengetahuan atau kecakapan prasyarat belajar tidak
dipenuhi maka betapapun baiknya kualitas pembelajaran tidak akan menolong siswa untuk
memperoleh hasil belajar yang tinggi". Kemampuan awal di sini adalah nilai test awal sebelum
penelitian, dengan materi sebelumnya sebagai materi prasyarat mengikuti materi Trigonometri.
Model pembelajaran langsung dan CTL merupakan model pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivisme yang dimaksudkan untuk menghasilkan hasil belajar yang secara kualitatif
berbeda dengan apa yang dihasilkan oleh metode-metode tradisional. Dengan menggunakan
model pembelajaran CTL dan pembelajaran langsung pada pembelajaran matematika pada
beberapa materi pokok Perbandingan dan Fungsi Trigonometri, siswa diberi kesempatan untuk
berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan menemukan dan membentuk konsep. Dengan model
tersebut diharapkan pembelajaran lebih bermakna dan dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas timbul beberapa masalah yang diidentifikasi
1. Model pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai dengan kondisi siswa.
sangat penting dalam belajar matematika maka ada kemungkinan rendahnya hasil
sebelumnya.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka terdapat berbagai macam masalah dan
luasnya bidang penelitian. Oleh karena itu perlu adanya pembatasan agar penelitian ini
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
CTL pada kelas eksperimen model pembelajaran langsung pada kelas kontrol.
2. Kemampuan awal siswa dibatasi pada nilai test pada materi prasyarat sebelum materi
Trigonometri.
D. Rumusan Masalah
2. Apakah prestasi belajar matematika siswa kemampuan awal tinggi lebih baik dari
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian
ini bertujuan:
2. Untuk mengetahui apakah prestasi belajar matematika siswa kemampuan awal tinggi
lebih baik dari prestasi belajar matematika siswa kemampuan awal lebih rendah.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Sebagai bahan informasi bagi para guru dan calon guru matematika dalam menentukan
model pembelajaran yang tepat sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif selain model
a. Bagi siswa
Diharapkan dapat memperluas wawasan tentang cara belajar matematika terutama dalam
b. Bagi Guru
Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat mengenal lebih dekat tentang model
c. Bagi Sekolah
Melalui penelitian ini diharapkan sekolah dalam hal ini Kepala Sekolah dan pemegang