Anda di halaman 1dari 7

“IMPORTANT BIRD AREA:

PENDEKATAN WILAYAH UNTUK PERLINDUNGAN BURUNG-BURUNG”

Oleh : Dian Sukmajaya1

Pendahuluan............................................................................................................................ 1
IBA Indonesia Terancam ....................................................................................................... 2
IBA Bagi Burung ..................................................................................................................... 4
IBA Sebagai Pilihan Strategi Konservasi ............................................................................... 5
Adopsi IBA dalam Pengelolaan Hutan (Swasta dan Pemerintah) ........................................ 6

Pendahuluan

Important Bird Area (IBA) yang sering diterjemahkan sebagai daerah penting burung (DPB)
merupakan suatu wilayah yang ditunjuk karena secara global penting bagi konservasi
populasi burung. Penetapan suatu wilayah sebagai IBA ditentukan dengan seperangkat
kriteria yang telah disepakati secara Internasional. Suatu wilayah bisa dikategorikan sebagai
IBA apabila wilayah tersebut merupakan habitat bagi populasi jenis burung terancam punah,
merupakan daerah persinggahan burung-burung migrasi, shorebirds atau burung-burung laut,
merupakan wilayah yang secara tetap terdapat jenis burung yang memiliki sebaran terbatas,
atau daerah yang dijumpai jenis-jenis yang merupakan karekteristik bioma tertentu. Data
tahun 2004 dari Birdlife International menunjukkan bahwa tidak kurang dari 7.500 IBA yang
sudah diidentifikasi di seluruh dunia yang mencakup 170 negara.

Di Asia saat ini terdapat sekitar 2.293 IBA dengan total area lebih dari 230 juta hektar.
Sekitar 11 % IBA di Asia berada di wilayah Indonesia. Di Asia Tenggara Indonesia
merupakan negara dengan jumlah IBA terbanyak, yaitu sebanyak 227 lokasi yang tersebar di
24 provinsi. Data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia merupakan wilayah penting bagi
upaya konservasi burung dunia. Melihat kondisi ini sudah barang tentu peran dan kiprah
Indonesia dalam perlindungan satwa yang unik tersebut menjadi sangat signifikan dan selalu
menjadi pusat perhatian dunia. Namun disadari atau tidak kesadartahuan (awareness) tentang

1
Freelance Consultant, Pemerhati Kehutanan dan Konservasi (dsukmajaya@yahoo.com). This paper is
dedicated to conservation, my lovely Memy and beloved son, Izzat and last but not least my colleague at
Burung. “Do something for Birds, and let birds help you for better environment”

Page 1 of 7
pentingnya Indonesia dalam konservasi burung dan habitatnya masih sangat rendah.Gambar
1 menunjukkan luasan IBA yang ada di Asia Tenggara. Indonesia memiliki IBA terluas
dibandingkan negara ASEAN lainnya.

300,000

250,000

200,000

150,000
Luas
100,000

50,000

-
Indone M alays M yanm Philippi Singap Thailan Timor V iet na
Laos
sia ia ar nes ore d Lest e m

Luas 255,571 23,850 50,994 54,364 32,302 114 44,426 1,852 16,899

Sumber: www.birdlife.org. (downloaded 6 Desember 2007)


Gambar 1. Luasan Important Bird Area (IBA) di Asia Tenggara

IBA Indonesia Terancam

Luasan IBA di Indonesia mencapai lebih dari 25 juta hektar. Sebagian besar lokasi IBA di
Indonesia termasuk ke dalam hutan konservasi. Selain masuk di kawasan konservasi lokasi
IBA juga ada yang masuk dalam wilayah hutan produksi dan hutan lindung. Salah satu lokasi
IBA yang sebagian besar masuk ke dalam hutan produksi adalah Bukit Bahar-Tajau Pecah
dan Meranti yang berada di Provinsi Jambi. Saat ini lokasi tersebut sedang menjadi perhatian
dunia sebagai lokasi kegiatan Restorasi Ekosistem. Lokasi IBA lainnya berada di kawasan
konservasi seperti Taman Nasional Kerinci Seblat, Berbak, Gede-Pangrango, Bromo-
Tengger dll yang membentang dari Barat ke Timur Indonesia.

Sudah menjadi gambaran umum bahwa, sebagian besar kawasan tersebut di atas dalam
kondisi terancam karena terjadinya penurunan kualitas ekosistem sebagai akibat berbagai
tekanan. Tekanan dan ancaman terhadap kawasan tidak hanya terjadi pada IBA yang berada
di dalam hutan produksi tetapi juga terjadi di kawasan konservasi. Di lokasi IBA bukit bahar-
tajau pecah misalnya berbagai permasalahan yang teridentifikasi adalah perambahan,
pembalakan liar, konversi lahan menjadi perkebunan sawit dll. Setali tiga uang di kawasan

Page 2 of 7
Taman Nasional permasalahan yang banyak terjadi adalah pembalakan liar, perambahan,
kebakaran hutan dan konversi lahan. Konversi lahan semakin meningkat sejak semakin
gencarnya upaya pembangunan kelapa sawit.

Pada tahun 2001, sedikitnya 50.000 ha hutan alam yang berada di dalam kawasan TN Kerinci
Seblat (IBA ID 029) dalam kondisi kritis akibat pembabatan hutan yang tidak terkendali
(Sinar Harapan, 2001). Tahun 2006, 2000 ha kawasan di Suaka Margasatwa Cikepuh (IBA
ID 077) terbakar. Kebakaran hutan yang massive juga terjadi pada tahun 1997-1998 hampir
di seluruh kawasan hutan Indonesia. Kondisi ini secara umum terjadi di sebagian besar lokasi
IBA di Indonesia. Kebakaran hutan setiap tahun menjadi ancaman serius karena terjadinya
perubahan iklim secara global dan akibat konversi lahan yang tidak terkendali.

Ancaman tersebut di atas telah mengakibatkan kawasan yang diperlukan untuk burung
bereproduksi, mencari makan dll semakin menurun kualitasnya. Hal ini secara langsung
berpengaruh terhadap keberadaan burung-burung liar di Indonesia. Kemana dan bagaimana
mereka akan survive?

IBA per Provinsi

40
35

30
25

20 Jumlah IBA
15
10

5
0

Sumber: www.birdlife.org. Download 6 Desember 2007 (diolah)

Gambar 2. Jumlah IBA per Provinsi di Indonesia

Bagaimana permasalahan di lokasi lainnya? Sebagai gambaran, luas penyebaran hutan


mangrove di Sumut mencapai 83.550 hektar, 60 persen di antaranya rusak. Kerusakan

Page 3 of 7
terparah, menurut data Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (Bapedalda)
Sumut, membentang dari Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Asahan, hingga Labuhan
Batu yang selama ini menjadi habitat burung migran. Di Langkat, misalnya, terdapat 35.300
hektar hutan mangrove, 25.300 hektar di antaranya rusak. Di Deli Serdang dan Serdang
Bedagai, kerusakan mencapai 12.400 hektar dari total luas 20.000 hektar. kerusakan hutan
mangrove akibat alih fungsi merupakan ancaman serius bagi burung migran yang biasa
singgah di pesisir Pantai Timur Sumut. Permasalahan dan ancaman terhadap IBA tidak
mengenal status kawasan dan berlangsung dari Barat sampai ujung Timur Indonesia.

IBA Bagi Burung

Burung sebagai entitas yang unik, indah dan memiliki peran dalam sebuah ekosistem tentu
saja tidak memahami apa dan bagaimana IBA. Manusia lah yang menentukan nasib dan
keberadaanya. IBA bagi burung berarti rumah. Rumah dimana dia bisa bersarang, istirahat,
makan, bercengkrama, singgah dan berkembangbiak. Rumah merupakan tempat
perlindungan bagi penghuninya. Rumah yang sehat adalah rumah yang mampu melindungi
penghuninya dari segala ancaman dan menyediakan kebutuhannya sehari-hari. Pendek kata,
apabila rumah terancam, terancam jugalah penghuninya. Bayangkan bagaimana keberadaan
lebih dari 1500 jenis burung di Indonesia....

Perlu diakui bahwa kesadaran publik tentang IBA di Indonesia masih sangat rendah.
Rendahnya kesadaran ini mengakibatkan juga rendahnya kesadaran akan pentingnya
konservasi bagi burung. Rendahnya kesadartahuan ini secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi sintasan burung-burung Indonesia. Sehingga upaya
pengkampanyean IBA sebagai sebuah strategi konservasi perlu dilakukan dengan lebih
terarah dan fokus. Introduksi bagi manajemen hutan (praktisi) tentu saja menjadi opsi dalam
menyikapi IBA sebagai strategi konservasi.

Sebagai orang awam tentu akan banyak pertanyaan ketika bicara tentang IBA. Misalnya,
kenapa IBA?; kenapa burung?; kenapa perlu ada penetapan suatu wilayah sebagai IBA?; apa
manfaat IBA? Atau lebih jauh lagi, Mampukah IBA menjawab persoalan-persoalan
konservasi? dan lain sebagainya. Pertanyaan baliknya adalah sejauhmana kita memahami
IBA? Baiklah kita kembali melihat si burung. Kenapa burung? Burung layak dijadikan

Page 4 of 7
indikator karena kelompok satwa ini memiliki atribut yang mendukung, yakni hidup di
seluruh habitat di seluruh dunia, mudah diidentifikasi, peka terhadap perubahan lingkungan,
data penyebarannya telah diketahui dan terdokumentasi dengan baik. Taksonomi burung
juga telah dikenal dengan baik dan mantap. Sampai saat ini tidak ada kelompok hidupan liar
lainnya yang memiliki semua atribut tersebut. Berbagai justifikasi baik ilmiah maupun lebih
bersifat subjective bisa kita diskusikan bersama. Dalam kontek ini penulis ingin
menggarisbawahi IBA sebagai sebuah pilihan strategi konservasi.

IBA Sebagai Pilihan Strategi Konservasi

IBA merupakan salah satu pilihan strategi konservasi yang berbasis habitat. Sebagai sebuah
pilihan, IBA menggunakan pendekatan perlindungan terhadap kawasan. Sebagai sebuah
strategi konservasi, IBA memiliki berbagai kelebihan yaitu diantaranya telah dikenal dan
diakui secara global, memiliki kriteria yang terdefinisikan dengan jelas, menggunakan
pendekatan wilayah dan mudah diterapkan. Pengakuan global tentu saja tidak cukup. Dalam
kontek country specific dan desentralisasi, upaya konservasi harus melibatkan masyarakat
dimana strategi konservasi diterapkan sehingga menjadi keharusan bagi para konservasionis
untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap keberadaan IBA. Selain itu perlu ada
instrumen kebijakan yang mendukung dari pemerintah dan kerjasama dari berbagai pihak.

IBA merupakan suatu pilihan strategi konservasi bagi penggiat konservasi burung terutama
Birdlife dan mitra-mitranya. Sebagai pilihan strategi IBA tentu saja diharapkan mampu
menjawab persoalan konservasi terkait konservasi burung. Sampai saat ini penetapan IBA
dalam suatu wilayah masih sebatas taraf identifikasi dan baru diketahui oleh Birdlife dan
partnernya. Tantangan yang sesungguhnya sebenarnya bagaimana mengimplementasikannya.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana ini bisa diimplementasikan dalam sistem
manajemen pengelolaan hutan di Indonesia?

Pengelolaan hutan di Indonesia terbagi dalam dua sistem yaitu swasta dan pemerintah.
Pengelolaan hutan oleh swasta biasanya diberikan untuk lokasi-lokasi hutan produksi (hutan
alam dan hutan tanaman). Sesuai dengan peraturan perundangan pemerintah berkewajiban
untuk melakukan pengelolaan di kawasan konservasi seperti Taman Nasional, Cagar alam

Page 5 of 7
dan Suaka margasatwa. Sehingga secara umum adopsi IBA dalam pengelolaan hutan bisa
berbeda dalam dua karakteristik tersebut.

Adopsi IBA dalam Pengelolaan Hutan (Swasta dan Pemerintah)

Sebagai sebuah pilihan strategi konservasi IBA dapat diimplementasikan di hampir semua
tipe hutan di Indonesia (Produksi, Konservasi, Lindung). Seperti sudah disebutkan di atas
IBA Indonesia menghadapi banyak permasalahan. Dari sisi pengelolaan bukan hal mudah
untuk mengintegrasikan kepentingan konservasi burung dengan tujuan pengelolaan. Namun
demikian ada berbagai prospek yang bisa dikembangkan dalam kontek adopsi IBA dalam
pengelolaan hutan.

IBA di hutan produksi. Hutan produksi merupakan hutan yang dikelola untuk tujuan
memproduksi hasil hutan (alam dan tanaman). Adopsi IBA dalam pengelolaan hutan
produksi menghadapi beberapa tantangan diantaranya dari sisi rules and regulations,
konsekuensi bagi manajemen, pemahaman para parktisi dan pengawas lapangan. Tantangan
tersebut merupakan prakondisi yang dihadapi dalam implementasi IBA di hutan produksi.
Salah satu uji coba yang diharapkan dalam pengadopsian IBA di hutan produksi adalah
inisiatif PT. REKI dalam upaya restorasi ekosistem.

Restorasi ekosistem adalah upaya untuk mengembalikan kondisi biotik dan abiotik sehingga
tercapai keseimbangan hayati. Lokasi target restorasi merupakan dua lokasi IBA yang telah
ditetapkan yaitu kelompok hutan Meranti di Selatan dan Bukit Bahar Tajau Pecah di Utara.
Penentuan target lokasi restorasi tidak lepas dari keinginan untuk melindungi kawasan
sebagai lokasi IBA. Mampukah PT. REKI mewujudkan dan menjadi contoh bagi Unit
Manajemen hutan lainnya di Indonesia dan di dunia? Tentu saja hal ini menjadi harapan kita
bersama. Dengan prakondisi yang harus dipenuhi PT. REKI menghadapi tantangan yang
tidak ringan. Paling tidak ada tiga prasyarat yang harus dipenuhi yaitu advokasi kebijakan
pemerintah, komitmen pengelola kawasan dan sumberdaya yang handal dan mumpuni selain
pemahaman tentang teritorial kawasan yang baik.

Tidak seperti di hutan produksi yang tujuan pengelelolaannya untuk memproduksi hasil
hutan, hutan konservasi seharusnya lebih mudah dalam penerapan strategi konservasi IBA.

Page 6 of 7
Tujuan dari pengelolaan kawasan konservasi sudah jelas yaitu untuk perlindungan,
pengawetan dan pelestarian tumbuhan dan hidupan liar. Termasuk burung. Namun demikian
mengingat permasalahan yang dihadapi hampir sama dengan hutan produksi adopsi IBA
lebih kurang akan menghadapi tantangan yang sama. Selain kurangnya pemahaman tentang
konsep IBA itu sendiri, permasalahan eksternal sangat mempengaruhi keberlangsungan
kawasan konservasi.

Berkaca pada distribusi masalah, pengalaman pengelolaan, dan dukungan kebijakan yang ada
saat ini, IBA sepertinya masih akan terlihat seperti sebuah kemasan etalase yang sangat
menarik dalam satu dekade ke depan. Perlu terobosan dan will semua pihak dalam upaya
optimalisasi IBA sebagai sebuah strategi konservasi. Penulis meninggalkan beberapa
pertanyaan untuk memprovokasi dan RE-Thinking IBA.

Sejauhmana kita memahami IBA? Layakkah IBA dijadikan sebagai strategi konservasi?
Bagaimana membuat IBA menjadi sesuatu yang menarik bagi publik? Adakah peluang
adopsi IBA dalam pengelolaan kawasan? Dan yang terakhir.. Mampukah inisiatif Restorasi
Ekosistem menjadi salah satu contoh penerapan strategi konservasi IBA? Atau IBA akan
menjadi sesuatu yang mengh-IBA?....

Page 7 of 7

Anda mungkin juga menyukai