Pilsafat Mayavada
Pilsafat Mayavada
ADALAH
ASAT-SASTRA
I. ASAL-USUL PILSAFAT MAYAVADA
Pilsafat mayavada disebutkan dalam Veda bahwa pilsafat ini diajarkan oleh
Deva Siva dalam inkarnasinya sebagai Acarya Sankara atau Sankaracarya.
Dikatakan bahwa bahwa Siva memberitahu istrinya Durgadevi sebagai berikut.
(Wahai Devi istriku, pada jaman Kali saya akan lahir sebagai seorang brahma-
na dan menjelaskan Veda dengan pilsafat palsu mayavada yang mirip dengan
pilsafat Buddhisme) – Padma-Purana Uttara-Kanda 25.7.
NIRGUNA-BRAHMAN = BRAHMAN TRANSCENDENTAL, TANPA WUJUD, SIFAT DAN CIRI, MUTLAK, SPIRITU-
AL, TIDAK DITUTUPI/DIKHAYALKAN MAYA DAN BUKAN PRODUK MAYA
SAGUNA-BRAHMAN = BRAHMAN IMMANENT DENGAN WUJUD SIFAT DAN CIRI MATERAIL, RELATIP, DI-
TUTUPI/DIKHAYALKAN MAYA DAN MERUPAKAN PRODUK MAYA
2. Para Avatara Tuhan adalah Saguna Brahman yang terwujud dari sifat alam
sattvam (kebaikan). Sedangkan para makhluk hidup (jiva) adalah Saguna
Brahman yang ter-wujud dari sifat alam alam rajas (kenafsuan) dan tamas
(kegelapan/kebodohan). Oleh karena sifat sattvam, rajas dan tamas adalah
unsur-unsur maya, maka baik para Avatara Tuhan maupun para jiva di du-
nia fana adalah produk maya.
3. Menurut orang-orang Mayavadi (=penganut pilsafat mayavada), konsep Tu-
han berpribadi (Personal God) yang berada dimana-mana pada tingkat vi-
suddha-sattvam (kebai-
ikan murni/spiritual) ada
lah kebodohan. Sebab,
kata mereka, visuddha- = SAGUNA BRAHMAN
sattvam adalah transfor
masi sifat alam sattvam
yang tetap merupakan unsur maya.
MAYA ITU APA?
IX. HAKEKAT MAYA
Para pilosof mayavadi tidak bisa menjelaskan apa sebenarnya maya itu yang
mampu menutupi/mengkhayalkan Tuhan (Brahman) sehingga menjadi berwu
jud Avatara, para makhluk hidup dan bermacam-macam wujud material lain.
Mereka mengatakan bahwa maya adalah semacam tenaga misterius yang di-
mengerti dengan analogi berikut.
BERANEKA MACAM
SINAR MATAHARI DITUTUPI PRISMA MENJADI SINAR BERWARNA WARNI
TENAGA SPI-
DUNIA ROHANI/
RITUAL (PARA
ALAM SPIRITUAL
SAKTI)
4. Jadi Tuhan mencipta dan memperbanyak diri dengan tenaga (sakti) Nya.
Tidak mungkin segala sesuatu dengan ke-aneka-ragaman wujud, sifat-si
fat dan ciri berasal dari Tuhan (Brahman) tanpa wujud, sifat dan ciri apa-
pun. Veda menyatakan bahwa Brahman adalah salah satu aspek Tuhan di-
samping Paramatma dan Bhagavan.
5. Dengan menyatakan bahwa Tuhan adalah Brahman impersonal, para pilo-
sof mayavadi meniadakan ke-agungan/kebesaran/keperkasaan/kehebatan
/kemaha-kuasaan Tuhan.
- ATMA - PARAMATMA
- PURUSA - PURUSOTTAMA
- BRAHMAN - PARAMBRAHMAN
- ISVARA - PARAMESVARA
- ANU-ATMA - VIBHU-ATMA
- TITIK BUNGA API - API UNGGUN BESAR
- OMBAK - SAMUDRA
- KECIL - MAHA BESAR
- REMEH/LEMAH - MAHA KUASA
- POTENSI TERBATAS - POTENSI TAK TERBATAS
(Kata atma, purusa, brahman dan isvara bisa menunjuk makhluk hidup (jiva)
atau Tuhan karena kesamaan mereka yang berhakekat spiritual).
a. Terwujud dari tenaga material (avidya a. Terwujud dari tenaga spiritual (para-
sakti) Tuhan. sakti) Tuhan.
b. Terwujud sementara karena mengalami b. Terwujud selamanya (kekal) dan ada
penciptaan dan peleburan. sejak Tuhan ada.
c. Berhakekat relatip dan terbatas. c. Berhakekat absolut dan tak terbatas.
d. Menyengsarakan. d. Membahagiakan.
e. Para makhluk hidup menderita dalam e. Para makhluk hidup berbahagia dalam
kerja keras agar bisa bertahan hidup. hubungan cinta-kasih (bhakti) dengan
Tuhan (Bhagavan).
f. Para makhluk hidup berkegiatan kare- f. Para makhluk hidup berkegiatan kare-
na dorongan nafsu. cinta-kasih (bhakti) kepada Tuhan.
g. Para makhluk hidup harus mengalami g. Para makhluk hidup selamanya sehat,
usia tua, terkena penyakit, menjadi tua segar, muda, amat tampan dan menye
dan akhirnya mati. nagkan.
XVIII. KEPALSUAN KETUJUH : JIVA DAN BRAHMAN SEBAGAI SATU SUBSTANSI
SPIRITUAL SAMA NON INDIVIDUAL ADALAH KONSEP SPIRITUAL SEJATI
1. Pernyataan bahwa sang makhluk hidup (jiva) identik dengan Tuhan ( jivo
brahmaiva na aparah atau brahman atman aikyam) dianggap kebenaran
tertinggi ketiga oleh para pilosof mayavadi setelah Brahma satyam (hanya
Brahman yang nyata/sejati) dan jagan mithya (alam dunia ini palsu).
Bahwa Brahman/Jiva adalah nirguna (tanpa sifat),
nirvisesa (tanpa ciri), nirakara (tanpa wujud) dan
anirvacaniyam (tak teruraikan dengan kata-kata),
= begitu kata mereka, di benarkan oleh Brhad-Ara-
nyaka Up.3.9.26 bahwa Brahman adalah neti-neti,
bukan ini dan bukan pula itu.
(1). BERHAKEKAT SPIRITUAL MURNI, SEJATI. (1). BERHAKEKAT MATERIAL, PRODUK MAYA.
(2). PARA-RUPA, HAKEKAT TUHAN TERTINGGI. (2). APARA-RUPA, HAKEKAT TUHAN TINGKAT
RENDAH.
(3). PENGETAHUAN TENTANG BRAHMAN ADA- (3). PENGETAHUAN TENTANG BHAGAVAN ADA-
LAH PARA-VIDYA, PENGETAHUAN SPIRITU- LAH APARA-VIDYA, PENGETAHUAN MATE-
AL TINGKAT TINGGI. RIAL TINGKAT RENDAH.
(4). DIMENGERTI DENGAN JNANA ABSOLUT DI- (4). DIMENGERTI DENGAN JNANA RELATIP YA-
LUAR LOGIKA, ARGUMEN DAN RASIONALI- NG PENUH DENGAN LOGIKA, ARGUMEN,
TAS MELALUI PERENUNGAN (MEDITASI) ANALOGI DAN RASIONALITAS.
YANG MELAHIRKAN ILHAM MISTIK GAIB.
(5). KONSEP BRAHMAN BERSIFAT UNIVERSAL, (5). KONSEP BHAGAVAN BERSIFAT LOKAL/SEK
AJARAN PEMERSATU UMAT MANUSIA. TE/KELOMPOK/GOLONGAN, AJARAN YANG
HANYA MENIMBULKAN KONFLIK.
(6). KONSEP BRAHMAN ILMIAH, COCOK DENG- (6). KONSEP BHAGAVAN TIDAK ILMIAH, TIDAK
NGAN ILMU PENGETAHUAN MODERN. COCOK DENGAN PENGETAHUAN MODERN.
(7). HANYA BISA DIPAHAMI OLEH ORANG CER- (7). HANYA COCOK BAGI ORANG KURANG CER-
DAS DAN TELAH MAJU DIBIDANG ROHANI. DAS DAN BELUM MAJU DIBIDANG ROHANI.
material tetapi spiritual. Bgitu pula, pernyataan Kena Upanisad 1.5.8, “Tu-
han tidak terungkapkan dengan kata-kata, tidak terpahami oleh pikiran, ti-
dak terdengar oleh telinga dan tidak terlihatoleh
mata”, sesungguhnya berarti:
(a) Tuhan tidak bisa diungkapkan dengan kata-ka-
ta yang keluar dari silat-lidah dan angan-angan
pikiran orang-orang mayavadi.
(b) Tuhan tidak terpahami oleh pikiran orang-ora-
ng mayavadi yang penuh khayalan, dan
(c) Tuhan tidak bisa dilihat dan didengar dengan mata dan telinga badan
jasmani yang terbatas, tidak sempurna, kotor nafsu dan didikte oleh po-
la pikir pilsafat mayavada.
3. Veda menyatakan, “Nayam atma pravacanena labhyo na medhaya na bahu
na srutena, Tuhan dapat dipahami bukan dengan banyak berdiskusi tenta-
ng Beliau, bukan dengan kecerdasan hebat da bukan pula dengan banyak
belajar kitab suci. Yam evaisa vrnute tena labhyas tasyaiva atma vivrnute
tanum svam, tetapi Beliau terpahami oleh orang yang dipilih olehnya” (Ka-
tha Up.1.2.23). Disini kata atma menunjuk Tuhan.
4. Selanjutnya dikatakan, “Apani pado javano grahita, Ia (Tuhan) tidak punya
tangan atau kaki, namun Beliau bisa bergerak dan menerima persembah-
an yang dihaturkan kepadaNya” (Svetasvatara Up.3.19). Ia (Tuhan) adalah
adrstah, tidak punya mata, tetapi Beliau drstah, bisa melihat. Ia adalah
asrutah, tidak bertelinga, tapi Beliau srutah, bisa mendengar. Ia (Tuhan)
adalah amanta, tidak punya pikiran, tetapi Beliau mantah, berpikir. Dan Ia
(Tuhan) adalah avijnatah, tidak berpengetahuan, tetapi Beliau vijnatah,
maha mengetahui” (Brhad Aranyaka Up.7..2.3).
Semua pernyataan paradok ini mennjukkan bah-
wa Tuhan tidak ber-wujud material, melainkan
berwujud spiritual.
XXIV. PENUTUP
Demikianlah saya telah jelaskan secara ringkas tentang pilsafat mayavada
yang oleh Veda disebut asac-chastra, pilsafat rohani palsu.