pebimahendra@gmail.com
Dashboard
Sign Out
Kelahiran Rudra
Kitab
Satapatha-Brāhmana, menceritakan tentang kelahiran
Rudra. "Diceritakan bahwa ada seorang kepala keluarga
bernama Prajapati yang memiliki seorang anak laki-laki. Sejak
lahir, anak itu menangis terus, dia merasa
tidak terlepaskan
dari keburukan karena tidak diberi nama oleh ayahnya.
Kemudian Prajapati memberinya nama Rudra, yang berasal
Dewi Parwati, Dewa Siwa dan Dewa Ganesha
dari akar kata rud yang artinya menangis".
Kisah
kelahiran Rudra ini bisa dijumpai pula dalam kitab-kitab Weda Samhita dan kitab Wişņu-Purāna. FACEBOOK ACTIVITY :
"Tersebutlah Dewa Brahmā yang sedang marah kepada anak-anaknya yang diciptakannya pertama kali,
yang tidak menghargai arti
penciptaan dunia bagi semua makhluk. Akibat kemarahannya itu, tiba-tiba dari TWITTER
kening Brahma muncul seorang anak yang bersinar seperti Matahari. Anak yang baru “lahir” itu diberi nama
Rudra. Dari tubuhnya yang setengah laki-laki dan setengah perempuan itu “lahir” anak berjumlah sebelas
Follow @ceritadewata
orang. Badan Rudra yang berjumlah sebelas itu, menurut kitab Wişņu-Purāna merupakan asal mula Ekadasa
Rudra".
TAGS :
Riwayat
kelahiran Rudra menurut Mārkandeya Purāna disebabkan oleh keinginan Brahmā untuk Agama Hindu
(1)
mempunyai anak yang menyerupai dirinya. Untuk mencapai tujuan tersebut, Brahmā pergi bertapa. Awatara
(2)
Tengah bertapa, tiba-tiba muncul seorang anak laki-laki berkulit merah kebiru-biruan menangis di
Cerita dan Legenda Umat Hindu
pangkuannya. Ketika ditanya mengapa, anak itu menjawab bahwa ia menangis
karena minta nama. (26)
Brahmā memberinya nama Rudra. Namun, ia tetap menangis dan meminta nama lagi. Itu dilakukannya
Epos
(2)
hingga tujuh kali, sehingga Brahmā memberi tujuh nama, masing-masing Bhawa, Sarwa, Isāna, Pasupati,
Filosofi
(2)
Bhîma, Ugra, dan Mahādewa, di samping Rudra. Kedelapan nama itu adalah nama-nama aspek Çiwa
Hari Raya
(5)
dalam kelompok Murtyastaka. Kisah yang sama terdapat dalam Wisnu-Purāna.
Kerajaan Hindu
(2)
Para Dewa Dewi
(8)
Çiwa Mahādewa
Upacara
(1)
Dalam
kitab Mahābhārata, Dewa Siwa lebih sering disebut sebagai Mahādewa, yaitu Dewa tertinggi di
antara para dewa. Kitab itu juga menjelaskan asal mula
Çiwa mendapatkan sebutan demikian. Pada
ARSIP BLOG
suatu waktu, para dewa menyuruh
Çiwa membinasakan makhluk-makhluk jahat yang tinggal di Tripura.
Arsip Blog
Untuk menghadapi makhluk-makhluk itu, Çiwa diberi setengah kekuatan dari masing-masing dewa, dan
setelah dapat memusnahkan makhluk-makhluk itu, Çiwa dianggap sebagai dewa tertinggi.
TRANSLATE TO YOUR LANGUAGE
Pertama
kalinya Çiwa atau Rudra disebut Mahadewa terdapat dalam Yajur-Weda putih. Dalam
Mahābhārata bagian Bhismaparwa, Çiwa yang digambarkan berada di Gunung Meru, dikelilingi Umā
Kitab
Kamikagama mengungkapkan mengapa dalam pengarcaannya, Çiwa mengenakan hiasan bulan Kisah Mahabrata
sabit pada jatāmakutanya (mahkota). Datohan, salah seorang putra Brahmā, menikahkan keduapuluh Perang di Kurukshetra
tujuh (=konstelasi bintang) anak perempuannya pada Santiran, Dewa Bulan. Dia minta agar menantunya Perang di Kurukshetra
memperlakukan semua istrinya sama dan mencintainya tanpa membeda-bedakan. Selama beberapa (Devanagari: कु रुक्षेत्र
waktu, Santiran hidup bahagia bersama istri-istrinya, tanpa membeda-bedakan mereka. Dua di antara
युद्ध ), yang merupakan
bagian penting dari wiracarita
seluruh istrinya, Kartikai dan Rogini adalah yang tercantik. Lama-kelamaan, tanpa disadarinya, Santiran Mahābhārata...
Tweet t
lebih memperhatikan keduanya dan mengabaikan
istri-istrinya yang lain. Merasa tidak diperhatikan, 10 Pesan Dang Hyang
Nirartha
mereka mengadu pada ayah mereka. Datohan mencoba menasihati menantunya agar mengubah sikap,
10 (sepuluh) pesan
tapi tidak berhasil. Setelah berunlangkali Santiran diingatkan dan tidak mengindahkan, Datohan menjadi dari Dang Hyang
marah dan mengutuh menantunya; keenam belas bagian tubuhnya akan hilang satu per satu sampai Nirartha : 1. Tuwi
akhirnya dia akan hilang, mati. Ketika bagian tubuhnya tinggal seperenam belas bagian, Santiran menjadi ada ucaping haji, utama ngwangun
panik dan pergi minta tolong dan perlindungan Intiran. Intiran tidak dapat menolong. Dalam keadaan tlaga, satus reka saliunnya, kasor
ento uta...
putus asa, dia menghadap dewa Brahmā yang menasihatinya agar pergi menghadap Çiwa. Santiran
langsung menuju Gunung Kailasa dan mengadakan pemujaan untuk Çiwa. Çiwa yang berbelas kasihan
kemudian mengambil bagian tubuh Santiran itu dan diletakkan di dalam rambutnya sambil berkata, NEGARA PENGUNJUNG :
“Jangan khawatir, Anda akan mendapatkan kembali bagian-bagian tubuh Anda. Namun,
itu akan kembali
hilang satu per satu. Perubahan itu akan berlangsung terus.” Demikianlah dalam pengarcaannya rambut
Çiwa dihiasi bagian tubuh
Santiran yang berbentuk bulan sabit di samping tengkorak
(ardhacanrakapala). Selain mata ketiga dan hiasan candrakapala, Çiwa juga dikenal mempunyai
kendaraan banteng atau sapi jantan.
sombong itu berjalan bergerombol di sekeliling Çiwa, sehingga ia kehilangan keseimbangan. Atas - Dharma Tula
kejadian itu, Çiwa sangat marah dan dengan mata ketiganya ia membakar sapi-sapi yang sombong itu,
sehingga warna mereka berubah hitam. Itulah sebabnya ada sapi berwarna hitam. Banteng yang melihat - Departa Lahne
kejadian itu mencoba melerai dan meredakan amarah Çiwa. Sejak itu banteng menjadi kendaraan Çiwa.
- Cyber Dharma Indonesia
Sapi-sapi yang melihat dan mengakui kehebatan dan kesaktian Çiwa sangat kagum dan mengangkatnya
sebagai pemimpin, serat memberi julukan Gopari pada Çiwa. - Rudra Deva
Bila anda menyukai artikel ini, klik tombol 'Like'. Dan bila anda ingin membagikan artikel ini di facebook, klik tombol 'Send' atau tombol
Radio Internetne Nak Bali
Tweet
Streaming 24 jam dengan lagu-lagu
'Share'
Bali, Gamelan Bali, Gong Kebyar,
0 Comments Sort by Newest Wayang Cenk Blonk dan Seni Adat
Budaya Bali lainnya.
Add a comment...
at
15.40
Tags:
Para Dewa Dewi