Anda di halaman 1dari 13

DEWA GANESA

DALAM TEKS HINDU

Nama Kelompok:

1. I Gusti Ketut Suniawati (1811011080)


2. Pande Kadek Sandika (1811011119)
3. I Gusti A. Narasinga Priyadewi (1811011115)
4. Ari Pratiwi (1811011108)
5. I Nyoman Mulia Dipta (1811011102)
6. I Gusti Ketut Adi Suta Mahendara (1811011117)
7. Ni Luh Gede Wiwin Hendayani (1811011063)

PENDIDIKAN AGAMA

PENDIDIKAN AGAMA HINDU


INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR

TAHUN 2019
ABSTRAK

DEWA GANESHA DALAM TEKS HINDU

OLEH:

I Gusti Ketut Suniawati (1811011080), Pande Kadek Sandika (1811011119), I Gusti A.


Narasinga Priyadewi (1811011115), Ari Pratiwi (1811011108), I Nyoman Mulia Dipta
(1811011102), I Gusti Ketut Adi Suta Mahendara (1811011117), Ni Luh Gede Wiwin
Hendayani (1811011063)

Agama Hindu merupakan agama dominan di Asia Selatan terutama


di India dan Nepal yang mengandung aneka ragam tradisi. Kitab suci Hindu adalah
Weda merupakan kumpulan sastra-sastra kuno dari zaman India Kuno yang jumlahnya
sangat banyak dan luas. Dalam kitab suci Reg Weda, Weda yang pertama, disebutkan
adanya 33 Dewa, yang mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut merupakan manifestasi dari
kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Termasuk disini salah satunya adalah Dewa
Ganesa, Dewa Ganesha dalam kedudukannya merupakan dewa-dewa minor. Akan tetapi
kedudukan-Nya itu sangat terbalik dengan peran atau fungsi-Nya, karena Dewa Ganesha
sangat dihormati dan merupakan dewata Mahakuas. Umat Hindu yang memuja Dewa
Ganesha adalah untuk memohon berkah Tuhan agar dapat mencapai keberhasilan dalam
dunia fisik untuk selanjutnya mencapai kesempurnaan.

Kata Kunci: Hindu, Dewa Ganesa dan Purana.

I. PENDAHULUAN
Agama golongan Sruti (secara harfiah berarti
Hindu merupakan agama dominan "yang didengar"), karena umat
di Asia Selatan terutama Hindu percaya bahwa
di India dan Nepal yang mengandung isi Weda merupakan
aneka ragam tradisi. Agama Hindu kumpulan wahyu dari Brahman (Tuha
disebut sebagai "agama tertua" di n).
dunia yang masih bertahan hingga
kini, dan umat Hindu menyebut Dalam kitab suci Reg
agamanya sendiri sebagai Sanātana- Weda, Weda yang pertama,
dharma (Dewanagari: सननतन disebutkan adanya 33 Dewa, yang
mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut
धरर), artinya "darma abadi" atau
merupakan manifestasi dari
"jalan abadi" yang melampaui asal
kemahakuasaan Tuhan Yang Maha
mula manusia. Para ahli
Esa. Dewa yang banyak disebut
dari Barat memandang Hinduisme
adalah Indra, Agni, Waruna dan Soma
sebagai peleburan atau sintesis dari
. Baruna, adalah Dewa yang juga
berbagai tradisi dan kebudayaan di
seorang Asura.
India, dengan pangkal yang beragam
dan tanpa tokoh pendiri. Termasuk disini salah satunya
adalah Dewa Ganesa. Dewa Ganesa
Praktik keagamaan Hindu
merupakan putra dari Dewa Siwa dan
meliputi ritus sehari-hari
Dewi Parwati. Dewa Ganesa, yang
(contohnya puja [sembahyang] dan
juga disebut dengan Ganapati atau
pembacaan doa), perayaan suci pada
Vinayaka, adalah Dewa Hindu yang
hari-hari tertentu, dan penziarahan.
dalam patung dan gambarnya yang
Kaum petapa yang
terkenal dilambangkan dengan
disebut sadu (orang suci) memilih
manusia yang memiliki kepala gajah.
untuk melakukan tindakan yang lebih
Perpaduan antara manusia dan
ekstrem daripada umat Hindu pada
binatang ini adalah symbol dari
umumnya, yaitu melepaskan diri dari
perlambangan manusia yang
kesibukan duniawi dan
sempurna, yang diungkapkan oleh
melaksanakan tapa brata selama sisa
para Rsi Hindu.
hidupnya demi mencapai moksa.
Dalam hal ini yang digambarkan
Weda (Sanskerta: वव द; Vid,
sebagai Pemimpin Utama (Vinayaka)
"ilmu pengetahuan") adalah kitab
atau pemimpin para “gana” (ganapati)
suci agama Hindu. Weda merupakan
yang selalu menyertai dan mengikuti
kumpulan sastra-sastra kuno dari
Dewa Siwa. Nama-nama ini
zaman India Kuno yang jumlahnya
menunjukan dengan jelas bahwa ia
sangat banyak dan luas. Dalam ajaran
adalah penguasa dari segala situasi
Hindu, Weda termasuk dalam
dan kekuatan ilahi sekalipun tak dapat perlindungan kepada kamidan
mengahalangi jalannya. Karena ia membasmi mereka”. Dewa Siwa
dianggap penguasa segala rintangan, berkata: “itu akan terjadi” sambil
maka tak ada upacara Hindu atau melirik sakti-Nya, dewi Uma. Saat itu
pujaan yang dapat dilakukan tanpa muncul sesosok wujud yang sangat
memuja Beliau. gagahdihadapan mereka, dalam wujud
seseorang anak yang memiliki wajah
seekor gajah yang memegang sebuah
II. PEMBAHASAN trisula pada satu tangan dan tangan
yang lainnya memegang tali. Segera
2.1 Dewa Ganesa dalam Lingga Purana serelah anak Ilahi tersebut tercipta,
para dewa merasa senang dan mereka
Para dewa sedang mendapatkan
membungkuk dikaki anak tersebut.
kesusahan di Surga. Masalah mereka
Ibu Uma memberika pakaian dan
adalah semua pekerjaan para dewa
perhiasan yang sangat indah kepada
yang ingin mereka
putranya dan dewa Siwa menyusun
lakukanmendapatkan rintangan dari
upacar Jatakarma (upacara yang
berbegai pihak terutama dari prilaku
dilaksanakan setelah kelahiran
para raksasa yang sangat kejam dan
seorang anak). Beliau mengangkat
tak terpuji. Para raksasa ini selalu
anak itu kepangkuannya,
mendapatkan kemenangan. Para dewa
merangkulnya dan berkata: “Engkau
kemudian berkumpul dan memohon
dilahirkan kembali untuk memenuhi
kepada dewa Siwa. Brhaspati, guru
keinginan para dewa dan
para dewa berkata kepada Siwa:
menghancurkan para raksasa.
“Wahai Yang Maha Pemurah! Engkau
Dimanapun engkau menemukan
sangat baik hati dan pemurah dalam
kumpulan usaha (yujna) janganlah
memberikan anugrah kepada para
terlalu cepat memberikan
Asura; dan para dewa mengalami
hadiahkepada pelaksananya. Lihatlah
masalah yang sangat besar karena
bahwa usaha mereka tidak akan
perbuatan kejam sepupu1 kami yang
menghasilkan buah atau hasil.
berpikir jahat, yaitu para raksasa.
Oleh karena itulah, kami mohon Mereka yang ingin memuja-Ku atau
kepadamu untuk memberi semua aspek kekuatan-Ku seperti
Visnu, Brahma dan Indra untuk
1
Para dewa dan para raksasa adalah putra dari memenuhi keinginanya, mereka harus
Kasyapa Prajapathi yang memiliki dua istri, Aditi
memohonnya terlebih dahulu
dan Diti (bermakna tidak memiliki sifat dualism)
yang melahirkan anak-anak yang baik dan maju kepadamu. Bagi mereka yang memuja
yaitu para dewa dan Diti (berarti sifat ganda) dewa lainnya tanpa memujamu
melahirkan para raksasa yang memiliki kekuatan terlebih dahulu akan mendapatkan
negative dan merusak.
kegagalan dalam usahanya.” Anak Sebaliknya bila pikiran kita
Ilahi “Bala Ganapati” kemudianv berkembang untuk memehami bahwa
menciptakan “Vighna Gana” kita adalah bagain dari dunia dan
(kelompok pemusnah rintangan dalam mengembangkan kepekaan kita dalam
wujud para Gana). Bersama dengan merasakan penderitaan dan
para Gana, Ganapati, membungkuk kesenangan orang lain, rela berkorban
dikaki dewa Siwa dan mengambil demi orang lain, dalam pikiran non-
tempat disisi ayahnya. dualisme (aditi), kita menciptakan
kelompok para dewa, para malaikat
***** keindahan dan kesempurnaan,
Para dewa dan para raksasa ada dalam toleransi dan cinta kasih.
pikiran kita. Bila pikiran kita dikuasai Para dewa dan asura, kecenderungan
oleh keduniawian yang dianggap kebaikan dan kejahatan selalu ada
berbeda dengan kita, dan yang ingin dalam diri kita dan keduanya saling
kita gali dan uasai demi kesenangan berselisih. Keduanya mendapatkan
dan pemenuhan keinginan yang lebih kekuatan dan vitalitasdari diri kita
rendah, dalam pikiran dualism (Diti) sendiri, tanpa disadari, kita
pada diri kita sendiri, kita memberikan kekuatan kepada
menciptakan rumah bagi para raksasa keduanya saat terjadi transaksi pada
atau Asura. “sifat mendua” ini tingkat mental dan fisik.
mengacu pada keyakinan kita bahwa Kecenderungan untuk berbuat jahat
dunia ini mengacu pada satu sisi dan adalah seperti lereng gunung es
kita berada disatu sisi lainnya. Dan dimana manusia mudah terpeleset
karenanya, dunia harus kita taklukan jatuh hanya karena usaha kecil saja.
dan menempatkannya dibawah kaki Dorongan dari kecenderungan ilahi
kita sehingga kita dapat menarik hanya dirasakan pada saat awal
keuntungan atau kesenangan ang peluncuran kebawah, tetapi sekali saja
maksimum darinya. Ak perduli apa momentumnya diperoleh, orang yang
yang terjadi dengan dunia, akan tetapi memiliki sifat asura tersebut akan
kita harus mendapatkan bagian udah melupakan semua kebaikan
(dimana taka da batasan) kesenangan yang telah dilakukan untuknya.
dan kepuasan kita. Untuk memenuhi Sebaliknya, jalan kemuliaan seperti
hal ini, kita siap untuk melangkah mendaki bubungan yang sangat licin.
lebih jauh, melaksanakan berbagai Dorongan kekuatan raksasa akan
macam kegiatan atau memuliakan terasa pada setiap langkah dan setiap
para dewa. Hal ini merupakan contoh waktu saat mereka semakin berjuang
dari sifat asurika. agar tidak terpeleset dan terjatuh.
Mereka akan menjadi lebih sensitive
terhadap sifatnya yang lebih mulia menciptakan halangan bagi semua
dan secara menyeluruh terhadap perbuatan yang berdosa
kecenderungan jahatnya.

Para asura tidak akan pernah


terganggu dengan berbagai rintangan, 2.2 Dewa Ganesa dalam Padma
mereka akan menghancurkan berbagai Purana
rintangan dengan cara mereka sendiri, Padma purana menceritakan kelahiran
menghancurkan atau ia sendiri Ganesa sebagai berikt;
terhancurkan. Sedangkan para dewa
cukup sensitive untuk menyadari Setelah pernikahan dewi Parwati
kemampuan mereka dan ingin dengan dewa Siwa. Mereka
mengatasi masalahyang ia hadapi jika menghabiskan waktu bersama-sama
tidak ingin dihancurkanoleh masalah dalam taman yang indah dan hutan
tersebut. Oleh karena itu, mereka yang sepi. Cinta Parwati yang
mendekatkan diri dengan Tuhan yang mendalam terhadap Siwa dibalas oleh
sebaliknya menyediakan altar dimana dewa Siwa.
mereka dapat memohon kekuatan dan
Pada suatu hari, sementara terlena
anugrahnya untuk mengatasi semua
karena kebahagiaan yang
masalah. Kepala gajah dari Ganesa
memabukan, Parwati melumuri
menunjukan kekuatan dan potensi tak
tubuhnya dengan minyak dan bedak
terbatasdari kemahiran intelektual-
wangi. Dan dengan keringat yang
Nya. Trisula yang berada pada
keluar dari tubuhnya, ia melahirkan
tangannya menunjukan kekuatan
tersebut dengan sangat hati-hati
untuk mengatasi tri guna (satwam,
menurunkan anak tersebut kedalam
rajas, tamas) yang membungkus
air sungai surawi Ganga, pasangan
semua mahluk dalam kebodohan
kedua dri dewa Siwa. Saat dicelupka
spiritual. Tali yang ada ditangan
kedalam air, bayi itu menjadi hidup
lainnya melambangkan kekuatannya
dan tumbuh menjadi mahluk yang
untuk mengendalikan kecenderungan
sangat besar dan kuat, yang sangat
asura, dengan melontarkan sebuah
tampan dan bersinar dengan
jerat disekitar kekuatan jahat, dimana
kemuliaan spiritual. Ibu Parwati
jika kita membiarkannya kendor,
memanggilnya sebagai “anakku”.
kekuatan itu akan menghancurkan
Ganga juga menganggap anak itu
semua perhatian yang baik dan
sebagai anaknya. Para dewa dan rsi
kegiatan mulia.
menghormatinya dengan
Dengan demikian, penguasa rintangan menjulukinya “Gangeya” putra
Ganesa lahir untuk memberkati semua Ganga. Dewa Brahma, sang pencipta
usaha manusia yang baik dan memberi anugrah kepadanya untuk
memimpin para Gana (kelompok kebahagiaan dari meditasi. Hal ini
besar pengiring dewa Siwa) dan merupakan keadaan Samadhi dari
memangilnya sebagai “Ganapati”2 para yogi sebagai keadaan realisasi
dan ia dipuja oleh semua orang yang tertinggi. Setelah menurun dari
berada di ketiga dunia. keadaan mutlak Samadhi, bila para
yogi dengan realisasi diri berkelana
***** dalam nuansa kemabukan dari
Ibu Parwati merupakan perwujudan kesadaran spiritual terus menerus, ia
dari pikiran Universal. Parwati berarti tidak lagi merupakan manusia
Parva-vati, yang mimiliki tiga parwa duniawa terbatas, tetapi kumpulan
atau aspek. Ketiga parwa itu adalah kesadaran yang berwujud dalam
pengetahuan (jnana sakti), keinginan bentuk tubuh yang terbatas. Ia adalah
(iccha sakti), dan perbuatan (kriya “kesemerbakandari bumi”. Adapun
sakti). Beliau adalah ibu Universal yang ia kenakan dalam dirinya,
yang telah menciptakan segala mengumpulkan keharuman jiwa dan
sesuatu yang dapat kita lihat dan apapun terpancar darinya terendam
alami, yang berarti semua ciptaan dengan kebahagiaan dan
berlangsung bila ketiga faktor seperti kebijaksanaan jiwa. Dan apapun
pengetahuan, keinginan (kemauan) dibawahnya, secara alami akan
dan kegiatan menyatu secara membentuknya secara simbolis dalam
harmonis. patung altar pemujaannya. Ia akan
menyadari dan mengalami purusa
Tetapi, kitaga faktor ini tidak akan tertinggi3 dalam meditasinya.
dapat bercampur sendiri dan
menciptakan sesuatu, tanpa faktor Jadi, dalam puncak kebahagiaan
yang keempat, yaitu kesadaran atau ekstatikanya, “keringat” dari
Cit yang menghidupkannya. Karena kebahagiaan spiritual yang mengalir
itu, Parwati disatukan dengan Siva, dari “tubuh” ibu alam semesta penuh
sebagai cit-svarupa. Kemudian, dengan keilahian dan dalam suasana
Parwati bersama sang penguasa hati santai, ia membentuk gambaran
berjalan berkeliling dan segera saja ia Tuhan dihatinya dalam wujud
hanyut dalam kebahagiaan meditasi, “purusa” dan memberinya “kepala”
bila keterbatasan terserap kedalam seekor yang satu-satunya yang dapat
ketakterbatasan. memenuhi konsepnya tentang Tuhan
yang memiliki kekuatan dan
Dalam tingkat mikrokosmis. Parwati
adalah lambang dari pikiran kita
sendiri yang mendapatkan pemenuhan 3
“aku mengetahui Purusa tersebut: pada
Mahadewa(Tuhan Yang Mulia) aku bermeditasi.
2
Ganapati- penguasa para gana (gananam patih) Semoga beliau membimbingku!”
kebijaksanaa tak terbatas dan symbol dari puncak pengalaman
penampakan luhur4. spiritual dan sebuah altar
kesempurnaan yang pangil untuk
Wujud ini kemudian dibenamkan mendapatkan keberhasilan.
dalam sungai surgawi Ganga dan tiba-
tiba wujud itu tumbuh, hidup dan 2.3 Dewa Ganesa dalam Siwa Purana
bersinar cemerlang. Ganga
melambangkan pengetahuan ilahi Asal mula dewa Ganesa yang
dinamis bukan kumpulan pengetahuan diceritakandalam Siwa Purana yang
lembam statis, yang hanya kurang lebih sama dengan yang
dipergunakan sebagai hiasan. Itu terdapat pada Padma Purana, tetapi
bukanlah pengetahuan menarik pasif secara imajinatif diperluas untuk
dari kaum moralis yang sangat soleh, memasukan beberapa aspek yang
tetapi kebijaksanaan dinamis ramah memberikan suatu cerita penyerapan
dari para rsi. Kata ‘Ganga’ sendiri terhadap, baik bagi orang awam
berbicara tentang makna dinamisme. maupun mereka yang suka merenung.
Gam gam iti ganga. “Gam berarti Ia juga menyatakan suatu sebab
sesuatu yang bergerak. Jadi kita tidak bahwa bilamana akar “penciptaan”
hanya perlu bahwa kita membentuk kita berasal dari dorongan ego (selain
gambaran simbolis dari Tuhan yang dari inspirasi kebahagiaan ilahi,
direalisasikan dalam meditasi seperti dalam cerita sebelumnya),
mendalam kita saja, tetapi kita juga ketidak sempurnaan ciptaan tersebut
harus menghidupkan dan mensucikan akan dihilangkan dengan “kemurahan
dengan mencelupkan ke dalam aliran hati yang kejam”. Ceritanya adalah
pengetahuan abadi, yan disebarkan sebagai berikut:
oleh leluhur bijak, yang tidak Jaya dan Vijaya, doa sosok abadi ilahi
kehilangan langkahnya di gurun pasir yang memperhatikan dewi Parwati,
penalaran kering, tetapi secara megah sekali waktu mendekati Parwati dan
telah membersihkan jalanya ke dalam berkata: ”pada umumnya, semua gana
lautan pemikiran dan kegiatan yang lebih setia kepada dewa Siwa dari
senantiasa meluas dari kebijaksanaan pada kepadamu. Meskipun mereka
spiritual dan realisasi Tuhan. tidak mengabaikan kita, kami merasa
Dengan demikian, Ganesa lahir bahwa kami seharusnya memiliki
sebagai replica dari penguasa hati Ibu gana perkasa untuk diri kami yang
alam semesta. Ia sesunguhnya juga akan setia kepadamu.”5 Sri
melambangkan Tuhan yang paling
menguntungkan, sekaligus sebagai 5
Dalam Bhagavata Purana, kami juga
4
Wujud seekor gajah pada masyarakat tradisional menemukan Jaya dan Vijaya, pelayan laki-laki
india dianggap sangat suci yang disimpulkan sebagai “kemarahan” yang
Parwati mendengarnya, tetapi tetap Pada kejadian berikutnya, ketika dewa
diam. Parwati ingin mandi, ia mengurut
debu tubuhnya dan dari sana tercipta
Sekarang, Kailasa, kediaman dewa sesosok wujud laki-laki tampan dan
Siwa dan Parwati, merupakan tempat perkasa dan dianugrahkan dengan
ziarah bagi para dewa, rsi, gana dan kekuatan spiritual. Engkau adalah
yang lainnya. Mereka tinggal disana putraku,” sang dewi berkata
untuk memuja dan menyanyikan lagu- kepadanya, “Dan sangat kusayangi!
lagu pujian kepada dewa Siwa dan Berdirilah menjaga-Ku dipintu masuk
untuk mendapatkan pemenuhan kolam pemandian ini dan jangan
terhadap keinginannya. Mereka mengijinkan siapapun masuk kesini
tersebar diberbagai tempat, tanpa ijinku.” Sang Dewi memberikan
mendirikan kemah disepanjang daerah sebuah tongkat yang kuat dan
terbuka yang ada di Kailasa. menganugrahkannya dengan
Pada suatu hari, Dewi Parwati ingin kekuatan-Nya.
menyegarkan dirinya dengan mandi di Setelah beberapa lama, dewa Siwa
kolam besar yang ada di Kailasa. Ia datang ketempat tersebut. Pengawal
memerintahkan Nandi, pemimpin itu menghentikannya dan tidak
para gana untuk menjaga pintu masuk memberikan ijin masukke permandian
kolam dan tidak mengijinkan tersebut. Dewa Siwa berkata: “Betapa
siapapun untuk masuk kedalam kolam bodohnya engkau ini? Aku adalah
tersebut dan menganggunya, Nandi, suami dari dewi Parwati dan ini
kemudian menjaga pintu gerbang dan adalah rumahku dan kola mini
sang dewi masuk kedalam kolam permandianku. Siapakah engkau
untuk mandi. Beberapa waktu berani tidak mengijinkan aku masuk
kemudian, dewa Siwa sendiri datang kedalam tempatku sendiri?” penjaga
ke tempat tersebut. Dengan hormat, itu berkata: “siapapun engkau. Aku
Nandi mengatakan perintah sang mendapatkan perintah untuk tidak
dewi, tetapi dewa Siwa tidak mengijinkan siapapun untuk masuk
memperdulikan larangan tersebut dan kesini.” Dewa Siwa sangat marah dan
masuk kedalam kolam. Parwati sangat ia mundur beberapa langkah dan
malu melihat dewa Siwa berada berdiri disana. Dewa Siwa menanyai
dihadapan-Nya. Ia kemudian para gana untuk menanyai siapakah
memangil pelayannya Jaya dan Vijaya penjaga baru tersebut. Para gana
dan memutuskan untuk menciptakan mendekati penjaga tersebut dan
seorang gana yang secara mutlak setia bertanya: “siapakah engkau?
kepadanya. Darimanakah asalmu dan apakah
bertentangan dengan “kecemburuan” dalam cerita yang menjadi tujuanmu?” penjaga itu
tersebut.
menjawab: “aku adalah pengiring Ibu dan menempatkan putranya di atas
Parwati, dan aku disini adalah atas pangkuan serta memberkatinya.
perintah-Nya untuk menjaga pintu Demikianlah Ganesa, dewa berkepala
masuk kolam permandian ini. Kalian gajah itu lahir.
datang kesini atas perintah tuanmu
untuk menyingkirkan aku dan *****
memberi jalan kepadanya. Tetapi Kailasa adalah dunia damai yang
yakinlah kalian tidak akan berhasil berada dalam dada kita dan Ibu
melaksanakan rencana kalian.” Parwati adalah pikiran kreatif kita,
Perkelahianpun tidak dapat dihindari. yang berkaitan erat dengan dewa
Dan dalam peperangan tersebut, dewa Siwa, nyala kesadaran luhur yang ada
Siwa memengal kepala penjaga dalam diri kita. Pikiran yang
tersebut dengan trisula. Ibu Parwati tersumbat dan lelah dengan kesibukan
kemudian muncul dan ia hanya tanpa akhir dan agitasi terus bika
melihat anaknya tergolek tanpa melihat dunia luar akan disegarkan
kepala. kembali bila melihat kedalam diri,
Diliputi oleh kemarahan dan dengan mandi kedalam air
kesedihan, Parwati menghancurkan perenungan dan meditasi. Pada waktu
segala sesuatu yang menghalangi itu kita melucuti diri kita, dari segala
langkahnya. Para dewa dan para rsi dukungan yang telah kita kenalakan
merasa ketakutan dan kebingungan. dalam berbagai urusan keterlibatan.
Mereka mulai berkumpul dan Didunia luar dalam berbagai kapasitas
menyanyikan lagu-lagu pujian dan menepati sendiri dalam hakekat
untuknya. Ia sedikit tenang, dan sejati kita. Saat ini, merupakan hal
berkata kepada mereka bahwa ia akan wajar bahwa kita tidak menginginkan
bahagia jika anaknya dihidupkan segala agitasi menganggu kita,
kembali. Dan sangat tidak mungkin sehingga kita harus yakin pada pikiran
menyatukan kepala yang sudah kita sendiri seperti pengawal yang
dipenggal oleh trisula Siwa. Siwa dipercaya untuk menjaga pintu masuk
kemudian memerintahkan para gana kolam menal kita, sehingga semua
untuk memenggal dan membawa keinginan, kecemasan, ambisi dan
kepala mahluk yang dijumpainya lain sebagainya tidak dapat masuk
pertama kali yang terbaring dengan kedalam pikiran kita. Secara normal,
kepala menghadap utara. Mereka pikiran kontemplatif akan mengetahui
memenggal kepala gajah tersebutdan secara intuisif pendekatan tuhan yang
menghidupkannya. Wujud tersebut berjalan dengan bebas untuk
hidup dan menjadi anak yang sangat melindungi pikiran dan
tampan. Ibu Parwati sangat senang menajamkanya dengan sentuhan-Nya
yang lembut. Akan tetapi bila pikiran
tumpul karena pemikiran luar,
sangatlah wajar jika pada waktu itu
keputusan diri sendiriyang tetap
menjaga di pintu masuk kolam
mental, sebagai keinginan, diluar dari
penglihatan yang pendek dan tajam
atau tidak mau menyerah, menolak
masuk atau kadang-kadang
menimbulkan perkelahian, arus
pemikirang yang mulia dan luhur,
yang berhembus masuk untuk
melegakan dan menyegarkan dada
kita. Bagi para pencari kebenaran
sejati yang tulus, sang penguasa hati
melepaskan keteguhan dari ketetapan
mental tak sempurna semacam itu
(yang dilambangkan dengan kepala
sang pengawal) dan mengantikannya
dengan segala sesuatu yang mengarah
ke “utara” – arah kemajuan dan
pencerahan yang positif.

Demikianlah Tuhan menciptakan


Gajanana6, dewata dengan tubuh kuat
yang disertai dengan kecerdasan
murni, yang secara positif baik dan
mulia. Ia tidak lagi memiliki hayalan,
selalu tenang dan bersikap waspada.
Ia adalah kesayangan Parwati, dewi
tak terbatas dan putra kesayangan
dewa Siwa, penguasa keberuntungan
yang meliputi segalanya, sehingga
gabungan antara kekayaan duniawi
dan kesempurnaan surgawi

6
Berwajah gajah
III. PENUTUP

Dewa Ganesa (Ganapati) merupakan putra dari dewa Siwa dan dewi Parwati
yang dilambangkan dengan manusia berkepala gajah. dewa Ganesa yang dilahirkan
sebagai penguasa rintangan untuk memberkati semua usaha manusia yang baik dan
menciptakan halangan bagi semua perbuatan yang berdosa. Dewa Ganesha adalah
dewa Hindu yang dalam patung dan gambarnya yang terkenal dan dilambangkan
dengan bentuk manusia yang memiliki kepala gajah. Dewa Ganesha dalam
kedudukannya merupakan dewa-dewa minor. Akan tetapi kedudukan-Nya itu sangat
terbalik dengan peran atau fungsi-Nya, karena Dewa Ganesha sangat dihormati dan
merupakan dewata Mahakuasa. Umat Hindu yang memuja Dewa Ganesha adalah
untuk memohon berkah Tuhan agar dapat mencapai keberhasilan dalam dunia fisik
untuk selanjutnya mencapai kesempurnaan. Dewa Ganesha adalah dewa yang harus
terlebih dahulu dipuja sebelum melakukan pemujaan kepada dewa atau dewi lain
atau perayaan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Pandit, B., & Paramita, I. D. (2006). pemikira hindu. jakarta : paramita surabaya.

Chinmayananda, S. (2002). Kejayaan Ganesa. Surabaya: Paramita.

Anda mungkin juga menyukai