Nama Kelompok:
PENDIDIKAN AGAMA
TAHUN 2019
ABSTRAK
OLEH:
I. PENDAHULUAN
Agama golongan Sruti (secara harfiah berarti
Hindu merupakan agama dominan "yang didengar"), karena umat
di Asia Selatan terutama Hindu percaya bahwa
di India dan Nepal yang mengandung isi Weda merupakan
aneka ragam tradisi. Agama Hindu kumpulan wahyu dari Brahman (Tuha
disebut sebagai "agama tertua" di n).
dunia yang masih bertahan hingga
kini, dan umat Hindu menyebut Dalam kitab suci Reg
agamanya sendiri sebagai Sanātana- Weda, Weda yang pertama,
dharma (Dewanagari: सननतन disebutkan adanya 33 Dewa, yang
mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut
धरर), artinya "darma abadi" atau
merupakan manifestasi dari
"jalan abadi" yang melampaui asal
kemahakuasaan Tuhan Yang Maha
mula manusia. Para ahli
Esa. Dewa yang banyak disebut
dari Barat memandang Hinduisme
adalah Indra, Agni, Waruna dan Soma
sebagai peleburan atau sintesis dari
. Baruna, adalah Dewa yang juga
berbagai tradisi dan kebudayaan di
seorang Asura.
India, dengan pangkal yang beragam
dan tanpa tokoh pendiri. Termasuk disini salah satunya
adalah Dewa Ganesa. Dewa Ganesa
Praktik keagamaan Hindu
merupakan putra dari Dewa Siwa dan
meliputi ritus sehari-hari
Dewi Parwati. Dewa Ganesa, yang
(contohnya puja [sembahyang] dan
juga disebut dengan Ganapati atau
pembacaan doa), perayaan suci pada
Vinayaka, adalah Dewa Hindu yang
hari-hari tertentu, dan penziarahan.
dalam patung dan gambarnya yang
Kaum petapa yang
terkenal dilambangkan dengan
disebut sadu (orang suci) memilih
manusia yang memiliki kepala gajah.
untuk melakukan tindakan yang lebih
Perpaduan antara manusia dan
ekstrem daripada umat Hindu pada
binatang ini adalah symbol dari
umumnya, yaitu melepaskan diri dari
perlambangan manusia yang
kesibukan duniawi dan
sempurna, yang diungkapkan oleh
melaksanakan tapa brata selama sisa
para Rsi Hindu.
hidupnya demi mencapai moksa.
Dalam hal ini yang digambarkan
Weda (Sanskerta: वव द; Vid,
sebagai Pemimpin Utama (Vinayaka)
"ilmu pengetahuan") adalah kitab
atau pemimpin para “gana” (ganapati)
suci agama Hindu. Weda merupakan
yang selalu menyertai dan mengikuti
kumpulan sastra-sastra kuno dari
Dewa Siwa. Nama-nama ini
zaman India Kuno yang jumlahnya
menunjukan dengan jelas bahwa ia
sangat banyak dan luas. Dalam ajaran
adalah penguasa dari segala situasi
Hindu, Weda termasuk dalam
dan kekuatan ilahi sekalipun tak dapat perlindungan kepada kamidan
mengahalangi jalannya. Karena ia membasmi mereka”. Dewa Siwa
dianggap penguasa segala rintangan, berkata: “itu akan terjadi” sambil
maka tak ada upacara Hindu atau melirik sakti-Nya, dewi Uma. Saat itu
pujaan yang dapat dilakukan tanpa muncul sesosok wujud yang sangat
memuja Beliau. gagahdihadapan mereka, dalam wujud
seseorang anak yang memiliki wajah
seekor gajah yang memegang sebuah
II. PEMBAHASAN trisula pada satu tangan dan tangan
yang lainnya memegang tali. Segera
2.1 Dewa Ganesa dalam Lingga Purana serelah anak Ilahi tersebut tercipta,
para dewa merasa senang dan mereka
Para dewa sedang mendapatkan
membungkuk dikaki anak tersebut.
kesusahan di Surga. Masalah mereka
Ibu Uma memberika pakaian dan
adalah semua pekerjaan para dewa
perhiasan yang sangat indah kepada
yang ingin mereka
putranya dan dewa Siwa menyusun
lakukanmendapatkan rintangan dari
upacar Jatakarma (upacara yang
berbegai pihak terutama dari prilaku
dilaksanakan setelah kelahiran
para raksasa yang sangat kejam dan
seorang anak). Beliau mengangkat
tak terpuji. Para raksasa ini selalu
anak itu kepangkuannya,
mendapatkan kemenangan. Para dewa
merangkulnya dan berkata: “Engkau
kemudian berkumpul dan memohon
dilahirkan kembali untuk memenuhi
kepada dewa Siwa. Brhaspati, guru
keinginan para dewa dan
para dewa berkata kepada Siwa:
menghancurkan para raksasa.
“Wahai Yang Maha Pemurah! Engkau
Dimanapun engkau menemukan
sangat baik hati dan pemurah dalam
kumpulan usaha (yujna) janganlah
memberikan anugrah kepada para
terlalu cepat memberikan
Asura; dan para dewa mengalami
hadiahkepada pelaksananya. Lihatlah
masalah yang sangat besar karena
bahwa usaha mereka tidak akan
perbuatan kejam sepupu1 kami yang
menghasilkan buah atau hasil.
berpikir jahat, yaitu para raksasa.
Oleh karena itulah, kami mohon Mereka yang ingin memuja-Ku atau
kepadamu untuk memberi semua aspek kekuatan-Ku seperti
Visnu, Brahma dan Indra untuk
1
Para dewa dan para raksasa adalah putra dari memenuhi keinginanya, mereka harus
Kasyapa Prajapathi yang memiliki dua istri, Aditi
memohonnya terlebih dahulu
dan Diti (bermakna tidak memiliki sifat dualism)
yang melahirkan anak-anak yang baik dan maju kepadamu. Bagi mereka yang memuja
yaitu para dewa dan Diti (berarti sifat ganda) dewa lainnya tanpa memujamu
melahirkan para raksasa yang memiliki kekuatan terlebih dahulu akan mendapatkan
negative dan merusak.
kegagalan dalam usahanya.” Anak Sebaliknya bila pikiran kita
Ilahi “Bala Ganapati” kemudianv berkembang untuk memehami bahwa
menciptakan “Vighna Gana” kita adalah bagain dari dunia dan
(kelompok pemusnah rintangan dalam mengembangkan kepekaan kita dalam
wujud para Gana). Bersama dengan merasakan penderitaan dan
para Gana, Ganapati, membungkuk kesenangan orang lain, rela berkorban
dikaki dewa Siwa dan mengambil demi orang lain, dalam pikiran non-
tempat disisi ayahnya. dualisme (aditi), kita menciptakan
kelompok para dewa, para malaikat
***** keindahan dan kesempurnaan,
Para dewa dan para raksasa ada dalam toleransi dan cinta kasih.
pikiran kita. Bila pikiran kita dikuasai Para dewa dan asura, kecenderungan
oleh keduniawian yang dianggap kebaikan dan kejahatan selalu ada
berbeda dengan kita, dan yang ingin dalam diri kita dan keduanya saling
kita gali dan uasai demi kesenangan berselisih. Keduanya mendapatkan
dan pemenuhan keinginan yang lebih kekuatan dan vitalitasdari diri kita
rendah, dalam pikiran dualism (Diti) sendiri, tanpa disadari, kita
pada diri kita sendiri, kita memberikan kekuatan kepada
menciptakan rumah bagi para raksasa keduanya saat terjadi transaksi pada
atau Asura. “sifat mendua” ini tingkat mental dan fisik.
mengacu pada keyakinan kita bahwa Kecenderungan untuk berbuat jahat
dunia ini mengacu pada satu sisi dan adalah seperti lereng gunung es
kita berada disatu sisi lainnya. Dan dimana manusia mudah terpeleset
karenanya, dunia harus kita taklukan jatuh hanya karena usaha kecil saja.
dan menempatkannya dibawah kaki Dorongan dari kecenderungan ilahi
kita sehingga kita dapat menarik hanya dirasakan pada saat awal
keuntungan atau kesenangan ang peluncuran kebawah, tetapi sekali saja
maksimum darinya. Ak perduli apa momentumnya diperoleh, orang yang
yang terjadi dengan dunia, akan tetapi memiliki sifat asura tersebut akan
kita harus mendapatkan bagian udah melupakan semua kebaikan
(dimana taka da batasan) kesenangan yang telah dilakukan untuknya.
dan kepuasan kita. Untuk memenuhi Sebaliknya, jalan kemuliaan seperti
hal ini, kita siap untuk melangkah mendaki bubungan yang sangat licin.
lebih jauh, melaksanakan berbagai Dorongan kekuatan raksasa akan
macam kegiatan atau memuliakan terasa pada setiap langkah dan setiap
para dewa. Hal ini merupakan contoh waktu saat mereka semakin berjuang
dari sifat asurika. agar tidak terpeleset dan terjatuh.
Mereka akan menjadi lebih sensitive
terhadap sifatnya yang lebih mulia menciptakan halangan bagi semua
dan secara menyeluruh terhadap perbuatan yang berdosa
kecenderungan jahatnya.
6
Berwajah gajah
III. PENUTUP
Dewa Ganesa (Ganapati) merupakan putra dari dewa Siwa dan dewi Parwati
yang dilambangkan dengan manusia berkepala gajah. dewa Ganesa yang dilahirkan
sebagai penguasa rintangan untuk memberkati semua usaha manusia yang baik dan
menciptakan halangan bagi semua perbuatan yang berdosa. Dewa Ganesha adalah
dewa Hindu yang dalam patung dan gambarnya yang terkenal dan dilambangkan
dengan bentuk manusia yang memiliki kepala gajah. Dewa Ganesha dalam
kedudukannya merupakan dewa-dewa minor. Akan tetapi kedudukan-Nya itu sangat
terbalik dengan peran atau fungsi-Nya, karena Dewa Ganesha sangat dihormati dan
merupakan dewata Mahakuasa. Umat Hindu yang memuja Dewa Ganesha adalah
untuk memohon berkah Tuhan agar dapat mencapai keberhasilan dalam dunia fisik
untuk selanjutnya mencapai kesempurnaan. Dewa Ganesha adalah dewa yang harus
terlebih dahulu dipuja sebelum melakukan pemujaan kepada dewa atau dewi lain
atau perayaan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Pandit, B., & Paramita, I. D. (2006). pemikira hindu. jakarta : paramita surabaya.