BTP
BTP
Abstract
The using of artificial sweeteners in food products is more extending, thus evaluation on how food producers
implemented regulation of artificial sweeteners type, maximum level for use, and admonition on product label is
needed. Information was collected according to explanation that written on product packaging (label) such as:
type and artificial sweeteners content, and admonition about using and its side effect that based on regulation
stated in SNI 01-993-2004 and Indonesian Government Statement No. 69 Year 1999. The food products that
used as sample was categorized in beverages, confectioneries, chewing gum, and dietary supplement products.
The observation result showed that many of food products did not add the sweeteners dosage, admonition about
the using and it side effect on the label product. Beside that, there were tendency in using more than one
sweetener in one product. As for that, the standard or special regulation that regulates the use of artificial
sweeteners combination is necessary.
Keywords: artificial sweereners, standard implementation, food product
gula, permen karet, serta produk-produk jenis pemanis buatan yang diijinkan
suplemen kesehatan. penggunaannya di Indonesia, yaitu:
1) Alitam dengan rumus kimia C14H25N3O4S.2,5
2. METODOLOGI H2O atau L-α-Aspartil-N-[2,2,4,4-tetrametil-3-
trietanil]-D-alanin amida, hidrat, merupakan
senyawa yang disintesis dari asam amino L-
Evaluasi penerapan standar pemanis buatan asam aspartat, D-alanin, dan senyawa
dilakukan dengan cara melakukan penelurusan amida yang disintesis dari 2,2,4,4-tetra
informasi berdasarkan keterangan yang metiltienanilamin. Alitam dapat dicerna oleh
tercantum pada kemasan produk pangan. enzim dalam saluran pencernaan dan
Informasi yang diamati dari kemasan produk diserap oleh usus berkisar antara 78-93 %
meliputi: jenis dan kandungan pemanis yang dan dihidrolisis menjadi asam aspartat dan
digunakan, serta peringatan mengenai alanin amida. Sedangkan sisa alitam yang
penggunaan dan efek samping sesuai ketentuan dikonsumsi yaitu sebanyak 7-22%
yang dipersyaratkan SNI 01-993-2004 tentang dikeluarkan melalui feses. Asam aspartat
Persyaratan Penggunaan Pemanis Buatan hasil hidrolisis selanjutnya dimetabolisme
dalam Produk Pangan, dan Peraturan oleh tubuh dan alanin amida dikeluarkan
Pemerintah RI No.69 Tahun 1999 tentang Label melalui urin sebagai isomer sulfoksida,
dan Iklan Pangan. Kategori produk pangan yang sulfon, atau terkonjugasi dengan asam
dijadikan sampel adalah produk minuman, glukoronat. Oleh karena itu, Calorie Control
permen dan kembang gula, permen karet, serta Council (CCC) menyebutkan alitam aman
produk-produk suplemen kesehatan. Pada dikonsumsi manusia. Beberapa negara
tulisan ini yang dimaksud dengan produk seperti Australia, New Zealand, Meksiko,
minuman adalah produk minuman non alkohol dan RRC telah mengijinkan penggunaan
dalam kemasan siap minum (pre packed non alitam sebagai pemanis untuk berbagai
alcoholic ready to drinks), yang meliputi: produk pangan. Meskipun telah dinyatakan
minuman berkarbonasi, air mineral bercitarasa aman oleh CAC, Alitam belum diijinkan
(flavoured bottled water), minuman olahraga penggunaannya di Eropa.
(sport drink), minuman herbal, jus/sari buah, teh,
dan kopi. Analisis data dilakukan secara 2) Acesulfame-K: dengan rumus kimia
deskriptif dan eksplanatif dengan menggunakan C4H4KNO4S atau garam kalium dari 6-
presentasi tabuler. methyl-1,2,3-oxathiazin-4(3H)-one-2,2-
dioxide atau garam Kalium dari 3,4-dihydro-
6-methyl-1,2,3-oxathiazin-4-one-2,2 di- oxide
3. HASIL DAN PEMBAHASAN merupakan senyawa yang tidak berbau,
berbentuk tepung kristal berwarna putih,
3.1 Ragam Pemanis Buatan di Indonesia mudah larut dalam air dan berasa manis
Penetapan jenis pemanis yang diijinkan dan dengan tingkat kemanisan relatif sebesar
batas ADI di Indonesia lebih mengacu peraturan 200 kali tingkat kemanisan sukrosa tetapi
yang dikeluarkan oleh US Food and Drug tidak berkalori. Kombinasi penggunaan
Administration (FDA) atau Codex Alimentarius acesulfame-K dengan asam aspartat dan
Commission (CAC). Pertimbangannya adalah natrium siklamat bersifat sinergis dalam
bahwa kategori pangan sistem CAC telah mempertegas rasa manis gula. Beberapa
dikenal dan digunakan sebagai acuan oleh kajian memperlihatkan bahwa acesulfame-K
banyak negara dalam komunikasi tidak dapat dicerna, bersifat non glikemik
perdagangannya. Banyak aspek yang dijadikan dan non kariogenik, sehingga JECFA
pertimbangan dalam menentukan jenis pemanis menyatakan aman untuk dikonsumsi
buatan yang diijinkan untuk digunakan dalam manusia sebagai pemanis buatan dengan
produk makanan, antara lain nilai kalori, tingkat ADI sebanyak 15 mg/kg berat badan. CAC
kemanisan, sifat toksik, pengaruhnya terhadap mengatur maksimum penggunaan
metabolisme, gula darah, dan organ tubuh acesulfame-K pada berbagai produk pangan
manusia. Beberapa hasil penelitian menunjukkan berkisar antara 200 sampai dengan 1000
bahwa bila dikonsumsi berlebihan atau secara mg/kg produk. Sementara US Code of
berkelanjutan beberapa jenis pemanis membawa Federal Regulation (CFR) mengatur
efek samping yang membahayakan kesehatan maksimum penggunaan acesulfam-K pada
manusia. Oleh sebab itu selain ketentuan berbagai produk pangan dalam Good
mengenai penggunaan pemanis buatan juga Manufacturing Practices (GMP). Sedangkan
harus disertai dengan batasan jumlah maksimum Food Standards Australia New Zealand
penggunannya. Tabel 1 ditunjukkan beberapa (FSANZ) mengatur maksimum penggunaan
acesulfame-K pada berbagai produk pangan
Penerapan Standar Penggunaan Pemanis Buatan (Indrie A, Qanitah, Surjana)
berkisar antara 200 sampai dengan 3000 normal. Hasil kajian komprehensif
mg/kg produk. Beberapa hasil penelitian penggunaan neotam pada binatang dan
menunjukkan bahwa acesulfame-K manusia termasuk anak-anak, wanita hamil,
berbahaya bagi penderita phenylketonuria penderita diabetes memperlihatkan bahwa
karena dapat menyebabkan resiko neotam aman dikonsumsi manusia. Kajian
penurunan fungsi otak (Robert dalam JECFA pada bulan Juni tahun 2003 di
Usmiati dan Yuliani, 2004). Roma, Italia menyatakan bahwa ADI untuk
3) Aspartam atau Aspartil fenilalanin metil ester neotam adalah sebanyak 0 sampai dengan 2
(APM) dengan rumus kimia C14H18N2O5 atau mg/kg berat badan. FDA dan FSANZ telah
3-amino-N(α-carbomethoxy-phenethyl) menyetujui penggunaan neotam sebagai
succinamic acid, N-L-α-aspartyl-L- pemanis dan pencita rasa. Meskipun telah
phenylalanine-1-methyl ester merupakan dinyatakan aman oleh CAC, Neotam tidak
senyawa yang tidak berbau, berbentuk diijinkan penggunaannya di Eropa.
tepung kristal berwarna putih, sedikit larut 5) Sakarin sebagai pemanis buatan biasanya
dalam air, dan berasa manis. Kombinasi dalam bentuk garam berupa kalsium, kalium,
penggunaan aspartam dengan pemanis dan natrium sakarin dengan rumus kimia
buatan lain dianjurkan terutama untuk (C14H8CaN2O6S2.3H2O), (C7H4KNO3S.2H2O),
produk-produk panggang dalam dan (C7H4NaNO3S.2H2O). Secara umum,
mempertegas cita-rasa buah. Kajian garam sakarin berbentuk kristal putih, tidak
digestive dari Monsanto memperlihatkan berbau atau berbau aromatik lemah, dan
bahwa aspartam dimetabolisme dan terurai mudah larut dalam air, serta berasa manis.
secara cepat menjadi asam amino, asam Kombinasi penggunaannya dengan pemanis
aspartat, fenilalanin, dan metanol, sehingga buatan rendah kalori lainnya bersifat
dapat meningkatkan kadar fenilalanin dalam sinergis. Sakarin tidak dimetabolisme oleh
darah. Oleh karena itu, pada label perlu tubuh, lambat diserap oleh usus, dan cepat
dicantumkan peringatan khusus bagi dikeluarkan melalui urin tanpa perubahan.
penderita fenilketonuria. Ditambahkan oleh Hasil penelitian menyebutkan bahwa sakarin
Robert dalam Usmiati dan Yuliani (2004) tidak bereaksi dengan DNA, tidak bersifat
aspartam dapat menimbulkan gangguan karsinogenik, tidak menyebabkan karies gigi,
tidur dan migrain bagi yang sensitif. dan cocok bagi penderita diabetes. Robert
Penggunaan aspartam sesuai dengan dalam Usmiati dan Yuliani (2004),
petunjuk FDA dinilai aman bagi wanita hamil. menyebutkan bahwa sakarin dapat
CAC mengatur maksimum penggunaan menimbulkan reaksi dermatologis bagi anak-
aspartam pada berbagai produk pangan anak yang alergi terhadap sulfa, berpotensi
berkisar antara 500 sampai dengan 5500 memacu pertumbuhan tumor dan bersifat
mg/kg produk. Sementara CFR mengatur karsinogenik. Pada tahun 1977, penggunaan
penggunaan aspartam tidak lebih dari 0,5% sakarin pernah dilarang oleh FDA
dari berat bahan siap dipanggang atau dari dikarenakan adanya hasil penelitian pada
formulasi akhir khususnya untuk produk hewan yang menunjukkan bahwa sakarin
pangan yang dipanggang. dapat memacu pertumbuhan tumor. Namun,
4) Neotam dengan rumus kimia C20H30N2O5 hasil penelitian tersebut mendapat bantahan
atau L-phenylalanine, N-[N-(3,3- karena pada kenyataannya dosis sakarin
dimethylbutyl)-L-α-aspartyl]-L-phenylalanine yang diberikan pada hewan percobaan
1-methyl ester merupakan senyawa yang melebihi dosis yang dapat dikonsumsi
bersih, berbentuk tepung kristal berwarna manusia, yaitu setara dengan 850 kaleng
putih, penegas cita-rasa yang unik dan minuman soda diet (UPMC, 2003). Sejak
memiliki tingkat kelarutan dalam air sama bulan Desember 2000, FDA telah
dengan aspartam. Neotam termasuk menghilangkan kewajiban pelabelan pada
pemanis non-nutritif yaitu tidak memiliki nilai produk pangan yang mengandung sakarin,
kalori. Penggunaan neotam dalam produk dan 100 negara telah mengijinkan
pangan dapat dilakukan secara tunggal penggunaannya. CAC mengatur maksimum
maupun kombinasi dengan pemanis lain penggunaan sakarin pada berbagai produk
seperti aspartam, garam acesulfame, pangan berkisar antara 80 - 5.000 mg/kg
siklamat, sukralosa, dan sakarin. Neotam produk. Saat ini, meskipun sakarin telah
dapat berfungsi sebagai penegas cita rasa dinyatakan aman untuk dikonsumsi, namun
terutama cita rasa buah. Kajian digestive di USA sendiri penggunaannya dalam
memperlihatkan bahwa neotam terurai produk pangan masih sangat dibatasi
secara cepat dan dibuang sempurna tanpa (Kroger et al., 2006).
akumulasi oleh tubuh melalui metabolisme
Penerapan Standar Penggunaan Pemanis Buatan (Indrie A, Qanitah, Surjana)
Kombinasi pemanis buatan yang paling minuman ringan, diketahui bahwa perbandingan
banyak ditemukan dalam sejumlah sampel pemanis siklamat dan sakarin yang digunakan
produk minuman adalah penggunaan aspartam hampir mencapai 10 : 1. Padahal hasil tes pada
bersama-sama dengan acesulfame K. Pada tikus percobaan di Amerika menunjukkan bahwa
minuman ringan (soft drink), kombinasi siklamat kombinasi siklamat dan sakarin pada
dan sakarin lebih cenderung untuk digunakan. perbandingan 10 : 1 berpotensi menyebabkan
Di Australia dan New Zealand, FSANZ telah kanker (Wikipedia, 2007). Sampai dengan saat
menetapkan peraturan dan standar maksimum ini FDA dan beberapa perusahaan pangan
penggunaan pemanis buatan yang raksasa di Amerika masih mengajukan petisi
dikombinasikan, baik antara aspartam dengan agar penggunaan siklamat kembali disetujui.
acesulfame maupun siklamat dengan sakarin. Berbeda dengan produk minuman lainnya,
Perbandingan yang umumnya digunakan untuk produk-produk minuman kesehatan secara
kombinasi aspartam-acesulfame pada produk umum menggunakan gula sorbitol sebagai
pangan di Australia adalah 60% aspartam dan bahan pemanisnya. Dalam SNI 01-993-2004,
40% acesulfame dari bobot total (FSANZ, 2003). sorbitol dikategorikan sebagai produk GRAS,
FSANZ menetapkan konsentrasi penggunaan sehingga aman untuk dikonsumsi. Meskipun
aspartam-acesulfame yang diperbolehkan dalam demikian US-CFR memberi penegasan bahwa
produk minuman adalah sebesar 190-270 ppm. produk pangan yang diyakini memberikan
Sedangkan batas maksimum kombinasi konsumsi sorbitol lebih dari 50 g, harus
penggunaan sakarin-siklamat pada produk memberikan label peringatan karena dapat
minuman ringan yang diijinkan oleh Food menimbulkan efek laksatif. Belum adanya
Standard Code adalah 80 mg/kg untuk sakarin peraturan dan sanksi yang tegas dari pemerintah
dan 600 mg/kg untuk siklamat (FSANZ, 2003). Indonesia mengenai hal tersebut, menyebabkan
Jika standar tersebut dijadikan acuan untuk mayoritas produsen minuman cenderung
produk minuman di Indonesia, maka konsentrasi mengabaikan anjuran agar mencantumkan
yang digunakan masih berada dalam ambang peringatan mengenai kandungan bahan pemanis
batas yang diijinkan. Pada salah satu produk dan efek sampingnya.
Tabel 1 Beberapa Jenis Pemanis Buatan Pengganti Sukrosa yang Diijinkan Penggunaannya
di Indonesia
Jumlah ADI
Jenis Bahan Tingkat
Kalori (mg/kg berat Sifat
Pemanis Kemanisan*
(kKal/g) badan)
Alitam 1.4 2000 0.34 - Penggunaannya bersama pemanis
lain bersifat sinergis
- Dapat dicerna oleh enzim
pencernaan dan diserap oleh usus
Acesulfame-K 0 200 15 - Relatif lebih stabil dibandingkan jenis
pemanis lainnya
Jumlah ADI
Jenis Bahan Tingkat
Kalori (mg/kg berat Sifat
Pemanis Kemanisan*
(kKal/g) badan)
- Berpotensi memacu pertumbuhan
tumor dan bersifat karsinogenik
Siklamat 0 300 0 – 11 - Dalam dosis tinggi dapat
menyebabkan tumor kandung kemih,
paru, hati dan limpa
Sukralosa 0 300 0 – 15 - Stabil pada kondisi panas
Tabel 2 Batas Maksimum Penggunaan Pemanis Buatan pada Produk Minuman (Beverages)
di Indonesia, Uni Eropa dan Amerika
4.2 Permen dan Kembang Gula namun tidak diikuti dengan pencantuman
jumlah/konsentrasinya. Padahal dalam
Produk permen dan kembang gula merupakan ketentuan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun
produk yang tidak dapat terlepas dari 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, dan SNI
penggunaan bahan pemanis, baik alami maupun 01-6993-2004 telah disebutkan bahwa produk
buatan. Penggunaan pemanis buatan pangan yang menggunakan pemanis buatan
merupakan salah satu alternatif yang paling harus mencantumkan jenis dan jumlah pemanis
menguntungkan untuk mengurangi biaya buatan dalam komposisi bahan atau daftar
produksi, sehingga penggunaan pemanis buatan bahan pada label.
dalam produk-produk permen cenderung
meningkat. Produsen umumnya berdalih bahwa
penggunaan pemanis buatan dilakukan dalam 4.3 Permen Karet (Chewing Gum)
upaya menjaga kesehatan, yaitu mencegah Dalam industri permen karet, penambahan
kerusakan gigi. Menurut hasil survei di Australia, pemanis buatan sangat berguna dan
produk permen dan minuman ringan merupakan menguntungkan. Hal ini dikarenakan bahan
produk dengan kandungan pemanis buatan yang pemanis buatan memiliki karakteristik tertentu
paling banyak dikonsumsi, yaitu masing-masing yang dapat memperkaya citarasa produk yang
mencapai 27% (Fisher, 2007). Konsumen untuk dihasilkan, bersifat osmosis, dapat menghasilkan
produk ini sangat beragam, dari anak-anak tekstur yang baik, serta viskositasnya yang tinggi
sampai dengan orang tua. Oleh karena itu, (Linden dan Lorient, 1999). Informasi pada Tabel
peraturan mengenai penggunaan pemanis 6 memperlihatkan bahwa secara umum batas
dalam produk ini harus diperketat. Batas maksimum penggunaan pemanis buatan pada
maksimum penggunaan pemanis buatan dalam produk permen karet di Indonesia lebih tinggi
produk permen dan kembang gula yang dibandingkan dengan standar yang digunakan
ditetapkan Indonesia dapat dikatakan relatif lebih oleh Eropa dan Amerika.
tinggi dibandingkan standar yang ditetapkan oleh Tabel 7 menunjukkan bahwa jenis pemanis
Eropa dan Amerika, terutama untuk penggunaan buatan yang digunakan dalam produk permen
pemanis jenis aspartam (Tabel 4). karet yang beredar di pasaran Indonesia cukup
Tabel 5 memperlihatkan bahwa kandungan beragam. Pada salah satu sampel produk
pemanis buatan dalam produk permen dan permen karet, bahan pemanis yang digunakan
kembang gula yang beredar di pasaran cukup merupakan kombinasi dari beberapa jenis
tinggi. Sebagai contoh permen Wybert dengan pemanis buatan yaitu aspartam dan acesulfame
kandungan aspartam 10 mg/g atau setara K. Bagi produsen, kombinasi penggunaan bahan
dengan 10.000 mg/kg. Meskipun dosis tersebut pemanis buatan dapat meningkatkan citarasa
masih dalam kisaran yang ditetapkan oleh SNI, produk, memperpanjang umur simpan, serta
namun konsentrasi ini dirasa terlalu tinggi. menurunkan biaya produksi. Polyol (sorbitol dan
Lipinski (2002) menyebutkan bahwa konsumsi maltitol) dalam produk tersebut tidak berfungsi
(asupan) aspartam dalam dosis tinggi dapat sebagai bahan pemanis, namun lebih berfungsi
meningkatkan kadar aspartat dan glutamat sebagai pencitarasa, bahan pengisi, penstabil,
dalam darah. antikempal, humektan, dan sekuestran (SNI 01-
6933-2004). Dalam SNI 01-6993-2004 juga
Penyimpangan juga ditemukan pada
disebutkan bahwa penggunaan sorbitol selain
beberapa merek permen, yang meskipun telah
sebagai pemanis buatan, dapat juga digunakan
mencantumkan jenis pemanis yang digunakan,
sebagai bahan utama dalam pembuatan produk
Penerapan Standar Penggunaan Pemanis Buatan (Indrie A, Qanitah, Surjana)
Tabel 4 Batas Maksimum Penggunaan Pemanis Buatan pada Produk Permen dan Kembang Gula di
Indonesia, Uni Eropa dan Amerika
Tabel 5 Beberapa Produk Permen/Kembang Gula di Pasaran yang Mengandung Pemanis Buatan
4.4 Produk Kesehatan (Dietary Suplements) penggunaan pemanis buatan dalam sejumlah
produk kesehatan semakin meluas. Gambaran
Kecenderungan masyarakat untuk
standar penggunaan pemanis buatan pada
mengkonsumsi makanan sebagai sumber gizi
produk suplemen kesehatan di Indonesia, Uni
serta untuk menjaga kesehatan semakin
Eropa, dan Amerika ditampilkan pada Tabel 8.
meningkat baik di negara maju maupun negara
Di Amerika, jenis pemanis buatan yang diijinkan
berkembang seperti Indonesia. Dasar
untuk digunakan dalam produk-produk
pertimbangan konsumen dalam memilih produk
kesehatan hanyalah aspartam.
pangan tidak lagi hanya bertumpu pada
kandungan gizi serta kelezatannya, tetapi juga Tabel 9 memperlihatkan bahwa pada produk
pengaruhnya terhadap kesehatan. Berdasarkan makanan khusus (terutama bagi penderita
data Badan POM, produk suplemen makanan diabetes), penggunaan jenis pemanis buatan
meningkat cukup pesat dalam dasawarsa yang digunakan didominasi oleh sorbitol dan
terakhir, baik yang diproduksi di dalam negeri sukralosa. Hal ini tidak mengherankan
maupun yang diimpor (Winarti dan Nurdjanah, mengingat bagi penderita diabetes, penggunaan
2005). Berbagai produk suplemen makanan baik sorbitol sangat bermanfaat karena konsumsi
dalam bentuk sediaan obat, vitamin, maupun pemanis ini tidak menyebabkan peningkatan
produk susu rendah lemak telah beredar di gula dalam darah secara signifikan (Linden dan
pasaran. Dengan alasan kesehatan pula, Lorient, 1999). Sama halnya dengan sorbitol,
Penerapan Standar Penggunaan Pemanis Buatan (Indrie A, Qanitah, Surjana)
penggunaan sukralosa umumnya juga didasari penggunaan pemanis buatan. Namun demikian,
pertimbangan akan sifatnya yang non nutritif beberapa produsen produk kesehatan dalam
(rendah kalori) sehingga dapat digunakan untuk bentuk sediaan vitamin yang dijadikan sampel
penderita diabetes. masih melakukan pelanggaran yang berkaitan
Mayoritas produk-produk kesehatan yang dengan pencantuman jumlah/kadar pemanis
beredar di pasaran telah mengikuti peraturan buatan yang terkandung dalam produk.
yang ditetapkan di Indonesia mengenai
Tabel 6 Batas maksimum Penggunaan Pemanis Buatan pada Produk Permen Karet di Indonesia, Uni
Eropa dan Amerika
Tabel 7 Beberapa Produk Permen Karet di Pasaran yang Mengandung Pemanis Buatan
Tabel 8 Batas Maksimum Penggunaan Pemanis Buatan pada Produk Suplemen Kesehatan di
Indonesia, Uni Eropa dan Amerika
5.1 Kesimpulan
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak produk pangan yang belum
mencantumkan dosis/takaran bahan pemanis yang digunakan, serta label peringatan mengenai
penggunaan bahan pemanis dan efek sampingnya. Penyimpangan mengenai hal tersebut
ditemukan hampir pada semua jenis produk yang dijadikan sampel. Penyimpangan paling
banyak ditemukan pada produk permen/kembang gula, yaitu dalam hal pencantuman jumlah
pemanis yang terkandung dalam produk. Dari sejumlah produk pangan yang digunakan sebagai
sampel, beberapa juga diketahui menggunakan lebih dari satu jenis bahan pemanis buatan. Oleh
karena itu dalam SNI 01-6993-2004, perlu ditambahkan regulasi atas standar batas maksimum
penggunaan beberapa jenis pemanis sekaligus (kombinasi) dalam produk pangan.
5.2 Saran
Keamanan penggunaan pemanis buatan masih menjadi pro dan kontra, bahkan di negara-
negara maju sekalipun. Oleh karena itu, sebaiknya konsumen harus lebih berhati-hati dan
waspada terhadap penggunaan pemanis buatan dalam produk pangan. Selain itu, pemerintah
dalam hal ini Badan POM berkewajiban untuk mensosialisasikan mengenai aspek keamanan
pemanis buatan kepada masyarakat awam, sehingga masyarakat memiliki dasar pertimbangan
yang kuat untuk memilih produk pangan yang aman untuk dikonsumsi.
DAFTAR PUSTAKA
13. UPMC. 2003. Artificial Sweeteners (Information for Patients). University of Pittsburgh Medical
Center, PA, USA.
14. Usmiati, S. dan S. Yuliani. 2004. Pemanis Alami dan Buatan untuk Kesehatan. Warta
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 10 (1): 13 – 17.
15. Wikipedia. 2007. Sugar Subtitutes.
http://en.wikipedia.org/wiki/Artificial_sweeteners#Artificial_sugar_subtitutes.
16. Winarti, C. dan N. Nurdjanah. 2005. Peluang Tanaman Rempah dan Obat sebagai Sumber
Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian 24 (2): 47 – 55.
BIODATA
Indrie Ambarsari, Qanytah, dan Sarjana Penulis adalah peneliti di Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Tengah, Bukit Tegalepek Kotak Pos 101, Sidomulyo-Ungaran 50501.