Nim : 17630059
Kelas : KIMIA-E
1. LATAR BELAKANG
Pemanis sintesis (buatan) merupakan bahan tambahan pangan dalam produk makanan
maupun minuman yang banyak digunakan oleh pasar industri untuk menghasilkan produk yang
berkualitas dan bermutu tinggi dengan tingkat kemanisan yang tajam bagi konsumen. Hal ini
disebabkan karena pemanis buatan dapat memberikan rasa manis yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pemanis alami. Penggunaan pemanis buatan sebagai bahan tambahan
pangan dalam suatu produk memang perlu diperhatikan. Mengingat bahwa pemanis buatan
dapat menimbulkan dampak toksik yang buruk terutama bagi kesehatan tubuh. Oleh karena itu,
pentingnya masyarakat mengetahui apa pengaruh dan berapa kadar maksimal konsumsi
pemanis buatan terhadap kesehatan tubuh agar tidak memicu tumbuhnya penyakit dalam
tubuh.
Pemanis adalah bahan tambahan pangan yang dapat memberikan rasa manis pada
produk pangan (Permenkes.2012). Pemanis dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu
pemanis alami dan pemanis sintesis atau sering dikenal dengan pemanis buatan (Utomo
Y,dkk.2012). Pemanis alami biasanya berasal dari tumbuhan dan hasil hewan contohnya
sukrosa, glukosa dan fruktosa (Karunia F.B .2013), sedangkan pemanis sintesis merupakan
bahan yang ditambahankan pada makanan atau minuman yang dapat memberikan rasa manis
yang tajam, tetapi tidak memiliki nilai gizi. Dalam bidang indusri pemanis buatan seringkali
digunakan karena memberikan berbagai keuntungan salah satunya yaitu dapat menekan biaya
produksi (Wisnu, 2006). Dasar pertimbangan penggunaan pemanis buatan ini didasarkan pada
nilai kalori, tingkat kemanisan, toksisitas dan pengaruhnya terhadap metabolisme tubuh
manusia. Pemanis buatan dinilai memiliki tingkat kemanisan lebih tinggi dibandingkan dengan
dengan pemanis alami, yaitu berkisar antara 30 sampai ribuan kali lebih manis dibandingkan
sukrosa. Dengan tingginya tingkat kemanisan pemanis buatan, menyebabkan penggunaannya
hanya dalam jumlah kecil sehingga dapat dikatakan rendah kalori atau bahkan tidak
mengandung kalori (Utomo Y,dkk.2012). Sehingga pemanis sintesis ini cocok untuk memenuhi
kebutuhan kalori rendah bagi penderita kegemukan (Wisnu, 2006).
Pemanis buatan dapat diperoleh melalui proses sintesis melalui reaksi-reaksi kimia
dilaboratorium maupun skala industri. Karena melalui proses sistesis, sehingga dapat
dipastikan bahan tersebut mengandung senyawa-senyawa sintesis. Pada saat ini penggunaan
pemanis buatan seringkali dikaitkan dengan isu-isu kesehatan seperti pengaturan berat badan,
pencegahan kerusakan gigi, dan mencegah peningkatan kadar glukosa darah. Namun demikian,
penggunaan pemanis buatan tidak selamanya aman bagi kesehatan tubuh manusia. Penggunaan
pemanis buatan dalam jumlah yang berlebihan perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan
efek samping yang merugikan bagi kesehatan (Utomo Y. 2012). Pemanis buatan ini juga
termasuk dalam food additives yang penggunaanya diperbolehkan selama zat tersebut tidak
dikonsumsi melebihi batas atau dosis yang telah ditentukan (Norita Niko,dkk.2011). Beberapa
jenis pemanis buatan berpotensi menyebabkan tumor dan bersifat karsinogenik . WHO telah
menetapkan Acceptable Daily Intake (ADI) atau kebutuhan per orang per hari konsumsi
pemanis buatan yaitu 0,5 mg/kg BB/hari ( Utomo Y.2012).
Pada kemasan produk nutrisari terdapat Informasi Nilai Gizi seperti gula yang terkandung
dalam karbohidrat yang berfungsi sebagai tambahan asupan energi. Natrium dan Vitamin C
sebagai antioksidan yang berperan dalam penangkal radikal bebas. Premix Vitamin (vitamin
A,B1,B3,B6,E) untuk meningkatkan jumlah nutrisi yang terdapat dalam produk, asam folat yang
ditambahkan kedalam produk nutrisari hanya sebagai pelengkap nutrisi khususnya dalam hal
pertumbuhan sel. Adapun struktur dari aspartam yaitu
Kandungan methanol dalam aspartam dapat memicu timbulnya penyakit kanker dan
kerusakan retina jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang. Dapat juga memicu
kerusakan hati, karena ketika senyawa methanol masuk dalam tubuh dapat berubah menjadi
zat asam lalu berubah menjadi senyawa formalin. Senyawa forrmalin dalam tubuh dapat
menyebabkan terikatnya DNA oleh protein sehngga mengganggu sifat genetik (Sulastri Sri,
dkk.2014). selain itu pengaruh konsumsi produk minuman yang mengandung pemanis buatan
aspartam dengan dosis yang berlebihan dalam jangka pendek dapat menimbulkan gangguan
metabolisme tubuh diantaranya yaitu sakit kepala, diare, alergi, mual hingga keracunan (Y
Utomo, dkk.2012).
B. Pemanis Buatan siklamat (Natrium Siklamat) pada produk serbuk minuman instan
Jasjus
Pada kemasan produk nutrisari terdapat Informasi Nilai Gizi seperti gula yang terkandung
dalam karbohidrat sebagai tambahan asupan energi. Natrium dan Vitamin C sebagai
antioksidan yang berperan dalam penangkal radikal bebas. Kalsium dalam produk ini hanya
sebagai pelengkap nutrisi khususnya dalam hal kesehatan tulang. Adapun struktur dari Na-
siklamat yaitu
Pemanis buatan siklamat merupakan garam natrium dari asam siklamat yang dapat
disintesis melalui reaksi antara senyawa sikoheksilamin dengan asam sulfamat. Siklamat mejadi
pemanis buatan yang sering digunakan untuk produk makanan dan minuman karena jenis
pemanis ini mudah dapat didapatkan di pasaran. Pemanis ini memberikan rasa manis tanpa
rasa ikutan (tidak meninggalakan rasa setelah meminum produk minuman yang mengandung
pemanis siklamat). Sifat fisik siklamat yaitu tidak berbau, berbentuk serbuk kristal berwarna
putih (Novita Santi, dkk.2013). Selain itu siklamat memiliki sifat yang mudah larut dalam air
sehingga pada saat ditambahkan pada produk minuman, kelarutan dari pemanis ini mudah
untuk diamati, tidak larut dalam pelarut organik. Selain itu memiliki tingkat kemanisan 30-40
kali lebih besar dari sukrosa (Nita Noriko,dkk.2011). Kandungan zat dalam pemanis buatan
natrium siklamat yaitu sikloheksilamin (C6H11NH2) dan asam sulfamat (NH2SO3H). Pemanis
natrium siklamat ini termasuk dalam jenis pemanis buatan yang penggunaannya diizinkan
dalam beberapa produk makanan dan minuman dengan batas maksimum yang penggunaan
tergantung pada jenis makanan dan minuman tertentu (Wariyah hatarina,dkk.2013).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2014 tentang konsumsi
per hari yang diizinkan untuk pemanis buatan siklamat ini berkisar 0-11 mg/kg berat badan.
Untuk konsumsi anak-anak biasanya lebih rendah dari orang dewasa yaitu sekitar 2,5 dari total
konsumsi orang dewasa (Nita Noriko,dkk.2011). Kadar maksimum penggunaan siklamat dalam
1 gram untuk produk minuman serbuk instan adalah 0,003 g berat bahan (Handayani Tutut,
dkk.2015).
Per hari maksimal 0-11 mg Na-Siklamat
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh kadar konsumsi maksimal per hari pemanis
Na-Siklamat bagi anak-anak, remaja dan dewasa sebesar 330 mg, 550 mg, dan 715 mg dengan
jumlah maksimal konsumsi per sachet jasjus dalam sehari sebesar 2 sachet untuk anak-anak, 3
sachet untuk remaja dan 4 sachet untuk orang dewasa. Dalam produk jasjus mengandung dua
pemanis buatan yaitu Na-siklamat dan aspartam. Tujuan adanya variasi pemanis buatan ini
adalah untuk memberikan rasa manis berlebih. Namun dengan tingkat kemanisan yang terlalu
tinggi akibat adanya variasi pemansi buatan, akan memberikan dampak toksik bagi tubuh dua
kali lebih besar. Bahaya ini ditimbulkan dari senyawa pada Na-Siklamat yaitu sikloheksilamin
dan pada aspartam yaitu methanol. Adapun struktur dari komposisi Na-siklamat adalah
sikloheksilamin dan asam sulfamat :
Penggunaan dan konsumsi pemanis buatan natrium siklamat dengan dosis yang melebihi
batas dapat memberikan efek yang merugikan bagi kesehatan tubuh. Potensi karsinogenik
siklamat terjadi apabila berubah menjadi sikloheksilamin dalam saluran pencernaan.
Sikloheksilamin bersifat toksik dan merupakan pemicu tumbunya tumor. Oleh karena itu ADI
(Acceptable Daily Intake) atau konsumsi harian dari pemanis buatan siklamat ditentukan pada
tingkat terjadinya pengaruh dari sikloheksilamin dalam tubuh (Wariyah hatarina,dkk.2013).
FDA menyatakan bahwa pemanis buatan natrium siklamat ini bersifat teratogenik
(perkembangan tidak normal dari sel selama kehamilan yang menyebabkan kerusakan pada
embrio). Selain memicu banyak gangguan bagi kesehatan dalam jangka waktu panjang seperti
tumor, kanker otak, tremor (penyakit syaraf), kehilangan daya ingat, asma, hipertensi,
kebotakan, impotensi dan gangguan seksual. Dampak jangka pendeknya yaitu migrain, sakit
kepala, insomnia, bingung, iritasi, diare (sakit perut) dan alergi (Novita Santi, dkk. 2013).
Komposisi dalam ale-ale adalah air, gula, pengatur keasaman asam sitrat, konsentrat
strawberry, perisa strawberry. Pengawet natrium benzoate, pemanis buatan (natrium siklamat
19 mg/kemasan dan asesulfam-K 18 mg/kemasan).
Pada kemasan produk nutrisari terdapat Informasi Nilai Gizi seperti gula yang terkandung
dalam karbohidrat sebagai tambahan asupan energi. Natrium dan Vitamin C sebagai
antioksidan yang berperan dalam penangkal radikal bebas. Kalsium dalam produk ini hanya
sebagai pelengkap nutrisi khusunya dalam hal kesehatan tulang. Adapun struktur asesulfam-K
yzitu
Fenilalanin dan aspartat merupakan asam amino yang penting dalam makanan dan
berfungsi untuk menghantarkan dan meyampaikan pesan ke sistem saraf. Konsumsi kedua
senyawa ini tidak dianjurkan oleh penderita fenilketonuria karena dapat menyebabkan
tertimbunnya zat fenilalanin/aspartat dalam darah dan ini bersifat toksik dalam otak. FDA
(Food and Drug Administration) menyatakan bahwa pemanis ini dapat digunakan sebagai
bahan tambahan produk minuman ringan dan Asesulfam-K aman bagi kesehatan manusia
selama penggunaannya tidak melebihi batas. Asesulfam-K adalah pemanis yang tidak dapat
dicerna oleh tubuh sehingga tidak ada kalori yang diserap oleh tubuh. Bersifat non glikemik
(tidak berpotensi terhadap peningkatan gula darah dari karbohidrat yang tersedia dalam
produk pangan) dan non karsinogenik (tidak merusak organ dalam tubuh), sehingga JECFA
(Join Expert Committee On Food Addictive) suatu bahan ilmiah WHO dan FAO PBB
menyimpulkan bahwa jumlah asupan asesulfam-K yang aman bagi kesehatan manusia untuk
perhari nya (Acceptable Daily Intake [ADI]) adalah 0-15 mg/kg berat badan untuk anak-anak
dan orang dewasa (Sabir Ardo.2007). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 2014 tentang konsumsi per hari yang diizinkan untuk pemanis buatan
asesulfam-K berkisar 0-15 mg/kg berat badan. CAC (Codex Alimentarius Commision) mengatur
penggunaan maksimum pemanis buatan asesulfam-K pada berbagai produk pangan berkisar
200-1000 mg/kg produk.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh kadar konsumsi maksimal per hari pemanis
Asesulfam-K bagi anak-anak, remaja dan dewasa sebesar 330 mg, 550 mg, dan 715 mg dengan
jumlah maksimal konsumsi per sachet Asesulfam-K dalam sehari sebesar 7 sachet untuk anak-
anak, 8 sachet untuk remaja dan 9 sachet untuk orang dewasa. Namun jumlah ini hanya untuk
konsumsi maksimal kandungan pemanis buatan asesulfam-saja. Karena dalam produk ale-ale
mengandung pemanis buatan aspartam dan asesulfam-K tentunya jumlah maksimal konsumsi
per gelasnya berbeda. Konsumsi pemanis buatan asesulfam-K tetap perlu dibatasi meskipun
sifat asesulfam-K yang non karsinogenik dan non glikemik.
Dalam produk makanan tentunya tidak hanya mengandung satu jenis pemanis buatan,
sehingga campuran dari beberapa pemanis lainnya ini dapat mempengaruhi tingkat kalori yang
terkandung dalam produk minuman tersebut.pada produk minuman instan ale-ale ini
mengandung campuran dari dua pemanis buatan yaitu asesulfam-K dan natrium siklamat yang
dapa memicu banyak gangguan bagi kesehatan dalam jangka waktu panjang seperti tumor,
kanker otak, tremor (penyakit syaraf), kehilangan daya ingat, asma, hipertensi, kebotakan,
impotensi dan gangguan seksual. Dampak jangka pendeknya yaitu migrain, sakit kepala,
insomnia, bingung, iritasi, diare (sakit perut) dan alergi (Novita Santi, dkk. 2013). Bagi
penderita diabetes disarankan untuk mengonsumsi pemanis asesulfam-K sesuai dengan
petunjuk dokter. Konsumsi asesulfam-K juga dapat disesuaikan dengan nilai konsumsi per hari
(Acceptable Daily Intake [ADI]) yang telah ditentukan oleh Permenkes RI. Konsumsi asesulfam-
K yang berlebihan dapat mengakibatkan beberapa masalah kesehatan. Untuk jangka waktu
yang pendek dapat menyebabkan gangguan susah tidur atau insomnia, pusing, diare, hingga
alergi. Untuk jangka waktu yang panjang, pemanis buatan asesulfam-K ini dapat menyebabkan
difungsi seksual (gangguan seksual) dan diabetes mellitus (Sabir Ardo.2007).
3. Kesimpulan
Pemanis buatan dapat mempengaruhi kesehatan tubuh jika dikonsumsi melebihi kadar
maksimal yang telah ditelah ditentukan. Oleh karena itu konsumsi pemanis buatan perlu
mendapat perhatian lebih mengingat dampak buruk yang ditimbulkan terhadap kesehatan baik
dalam jangka waktu pendek seperti gangguan metabolisme tubuh ataupun dalam jangka waktu
yang panjang seperti kanker hingga tumor.
4. Referensi
Handayani, Tutut. (2015). Penetapan Kadar Pemanis Buatan (Na-Siklamat) Pada Minuman
Serbuk Instan Dengan Metode Alkalimetri. Jurnal Farmasi dan Praktis,1, 3-4. Klaten: Stikes
Muhammadiyah
Horne, John. (2002). Bitter Taste Of Saccharine and Acesulfame-K.Journal Departement Of Food
Science. Ithaca: Cornell University Retrivied February 4, 2019, from
http://books.google.co.id/books
Karunia, F.B. (2013). Kajian Penggunaan Zat Adiktif Makanan (Pemanis dan Pewarna) Pada
Kudapan Bahan Pangan Lokal di Pasar Kota Semarang. Journal Food Science and Culinary
education,1, 5-6. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Kumalasari, Nur. (2003). Pengaruh Waktu Penuangan Asam Sulfamat Terhadap Kadar Sulfat
Pada Sintesis Natrium Siklamat. Semarang: Universitas Diponegoro
Norito, Nita. (2011). Studi Kasus Terhadap Zat Pewarna, Pemanis Buatan dan Formalin Pada
Jajanan Anak SDN Telaga Murni 03 dan Tambun 04 Kabupaten Bekasi. Jurnal Al-Azhar
Indonesia Seri Sains dan Tekonologi, 1, 47-48. Jakarta: Universitas Al Azhar Indonesia
Novita, Santi. (2013). Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pedagang Jajanan Tentang Pemakaian
Natrium Siklamat dan Rodhamin B.Jurnal Fakultas kesehatan Lingkungan. Surabaya:
Universitas Airlangga
Sabir, Ardo. (2007). Pengaruh Mengkonsumsi Permen yang Mengandung Asesulfam-K (Sugar
Free) atau Sukrosa Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Streptococcus mutans Pada
Saliva.Indonesian Journal Of Dentistry, 14, 35-36
Sulastri, Sri. (2014). Panjang Siklus Estrus Mencit (Mus musculus L.) yang diberi Pemanis
Buatan Aspartam Secara Oral. Jurnal Biologi,18, 5-6. Bali: Universitas Udayana
Wariyah, Chatarina. (2013). Penggunaan Pengawet dan Pemanis Buatan Pada Pangan Jajanan
Anak Sekolah di Wilayah Kabupaten Kulon Progo-DIY. Journal Agritech, 3, 3-5. Yogyakarta:
Universitas Mercu Buana
Wisnu, C. (2006). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.Jakarta.Bumi Aksara
Retrivied February 6, 2019, from http://www.books.google.co.id/books
Utomo, Y dan A, Hidayat. (2012). Studi Hispatologi Mencit Diinduksi Pemanis Buatan. Jurnal
Biologi, 35, 122-123. Semarang: Universitas Negeri Semarang