Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jajan merupakan suatu kebiasaan yang tidak asing lagi didengar oleh orang
Indonesia. Jajanan adalah sejenis makanan ringan untuk menghilangkan rasa lapar
seseorang sementara waktu, dan memberikan sedikit masukan tenaga ke tubuh, atau
sesuatu yang dimakan untuk dinikmati rasanya. Kebiasaan jajan makanan tersebut
memang banyak diminati oleh orang dewasa maupun anak-anak. Tapi sebagian
besar anak-anak lebih menyukai jajanan ini. Karena merasa tertarik dengan
bentuknya yang menarik, beraneka ragam warna dan bentuk, serta rasanya yang
enak. Jajanan ini biasanya sering dijumpai di depan sekolah SD, toko-toko, ataupun
di supermarket terdekat.
Berkembangnya zaman di era globalisasi saat ini, sangat banyak dijumpai
produk makanan cepat saji atau istilahnya makanan instan. Tentu saja hal ini
dipengaruhi oleh pola hidup masyarakat yang menginginkan segalanya berjalan
dengan cepat dan membuat segala sesuatunya mudah untuk dibuat, termasuk jajan
makanan itu sendiri. Sehingga demi untuk meminimalisir biaya produksi para
pedagang kaki lima di jalanan maupun pedagang makanan jajanan tidak lagi
memikirkan kandungan zat yang ada didalam jajanan tersebut. Padahal jika diamati
dengan cermat dari rasa, bentuk, maupun warna-warnanya jajanan tersebut
mengandung suatu zat yang berdampak bagi kesehatan seseorang. Zat tersebut
didalam ilmu kimia disebut dengan zat aditif.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang
bahan tambahan pangan atau zat aditif adalah suatu bahan yang ditambahkan dan
dicampurkan kedalam bahan pangan sewaktu pengolahan untuk meningkatkan
mutu. Salah satu zat aditif yang sering digunakan didalam jajanan makanan saat ini
adalah zat aditif jenis pemanis buatan. Zat pemanis buatan yang biasanya digunakan
untuk membantu mempertajam rasa manis yang digunakan adalah sakarin, siklamat,
dulsin, sorbitol dan aspartam.
Di Negara Indonesia sampai sekarang masih ada 13 jenis pemanis buatan yang
diizinkan penggunaanya dalam jajanan anak-anak. Ketiga belas jenis pemanis

1
buatan itu adalah aspartam, acesulfam-K, alitam, neotam, siklamat, sakarin,
sukralosa, dan isomalt serta lima lagi yang termasuk kedalam kelompok poliol, yaitu
xilitol, maltitol, manitol, sorbitol, dan laktitol. Aspartam merupakan pemanis buatan
yang mempunyai harga paling murah dibandingkan pemanis buatan yang lain. Oleh
sebab itu, aspartam banyak digunakan oleh pedagang kecil yang menjual berbagai
jajanan dan disukai oleh banyak orang terutama anak-anak (BPOM, 2003).
Aspartam merupakan pemanis buatan yang sering ditambahkan pada berbagai
minuman dan makanan pada jajanan anak. Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh
tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi. Oleh karena itu,
orang-orang yang memiliki penyakit kencing manis (diabetes melitus) biasanya
mengonsumsi pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis alami. Pemanis buatan
atau sintetik memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan pemanis
alami. Aspartam memiliki rasa manis 200 kali lipat dibandingkan gula biasa.
Pada umumnya pemanis buatan aspartam tidak menghasilkan energi atau kalori
bagi tubuh, karena pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh (Sihombing,
1998), sedangkan gula biasanya dicerna dan dapat masuk kedalam metabolisme
tubuh untuk kemudian diubah menjadi kalori. Kalori yang berlebihan dan tidak
terpakai akan disimpan dalam bentuk lemak, sehingga pemanis buatan hanya
menimbulkan rasa manis saja tanpa menghasilkan energi atau kalori.
Walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan dibandingkan pemanis alami,
alangkah baiknya perlu menghindari konsumsi yang berlebihan karena dapat
memberikan efek samping bagi kesehatan. Terutama terhadap kesehatan anak-anak
yang lebih sering mengonsumsi zat tersebut didalam jajanan. Misalnya obesitas,
hiperaktif dan memicu kerusakan sel otak dan kelainan saraf pusat lainnya. Selain
itu, konsumsi pemanis yang berlebihan juga dapat menyebabkan karies gigi.
Sehingga, dapat mengganggu pertumbuhan gigi pada anak-anak.

1.2 Rumusan Masalah


Makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut.
1. Mengapa Aspartam atau pemanis sintetik sering dijumpai didalam jajanan anak-
anak?
2. Bagaimana pengaruh Aspartam atau pemanis buatan bagi kesehatan anak-anak?

2
3. Bagaiman solusi untuk menghindari Aspartam atau pemanis sintetik pada
jajanan anak-anak?

1.2 Tujuan Penulisan


Makalah ini memiliki tujuan penulisan sebagai berikut.
1. Untuk mendeskripsikan penyebab Aspartam atau pemanis sintetik yang sering
dijumpai didalam jajanan anak-anak
2. Untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh Aspartam atau pemanis buatan
bagi kesehatan anak-anak
3. Untuk mendeskripsikan solusi bagaimana menghindari Aspartam atau pemanis
sintetik pada jajanan anak-anak.

1.3 Manfaat Penulisan


Dengan mengetahui dampak aspartam bagi kesehatan anak, para orang tua dapat
mengawasi anak-anaknya agar tidak selalu sering jajan diluar.

3
BAB II
TINJAUAN PENULISAN

2.1 Definisi Aspartam


Aspartam adalah pemanis buatan yang terbuat dari gabungan dua asam amino,
yaitu asam aspartat dan fenilalanin. Zat ini umum digunakan untuk menggantikan
peran gula pada makanan dan minuman. Aspartam memiliki tingkat rasa manis
hingga 200 kali lipat dibandingkan dengan gula pasir biasa, namun memiliki jumlah
kalori yang sama.
Meski jauh lebih manis dibandingkan dengan gula pasir, keduanya sama-sama
memiliki kandungan kalori sebanyak empat kalori per gramnya. Rasa manis yang
jauh di atas gula pasir itu membuat kita hanya perlu mengonsumsinya dalam jumlah
sedikit. Dengan kandungan kalori yang sama dengan gula pasir, namun penggunaan
yang sedikit, secara otomatis jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh akan
menjadi lebih sedikit.

2.2 Sejarah Penemuan Aspartam


Aspartam ditemukan pada tahun 1965 oleh James Schslatte. Aspartam
merupakan dipeptida yang dibuat dari hasil penggabungan asam aspartat dan
fenilalanina. Khusus asam aspartat, ia juga merupakan senyawa yang berfungsi
sebagai penghantar atau neurotransmitter yang memacu eksitasi pada ujung sinaps
saraf otak.

2.3 Dampak Aspartam bagi Kesehatan


Dampak aspartam bagi kesehatan, terjadi keluhan secara spontan dari
konsumen masalah yang sering terjadi adalah sakit kepala, neuropsikiatri atau
gejala perilaku, kejang dan hipersensitivitas atau gejala dermatologis hal tersebut
akan terjadi jika yang mengkonsumsi aspartam memiliki sensitivitas yang tidak
biasa. Penelitian menunjukkan bahwa kelebihan penggunaan aspartam pada anak-
anak akan berefek meningkatkan insiden kanker otak (Martindanle, 2009)

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Aspartam
Menurut (Wahlen, 1998; Walters, 2001 dalam Irawati, 2007) Aspartam
ditemukan pertama kali pada tahun 1965 oleh James. M. Schlatter. Aspartam terdiri
3 komponen utama yaitu, fenilalanin, asam aspartat, dan metanol. Aspartam
merupakan dipeptida metil ester atau L-aspartyl L-phenilalanine methyl ester,
dengan rumus molekul C14H18O5N2, mempunyai berat molekul 294,31, berwarna
putih, tidak berbau, dan berupa bubuk Kristal. Aspartam dalam industri perdagangan
dikenal dengan nama Nutra sweet, Equal, dan Canderel.
Aspartam merupakan pemanis sintesis non-karbohidrat, aspartyl-phenylalanine-
1-methyl ester, atau merupakan bentuk metil ester dari dipeptida dua asam amino
yaitu asam amino asam aspartat dan asam amino essensial fenilalanin. Aspartam
dijual dengan nama dagang komersial seperti Equal, Nutrasweet dan Canderel dan
telah digunakan di hampir 6.000 produk makanan dan minuman di seluruh dunia.
Terutama digunakan di minuman soda dan permen. Aspartam merupakan bahan
makanan yang aman bagi kesehatan, hanya berpengaruh pada rasa manis.
Aspartame sering digunakan pada beberapa minuman bersoda. Selain itu, aspartame
juga sebagai pemanis pada makanan atau minuman pada penderita diabetes.
Aspartam lebih manis sekitar 180-200 kali dari pada gula biasa dengan konsentrasi
yang sama. Artinya dengan menggunakan pemanis ini maka kita hanya memerlukan
1/200 kali lebih sedikit aspartam dibanding dengan menggunakan gula biasa
(Afriansyah, 2007).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Aspartam adalah
senyawa kimia zat aditif yang digunakan sebagai pemanis buatan, dan sering
ditambahkan kedalam jajanan anak-anak karena pemanis ini hanya memerlukan
1/200 kali lebih sedikit (Aspartam merupakan pemanis yang rendah kalori)
dibanding dengan menggunakan gula biasa. Aspartam masih digolongkan bahan
pemanis yang aman untuk dikonsumsi selama masih dalam takaran yang sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan oleh tubuh. Jika mengonsumsi aspartam dengan
berlebihan akan berdampak terhadap kesehatan.

5
3.1.1 Sifat Fisik Kimia Aspartam
Rumus kimia dari aspartam adalah C14H18N2O5 dan berat molekul 294.301
g/mol. Aspartam memiliki dua gugus fungsi yang bisa terionisasi dan keduanya
ada pada bagian residu asam aspartat. Pada pH netral, aspartam ada dalam dua
bentuk terionisasi. Aspartam stabil maksimal pada pH 4,3. Aspartam pada suhu
kamar berbentuk bubuk putih yang tidak berbau dan titik leburnya 248-2500
°C. Aspartam dimetabolisme dalam tubuh menjadi komponen penyusunnya
yaitu asam aspartat, fenilalanin, dan methanol. Seperti halnya asam amino yang
lain maka setiap gram asam amino dimetabolisme dalam tubuh dengan
menghasilkan 4 kalori.
Reaksi penguraian aspartam menjadi penyusunnya :
C14H18N2O5 + 3H2O +2H+ C4H7NO4 + C9H11NO2 + CH3OH + H2O
Perbandingan mol asam aspartat dan fenilalanin adalah 1:1 maka massa
masing-masing asam amino ini adalah:
Asam aspartat = 8,5 x10-4 mol x 133 = 0,11 g
Fenilalanin = 8,5 x10-4 mol x 165 = 0,14 g
Kalori yang dihasilkan adalah = (0,11 g + 0,14 g ) x 4 = 1 kalori
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa dengan mengkonsumsi
minuman yang menggunakan aspartame sebagai pemanis maka kita hanya
memperoleh 1 kalori saja. Hal ini sama saja dengan mengatakan kalorinya bisa
diabaikan oleh sebab itulah maka aspatam bisa dipakai sebagai pengganti gula
dengan 0 kalori (Winarmo, 1991).
Aspartam tak lain adalah metil ester dari dipeptida asam amino alami yaitu
asam aspartat dan fenilalanin. Aspartam ditemukan secara tidak sengaja oleh
James Schlatter, seorang kimiawan G D Searle Co pada tahun 1965. Schlatter
tanpa diduga telah mensintesis aspartame pada saat dia membuat obat anti
pereda nyeri (Winarmo, 1991).

6
Gambar 3.1.1 Struktur kimia 2D dan 3D aspartame

Aspartam tersedia dalam bentuk :


Saat ini aspartam telah ada dalam berbagai bentuk, seperti cair, granular,
enkapsulasi dan juga tepung. Dengan demikian, aspartam dapat digunakan
dalam berbagai bentuk dan jenis makanan maupun minuman. Bentuk
enkapsulasi bersifat tahan panas sehingga dapat digunakan untuk produk-
produk yang memerlukan suhu tinggi dalam pembuatannya (Winarmo, 1991).

3.1.2 Taksiran Asupan Aspartam


Aspartam sebagai pemanis buatan sering digunakan pada jajanan yang
dijual bebas. Aspartam sering digunakan terutama pada jajanan anak-anak,
karena sifatnya yang dapat memberikan rasa manis seperti gula biasa dengan
kalori dan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan gula dan pemanis
buatan lainnya, sehingga lebih menguntungkan. Biasanya aspartam terdapat
pada jajanan anak-anak berupa minuman kaleng, sirup, jeli, dan es krim dengan
berbagai rupa dan tekstur.
Konsumsi aspartam berada di tingkat yang aman, bahkan pada taksiran
asupan tertinggi dan pada anak. Para pakar baru-baru ini mengkaji keamanan
aspartam, diantaranya mengevaluasi tingkat asupan saat ini di Amerika Serikat
berdasarkan data asupan pangan dari National Health and Nutrition
Examination Survey (NHANES) atau Survei Telaah Kesehatan dan Gizi
Nasional Tahun 2001-2002 dan konsentrasi aspartam yang diketahui pada
berbagai makanan dan minuman. Hasilnya memperlihatkan bahwa, walaupun
menggunakan asumsi kasus terburuk bahwa hanya aspartam yang tersedia
sebagai pemanis rendah atau tanpa kalori di dalam pasokan pangan dan
digunakan di setiap makanan dan minuman dengan kalori terkurangi yang

7
dikonsumsi peserta survei, konsumsi aspartam rata-rata di kalangan dewasa
hanya sekitar 10% ADI Amerika Serikat. Bahkan pada tingkat asupan tertinggi,
konsumsinya kurang dari sepertiga ADI Amerika Serikat. Konsumsi rata-rata
di kalangan anak umur 6 hingga 11 tahun adalah 11% ADI Amerika Serikat.

Tabel 3.1.2 Asupan Aspartam (Taksiran, AS) vs. ADI AS

Pengguna Pemanis Taksiran Asupan Persen ADI AS


Rendah dan Tanpa Aspartam
Kalori (ADI AS=50 mg/kg
(mg/kg bb/hari) BB/hari)
Semua Pengguna Pemanis Rendah Kalori
Persentil ke-50 4,8 10%
Persentil ke-95 13,3 27%
Anak, 6-11 tahun (subgrup)
Persentil ke-50 5,5 11%
(Sumber: the beverage institute for health & wellness-Indonesia)

3.2 Efek Aspartam Terhadap Kesehatan


Aspartam dalam tubuh terlarut dalam cairan tubuh dan karenanya dapat
melakukan perjalanan ke seluruh tubuh dan terdeposito dalam jaringan apapun.
Aspartam apabila dikonsumsi oleh tubuh mempunyai efek terhadap kesehatan.
Menurut Wiyono (2001) aspartam mempunyai efek bagi kesehatan sebagai berikut.
a. Pengerasan otak dan sumsum tulng belakang
Aspartame dalam minuman kemasan disebut bisa menyebabkan pengerasan
otak dan sumsum tulang belakang. Aspartame (NutraSweet) merusak secara
pelan-pelan dan tak terasa bagi tubuh dan itulah alasan mengapa kita harus
menghindarinya. Akan diperlukan satu tahun, lima, 10 atau 40 tahun, tapi dalam
jangka panjang akan nampak perubahan yang menyebabkan penyakit ringan
maupun berat. Aspartame punya efek yang mendalam pada mood seseorang,
kecemasan, pusing, kepanikan, mual, iritabilitas, gangguan ingatan dan
konsentrasi.” Ralph Walton, M.D”.
b. Perubahan Rasio Asam Amino
Aspartam menyebabkan perubahan rasio asam amino dalam darah,
menghalangi atau menurunkan kadar serotonin, tirosin, dopamin, norepinefrin,
dan adrenalin. Oleh karena itu, gejala penyakit yang disebabkan oleh aspartam

8
tidak dapat dideteksi dalam tes laboratorium dan juga pada x-ray. Banyaknya
efek samping aspartam adalah indikasi untuk individualitas genetik dan
kelemahan fisik.
c. Mata
Kebutaan pada satu atau kedua mata, visi menurun dan / atau masalah mata
lainnya seperti: kabur, berkedip terang, berlekuk-lekuk garis, visi terowongan,
penurunan penglihatan pada malam hari, nyeri pada satu atau kedua mata,
berkurangnya air mata, kesulitan dengan lensa kontak, mata melotot.
d. Telinga
Tinnitus - dering atau suara mendengung, parah intoleransi kebisingan,
tunarungu / hilang daya dengar.
e. Neurologis
Epilepsi kejang, sakit kepala, migrain dan (beberapa parah), pusing, migrain
atau keduanya, kebingungan, kehilangan memori dan atau keduanya, lelah dan
mengantuk, paresthesia atau mati rasa pada tungkai, hiperaktif dan kaki lelah,
nyeri disebagian wajah
f. Psikologis / psikiatri
Depresi akut, sifat lekas marah, agresi, kegelisahan, perubahan kepribadian,
insomnia, fobia.
g. Dada
Palpitasi, takikardia, sesak napas, tekanan darah tinggi
h. Gastrointestinal
Mual, diare, kadang-kadang dengan darah dalam tinja, sakit perut, sakit
tekak atau sakit saat menelan.
i. Kulit dan Alergi
Gatal tanpa ruam, bibir dan mulut reaksi, gatal-gatal, Alergi pernapasan
seperti asma.
j. Endokrin dan Metabolik
Hilangnya kontrol diabetes, perubahan menstruasi, penipisan atau kerontokan
rambut, penurunan berat badan, kenaikan berat badan yang bertahap, gula darah
rendah (hipoglikemia), PMS yang parah.

9
3.2.1 Efek bagi Anak-Anak
Bahan aditif makanan lain yang harus dihindari adalah aspartam, juga
disebut Nutrasweet, yang mengandung aspartate. Aspartam ditemukan pada
makanan atau minuman dan jajanan makanan yang sering dikonsumsi oleh
anak-anak seperti pada minuman ringan, dan pemanis yang disebut Equal.
Menurut Wallace, MD (2002) aditif ini juga merusak otak pada bayi dan anak-
anak, yang kelak memiliki kecenderungan untuk menderita penyakit-penyakit
neurologis. Neurologis merupakan penyakit yang mempengaruhi otak, sistem
saraf dan sumsum tulang belakang dan sering ditemukan pada bayi dan anak
relatif hampir 20-30 %. Pada umumnya menderita gangguan perkembangan,
gangguan kesadaran, kelumpuhan ekstremitas, kelumpuhan saraf otak, kejang
dan lain-lain (Pediatri, 2003)
Aspartam bagi anak-anak juga dapat menurunkan konsentrasi dan
memperpendek daya pandang dan daya ingat. Jika dikonsumsi terus menurus
dapat menyebabkan kerusakan gigi. Semua minuman ringan dan beberapa
minuman olahraga umumnya mengandung pemanis yang dapat mengikis
enamel gigi dan menyebabkan kerusakan gigi. Minuman manis dapat
menyebabkan keasaman pada mulut yang merupakan faktor utama dalam
pengembangan kerusakan gigi.

3.3 Solusi Untuk Menghindari Aspartam dalam Jajanan Anak


Solusi dan pencegahan untuk menghindari pemanis buatan terutama aspartam
dalam jajanan anak adalah sebagai berikut.
a. Anak-anak dibiasakan menkonsumsi makanan sehat, yaitu dengan gizi
seimbang, perbanyak makanan utama, buah dan susu
b. Mengurangi kebiasaan jajan anak-anak yang mungkin mengandung zat pemanis
buatan terutama aspartam
c. Sebaiknya meneliti dulu zat-zat makanan yang didalamnya sebelum membeli
makanan atau jajanan
d. Batas maksimum konsumsi aspartam harus dijaga per harinya.
e. Apabila terjadi efek yang ditimbulkan oleh pengkonsumsi maka segera
konsultasi ke dokter.

10
f. Memberi pengetahuan kepada anak tentang pemanis buatan dan bahayanya
sehingga anak-anak dapat mengerti dan memilih makanan yang sehat untuk
dikonsumsi.
g. Alangkah lebih baik anak-anak dibawakan bekal atau dibuatkan makanan-dan
minuman sendiri dari rumah yang terjamin kebersihan dan kesehatannya.

11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Makalah ini memiliki kesimpulan sebagai berikut.
1. Aspartam adalah zat pemanis buatan yang memiliki rasa lebih manis sekitar
180-200 kali dari pada gula biasa dengan konsentrasi yang sama. Aspartam
sering ditambahkan ke bahan makanan dan minuman bersoda. Oleh karena itu
sering dijumpai dijajanan anak-anak sekolah, maupun jajanan yang ada di pasar
dan supermarket.
2. Aspartam apabila dikonsumsi berlebihan akan berdampak terhadap kesehatan
anak-anak. Terutama akan menyebabkan penyakit neurologis (yang
mempengaruhi kerja dari saraf sistem dan otak).
3. Untuk menghindari bahan aditif aspartam dari jajanan anak-anak sebaiknya
adalah membuat sendiri jajanan dari rumah yang lebih bersih dan sehat.

3.2 Saran
Makalah ini memiliki saran sebagai berikut :
1. Kepada pemerintah sebaiknya mengawasi dan membatasi makanan dan
minuman yang beredar dengan membatasi jumlah dan kadar bahan aditif yang
berbahaya bagi kesehatan. Terutama bahan aditif aspartam yang sering dijumpai
didalam jajanan dan minuman bersoda.
2. Kepada orang tua sebaiknya mengawasi putra putrinya dalam hal makanan
sehari-hari di sekolah maupun di lingkunagn luar lainnya. Alangkah lebih baik
jika para orang tua membuat jajanan sendiri dirumah yang lebih sehat dan bersih
bagi anak-anak.
3. Kepada anak-anak, remaja maupun masyarakat sebaiknya lebih teliti dan hati-
hati terhadap makanan atau jajanan yang masuk kedalam tubuh. Ketika membeli
makanan atau minuman lebih hati-hati jika membaca bahan komposisi yang
tertera dalam kemasan. Sehingga dapat melihat dan membedakan apakah
makanan tersebut baik atau buruk bagi kesehatan tubuh.

12
DAFTAR PUSTAKA

Afriansyah, Nurfi. 2007. Tinjauan Terhadap Keamanan Konsumsi Pemanis Aspartam.


Jurnal Gizi Indonesia.

European Food Safety Authority. Statement of EFSA on the scientific evaluation of two
studies related to the safety of artificial sweeteners .2011. (online),
(http://www.efsa.europa.eu/en/efsajournal/pub/2089.htm), diakses 07 Desemberr
2019.

Ferdiaz, Dedi, Sri Irawati Susilit. 2003. Penggunaan Pemanis Buatan Dalam Produk
Pangan. Direktorat Standarisasi Produk Pangan Deputi Bidang Pengawasan
Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM: Jakarta.

Irawati, Umi Barokah. 2007. Pengaruh Aspartam terhadap Kadar Kreatinin Serum dan
Struktur Histologis Ren Mencit (Mus musculus L. Skripsi. Surakarta: FMIPA
Universitas Sebelas Maret.

Pediatri, Sari. 2003. Pendekatan Klinis berbagai Kasus Neurologi Anak yang
Membutuhkan Pemeriksaan Pencitraan. Jurnal Ilmu Kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999


Tentang Bahan Tambahan Makanan. 1999. Jakarta.

Sean, C, S. 2009. Martindale The Complete Drug Reference. Thirty-sixth edition,


London Chicago

Sihombing, Geertruida. 1998. Sakarin sebagai pemanis buatan. Pusat Penelitian


Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI: Jakarta.

Wallace, J Daniel. 2002. Lupus (Terapi-Terapi Alternatif yang Berhasil). Bentang


Pustaka: Yogyakarta.

Winarmo, F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia: Jakarta

Wiyono, Rakhmad. 2001. Studi Pembuatan Serbuk Effervescent Temulawak (Curcuma


xanthorrhiza Roxb) Kajian Suhu Pengering, Konsentrasi Dekstrin, Konsentrasi
Asam Sitrat dan Na-Bikarbonat. Jurnal Teknologi Pangan.

13

Anda mungkin juga menyukai