Coring Dan Coring Analysis-Sp-Emillio
Coring Dan Coring Analysis-Sp-Emillio
paperwork
Formation Evaluation
Pendahuluan
Data porositas, grain density, permeabilitas dari geologist
engineer berasal dari singkapan batuan dipermukaan kurang bisa
mencerminkan keadaan tersebut dalam batuan di bawah
permukaan.
Sedangkan data seismik dari geophysic engineer yang mencakup
densitas batuan, penyebaran lapisan, penampang stratigrafi dibawah
permukaan juga cenderung kurang akurat untuk menentukan nilai
porositas, permeabilitas, penyebaran lapisan, dll yg sebenarnya
terjadi di bawah permukaan tanah.
Karena adanya pengaruh tekanan overbudden batuan, panas
dibawah permukaan, fluida didalam batuan maka parameter
tersebut nilainya dapat berubah. Untuk itu diperlukanlah proses
analisa coring yang berasal dari pengambilan core dibawah
permukaan.
Contoh gambar singkapan
1. Pemotongan
*Setelah sampai dipermukaan core dikeluarkan dari barel dan dipotong setiap 3 ft (atau ±1meter) dengan
meggunakan core cutter. Tujuan dari pemotongan ini agar memudahkan dalam pengangkutan ke laboratorium.
*Setelah core dikeluarkan semua dari barel kemudian core yang telah dipotong tersebut disusun dalam box (tempat
core, yang terbuat dari kayu atau fiber glass) dan diberi tanda top dan bottomnya.
2.Pembungkusan Core
Tujuan dari pembungkusan ini adalah agar core tidak mengalami perubahan kandungan fluida serta terjadi
kerusakan selama proses pengangkutan.
Ada 3 (tiga) cara pembungkusan :
*Pembungkusan dengan lilin (wax)
Core dibungkus dengan plastik tipis, kemudian dibungkus lagi dengan kertas alluminium (alluminium foil) dan diberi
label diikat dengan tali dan dicelupkan dalam wax (lilin)
*Pipa PVC
Cara ini dilakukan dengan memasukkan core kedalam pipa PVS dan kedua ujungnya ditutup rapat.
*Fiber-Glass
Fiber glass sudah terpasang pada core barel sehingga pada saat di permukaan sudah berada dalam pipa fiber-glass.
Kemudian core dipotong dan setelah itu diinjeksikan resin dengan maksud untuk menjaga core agar tidak
mengalami goncangan selama transportasi dan ujungnya ditutup dengan rapat (dicelupkan pada wax).
3. Pemberian Label
Tujuan dari pemberian label ini agar tidak terjadi kesalahan dalam interpretasi atau analisanya.
Pelabelan :
-Nama sumur
-Kedalaman
-Lapangan
-Nomor core
-Tanda panah Top-Bottomnya
Setelah pemberian label, core dimasukkan dalam core box dan siap untuk dikirim ke laboratorium.
Porositas Absolut
didefinisikan sebagai perbandingan antara volume seluruh pori dengan volume total batuan
(bulk volume) atau ditulis :
Vb - Vg Vp
Φ abs 100 % abs 100 %
Vb Vb
Dimana : Vp = Volume pori-pori batuan, cm3
Vb = Volume total batuan, cm3
Vg = Volume butiran, cm3
Porositas Effektif
adalah perbandingan volume pori yang berhubungan dengan volume total batuan atau ditulis :
Vp yang berhubungan
Φeff 100 %
Vb
Gambar timbangan untuk
menimbang core sebelum
Gambar porometer untuk
dimasukan ke alat porometer
mengukur nilai porositas
2. Pengukuran saturasi fluida
Saturasi adalah volume fluida reservoir yang mengisi volume pori dalam perbandingan
relatif terhadap volume pori. Di dalam reservoir umumnya terdapat lebih dari satu
macam fluida, maka perlu diketahui jumlah masing – masing fluida tersebut.
Analisa core pada tahap ini untuk menentukan saturasi fluida dalam batuan reservoir
yang terdiri dari saturasi minyak (So), saturasi air (Sw) dan saturasi gas (Sg) dengan
metode destilasi.
*Saturasi air adalah perbandingan antara volume pori yang diisi oleh air dengan
volume pori total.
Volume pori yang diisi air
Sw
Volume pori total
*Saturasi minyak adalah perbandingan antara volume pori yang diisi oleh minyak
dengan volume pori total.
Volume pori yang diisi minyak
So
Volume pori total
*Saturasi gas adalah perbandingan antara volume pori yang diisi oleh gas dengan
volume pori total.
μ. Q . L
K
dimana : A . P
K = Permeabilitas, darcy
µ = Viscositas fluida, cp
Q = Kecepatan aliran fluida, cc/sec
A = Luas penampang media berpori, cm2
P = Tekanan, psia
Di dalam reservoir, fluida yang mengalir lebih dari satu macam, sehingga permeabilitas dibagi menjadi :
*Permeabilitas absolut
Adalah permeabilitas apabila fluida yang mengalir dalam media berpori terdiri hanya satu macam
fluida, rumus yang digunakan menurut Darcy :
dimana :
q = Volume flux, cc/sec
kA dp k = Permeabilitas, darcy
q A = Luas penampang melintang batuan, cm3
μ dx µ = Viscositas fluida, cp
dp/dx = Gradient tekanan, atm/cm
* Permeabilitas Efektif
Adalah permeabilitas apabila fluida yang mengalir terdiri dari lebih dari satu macam fluida, rumus yang
digunakan untuk permeabilitas efektif adalah :
k .A dp dimana :
qw w
μw dx qw, qo = masing – masing debit air dan minyak, ss/sec
µw, µo = viscositas air dan viscositas minyak, cp
ko .A dp
qo kw = permeabilitas untuk air, darcy
μo dx ko = permeabilitas untuk minyak, darcy
* Permeabilitas Relatif
Adalah perbandingan antara permeabilitas efektif dengan permeabilitas absolut, rumus untuk
permeabilitas relatif adalah : b
Kw dimana : K a K 1
K rw Krw = permeabilitas relatif terhadap air
K Kw = permeabilitas air
Kro = permeabilitas relatif terhadap minyak
Ko = permeabilitas minyak
K = permeabilitas absolut
Oleh Klinkenberg, dinyatakan suatu persamaan untuk mengkoreksi permeabilitas absolut sehingga didapat permeabilitas
sebenarnya.
Ko
K ro dimana :
K Ka = Permeabilitas terukur pada tekanan rata – rata
K = Permeabilitas sebenarnya dari batuan
B = Konstanta yang tergantung pada ukuran pori yang
mempengaruhi harga permeabilitas
p =Tekanan rata –rata p
P atm
2
Alat Liquid Permeameter Alat Gas Permeameter
Analisa core spesial
1. Penentuan tekanan kapiler
Distribusi fluida secara vertkal dalam reservoir memegang peran penting di
dalam perencanaan Well Completion. Distribusi secara vertikal ini mencerminkan
distribusi saturasi fluida menempati setiap porsi rongga pori dari batuan tersebut.
Adanya tekanan kapiler (Pc) mempengaruhi distribusi saturasi fluida tersebut,
maka kontak antara minyak dengan air dan minyak dengan gas di dalam rongga pori
tidak terdapat batas yang tajam atau terbentuk zona transisi. Oleh karena air dan gas
menempati level tertentu dalam reservoir dapat ditentukan. Dengan demikian
distribusi saturasi fluida ini merupakan salah satu dasar untuk menentukan secara
efisien letak kedalam sumur yang akan dikomplesi.
Untuk menentukan tekanan kapiler pada sampel batuan reservoir dengan
menggunakan peralatan Mercury Capilary Pressure Aparatus atau penginjeksian Hg
(Mercury) pada kondisi khusus (spesfik).
Alat Mercury Injection Capilarity
Pressure Aparatus
2. Penentuan Wetabilitas
Wetabilitas adalah kecenderungan batuan untuk dibasahi oleh salah satu jenis fluida yang ada, berbicara
tentang interaksi antara fluida dan padatan.
Kita harus mengerti secara fisik dan kimia interaksi antara, satu fluida dan batuan reservoir, fluida yang
berbeda didalam reservoir ,satu fluida dan batuan reservoir ketika fluidanya lebih dari satu. Reservoir minyak
umumnya mempunyai 2 – 3 fluida (sistem multifasa). Parameter utama menentukan kebasahan adalah sudut
kontak (contact angle) yang erat hubungannya dengan surface tension dan adhesion tension.
Wetting phase adalah kontinyu dan seluruhnya menutup permukaan batuan.
Reservoir pada umumnya bersifat water wet , sehingga air cenderung untuk melekat pada permukaan batuan
sedangkan minyak akan terletak diantara fasa air. Minyak tidak mempunyai gaya tarik-menarik dengan batuan
dan akan lebih mudah mengalir. Fluida yang membasahi akan cenderung menempati pori-pori batuan yang
lebih kecil.
Nonwetting phase tidak kontinyu dan menempati ruang-ruang kecil diantara fasa tidak membasahi (non
wetting phase) yang berhubungan dengan batuan.
Fluida tidak membasahi cenderung menempati pori-pori batuan yang lebih besar.
Natural gas tidak pernah menjadi wetting phase dalam reservoir hidrokarbon.
Adanya penurunan tekanan dan temperatur menyebabkan gas yang terlarut dalam minyak
akan terbebaskan. Peristiwa tersebut adalah gambaran miniatur dari “Dissolved Gas Drive“
(sehingga gas yang terbebaskan tersebut akan mendorong minyak dan air keluar dari pori).
Akibatnya saturasi fluida dalam core yang sampai dipermukaan terdiri dari:
-minyak sisa
-sejumlah air yang merupakan jumlah dari filtrat lumpur dan air reservoir.
-Sejumlah gas
Pengaplikasian Hasil Core
A. Terhadap Pemboran
1. Pengaruh zat-zat kimia dalam batuan pada lumpur
Pada operasi pemboran kita memerlukan data coring pada lapisan yang dituju terhadap kaitannya dalam
pengaruh zat-zat kimia pada lumpur. Lumpur sangat berpengaruh sangat dalam operasi pemboran sehingga
perubahan komposisi lumpur pada densitasnya karena pengaruh larutnya zat-zat pada batuan pada batuan.
2. Sifat-sifat swelling
Clay pada batuan shale mengembang (swell) jika menggunakan lumpur berbahan dasar water-base mud.
Sehingga kita perlu mengetahui data batuan yang bisa didapatkan melalui coring.