Anda di halaman 1dari 29

CORING DAN CORING ANALYSIS

paperwork
Formation Evaluation
Pendahuluan
Data porositas, grain density, permeabilitas dari geologist
engineer berasal dari singkapan batuan dipermukaan kurang bisa
mencerminkan keadaan tersebut dalam batuan di bawah
permukaan.
Sedangkan data seismik dari geophysic engineer yang mencakup
densitas batuan, penyebaran lapisan, penampang stratigrafi dibawah
permukaan juga cenderung kurang akurat untuk menentukan nilai
porositas, permeabilitas, penyebaran lapisan, dll yg sebenarnya
terjadi di bawah permukaan tanah.
  Karena adanya pengaruh tekanan overbudden batuan, panas
dibawah permukaan, fluida didalam batuan maka parameter
tersebut nilainya dapat berubah. Untuk itu diperlukanlah proses
analisa coring yang berasal dari pengambilan core dibawah
permukaan.
Contoh gambar singkapan

Contoh gambar survey geologi


Deskripsi coring dan analisa core

Coring adalah proses pengambilan sample


atau contoh batuan dari dalam lubang bor. Core
analisis merupakan tahapan analisa setelah
contoh batuan bawah permukaan (core)
diperoleh. Tujuannya untuk mengidentifikasikan
karakteristik batuan bawah permukaan yang
diwakili oleh core yang diambil. Hasil analisa
akan mendiskripsikan sifat-sifat petrofisik yang
akan digunakan dalam karakterisasi reservoar.
Metode pengambilan
1. Bottom Hole Coring
Coring yang dilakukan bersamaan dengan proses pemboran, sampel diambil pada dasar lubang.
a. Konvensional drag bit coring
Keuntungan:* ukuran diameter core besar hampir seperti ukuran lubang bor,
* persentasi perolehan core formasi tinggi,
*dapat digunakan pada sebagian besar formasi, dan tidak membutuhkan peralatan
pemboran tambahan di permukaan.
Kerugian: * pentingnya proses pencabutan drill pipe untuk menjaga kondisi core setelah tiap core
dipotong.
b. Diamond bit coring
Keuntungan: * antara lain umur bit lebih panjang,
*kemungkinan pemotongan sampai 90 ft core setiap running,
*persentase perolehan core tinggi
* diameter core besar
* dapat disesuaikan untuk berbagai formasi
Kerugian: * mahalnya bit dan core barrel
* kondisi operasi yang layak dalam penggunaan metode ini
* setiap akan mengambil core dari core barrel dilakukan round trip
* membutuhkan operator yang mengetahui operasional diamond coring
c. Wire Line Coring
Pengambilan core dilakukan dengan menggunakan kabel. Tidak perlu mencabut rangkain pipa bor
pada saat mengambil core dari core barel.
Kerugian: * metode ini antara lain penggunaan metode ini terbatas pada formasi lunak
*persentase perolehan core rendah
* diameter core lebih kecil dari pada metode conventional
Keuntungan: * Biaya jauh lebih murah dibandingkan dengan conventional dan sidewall

Contoh drag dan roller bit yang


digunakan pada convensional
Contoh sidewall coring coring

Contoh diamond bit yang digunakan pada


convensional coring
2. Sidewall Coring
Pada metode ini, sampel batuan (core) diambil dari dinding sumur yang telah
dibor terlebih dahulu pada kedalaman yang ditentukan. Pengambilan core dilakukan
saat pemboran dihentikan sementara, dengan cara menurunkan peralatan core, yang
dilengkapi dengan peluru yang berlubang (sebagai tempat core) dan diikatkan pada
kawat baja (wireline).
Peluru–peluru tersebut dioperasikan secara elektris dari permukaan dan dapat
ditembakkan secara simultan baik bersama–sama atau sendiri–sendiri. Dengan
menembusnya peluru ke dalam dinding lubang bor maka core akan terpotong dan
terlepas dari formasi. Dengan adanya kabel baja yang berhubungan dengan peluru,
maka peralatan sidewall coring beserta core dapat diangkat ke permukaan. Ukuran
core yang didapat dengan cara ini mempunyai diameter ¾ – 1 3/16 inci dan
panjangnya hanya 2 ¼ inci.
Keuntungan dari metode sidewall coring adalah mendapatkan sampel pada
kedalaman berapa pun setelah lubang dibor dan dapat membantu interpretasi log.
Gambar core barrel yang berisi
Pengambilan core core dari bawah permukaan
menggunakan wireline layne
rock drilling truck Gambar core untuk dianalisa
Penanganan Core (Core Handling)
Penanganan core adalah semua proses yang dilakukan setelah core sampai di permukaan.
Penanganan core ini meliputi :
-Pemotongan
-Pembungkusan.
-Pemberian label

1. Pemotongan
*Setelah sampai dipermukaan core dikeluarkan dari barel dan dipotong setiap 3 ft (atau ±1meter) dengan
meggunakan core cutter. Tujuan dari pemotongan ini agar memudahkan dalam pengangkutan ke laboratorium.
*Setelah core dikeluarkan semua dari barel kemudian core yang telah dipotong tersebut disusun dalam box (tempat
core, yang terbuat dari kayu atau fiber glass) dan diberi tanda top dan bottomnya.

2.Pembungkusan Core
Tujuan dari pembungkusan ini adalah agar core tidak mengalami perubahan kandungan fluida serta terjadi
kerusakan selama proses pengangkutan.
Ada 3 (tiga) cara pembungkusan :
*Pembungkusan dengan lilin (wax)
Core dibungkus dengan plastik tipis, kemudian dibungkus lagi dengan kertas alluminium (alluminium foil) dan diberi
label diikat dengan tali dan dicelupkan dalam wax (lilin)
*Pipa PVC
Cara ini dilakukan dengan memasukkan core kedalam pipa PVS dan kedua ujungnya ditutup rapat.
*Fiber-Glass
Fiber glass sudah terpasang pada core barel sehingga pada saat di permukaan sudah berada dalam pipa fiber-glass.
Kemudian core dipotong dan setelah itu diinjeksikan resin dengan maksud untuk menjaga core agar tidak
mengalami goncangan selama transportasi dan ujungnya ditutup dengan rapat (dicelupkan pada wax).
3. Pemberian Label
Tujuan dari pemberian label ini agar tidak terjadi kesalahan dalam interpretasi atau analisanya.
Pelabelan :
-Nama sumur
-Kedalaman
-Lapangan
-Nomor core
-Tanda panah Top-Bottomnya
Setelah pemberian label, core dimasukkan dalam core box dan siap untuk dikirim ke laboratorium.

Contoh penyimpanan coring


Contoh core handling yang dalam gudang untuk
dibungkus untuk dikirim ke penganalisaan lebih lanjut
laboraturium Contoh pemberian label dan
penyimpanan core
Analisa core rutin
1. PENGUKURAN POROSITAS
Dilakukan dengan menentukan volume pori-pori dan volume bulk batuan. Metode yang
digunakan dalam menentukan porositas antara lain: Boyle’s law porosimeter dan Saturasi
metdhod.

Porositas Absolut
didefinisikan sebagai perbandingan antara volume seluruh pori dengan volume total batuan
(bulk volume) atau ditulis :
Vb - Vg Vp
Φ abs   100 %  abs   100 %
Vb Vb
Dimana : Vp = Volume pori-pori batuan, cm3
Vb = Volume total batuan, cm3
Vg = Volume butiran, cm3

Porositas Effektif
adalah perbandingan volume pori yang berhubungan dengan volume total batuan atau ditulis :

Vp yang berhubungan
Φeff   100 %
Vb
Gambar timbangan untuk
menimbang core sebelum
Gambar porometer untuk
dimasukan ke alat porometer
mengukur nilai porositas
2. Pengukuran saturasi fluida
Saturasi adalah volume fluida reservoir yang mengisi volume pori dalam perbandingan
relatif terhadap volume pori. Di dalam reservoir umumnya terdapat lebih dari satu
macam fluida, maka perlu diketahui jumlah masing – masing fluida tersebut.
Analisa core pada tahap ini untuk menentukan saturasi fluida dalam batuan reservoir
yang terdiri dari saturasi minyak (So), saturasi air (Sw) dan saturasi gas (Sg) dengan
metode destilasi.
*Saturasi air adalah perbandingan antara volume pori yang diisi oleh air dengan
volume pori total.
Volume pori yang diisi air
Sw 
Volume pori total

*Saturasi minyak adalah perbandingan antara volume pori yang diisi oleh minyak
dengan volume pori total.
Volume pori yang diisi minyak
So 
Volume pori total
*Saturasi gas adalah perbandingan antara volume pori yang diisi oleh gas dengan
volume pori total.

Volume pori yang diisi gas


Sg 
Volume pori total
Alat oven untuk mengeringkan core sebelum
dijenuhi fluida

Gambar Stark and Deak Destilation


Aparatus
3. Pengukuran permeabilitas
Permeabilitas adalah kemampuan batuan untuk mengalirkan fluida melalui pori – pori
yang saling berhubungan tanpa menyebabkan perubahan susunan partikel
pembentuknya. Dasar yang digunakan dalam penentuan permebilitas adalah dari
percobaan yang dilakukan Darcy. Definisi permeabilitas dapat dinyatakan sebagai berikut :

μ. Q . L
K 
dimana : A . P
K = Permeabilitas, darcy
µ = Viscositas fluida, cp
Q = Kecepatan aliran fluida, cc/sec
A = Luas penampang media berpori, cm2
P = Tekanan, psia
Di dalam reservoir, fluida yang mengalir lebih dari satu macam, sehingga permeabilitas dibagi menjadi :

*Permeabilitas absolut
Adalah permeabilitas apabila fluida yang mengalir dalam media berpori terdiri hanya satu macam
fluida, rumus yang digunakan menurut Darcy :
dimana :
q = Volume flux, cc/sec
kA dp k = Permeabilitas, darcy
q  A = Luas penampang melintang batuan, cm3
μ dx µ = Viscositas fluida, cp
dp/dx = Gradient tekanan, atm/cm
* Permeabilitas Efektif
Adalah permeabilitas apabila fluida yang mengalir terdiri dari lebih dari satu macam fluida, rumus yang
digunakan untuk permeabilitas efektif adalah :
k .A dp dimana :
qw  w 
μw dx qw, qo = masing – masing debit air dan minyak, ss/sec
µw, µo = viscositas air dan viscositas minyak, cp
ko .A dp
qo   kw = permeabilitas untuk air, darcy
μo dx ko = permeabilitas untuk minyak, darcy

* Permeabilitas Relatif
Adalah perbandingan antara permeabilitas efektif dengan permeabilitas absolut, rumus untuk
permeabilitas relatif adalah :  b
Kw dimana : K a  K 1  
K rw  Krw = permeabilitas relatif terhadap air
 
K Kw = permeabilitas air
Kro = permeabilitas relatif terhadap minyak
Ko = permeabilitas minyak
K = permeabilitas absolut
Oleh Klinkenberg, dinyatakan suatu persamaan untuk mengkoreksi permeabilitas absolut sehingga didapat permeabilitas
sebenarnya.
Ko
K ro  dimana :
K Ka = Permeabilitas terukur pada tekanan rata – rata
K = Permeabilitas sebenarnya dari batuan
B = Konstanta yang tergantung pada ukuran pori yang
mempengaruhi harga permeabilitas
p =Tekanan rata –rata p
 P atm 
2
Alat Liquid Permeameter Alat Gas Permeameter
Analisa core spesial
1. Penentuan tekanan kapiler
Distribusi fluida secara vertkal dalam reservoir memegang peran penting di
dalam perencanaan Well Completion. Distribusi secara vertikal ini mencerminkan
distribusi saturasi fluida menempati setiap porsi rongga pori dari batuan tersebut.
Adanya tekanan kapiler (Pc) mempengaruhi distribusi saturasi fluida tersebut,
maka kontak antara minyak dengan air dan minyak dengan gas di dalam rongga pori
tidak terdapat batas yang tajam atau terbentuk zona transisi. Oleh karena air dan gas
menempati level tertentu dalam reservoir dapat ditentukan. Dengan demikian
distribusi saturasi fluida ini merupakan salah satu dasar untuk menentukan secara
efisien letak kedalam sumur yang akan dikomplesi.
Untuk menentukan tekanan kapiler pada sampel batuan reservoir dengan
menggunakan peralatan Mercury Capilary Pressure Aparatus atau penginjeksian Hg
(Mercury) pada kondisi khusus (spesfik).
Alat Mercury Injection Capilarity
Pressure Aparatus
2. Penentuan Wetabilitas
Wetabilitas adalah kecenderungan batuan untuk dibasahi oleh salah satu jenis fluida yang ada, berbicara
tentang interaksi antara fluida dan padatan.
Kita harus mengerti secara fisik dan kimia interaksi antara, satu fluida dan batuan reservoir, fluida yang
berbeda didalam reservoir ,satu fluida dan batuan reservoir ketika fluidanya lebih dari satu. Reservoir minyak
umumnya mempunyai 2 – 3 fluida (sistem multifasa). Parameter utama menentukan kebasahan adalah sudut
kontak (contact angle) yang erat hubungannya dengan surface tension dan adhesion tension.
Wetting phase adalah kontinyu dan seluruhnya menutup permukaan batuan.
Reservoir pada umumnya bersifat water wet , sehingga air cenderung untuk melekat pada permukaan batuan
sedangkan minyak akan terletak diantara fasa air. Minyak tidak mempunyai gaya tarik-menarik dengan batuan
dan akan lebih mudah mengalir. Fluida yang membasahi akan cenderung menempati pori-pori batuan yang
lebih kecil.
Nonwetting phase tidak kontinyu dan menempati ruang-ruang kecil diantara fasa tidak membasahi (non
wetting phase) yang berhubungan dengan batuan.
Fluida tidak membasahi cenderung menempati pori-pori batuan yang lebih besar.
Natural gas tidak pernah menjadi wetting phase dalam reservoir hidrokarbon.

Besaran wettabilitas ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :


1.Jenis mineral yang terkandung dalam batuan reservoir.
2. Ukuran butir batuan, semakin halus ukuran butir batuan maka semakin besar gaya adhesi
yang terjadi.
3. Jenis kandungan hidrokarbon yang terdapat di dalam minyak mentah (crude oil).
3. Penentuan Kompresibilitas
Kompresibilitas adalah perbandingan fraksi volume persatuan perubahan tekanan.
V
T
1 v
c T  V
V P P
Pada Tekanan Reservoir Normal, Gaya kebawah dari tekanan overburden harus diimbangi dengan
tekanan keatas dari matrik dan fluida .
Po = Pm + Pt
Po  (1.0 psi / ft ) x(depthin ft)
Pr  (0.465psi / ft ) x(depthin ft)
Sebagai akibat diproduksinya fluida, maka tekanan fluida (Pr) akan selalu berkurang, maka
tekanan matrik akan bertambah, menyebabkan berkurangnya volume bulk, mengurangi volume
pori
Jenis-Jenis Kompresibilitas antara lain:
-Konpresibilitas matrik, cm
cm  0
-Kompresibilitas bulk, cb
-Kompresibilitas Formasi, ct
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kondisi Core
Idealnya core yang didapat mempunyai kondisi yang sama seperti sebelum diambil (in-
situ). Tetapi hal itu tidak mungkin diperoleh karena selama proses pemboran dan
pengangkatan core ke permukaan akan terjadi perubahan pada core dan kandungannya.
Ada 2 (dua) faktor penyebab terjadinya perubahan core, yaitu :
*Adanya pembilasan (flushing) oleh lumpur pemboran saat operasi coring sehingga
menyebabkan kandungan hidrokarbon akan berkurang dan kandungan air meningkat.
*Penurunan Tekanan dan Temperatur

Adanya penurunan tekanan dan temperatur menyebabkan gas yang terlarut dalam minyak
akan terbebaskan. Peristiwa tersebut adalah gambaran miniatur dari “Dissolved Gas Drive“
(sehingga gas yang terbebaskan tersebut akan mendorong minyak dan air keluar dari pori).

Akibatnya saturasi fluida dalam core yang sampai dipermukaan terdiri dari:
-minyak sisa
-sejumlah air yang merupakan jumlah dari filtrat lumpur dan air reservoir.
-Sejumlah gas
Pengaplikasian Hasil Core
A. Terhadap Pemboran
1. Pengaruh zat-zat kimia dalam batuan pada lumpur
Pada operasi pemboran kita memerlukan data coring pada lapisan yang dituju terhadap kaitannya dalam
pengaruh zat-zat kimia pada lumpur. Lumpur sangat berpengaruh sangat dalam operasi pemboran sehingga
perubahan komposisi lumpur pada densitasnya karena pengaruh larutnya zat-zat pada batuan pada batuan.

2. Sifat-sifat swelling
Clay pada batuan shale mengembang (swell) jika menggunakan lumpur berbahan dasar water-base mud.
Sehingga kita perlu mengetahui data batuan yang bisa didapatkan melalui coring.

3. Pemilihan jenis bit berdasarkan formasi yang akan ditembus


Kita perlu mengetahui jenis batuan yang akan ditembus melalui proses coring dalam kaitannya dengan
pemilihan jenis bit untuk optimasi pengeboran (drilling optimization).
Dimana:
$/ft = cost per foot, $
Cb = bit cost, $
Cr = rig cost, $
Tt = trip time, hr
Tr = rotating time, hr
Pemilihan jenis bit yang tepat dapat menghemat waktu untuk menembus formasi batuan,
sehingga optimasi pengeboran dapat dicapai.
B. Terhadap Reservoar
1. Penentuan ketebalan lapisan, dan luas lapisan reservoar untuk mengitung Vb atau
luas total reservoar produktif.
Untuk menghitung total luas reservoar kita memerlukan data ketebalan lapisan
reservoar dan luasnya. Data ini didapatkan dari hasil analisa core pada pengeboran
sumur deliniasi untuk menentukan batasan dan tebal luas reservoar tersebut. Pada
core tersebut kita akan menganalisa apakah analisa core yang dianalisa mengandung
minyak atau tidak. Jika core pada pengeboran deliniasi tersebut mengandung minyak
maka reservoar tersebut masih ada dalam batasan reservoar namun jika batuan core
yang dianalisa tidak terdapat minyak maka sumur tersebut ada diluar reservoar.

2. Penetuan porositas dan saturasi untuk menghitung OOIP


Kita perlu mengetahui nilai porositas dan saturasi untuk menghitung jumlah minyak
mula-mula pada reservoar tersebut (OOIP).
C. Aspek Produksi
Analisa butiran untuk penentuan parameter untuk proyek peretakan dan
pengasaman. Kita perlu menganalisa hasil coring pada lapisan produktif jika terjadi
kerusakan formasi yang terindikasi dengan penurunan laju produksi atau ikut
terproduksinya pasir ke pemukaan, setelah itu kita bisa mendapatkan metode yang
cocok untuk pengasaman atau peretakan pada lapisan produktif.

Gambar analisa core jika dilihat pada


mikroskop
Gambar Flowchart Perhitungan Performa Reservoar di Masa Depan
Simulasi menggunakan software Eclipse untuk menghitung bentuk dan
volume total reservoar.
Referensi
- Pengantar Teknik Perminyakan, Ir. H. Avianto Kabul, MT . 2005
- Teknik Reservoar, Dr. Ir. Dedy Kristanto, MT. 2005
- Formation Evaluation, Dr. Ir. Dedy Kristanto,MT. 1999
- Essentials of Modern Open-Hole Log Interpretation, John T.
Dewan. 1983
- A Complete Well Planning Aproach, Neal J. Adams. 1982
- Well Testing, John Lee. 1985
- Laporan Resmi Analisa Inti Batuan, Emillio Setyaputra. 2010
- Laporan Resmi Penilaian Formasi, Stevano Satriawan. 2008

Anda mungkin juga menyukai