MENGIDENTIFIKASIKAN,
UNSUR-UNSUR INTRINSIK,
ALAMAT TERAKHIR, KARYA
HARIS EFFENDI THOHAR
Disusun oleh :
ENI FADILAH
Kelas XII IPS – 2 ( 08 )
LEMBAR PENGESAHAN
Alamat Terakhir, karya Haris Effendi Thohar yang disusun oleh ENI FADILAH siap
KENCONG.
mestinya.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Karunia-Nya kami
dapat menyusun karya tulis yang berjudul Unsur Intrinsik cerpen, Alamat Terakhir,
karya Haris Effendi Thohar. Karya tulis ini merupakan hasil pemikiran serta dari
Pada kesempatan kali ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-
2. Agus Zar’an, S.Pd selaku wali kelas XII IPS 2 yang juga mengizinkan pembuatan
karya ilmiah.
3. Bapak Drs. Sutiono selaku guru pembimbing Bahasa Indonesia yang telah
memberi bimbingan.
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 8
LAMPIRAN..................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan penulisan secara umum
Secara umum karya ilmiah ini untuk mendapatkan gambaran objektif dari
unsur-unsur intrinsik cerpen Alamat Terakhir, karya Haris Effendi
Thohar.
1.4.2 Tujuan Penulisan secara khusus
Secara khusus karya ilmiah mengetahui latar dan sudut pandang yang
terdapat dalam cerpen Alamat Terakhir, karya Haris Effendi Thohar.
1.5 Manfaat
Manfaat karya tulis ini untuk mempermudah pemahaman tentang karya
tulis yang berjudul Mengidentifikasikan Unsur-unsur Intrinsik cerpen yang
berjudul Alamat Terakhir, karya Haris Effendi Thohar. Cerpen yang terdapat
dalam cerpen ini dalam dijadikan pelajaran berahrga.
1.6 Hipotesis
Unsur-unsur intrinsik cerpen dibangun oleh beberapa unsur pembangun
diantaranya unsur intrinsik yaitu unsur pembangun dari dalam karya sastra itu
sendiri unsur tersebut meliputi tema, latar, penokohan, alur sudut pandang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3.1 Sinopsis
Metode penelitian adalah ilmu yang membicarakan tatacara sehubungan
dengan adanya penelitian. Atau dapat dijelaskan pula metode penelitian adalah
cata atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan,
yang memiliki langkah-langkah yang sistematis.
4.1 Latar yang terdapat dalam cerpen Alamat Terakhir, karya Haris Effendi Thohar
Latar merupakan segala penggambaran mengenai waktu, ruang atau
tempat, situasi dan suasana yang ada dalam karya sastra tersebut.
Latar terdiri dari 3 macam :
a. Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa. Melalui latar, pembaca
dapat mengetahui dtidak berperan apa-imana cerita atau peristiwa itu terjadi
apakah di desa atau di kota apakah di kantor atau pusat perbelanjaan.
b. Latar waktu merujuk pada waktu atau kapan terjadinya suatu kejadian
(peristiwa) dalam cerita.
c. Latar sosial merujuk pada keadaan situasi dan kehidupan sosial masyarakat
dalam cerita tersebut.
Sedangkan latar yang terdapat dalam cerpen Alamat Terakhir, karya Haris
Effendi Thohar diantaranya yaitu :
a. Latar Tempat
Disebuah panti jompo, buktinya, Opa minta diantarkan malam itu juga ke
panti.
Disuatu kamar tidur buktinya jasad Opa Irfan telah terbujur kaku di
kamar tidurnya, karena sahabat karibnya Bang sanif telah meninggal
dunia terlebih dahulu.
b. Latar Waktu
Pada malam hari, buktinya Antarkan ayah malam ini juga ke panti.
Pagi hari, buktinya Suasana berkabung menyambut kedatangan Opa Irfan
pagi itu.
c. Latar Sosial
Persahabatan, buktinya Mereka berdua saling cocok dan saling mendengar.
Dan hal tersebut yang menyebabkan terjalinnya persahabatan diantara mereka
berdua.
4.2 Bagaimana sudut pandang yang terdapat dalam cerpen Alamat Terakhir, karya
Haris Effendi Thohar.
Sudut pandang maksudnya adalah cara si pengarang bercerita. Cara
bercerita seorang pengarang ada tiga macam :
Pertama, menceritakan dirinya sendiri, yaitu pengarang sendiri yang menjadikan
tokoh utamanya. Jadi, tokoh utamanya itu menyebut dirinya dengan aku atau
saya.
Kedua, menceritakan orang lain. Jadi, pengarang tidak berperan apa-apa. Ia
hanya menceritakan orang lain. Dengan demikian, semua pelaku dalam ceritanya
adalah orang ketiga.
Ketiga, pengarang maupun orang ketiga bersama-sama menjadi pelaku cerita,
tetapi tidak menjadi tokoh utama. Jadi, si pengarang sebagai tokoh aku
sebenarnya ingin menceritakan tokoh utamanya.
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam cerpen Alamat Terakhir,
karya Haris Effendi Thohar adalah sudut pandang orang ketiga, dia, ia atau nama
orang dan pengarang sebagai pengamat, buktinya semula ia berjanji dengan Bang
Sanif akan kembali ke panti setelah tiga hari bersama Edo. Dalam kalimat
tersebut pengarang menggunakan ia sebagai kata ganti orang ketiga. Pengarang
juga memilih salah seorang tokohnya untuk menceritakan orang lain. Tokoh yang
diceritakan itu disebut dengan dia.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam uraian sebelumnya telah diuraikan macam-macam unsur intrinsik
cerpen intrinsik cerpen Alamat Terakhir, karya Haris Effendi Thohar. Dalam
suatu karya sastra unsur intrinsik terdiri dari alur, latar, sudut pandang,
penokohan atau perwatakan. Dalam karya tulis ini penulis hanyalah membahas
latar atau setting dan sudut pandang atau point of view yang terdapat dalam
cerpen Alamat Terakhir, karya Haris Effendi Thohar.
Latar yang terdapat dalam cerpen Alamat Terakhir, karya Haris Effendi
diantaranya :
Latar tempat, disebuah panti dan di kamar tidur.
Latar waktu, malam hari dan pagi hari.
Latar sosial, persahabatan.
Sudut pandang yang terdapat dalam cerpen Alamat Terakhir, karya Haris
Effendi Thohar. Orang ketiga, dia, ia, atau nama orang dan pengarang sebagai
pengamat.
4.2 Saran
Dari penjelasan sebelumnya telah dijelaskan tentang unsur intrinsik yang
terdapat pada cerpen Alamat Terakhir, karya Haris Effendi Thohar. Didalam
unsur intrinsik tersebut terdapat latar atau setting dan sudut pandang (point of
view). Dalam penjelasan tersebut, semoga karya ilmiah ini dapat dijadikan saran
agar pembaca dapat memahami dan mengetahui apa maksud dari latar dan sudut
pandang. Cerita yang terdapat dalam cerpen Alamat Terakhir, karya Haris
Effendi Thohar dapat dijadikan pelajaran bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Desi. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Penerbit Amelia.
Suyono. 2007. Cerdas Berfikir Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta : Ganeca.
LAMPIRAN
Alamat Terakhir
Karya Haris Effendi Thohar
Seminggu bersama Edo. Opa Irfan merasa kecapaian. Ada-ada saja acara
yang dirancang Edo. Mulai dari ziarah ke kubur ibunya, mengadakan upacara doa
dan selamatan di rumah Erni, wisata ke Bukittinggi. Danau Maninjau, acara foto-foto
bersama yang akan membuat lelaki 82 tahun itu merasa tersiksa. Lelaki tua itu paham
bahwa Edo ingin berbuat baik kepada ayahnya sekaligus ingin melepas segala
kerinduannya. Namun di sisi Opa Irfan semua itu tak banyak artinya.
Semula ia berjanji dengan Bang Sanif akan kembali ke panti setelah tiga hari
bersama Edo. Di hari yang ke delapan, hari terakhir Edo berada di Padang. Opa
meminta diantarkan malam itu juga ke panti.
“Esok masih ada hari, Ayah. Besok saja. Sebaiknya Ayah melepasku di
bandara, biar aku merasa puas.
“Tapi justru Ayah merasa terpukul melepasmu. Seolah-olah itulah hari
terakhir kita bersama. Setelah itu Ayah akan mati. Lebih baik Ayah tidak melihatmu
pergi Edo. Antarkan Ayah malam ini juga ke panti.”
Edo tersentak mendengar kata-kata ayahnya itu. Lama ia terpendam.
Kemudian, katanya, baik Ayah, kita kompromi. Esok pagi, sebelum aku berangkat,
aku akan mengantar Ayah dahulu ke panti. Setelah itu, baru aku terus ke bandara.
Opa Irfan tempaknya setuju. Ia tak membantah lagi dan terus menuju kamar
tidur. Menjelang terpejam, ia membayangkan sedang berada di warung belakang
panti bersama Bang Sanif sambil ngomong apa saja yang ingin diomongkan. Mereka
berdua merasa saling cocok, saling mendengarkan. Itulah yang dibutuhkan Opa irfan
di masa senjanya. Akhirnya, ia tertidur setelah lelah tanpa bermimpi selayang pun.
Suasana berkabung menyambut kedatangan Opa Irfan pagi itu. Bang Sanif
telah meninggal sehari sebelumnya dengan tenang dan tersenyum. Jenazahnya segera
dijemput anak-anaknya. Opa Irfan merasa lemas. Ia menghempaskan tubuhnya yang
renta itu ke kursi. Ia mulai merasa tak enak badan dan merasa sakit-sakit di seluruh
persendiannya. Rematiknya kambuh. Ia meneteskan air mata dan merasa amat
cengeng.
“Susul aku, Irfan ,” seakan-akan suar Bang Sanif menggema di rongga
telinganya. Tapi setelah itu, setelah Erna dan Edo meninggalkannya dip anti itu,
nafasnya mulai terasa sesak. Makin lama makin sulit bernafas. Akhirnya, ia meraba-
raba meja kecil di samping tempat tidurnya, memencet bel.
Petugas di kantor piket kesehatan melihat warna merah di angka 9, lalu
mencocokkan angkat itu dengan nama penghuninya. Tak lama kemudian, petugas
kesehatan berlari-lari sambil mendorong tabung oksigen yang diikuti oleh langkah
bergegas seorang dokter di belakangnya. Kedua perawat dan dokter itu ternganga
ketika melihat jasad Opa Irfan telah kaku di kamar tidurnya.