Anda di halaman 1dari 16

TEKS FIKSI (CERPEN DAN NOVEL) DAN ANALISIS STILISTIKA

MAKALAH

Disusun guna menyelesaikan tugas matakuliah Stilistika

Dosen Pengampu:
Fitri Nura Murti, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh
Kelompok 6

Isti Nafisah Y. (200210402059)

Fidya Ayu Diah (200210402068)

Muhammad Birrul W. (200210402085)

Anggi Wahyuning P. (200210402071)

Hensa Putri S. (200210402093)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini secara tepat waktu. Penulisan
makalah ini memiliki tujuan, yaitu untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Stilistika yang
berjudul “Teks Fiksi (Cerpen dan Novel) dan Analisis Stilistika”. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk manambah wawasan bagi pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Fitri Nura Murti, S.Pd., M.Pd selaku dosen
mata kuliah Stilistika yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak, terlebih anggota kelompok 6 yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Maka,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 6 Oktober 2022

Tim Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB 1.........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................................4
1.3 Tujuan..............................................................................................................................................5
BAB 2.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Teks Fiksi......................................................................................................................6
2.2 Unsur-unsur Teks Fiksi...................................................................................................................6
2.3 Analisis Unsur-unsur Stilistika dalam Novel dan Cerpen............................................................7
BAB 3........................................................................................................................................................15
PENUTUP.................................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................15
3.2 Saran.........................................................................................................................................15
Daftar Pustaka...........................................................................................................................................16
BAB 1
PENDAHULUAN

Pada bab ini, dibahas mengenai bagian pendahuluan makalah. Bagian pendahuluan tersebut
meliputi 1) latar belakang; 2) rumusan masalah; dan 3) tujuan. Berikut paparannya.

1.1 Latar Belakang


Stilistika (stylistic) adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa di
dalam karya sastra (Sudjiman, 1990: 75). Stilistika sangat penting bagi studi linguistik
maupun studi kesusastraan. Stilistika dapat memberikan sumbangan penelitian gaya bahasa
untuk merupakan unsur pokok untuk mencapai berbagai bentuk pemaknaan karya sastra,
dikarenakan karya sastra tidak lepas dari penggunaan gaya bahasa yang keindahan. Karya
sastra memiliki tiga genre utama sastra, yaitu prosa, puisi, dan drama. Walaupun stilistika
lebih sering dibatasi, digunakan, dan diidentikkan dengan karya sastra berupa puisi, tidak
menutup kemungkinan juga terdapat dalam karya sastra yang lain (prosa dan drama). Selain
puisi, gaya bahasa juga banyak berkembang dalam penulisan prosa, khususnya novel. Dalam
perkembangannya, penulisan novel mengalami perkembangan yang pesat. Setiap penulis
menunjukkan kualitasnya dengan penggunaan gaya bahasa yang khas pada setiap karya
mereka yang membuat karya tersebut berbeda dengan karya penulis lainnya. Setiap karya
sastra memiliki keunikan gaya bahasa tersendiri. Struktur novel pun jelas berbeda dengan
struktur puisi. Unsur yang dominan dalam novel merupakan cerita, plot, kejadian, tokoh, dan
sudut pandang. Tokoh dan kejadian yang membentuk cerita pun menjadi unsur utama novel.
Semua unsur tersebut dipengaruhi oleh gaya bahasa. Namun, gaya bahasa pada novel lebih
pada cara penulisan keseluruhan. Karena novel memiliki jumlah halaman dan kata lebih
banyak daripada puisi, membuat analisis stilistika pada novel menjadi lebih sulit. Oleh
karena itu, analisis gaya dalam novel terbatas sebagai gaya secara keseluruhan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai
beberapa masalah, antara lain:
1. Apa pengertian teks fiksi?
2. Apa saja yang menjadi unsur-unsur teks fiksi?
3. Bagaimana analisis unsur-unsur stilistika dalam novel dan cerpen?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, terdapat tujuan dari makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan pengertian teks fiksi.
2. Untuk mengetahui unsur-unsur teks fiksi.
3. Untuk mengenal unsur-unsur stilistika dalam novel dan cerpen.
BAB 2
PEMBAHASAN

Pada bagian bab pembahasan akan memaparkan materi yang terdiri dari beberapa sub bab,
yaitu 1) pengertian teks fiksi; 2) unsur-unsur teks fiksi; 3) analisis stilistika pada novel dan
cerpen.

2.1 Pengertian Teks Fiksi


Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat dua jenis teks, yaitu teks factual dan teks
fiksi. Teks factual merupkan teks yang dibuat dan disusun berdasarkan dengan kejadian yang
nyata atau sesuai dengan fakta. Selanjutnya yaitu teks fiksi, teks ini disusun dan dibuat
berdasarkan dengan imajinasi pengarang. Teks cerita fiksi merupakan prosa naratif yang bersifat
imajinatif. Meskipun memiliki sifat imajinatif, teks cerita yang akan dibuat tetap harus masuk
akal dan alura cerita yang dibuat juga harus berkesinambungan dari awal cerita sampai akhir
cerita.

Dalam Kamus Istilah Sastra yang disusun Sudjiman, teks fiksi atau teks rekaan
merupakan sebuah kisah yang dibuat dengan tokoh dan alur yang dihasilkan dari khayaalan atau
imajinasi dari seorang pengarang. Pengarang mengolah imajinasinya berdasarkan dari
pengalaman, pandangan, wawasan, serta penilaiannya terhadap suatu hal peristiwa yang terjadi,
kemudian dituangkannya dalam sebuah tulisan teks fiksi. Contoh teks fiksi yaitu novel dan
cerpen.

2.2 Unsur-unsur Teks Fiksi


Teks fiksi yang disusun oleh pengarang terdapat beberapa unsur yang terkandung
didalamnya, diantaranya yaitu:

a. Tema dalam membuat teks fiksi seorang pengarang harus memikirkan tema apa yang
akan diangkat dalam hasil karyanya. Hal ini supaya memudahkan pengarang ketika
nantinya akan menyusun teks fiksi.
b. Perwatakan, dalam membuat teks fiksi watak tokoh dalam teks fiksi juga harus
diperhatikan oleh pengarang, apakah nantinya tokoh yang diceritakan memiliki sifat
protagonist atau antogonis, bisa juga bersifat tritagonis.
c. Alur, teks fiksi yang dibuat harus berurutan. Hal ini berarti dimana teks fiksi yang akan
dibuat harus jelas cerita dari awalnya seperti apa, sampai dengan akhir cerita. Cerita yang
dibuat juga harus nyambung dari perkenalan tokoh, konflik, sampai ending cerita. Maka
dari itu, penting mmeikirkan alur yang akan dibuat.
d. Latar, dalam teks fiksi latar juga harus diperhatikan, seperti apa latar tempat yang akan
digunakan, latar waktu, serta latar suasana dalam teks fiksi. Amanat, dalam teks fiksi
yang dibuat pengarang harus memikirkan amanat atau pesan apa yang bisa diambil oleh
pembaca ketika membaca hasil pengarangnya.

2.3 Analisis Unsur-unsur Stilistika dalam Novel dan Cerpen


2.3.1 Unsur-Unsur Stile Karya Sastra
Stile dalam karya sastra dapat dikaji dengan menganalisis unsur stile dalam karya
sastra itu sendiri. Analisis unsur stile dapat dilakukan dengan mengidentifikasi masing-
masing unsur, mendeskripsikan hasil identifikasi. Unsur-unsur stile yang dapat dikaji dari
karya sastra antara lain yaitu aspek bunyi, aspek leksikal, aspek gramatikal, aspek kohesi,
pemajasan, penyiasatan struktur, dan citraan. Berikut penjabaran unsur-unsur stile dalam
karya sastra:
1. Aspek Bunyi
Aspek bunyi dapat dipahami melalui fonem konsonan, vokal, dan gabungan keduanya
yang menghasilkan kata. Aspek bunyi biasanya digunakan untuk mengkaji karya
sastra berupa puisi, karena pada bait-bait puisi mengandung kata-kata tertentu yang
memiliki fonem konsonan tertentu. Selain itu, pembacaan puisi yang baik akan
berkesan memukau, menggetarkan jiwa terhadap para pendengarnya bahkan yang
bukan penggemar sastrapun akan merasakan hal yang sama. Hal ini menunjukkan
bahwa aspek bunyi ini sangat penting dalam puisi, bahkan keindahan sebuah puisi itu
banyak ditentukan oleh keindahan bunyi.
2. Aspek Leksikal
Menurut Nurgiyantoro (2012:172) Aspek leksikal adalah satuan bentuk terkecil
dalam konteks struktur sintaksis dan wacana. Unsur leksikal memiliki makna yang
sama dengan diksi yakni penggunaan kata tertentu sengaja dipilih dalam novel oleh
novelis. Diksi ini dipertimbangkan dari segi bentuk dan makna. Bentuk kata berkaitan
dengan jenis-jenis kata yang digunakan. Makna kata lebih dipilih yang berkonotasi
yang juga lebih mengungkapkan gagasan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
novel Indonesia, kata yang dipilih atau ungkapan yang dipilih bisa jadi dari
bahasa/kata daerah atau asing. Hal tersebut sering terjadi penyimpangan namun
memiliki efek memperjelas makna.
3. Aspek Gramatikal
Aspek gramatikal dalam unsur stile ini merupakan unsur sintaksis yang terdapat
dalam karya sastra terdiri atas unsur frase, klausa, dan kalimat. Aspek gramatikal juga
menjadi penentu kelancaran suatu komunikasi bahasa. Apabila kosakata yang dipakai
sederhana dan didukung oleh struktur sintaksis yang juga sederhana, Hal itu
merupakan jaminan bahwa komunikasi bahasa akan lancar (Nurgiyantoro, 2014: 186-
187).
4. Aspek Kohesi
Kohesi merupakan salah satu aspek teks yang membangun retotika teks, baik dalam
teks sastra maupun non sastra (Nurgiyantoro, 2014:194). Dalam teks prosa fiksi,
kohesi bahkan sering dilihat sebagai semacam latar belakang yang secara signifikan
mempengaruhi bentuk stile (Leech&Short, 2007). Artinya, Hal penting dalam
memperoleh keindahan teks itu tergantung pada pendayaan kohesinya. Sedangkan
koherensi adalah hubungan tertentu yang digunakan untuk mengaitkan antargagasan
dalam sebuah ujaran secara eksplisit atau implisit (Nurgiyantoro, 2014: 196). Kohesi
dibedakan ke dalam macam-macam bentuk. Menurut Brown and Yule kohesi
dibedakan ke dalam kategori eksplisit dan implisit berdasarkan konkret tidaknya
kehadirannya. Alwi dkk membedakan kohesi ke dalam hubungan perkaitan eksplisit
dan implisit serta kohesi gramatikal dan leksikal. Sedangkan Leech and Short selain
mengemukakan kohesi bersifat eksplisit dan implisit juga membedakannya ke dalam
dua kategori, yaitu rujuk silang (cross-reference) dan sambungan (linkage)
(Nurgiyantoro, 2014: 197). Keterkaitan atau relasi anatarunsur biasanya bersifat
eksplisit ditandai adanya kata penghubung atau kata tertentu yang tampak
menghubungkan makna. Namun, tidak jarang hanya berupa relasi kelogisan atau
bahkan relasi yang disimpulkan oleh pembacanya.
5. Permajasan
Pemajasan atau biasa disebut dengan figurative language, figures of thought adalah
teknik pengungkapan bahasa, penggaya bahasaan, dan maknanya tidak menunjuk
pada makna harfiah kata-kata yang mendukungnya, melainkan pada makna yang
ditambahkan atau makna yang tersirat.
6. Penyiasatan Struktur
Penyiasatan struktur atau figuresbof speech adalah sebutan lain dari sarana retorika
atau biasa dikenal dengan sebutan gaya bahasa. Penyiasatan struktur bermain di ranah
struktur, dimaksudkan sebagai struktur yang sengaja disiasati, dimanipulasi untuk
memperoleh efek keindahan. Bertujuan untuk mencapai efek retoris sebuah
pengungkapan, penyiasatan struktur atau rhetorical figures lebih mencolok daripada
pemajasan, namun keduanya dapat digabungkan dalam sebuah struktur
(Nurgiyantoro, 2014:245-246).
7. Citraan
Citraan adalah penggunaan kata-kata serta ungkapan yang bisa membangkitkan
tanggapan indra. Citra (image) dan citraan (imagery) menunjuk pada adanya
reproduksi mental. Citra adalah gambaran berbagai pengalaman sensoris yang
dibangkitkan oleh kata-kata. Menurut Abrams; Kenny dalam Nurgiyantoro
(2012:276) citraan adalah kumpulan citra yang dipergunakan untuk menuliskan objek
dan kualitas tanggapan indra yang dipergunakan pada karya sastra, baik dengan
deskripsi secara harafiah maupun kias. Citraan adalah salah satu unsur stile yang
penting karena berfungsi mengkonkretkan dan menghidupkan penuturan
(Nurgiyantoro, 2014:275- 276). Citraan yang berakiatan dengan panca indra manusia,
kelimajenis citraan tersebut merupakan citraan penglihatan (visual), pendengaran
(auditoris), gerak (kinestetik), rabaan (taktil termal) dan penciuman (olfaktori)
(Nurgiyantoro, 2014:277).

2.3.2 Analisis Unsur Stilistika pada Cerpen

Kajian stilistika dapat diarahkan pada semua jenis penggunaan bahasa dan tidak
terbatas pada sastra saja. Namun, stilistika sering dikaitkan dengan bahasa sastra. Analisis
stilistika biasanya digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang biasa ditemukan dalam
dunia sastra untuk menjelaskan hubungan antara bahasa dan fungsi artistik serta makna.
Selanjutnya, stilistika dapat menentukan seberapa jauh dan dengan cara apa bahasa
digunakan dalam menghilangkan penyimpangan, serta cara memperoleh efek khusus
dengan tanda-tanda kebahasaan. Analisis unsur stilistika ini akan dilakukan pada cerpen
“Penembak Misterius” karya Seno Gumira Ajidama dengan mengkaji tiga unsur, yaitu
unsur leksikal, gramatikal dan retorika.

a) Unsur Leksikal

Kajian pada unsur leksikal ini berdasarkan kompleksitas kata, penggunaan kata
formal-nonformal dan penggunaan kata dari bahasa lain. Dari analisis stilistika pada
cerpen Keroncong Pembunuhan, terdapat kata-kata sederhana seperti malam, tubuh,
pohon, wanita, pemuda, tawa, lantai, mendengarkan, dan sebagainya. Hal ini
menimbulkan efek estetis yang terkait dengan penyampaian makna kemudian dikemas
dengan pilihan kata dan denotasi yang praktis, sehingga pembaca dapat dengan mudah
menangkap isi sekaligus memaknai cerpen tanpa memperhatikan kata-kata yang sulit
untuk dipahami. Banyak kata-kata formal yang ditemukan dalam cerpen Keroncong
Pembunuhan ini. Yaitu lagu, tua, merah, darah, temukan, bicara, lihat, dan sebagainya.
Hal ini menunjukkan bahwa kata tersebut digunakan sesuai dengan kaidah ejaan yang
benar dan disempurnakan dalam bahasa Indonesia dan tidak memihak pada suatu daerah
atau suku tertentu, meskipun ada beberapa kata yang ditemukan informal seperti dong,
sibuk, tidak, auuww, dan Hmmm.

Pada cerpen Keroncong Pembunuhan, penggunaan bahasa asing terbilang sedikit,


seperti dalam bahasa Inggris (headphone, ealkie-talkie, catering, dan please) dan China
(Cheongsam). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kata-kata dari bahasa lain dalam
cerpen hanyalah variasi cerpen dan tidak digunakan sebagai penekanan khusus. Bisa juga
dikatakan bahwa penulis lebih suka menggunakan bahasa Indonesia daripada melakukan
campur kode. Dalam tingkatan bahasa Indonesia, kata-kata diklasifikasikan menjadi lima
kategori: benda, kerja, sifat, bilangan, dan tugas. Kemudian dalam analisis cerpen
Keroncong Pembunuhan, jenis kata yang paling banyak ditemukan dalam cerpen ini
adalah kata kerja, seperti membuatku, membunuh, bergerak, menarik, menembak dan
sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam cerpen ini, lebih banyak aktivitas kerja
yang terjadi dan tidak mengandalkan alat, benda, atau tokoh dari cerita.
b) Unsur Gramatikal

Kajian pada unsur gramatikal ini berdasarkan kompleksitas kalimat, jenis kalimat dan
jenis frasa. Penggunaan struktur kalimat sederhana merupakan bentuk struktur yang
dominan dalam cerpen. Hal tersebut memberikan kesan bahwa cerpen ini tersampaikan
secara sederhana, namun tidak memudarkan pesan yang ingin disampaikan kepada
pembacanya. Bentuk struktur kalimat cerpen seperti kalimat sederhana dan kalimat
kompleks adalah pemilihan yang tepat. Hal ini disebabkan struktur kalimat membuat
makna yang ingin disampaikan lebih jelas dan menambah beberapa penekanan pada
makna tertentu dalam cerpen ini.

Struktur kalimat kompleks digunakan untuk memperjelas makna yang ingin


disampaikan seperti salah satu kutipan cerpen berikut:

Tentu lebih menarik lagi kalau tubuh itu terpental ke kolam renang dengan suara
bergedebur sehingga airnya muncrat membasahi pakaian para tamu dan kolam
renang itu segera berwarna merah karena darah dan wanita-wanita berteriak:
“Auuww!”

Untuk penekanan pada makna tertentu tampak dalam penggunaan beberapa kalimat
sederhana seperti berikut:

“Biar saja. Bukankah ia seorang pengkhianat bangsa dan negara? Ia pantas


mendapatkan hukumannya Busyet! Lagu keroncong itu lagi, jelas sekali di telingaku
Dan aku menatap mata orang itu. Astaga Kulihat ia berkeringat dingin. Gelisah”

Kalimat deklaratif adalah jenis kalimat yang paling umum digunakan dalam cerpen
Keroncong Pembunuhan. Hal ini memiliki efek estetis, yaitu menimbulkan kesan bahwa
cerpen tersebut disampaikan melalui pernyataan, namun tidak mengurangi pesan yang
ingin disampaikan kepada pembaca. Kalimat deklaratif, imperatif, interogasi, dan minor
adalah pemilihan struktur kalimat yang tepat. Namun ke empat jenis kalimat tersebut
mampu menekankan serta menjelaskan makna secara keseluruhan. Berikut adalah
beberapa contoh dari empat jenis kalimat tersebut.

 Kalimat Deklaratif
“Lagu keroncong itu membuatku mengantuk, padahal malam ini aku harus
membunuh seseorang.”
 Kalimat Imperatif
“Kau tak perlu tahu, pokoknya tunggu!”
 Kalimat Interogasi
“Kamu sudah siap?” terdengar suara pada headphone itu, sebuah suara yang
merdu.
 Kalimat Minor
“Pengkhianat?”
Dalam cerpen Keroncong Pembunuhan tidak hanya menggunakan frasa verbal dan
nominal. Ada juga frasa adverbial, frasa adjektival, frasa koordinatif, dan sebagainya.
Namun, pengkajian dilakukan pada frasa yang mendominasi dan tersebar merata dalam
cerpen. Predikat berawalan me- dan ber- adalah contoh frasa verbal yang muncul lebih
banyak dan tertuju pada kalimat aktif. Berikut contoh frasa verbal dan nominal dalam
cerpen Keroncong Pembunuhan.
 Frasa Verbal : masih menunggu, siap menunjukkan, sambil menunggu, akan
bercerita, akan bertangisan.
 Frasa Nominal : lagu keroncong itu, orang-orang tua, teleskop itu, wanita ini,
sebuah hotel.
c) Unsur Retorika

Kajian pada unsur retorika berdasarkan permajasan, penyiasatan struktur dan


pencitraan. Ditemukan beberapa majas seperti hiperbola, personifikasi, sinekdoke dan
metafora dalam cerpen Keroncong Pembunuhan.

“Itu bukan urusanmu, tahun lalu kamu menembak ribuan orang yang tidak
bersalah.”

Kalimat di atas menggunakan majas hiperbola. “Menembak ribuan orang” adalah


ungkapan berlebihan dari seornag wanita yang menjadi pesuruh pembunuh bayaran dan
merasa kesal kepada tokoh “Aku” (pembunuh bayaran) karena ia tidak langsung
membunuh seseorang. Tokoh “aku” memang telah banyak membunuh, namun tidak
sampai ribuan orang.

“Dan sebetulnya aku pun tak perlu terlalu repot mencarinya karena pesawat
komunikasi yang terpasang pada telingaku siap menunjukkan orangnya.”

Kalimat di atas menggunakan majas personifikasi. “Pesawat komunikasi yang


terpasang pada telingaku siap menunjukkan orangnya”, maksud dari “komunikasi”
adalah wanita yang sedang menelepon untuk menunjukkan orang yang akan dibunuh.

“Dari balik teleskop ini, wajah-wajah memunculkan pesonanya sendiri, yang berbeda
dibandingkan dengan bila kita berhadapan langsung dengan orangnya.”

Kalimat di atas menggunakan majas sinekdoke pars prototo yaitu majas yang
melukiskan sebagian untuk keseluruhan, “wajah-wajah” merupakan sebagian, sedangkan
keseluruhannya adalah seluruh anggota badan yang dimiliki manusia.

Mata rantai tanpa ujung dan pangkal.

Kalimat di atas menggunakan majas metafora, “mata rantai” adalah perbandingan


dengan seseorang yang tidak terlibat secara langung dan menggunakan perantara/orang
untuk memanggil pembunuh bayaran.

Tautologi adalah pengulangan kata pada sebuah kalimat yang menjadi penyiasatan
struktur paling dominan dalam cerpen Keroncong Pembunuhan dan diikuti dengan
repetisi serta retoris. Menekankan hubungan kalimat, menciptakan efek estetika dan
menekankan makna merupakan tujuan munculnya penyiasatan struktur dalam cerpen
Keroncong Pembunuhan. Berikut contoh penyiasatan tautologi, repetisi dan retoris.

 Tautologi : pengulangan kata pada sebuah kalimat.


“Memang wajah mereka adalah wajah orang baik-baik, tapi entahlah apa
yang kurang enak di sana.”
 Repetisi : pengulangan kata dalam beberapa kalimat
“Lagu keroncong itu membuatku ngantuk, padahal malam ini aku harus
membunuh seseorang. Orang-orang tua memang menyukai lagu keroncong,
ini membuat mereka terkenang-kenang akan masa lalunya.”
 Retoris : Kalimat tanya yang tidak membutuhkan jawaban
“Apakah aku termasuk pahlawan jika menembaknya?”

Dalam cerpen Keroncong Pembunuhan, terdapat pendayagunaan citraan


penglihatan (visual), pendengaran, pengecapan dan gerak. Berikut contoh beberapa
citraan yang terdapat dalam cerpen Keroncong Pembunuhan.

 Penglihatan
Dari teras lantai 7 hotel ini, aku masih mengintip lewat teleskop.
 Pendengaran
Wanita besuara halus yang memerintahku itu pun tentu cantik.
 Pengecapan
Angin laut yang basah terasa asin di bibirku.
 Gerak
Tanganku tiba-tiba bergerak sendiri menggeser senapan itu.
BAB 3
PENUTUP

Pada bab ini dipaparkan bagian penutup makalah. Bagian penutup tersebut meliputi simpulan
dan saran. Berikut paparannya.

3.1 Kesimpulan
Dalam Kamus Istilah Sastra yang disusun Sudjiman, teks fiksi atau teks rekaan merupakan
sebuah kisah yang dibuat dengan tokoh dan alur yang dihasilkan dari khayaalan atau imajinasi
dari seorang pengarang. Pengarang mengolah imajinasinya berdasarkan dari pengalaman,
pandangan, wawasan, serta penilaiannya terhadap suatu hal peristiwa yang terjadi, kemudian
dituangkannya dalam sebuah tulisan teks fiksi. Contoh teks fiksi yaitu novel dan cerpen. Teks
fiksi yang disusun oleh pengarang terdapat beberapa unsur yang terkandung didalamnya,
diantaranya yaitu: tema, perwatakan, alur, dan latar. Analisis stilistika suatu teks fiksi
memerlukan Unsur-unsur stile yang dapat dikaji dari karya sastra antara lain yaitu aspek bunyi,
aspek leksikal, aspek gramatikal, aspek kohesi, pemajasan, penyiasatan struktur, dan citraan.

3.2 Saran
Makalah ini tentunya, masih banyak mengalami berbagai kesalahan baik dalam penulisan
maupun pengkajian materi. Dengan adanya makalah ini, diharapkan nantinya dapat menjadi
referensi pembaca dalam memahami teori kepribadian Jacques Lacan. Oleh karena itu, kami
sebagai penulis juga masih dalam tahap pembelajaran, kami harap pembaca memberikan kami
saran dan masukan untuk memperbaiki makalah ini.
Daftar Pustaka

Ahmad. Tanpa tahun. pengertian Cerpen: Struktur, Fungsi, Ciri, Unsur, dan Contoh Cerpen.
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-cerpen-struktur-fungsi-ciri-unsur-dan
contoh-cerpen/. [Akses 06 Oktober 2021]
Amalia, A., & Doyin, M. (2015). Pengembangan Buku Panduan Menyusun Teks Cerpen dengan
Menggunakan Teknik Urai Unsur Intrinsik Bagi Siswa Kelas VII Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 4(2).
Hartati, N. T. ( _ ). Struktur, Fungsi dan Kaidah Kebahasaan Teks Fiksi. PPT Modul, 10.
Nurgiyantoro, Burhan. (2017). Stilistika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Kusuma Widyaningrum, H. (2016). Kajian Stilistika Dalam Cerpen Berjudul “Penembak
Misterius” Karya Seno Gumira Ajidama. Jurnal Edutama, 2(85), 17–25.

Anda mungkin juga menyukai