Anda di halaman 1dari 29

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Melankolia


Bunga-Bunga Karya Inung Setyami
Nama Mahasiswa : Achmad Deimar Musuf
Nomor Pokok Mahasiswa : 1740602100
Program Studi : Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Disetujui untuk mengikuti seminar usulan penelitian
Mengetahui.

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Siti Fathonah, M.Pd Eva Apriani, M.Pd


NIDN. 1115098801 NIP. 198701042019032008

Menyetujui

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Siti Sulistiyani, M.Pd


NIDN. 1123038701

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah.SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Atas

berkat dan rahmatnya, peneliti dapat menyelesaikan usulan penelitian dengan judul “

Analisis unsur intrinsik pada novel Melankolia Bunga-Bunga “. Usulan penelitian ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarta 1 di program

studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di

Universitas Borneo Tarakan .

Dalam penyusunan usulan penelitian banyak pihak yang membantu, oleh karena

itu, peneliti menyampaikan termakasih kepada;

1. Prof. Dr. Adripaton, M.Si, selaku Rektor Universitas Borneo Tarakan yang telah

memberikan kesempatan menuntut ilmu hingga dapat menyelesaikan studi di

Universitas Borneo Tarakan.

2. Dr. Suyadi, S.S.M.Ed, selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Borneo Tarakan beserta staf pengajar dan staf administrasi, yang

telah banyak membantu peneliti selama belajar di fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas Borneo Tarakan.

3. Siti Sulistyani Pamuji, M.Pd sebagai ketua program studi Pendidikan Bahasa

Indonenesia Universitas Borneo Tarakan

4. Siti Fathonah, M.Pd selaku pembimbing utama yang telah memberikan semangat,

motivasi, arahan dan masukan-masukan serta bimbingan kepada peneliti.

ii
5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia yang telah

memberikan bantuan, pengetahuan, dan bimbingan selama peneliti mengikuri

perkuliahan.

6. Orang tua tercinta, Ayahanda Kusno dan Ibunda Nur Asiah yang telah

mendoakan dan memberikan restu.

7. Saudara tersayang Achmad Dwiyan Albukhorih dan Enci Dayang Melisya

Muharriyani yang selalu memberikan semangat dan juga dukungan.

8. Apriliani dan kader-kader HMI yang telah memberikan bantuan moril yang tak

ternilai.

9. Rekan-rekan mahasiswa khususnya angkatan 2017, program Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia yang telah mendukung.

10. Semua pihak yang membantu tersekesaikan nya usulannya usulan penelitian ini

yangtidak dapat disebutkan satupersatu. Semoga budi baik bapak, ibu, dan teman-

teman mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin.

Peneliti menyadari bahwa usulan penelitian ini masih terdapat kelemahan dan

kekurangan kekurangan Nya. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik

guna menyempurnakan penelitian ini. Akhirnya, peneliti berharap semoga usulan

penelitian ini bermanfaat bagi yang akan meneliti topik-topik terkait unsur instrinsik.

Tarakan, Oktober 2021

Peneliti

iii
iv
DAFTAR ISI
Halaman
pengesahan…………………………………………………………………………
……i
Kata
pengantar……………………………………………………………………………
……….ii
Daftar
isi……………………………………………………………………………………
……..1
BAB I
Pendahuluan………………………………………………………………………
……….2
1.1 Latar Belakang
………………………………………………………………………………..2
1.2 Identifikasi
masalah…………………………………………………………………………...4
1.3 Batasan
masalah……………………………………………………………………………
…4
1.4 Rumusan
masalah……………………………………………………………………………..
4
1.5 Tujuan
penelitian……………………………………………………………………………
,..4
1.6 Manfaat
penelitian……………………………………………………………………………
.4

1
BAB II Kajian
pustaka…………………………………………………………………………….6
2.1 Kajian
teoritis………………………………………………………………………………
….6
BAB III Metode
penelitian………………………………………………………………………22
3.1 Lokasi dan waktu penelitian
………………………………………………………………...22
3.2 Sumber
penelitian……………………………………………………………………………
22
3.3 Metode
penelirtian…………………………………………………………………………..
.22
4.4 Variabel
penelitian…………………………………………………………………………...
22
4.5 Instrumen
penelitian………………………………………………………………………….2
3
4.6 Teknik pengumpulan
data……………………………………………………………………23
4.7 Teknik analisis
data…………………………………………………………………………..23
Daftar
pustaka……………………………………………………………………………
………24

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Karya sastra merupakan sebuah hasil dari pemikiran seseorang yang
telah ia alami didalam kehidupan lalu dituangkan dalam suatu bentuk karya
sastra ( Cerpen ). Melalui suatu karya sastra seorang pengarang dapat
menyampaikan pendapatnya tentang kehidupan yang ada di sekitarnya. Begitu
banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil dalam suatu karya sastra.
Karya sastra merupakan suatu hasil dari pengolahan jiwa seorang pengarang
melalui suatu proses perenungan yang begitu panjang melalui hakikat
kehidupan, suatu karya sastra ditulis dan dihasilkan dengan penuh perasaan
juga sentuhan jiwa yang dibentuk imajinasi tentang kehidupan dari sang
pengarang.
Karya sastra juga merupakan karya seni hasil kreasi pemikiran
manusia yang bersifat kreatif, dan dapat digunakan sebagai sarana
pembelajaran. Salah satu dari bentuk karya sastra yang kreatif dan imajinatif
adalah cerpen. Sebuah karya sastra sebaiknya dapat memuat berbagai jenis
kehidupan manusia dengan lingkungan nya, menggunakan gaya Bahasa yang
khas dan jujur dari pengarangnya. Karya sastra lahir karena adanya imajinasi,
ide, pikiran, dan perasaan dari seorang pengarang. Pengarang dalam
menciptakan karya sastra mempunyai konsep yang berbeda-beda.
Karya sastra merupakan kehidupan tentang perjalanan hidup manusia
yang dialaminya. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang
dan dihasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakan, dan
keyakinan pengarang semua itu dibangun dari berbagai unsur yang saling
terkait. Karya sastra saat ini banyak mengalami degradasi seperti penulisan
unsur instrinsik yang tidak sesuai dengan penyusunan, antara lain tema,
tokoh/penokohan, alur, latar, dan gaya Bahasa sehingga banyak yang rancu
terhadap isi karya sastra tersebut. Alasan peneliti memilih cerpen Melankolia

3
bunga-bunga sebagai objek penelitian yaitu asumsi bahwa cerpen tersebut
merupakan kesatuan yang otonom yang terbangun atas unsur-unsurnya yang
meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, gaya Bahasa, sudut pandang.
Salah satu bentuk karya sastra adalah cerpen. cerpen merupakan cerita bentuk
prosa. Pada dasarnya cerpen selalu hadir dalam sebuah gambaran atau
cerminan manusia dalam mengarungi hidup dan kehidupannya. Cerpen juga
merupakan kehidupan kemasyarakatan satu jiwa tokoh yang hidup di suatu
masa atau tempat. Secara sosiologis manusia dan peristiwa dalam cerpen
adalah pantulan yang di tampilkan oleh pengarang pada suatu keadaan
tertentu. Cerpen adalah karya fiksi yang di bangun melalui berbagai unsur
intrinsik. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat mirip
dengan dunia nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa didalamnya, sehingga
Nampak seperti sungguh-sungguh terjadi. Unsur inilah yang akan
menyebabkan karya sastra cerpen hadir untuk unsur yang secara langsung
membangun sebuah cerita. Keterpaduan sebagai unsur intrinsik ini akan
menjadikan sebuah cerpen bermakna.
Cerpen Melankolia Bunga-Bunga diterbitkan pertama kali pada
November 2020. Cerpen Melankoli Bunga-Bunga mendapatkan tanggapan
positif dari penikmat karya sastra. Cerita pendek Melankolia Bunga-Bunga
selalu berhasil memukau pembaca dengan metaforanya yang indah. Dalam
beberapa karya perenungannya mengenai arti cinta, penyesalan, dan kesetiaan,
inung setyami piawai melambungkan angan pembaca dalam romantisme para
tokohnya, untuk kemudian mendaratkannya kembali ke bumi,
menghadapkannya secara tegar dengan kenyataan manusiawi yang acap kali
terasa fanah. Membaca cerpen melankolia Bunga-bunga karya Inung Setyami
adalah sejenak tenggelam dikedalaman pikiran manusia dengan berbagai
mimpi dan hasrat yang memperdayakannya.
Isi dari cerpen Melankolia Bunga-Bunga ini tentang berbagai makna,
ada yang bercerita tentang mite kuyang yang meretas kebudayaan
dikalimantan; tentang kisah nyata yang dituturkan kembali bersangkut

4
egoisme manusia akan sebuah mahakarya yang memakan korban ; ada yang
implusif, reflektif, dan moralistik. Semuanya mengerucut pada satu titik
pandangan dunia Inung Setyami dalam menyikapi berbagai peristiwa yang ia
temui. Berdasarkan latar belakang tersebut. Maka penulis berminat untuk
menganalisis cerpen Melankolia Bunga-Bunga. Analisis terhadap cerpen
Melankolia Bunga-Bunga, Peneliti membatasi pada unsur-unsur yang meliputi
tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, gaya bahasa, sudut pandang, amanat.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, ada beberapa masalah yang
diidentifikasi dalam penelitian analisis unsur intrinsik pada cerpen melankolia
bunga-bunga karya Inung Setyami yaitu, terdapat pembahasan unsur instrinsik
cerpen melankolia bunga-bunga karya Inung Setyami
1.3 Batasan masalah
Batasan Masalah analisis cerpen melankolia bunga-bunga karya inung
setyami hanya
berupa analisis unsur instrinsik untuk menjelaskan dan mengklasifikasikan isidari
cerpen melankolia bunga-bunga karya Inung Setyami.
1.4 Rumusan masalah
Bagaimana deskripsi unsur intrinsik didalam cerpen melankolia bunga-bunga
karya Inung Setyami?

1.5 Tujuan penelitian


Untuk mendeskripsikan unsur intrinsik didalam cerpen melankolia bunga-
bungan karya Inung Setyami

1.6 Manfaat penelitian


Manfaat teoritis terhadap analisis cerpen melankolia bunga-bunga karya
Inung Setyami terdapat penjabaran unsur instrinsik yang terdiri dari tema, tokoh,
penokohan, alur, dan latar cerpen melankolia bunga-bunga karya Inung Setyami

5
Manfaat praktis :

1. Untuk masyarakat
a. Dapat memberikan gambaran terhadap nilai-nilai sosial cerpen
melankolia bunga-bunga karya Inung Setyami
b. Dapat memberikan pengamalan terhadap persoalan sosial
masyarakat
c. Dapat menunjukkan bentuk-bentuk contoh persoalan sosial
masyarakat
2. Untuk Mahasiswa
a. Dapat memberikan refrensi terhadap pembelajaran unsur instrinsik
cerpen melankolia Bunga-Bunga karya Inung Setyami
b. Dapat memberikan pengetahuan terhadap Unsur Instrinsik cerpen
Melankolia Bunga-Bunga karya Inung Setyami
c. Dapat memberikan contoh pengetahuan terhadap penelitian unsur
Instrinsik cerpen Melankolia Bunga-Bunga Karya Inung Setyami
3. Untuk Pembaca
a. Dapat memberikan pengetahuan terhadap pembaca pengajaran
unsur instrinsik cerpen melankolia Bunga-Bunga Karya Inung
Setyami
b. Dapat memberikan pengetahuan terhadap Unsur Instrinsik cerpen
Melankolia Bunga-Bunga Karya Inung Setyami
c. Dapat memberikan contoh pengetahuan terhadap penelitian Unsur
Instrinsik cerpen Melankolia Bunga-Bunga Karya Inung Setyami
4. Manfaat bagi penelti selanjutnya
a. Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu referensi atau
masalah yang relevan bagi peneliti selanjutnya.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan motifasi untuk
peneliti selanjutnya.

6
c. Dapat memberikan contoh atau gambaran bagi peneliti-peneliti
selanjutnya.

7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sastra
2.1.1 Hakikat Karya Sastra

Sumardjo dan Saini (1997; 3-4) menyatakan bahwa, sastra adalah ungkapan
pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasan, ide, semangat,
keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona
dengan alat Bahasa. Sehingga sastra memiliki unsur-unsur berupa pikiran,
pengalaman, ide, perasaan, semangat kepercayaan, ekspresi atau ungkapan, bentuk
dan Bahasa.

Menurut Saryono (2009: 16-17), sastra bukan sekedar artefak atau barang mati,
tetapi sastra merupakan sosok yang hidup. Sebagai sosok yang hidup, sastra
berkembang dengan dinamis menyertai sosok-sosok yang hidup, sastra berkembang
dengan dinamis menyertai sosok-sosok lainnya seperti politik, ekonomi, kesenian,
dan kebudayaan. Sastra dianggap mampu menjadi pemandu menuju jalan kebanaran
karena sastra yang baik adalah sastra yang ditulis dengan penuh kejujuran,
keheningan, kesungguhan, kearifan, dan keluhuran nurani manusia. Sastra yang baik
tersebut mampu meningkatkan, menyadarkan, dan mengemablikan manusia ke jalan
yang semestinya, yaitu ja;an kebanaran dalam usaha menunaikan tugas-tugas
kehidupannya (Saryono, 2009: 20).

Dunia kesustraan juga mengenal karya sastra yang berdasarkan cerita atau realita.
Karya yang demikian menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 2009: 4) disebut sebagai
fiksi historis jika penulisannya berdasarkan fakta sejarah, fiksi biografis jika
berdasarkan fakta biografis, dan fiksi sains jika penulisnya berdasarkan pada ilmu
pengetahuan. Ketiga jenis ini disebut fiksi nonfiksi.

8
Berdasarkan menurut pendapat para ahli diatas sasra adalah ungakpa pribadi
manusia berupa pengalaman, ide, semangat, keyakinan, dan sastra berkembangn
dinamis menyertai sosok-sosok yang hidup, seperti politik, ekonomi, kesenian, dan
kebudayaan yang dilatra belakangi dengan jenis sastra bi0grafis, sejarah, dan sains

2.1.2 Definisi Cerpen

Cerita pendek adalah karangan nasihat yang bersifat fiktif dan menceritakan suatu
peristiwa dalam kehidupan, pelakunya relatif singkat tetapi padat atau dengan kata
lain cerpen adalah sebuah cerita narasi yang menceritakan sebuah peristiwa singkat
dengan unsur-unsur yang terbatas dari unsur pembentuknya. Beberapa definisi
lainnya menurut Purba, H.B. Jassin (2010:48) dalam bukunya Tifa Pengair and His
Region, mengemukakan bahwa cerpen adalah cerpen (1977:69). Lebih lanjut Jassi
menyatakan bahwa dalam cerita pendek orang bisa bertarung, tetapi cerita yang
panjangnya seratus halaman tentu tidak disebut cerita pendek dan memang tidak ada
cerita panjang seperti itu. Cerita yang panjangnya sepuluh atau dua puluh halaman
masih bisa disebut cerita pendek tetapi ada juga cerita pendek yang panjangnya hanya
satu halaman. Sedangkan menurut Sumardjo (1983:69). Cerpen adalah cerita yang
membatasi diri dalam membahas salah satu unsur fiksi dalam aspek terkecilnya.
Kependekan dari sebuah cerpen bukan disebabkan dari bentuknya yang jauh lebih
pendek dibandingkan novel, namun sebab aspek masalahnya juga yang sangat
dibatasi.

Cerpen pula didefinisikan lain oleh Priyatni (2010:126) Cerita pendek


meneurut Priyanti yaitu salah satu bentuk karya fiksi. Sesuai dengan namanya, cerpen
ini memperlihatkan sifat yang serba pendek, baik itu peristiwa yang diungkapkan,
jumlah pelaku yang terdapat pada ceritanya, isi cerita, dan jumlah kata yang dipakai.
Perbandingan ini berkaitan dengan bentuk prosa lain, yakni novel. Sedangkan
menurut Suyanto (2012:46) Sesuai dengan namanya, cerita pendek disini bisa
diartikan sebagai cerita yang memiliki bentuk prosa yang pendek. Ukuran pendek di
sini sifatnya relatif.

9
Berdasarkan definisi para ahli maka dapat disimpulkan cerpen adalah karya
sastra yang mempunyai cerita berbentuk fiksi, dan mempunyai pemeran yang sedikit
dan jalan ceritanya relatif singkat. Dan juga masalah yang ada didalam dalam sebuah
cerpen juga sangat dibatasi.

2.1.3 Struktur Cerpen

Seperti genre sastra lainnya cerpen memiliki struktur atau unsur-unsur yang
mendukung kebulatannya unsur-unsur ini saling berkaitan sehingga tidak bisa
dipiasahkan satu sama lainnya. Kokasih (2014:113) menjelaskan struktur cerita
pendek secara umum dibentuk oleh:

1. Abstrak Memulai cerita pendek (cerpen), tahap awal yang dilakukan


adalah membuat abstrak. Abstrak dimaksudkan sebagai ringkasan cerita.
Dalam abstrak pembaca akan mengetahui bagaimana gambaran permulaan
dari cerita. Abstrak ini juga bisa dapat dikatakan sebagai perwakilan
gambaran isi cerita.
2. Orientasi Struktur lain dari cerita pendek (cerpen) adalah orientasi.
Orientasi dalm struktur ini merupakan keterangan atau latar yang bisa
tergambar dari tempat, waktu dan suasana.
3. Komplikasi Koflik dari cerita menjadi daya tarik bagi pembaca. Dalam
struktur cerpen komplikasi berperan sebagai gambaran awal masalah yang
menyebabkan hubungan kausalitas. Masalah yang terjalin dari cerita akan
ditimbulkan dari tokoh-tokoh yang ada sehingga bisa mengalamami
peningkatan komplikasi.
4. Evaluasi Konfil-konflik dalam cerita pendek (cerpen) akhirnya akan
mengalami titik puncak atau klimaks. Tahap evaluasi merupakan tahap
dimana permasalahan yang menuju puncak akan mereda setelah
melakukan beberapa peleraian dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.
5. Resolusi Penyelesaian dalam cerita sering dikenal dengan resolusi.
Resolusi berfungsi sebagai solusi dari beberapa masalah-masalah yang

10
muncul. Tahapan ini merupakan tahapan yang paling dinantikan oleh
pembaca.
6. Koda Penyelesaian atau penutup dalam cerita pendek (cerpen) sering
disebut dengan koda. Dalam koda terdapat beberapa pesan-pesan atau
amanat yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca sehingga bisa
diambil hikmah baiknya
2.1.4 Unsur-Unsur Instrinsik Cerpen
Struktur intrinsik dalam sebuah cerita pendek (cerpen) merupakan Pondasi
terpenting dalam sebuah karya sastra, struktur intrinsik ini adalah unsur pembangun
dari dalam karya sastra tersebut. Dari penjelasan di atas, maka penulis akan
memaparkan unsur-unsur intrinsik cerpen satu persatu di bawah ini yaitu :
1. Tema

Tema merupakan pokok permasalahan dari sebuah cerita. Tema dapat


menggambarkan isi keseluruhan cerita dalam cerita pendek (cerpen). Pengarang
menyajikan tema pada cerita bervariasi, sehingga tema sebuah cerita dapat berbeda-
beda sesuai dengan interpretasi pembaca masing-masing

Menurut Staton dan Kenny dalam Nurgiyantoro (2009 : 67), “Tema adalah makna
yang dikandung oleh sebuah cerita.” Aminuddin (2004 : 91) menjelaskan bahwa,
“Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperanan juga sebagai
pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Dari
uraian pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, tema merupakan pokok dasar untuk
mengungkapkan gambaran isi cerita pada karya sastra fiksi

2. Plot atau alur selain tema

Plot atau yang sering dikenal dengan plot juga menjadi struktur intrinsik penting
dalam sebuah karya sastra. Cerita pendek (cerpen) tanpa sebuah alur akan terasa
hambar. Alur merupakan proses kronologis, rangkaian peristiwa sehingga menjadi
jalinan kisah yang tersusun secara bertahap. Tahapan-tahapan alur ini yang

11
menjadikan cerita pada karya sastra lebih hidup dan menarik. Adapun unsur-unsur
alur sebagai berikut :

a. Unsur-unsur Alur merupakan jalinan cerita yang disajikan oleh pengarang


sebagai gambaran peristiwa-peristiwa yang terjadi. Alur sering dikenal dengan
jalan cerita atau plot. Alur dalam cerita pendek (cerpen) bervarian karena
setiap pengarang memiliki varian peristiwa juga. Alur dibedakan menjadi
lima, yaitu, situasi, pemunculan konflik, konflik memuncak, klimaks dan
pemecahan solusi.
Tahap Penyituasian (Situation) Situasi merupakan gambaran awal atau
perkenalan. Dalam tahapan ini digambarkan awal pengenalan tokoh, latar dan
bisa juga konflik. Tahapan ini juga menjadi dasar awal untuk memulai cerita
dari sebuah karya sastra. Tahap awal ini pengarang menggiring pembaca
menuju jalinan cerita.
1) Tahap Pemunculan Konflik (Generating Circumstances) Pemunculan
konflik adalah proses awal permasalahan cerita. Dalam tahapan ini
pengarang sengaja memunculkan peristiwa-peristiwa yang menyulut
terjadinya sebuah konflik. Tahapan ini merupan tahapan yang menambah
dayatariknya sebuah karya sastra. Pengarang sengaja menciptakannya agar
pembaca terhanyut dalam cerita-cerita yang dikisahkan.
2) Tahap Peningkatan Konflik (Rising Action) Peningkatan konflik adalah
situasi menuju puncak permasalahan. Konflik-konflik yang disajikan
dalam cerita secara intensitas dikembangkan. Tahapan ini tokoh-tokoh
dalam cerita sudah memicu konflik sehingga suasana dalam cerita
semakin memanas.
3) Tahap Klimaks (Climax) Klimaks adalah puncak dari permasalahan
dengan intensitas yang sangat tinggi sehingga tokoh-tokoh dalam cerita
mendapatkan penentuan nasib oleh pengarang. Tahapan ini konflik-
konflik semakin erat. Dalam Tahapan ini pengarang sengaja menggiring
pembaca lebih terhanyut dalam cerita melalui konflik.

12
4) Tahap Penyelesaian (Denouement) Tahap penyelesaian adalah solusi dari
permasalahan. Tahapan ini merupakan tahapan pereda konflik-konflik
yang sudah terjalin sebelumnya. Ketegangan pada konflik cerita sengaja
dikendorkan sehingga memeroleh sebuah solusi atau penyelesaian.
Tahapan ini juga menjadi akhir dari jalinan cerita sehingga pembaca
mengetahui akhir dari sebuah cerita tersebut.
b. Jenis-jenis Alur dalam karya sastra merupakan pusat terpenting dalam cerita.
Alur berperan sebagai pengikat peristiwa-peristiwa yang terjadi. Alur akan
membawa pembaca menuju jalan cerita sehingga pembaca paham bagaimana
cerita itu diungkapkan. Alur pada umumnya terbagi menjadi tiga, yaitu alur
maju, mundur, dan campuran
1) Alur Maju (Kronologis) Alur maju merupakan alur yang tersususn secara
kronologis. Kronologis yang dimaksud adalah rangkaian cerita yang
disajikan secara bertahap dari awal hingga akhir cerita. Dalam alur maju
ini tidak terdapat cerita yang mengisahkan masa lalu atau sorot balik.
Semua rangkaian cerita tersusun secara teratur dan bertahap. Contoh prosa
yang memiliki alur maju adalah Retak-retak Waduk Raksasa karya
Rohyati.
2) Alur Mundur (Flashback) Alur mundur sering disebut dengan alur sorot
balik atau flashback. Di dalam alur ini pengarang tidak memulai peristiwa
dari awal, tetapi dari Peristiwa tengah atau akhir. Contoh karya sastra yang
memiliki alur mundur adalah novel Keluarga Permana karya Ramadhan
K.H.
3) Alur Campuran. Alur campuran merupakan gabungan dari alur maju dan
mundur. Dalam alur ini pengarang mengisahkan peristiwa awal secara
kronologis tetapi di tengah-tengah cerita pengarang juga memasukan
peristiwa sorot balik. Contoh kutipan karya sastra novel yang memiliki
alur campuran adalah novel Tanah Gersang karya Mochtar Lubis.
3. Latar atau Setting.

13
Latar merupakan keterangan dalam karya sastra. Pada cerita pendek (cerpen) latar
berperan sebagai penunjuk yang memberikan keterangan kepada pembaca tentang
tempat, waktu, dan bagaimana suasana dalam cerita tersebut. Dalam cerita pendek
(cerpen) terdapat tiga latar yaitu, tempat, waktu, dan suasana. Secara umum latar
dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu latar waktu, yang menunjukan urutan
waktu, latar tempat, menunjukan tempat kejadian atau peristiwa berlangsung dan latar
suasana, menunjukan kondisi dan keadaan dalam cerita

a. Latar Tempat. Latar tempat adalah latar yang menunjukan tempat kejadian
atau peristiwa yang sedang berlangsung. Latar tempat menggambarkan ruang
atau lokasi kejadian. Seperti contoh dibawah ini : Malam semakin
menghilang, kamar pun semakin dingin. Waktu terus berjalan. Tiba-tiba
kamar menjadi riuh dengan suara anak-anak yang sedang bermain petak
umpat. Padal kamar tersebut hanya ada Rendi sendiri
b. Latar waktu. Latar waktu adalah latar yang menunjukan keterangan waktu.
Latar ini mengambarkan kapan suatu peristiwa itu terjadi. Berikut ini
merupakan karya sastra yang memiliki latar waktu : Kota Medan inilah yang
menjadikan aku semakin berarti. Di kota inilah semua kenangan itu terukir.
Mulai aku lulus wisuda S-2 sampai aku menemukan tambatan hatiku, Pratiwi
yang kini sudah menjadi istri. Bahkan yang menambah kebahagiaan dalam
hidupku, diberikan sepasang anak yang bernama Lesti dan Sulaiman. Semua
karena kota ini, Medan, kota yang telah memberikan semua kebahagian
bagiku
c. Latar Sosial. Latar Sosial merupakan latar yang berkenaan dengan perilaku
kehidupan sosial dalam masyarakat di suatu tempat. Contoh latar sosial
dalam kutipan berikut: Sambil mengambil uang dari saku celananya, ia juga
mengatakan kepada pengemis muda itu untuk tidak terus menjadi seorang
pengemis. Ia merasa miris melihat pemuda yang usianya terlalu muda sudah
menjadi seorang pengemis di lampu merah. Dalam kutipan cerita diatas
seorang yang dermawan memberikan rezekinya dan sekaligus memberikan

14
nasihat kepada pemuda itu agar dimasa mudanya tidak dihabiskan untuk
menjadi seorang pengemis.
4. Pesan atau amanat.

Amanat merupakan pesan- pesan moral yang disampaikan oleh pengarang kepada
pembaca sehingga pembaca bisa mengambil hikmah yang positif dari peristiwa-
peristiwa dalam cerita yang disajikan. Pesan moral ini juga dapat mengajak pembaca
mengikuti hal yang postif dan memberikan kesadaran tentang sesuatu hal yang baik.

5. Tokoh dan Penokohan .

Tokoh adalah pelaku atau pemain dalam sebuah cerita atau karya sastra seperti
dalam novel, cerpen, dan drama. Tokoh berfungsi sebagai pengatur geraknya alur
cerita pada sebuah karya sastra imajinatif. Tokoh juga memerankan karakter manusia
sesuai dengan konteksnya masing-masing, jenis tokoh dibagi beberapa sebagai
berikut:

Jenis Tokoh berdasarkan peranannya dan bagaiamana intensitas muncul tokoh


dibagi beberapa, seperti :

a. Tokoh Utama. Tokoh utama adalah tokoh yang berperan penting dalam cerita.
Tokoh utama juga sebagai tokoh sentral yang menjadi sorotan dalam cerita
pada sebuah karya sastra. Tokoh utama juga berfungsi sebagai tokoh yang
memiliki karakter kuat yang selalu sering ditampilkan dalam setiap peristiwa
yang terjadi dalam karya sastra. Contoh tokoh berbentuk novel berjudul Siti
Nurbaya karya Marah Rusli, tokoh utamanya adalah Siti Nurbaya.
b. Tokoh Tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang dijadikan sebagai
pelengkap dari tokoh utama. Tokoh tambahan ini karakternya dalam cerita
tidak begitu kuat. Selain itu pemunculan tokoh tambahan tidak begitu intens,
hanya sebagai pelengkap tokoh utama

Jenis Tokoh berdasarkan fungsi penampilannya, tokoh dibedakan menjadi dua yaitu :

15
a. Tokoh Protagonis. Tokoh Protagonis sering disebut dengan tokoh pendukung
cerita pada karya sastra. Tokoh protagonis biasanya memerankan karakter-
karakter yang baik dan dapat menimbulan rasa simpati dan empati bagi para
pembaca.
b. Tokoh Antagonis. Tokoh antagonis adalah tokoh kebalikan dari protagonis.
Tokoh antagonis ini merupakan tokoh penentang cerita. Tokoh ini selalu
memerankan karakter yang tidak sesuai dengan para pembaca. Contoh dapat
dilihat dalam karya fiksi novel yang berjudul Pada Sebuah Kapal karya N.H.
Dhini. Dalam novel ini yang berperan sebagai tokoh antagonis adalah Charles
Vincent sebagai suami Sri dan Nicole sebagai istri Michel.

Jenis Tokoh Berdasarkan Perwatakannya Menurut Forster (Nurgiyantoro,


2009:181), tokoh berdasarkan perwatakannya terbagi atas tokoh sederhana (simple
caracter) dan tokoh kompleks atau tokoh bulat (complex caracter).

a. Tokoh Sederhana (Simple Caracter) Tokoh Sederhana ialah tokoh yang


karakternya tidak begitu kuat pada cerita karena berperan satu watak tertentu
saja. Seperti contoh dalam karya fiksi novel yang berjudul Salah Asuhan
karya Abdul Muis, tokoh sederhana ini adalah Corrie dan Rafiah.
b. Tokoh Bulat (Complex Caracter) Tokoh Bulat adalah kebalikan dari tokoh
sederhana. Tokoh bulat karaternya sangat kuat dalam cerita karena tokoh bulat
ini tidak hanya satu karakter saja tetapi kompleks dan bervariasi. Karakter
tokoh bulat ini sering susah diduga oleh para pembaca.

Jenis Tokoh Berdasarkan Perkembangan Watak. Berdasarkan berkembang atau


tidaknya perwatakan tokoh, maka tokoh dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Tokoh Berkembang. Tokoh berkembang adalah tokoh atau pelaku yang


memiliki perkembangan atau perubahan watak berdasarkan peristiwa dan alur
yang disajikan dalam sebuah cerita. Tokoh berkembang ini sering dikenal
dengan tokoh dinamis dimana perubahan watak bisa saja terjadi dalam tokoh
tersebut.

16
b. Tokoh Statis. Tokoh statis sering dikenal dengan tokoh tetap. Tokoh ini
perkembangan wataknya tidak mengalami perubahan mulai dari awal hingga
akhir cerita.
c. Penokohan. Penokohan berbeda dengan tokoh, kalau tokoh membahas tentang
pelaku dalam cerita, maka penokohan merupakan watak atau tabiat atau
karakter tokoh dalam cerita pada sebuah karya sastra. Penokohan dalam cerita
dapat menguatkan cerita tersebut. Karakter yang ditampilkan dalam cerita
dapat menginterpretasikan pembaca turut bersimpati, berempati atau antipati
terhadap karakter tersebut. Penokohan juga dapat membentuk jalinan
peristiwa semakin kuat. Contoh Dapat dilihat dalam kutipan berikut: Entah
keberapa kali Annisa setiap berjumpa Dimas selalu ingin memukulnya. Ia
merasa dendam walau dendamnya itu tidak langsung. Dendam itu sebenarnya
pada ayah Dimas, karena ayahnya termasuk salah satu orang yang
menyebabkan ibu Anissa meninggal. Anissa ingin sekali melampiaskan
dendamnya terhadap Dimas. Analisis dari cerita di atas dapat diketahui tokoh
dalam cerita tersebut adalah Annisa, Ibu Annisa, Dimas, dan Ayah Dimas.
Annisa memiliki karakter pendemdam tergambar dari sikapnya dalam cerita di
atas. Sementara Dimas adalah seorang pria yang polos tidak mengetahuai apa
yang telah terjadi. Ibu Aniisa adalah seorang wanita yang pasrah dan baik,
sementara Ayah dimas berperan sebagai antagonis yang karakternya jahat.
6. Sudut Pandang.

Sudut Pandang sering disebut dengan point of view . Sudut pandang yang
dimaksudkan sebagai posisi si pengarang dalam mengungkapkan cerita pada karya
sastra. Sudut pandang juga merupakan teknik, siasat untuk menentukan ide pada
cerita. Penggunaan sudut pandang sering dikaitkan dengan penggunaan pronomina
atau kata ganti pada umumnya. Selain itu sudut pandang juga merupakan teknik si
pengarang dalam mengulas suatu peristiwa dalam cerita. Secara umum sudut pandang
terbagi atas beberapa jenis yaitu, sudut pandang orang pertama, sudut pandang yang

17
berkisar sekeliling orang pertama, sudut pandang orang ketiga terbatas, dan sudut
pandang orang ketiga serba tahu.

Di bawah ini merupakan jenis-jenis sudut pandang. Jenis-jenis sudut pandang


adalah sebagai berikut:

a. Sudut Pandang yang Berpusat pada Orang Pertama (First Person Central
Point of View). Sudut pandang yang berpusat pada orang pertama merupakan
sudut pandang dengan mengunakan pronomina “aku”. Dalam sudut pandang
ini tokoh atau persona bertindak sebagai tokoh pusat. Dalam sudut pandang
ini pembaca hanya terbatas dapat merasakan dan melihat tokoh. Contoh dapat
dilihat dalam kutipan berikut ini:
“Sejak aku meninngalkan kota tua ini, semua telah berubah. Kini aku kembali
menjamahnya, kota yang dulu asri kini hanya menjadi kota mimpi. Orang-
orang berlalu-lalang sambil membawa goni untuk mencari barang rongsokan
di sampah-sampah. Aku heran dulu masyarakat tidak pernah melakukan hal
itu. Masyarakat dulu sering pulang pergi bernelayan. Sejak sampah
bertebaran pada lautan semua berubah”
b. Sudut Pandang yang Berkisar Sekeliling Orang Pertama (First Person
Peripheral Point of View). Sudut pandang yang berkisar sekeliling orang
pertama ini, hampir sama dengan sudut pandang yang berpusat pada orang
pertama karena kedua sudut pandang ini sama-sama mengunakan pronomina
“aku. Tetapi kedua sudut pandang ini berbeda, kalau sudut pandang yang
berpusat pada tokoh utama persona atau tokoh menceritakan tentang dirinya
sementara dalam sudut pandang yang berkisar sekeliling orang pertama bukan
menceritakan diri sendiri melainkan menceritakan pengalaman orang.
Dalam sudut pandang ini persona bukan menjadi tokoh utama tetapi hanya
sebagai partisipan saja. Berikut ini contohnya:
“Semenjak 10 tahun desa ini aku tinggal, banyak hal yang berubah. Kali ini
aku coba menuju Desa Ujung, desa dimana Mbok Ijem tinggal, Mbok Ijem
adalah orang yang dulu sempat merawatku waktu kecil. Aku telah sampai

18
dirumahnya, semua keadaan desa berubah hanya rumah Mbok Ijem yang tak
berubah. Rumah tempat aku dirawat dulu tidak berubah. Tapi kini kayunya
sudah mulai melapuk dimakan waktu. Aku lihat sosok yang keluar dari pintu
rumah tua itu, wanita tua yang kini bungkuk sambil membawa anyaman. Itu
Mbok Ijem yang merawatku dulu. Wajahnya kini mengerut dan memucat”.
c. Sudut Pandang Orang Ketiga Terbatas (Limited Third Person Point of View).
Sudut pandang orang ketiga terbatas adalah sudut pandang yang
menggunakan pronomina “ dia” atau nama orang, karena dalam sudut
pandang ini bukan diri tokoh yang diceritakan tetapi orang lain. Dalam sudut
pandang ini tetapi pesona tergambar secara terbatas baik apa yang dipikirkan
dan apa yang dilakukan oleh persona tersebut. Sudut pandang ini juga sering
disebut dengan sudut pandang “diaan” terbatas.
Terbatas maksudnya di sini , pembaca hanya bisa melihat karakter tokoh
secara sekilas dan tidak di uraikan secara mendalam. Contoh kutipan yang
menggunakan sudut pandang tersebut adalah :
“Lisa dan lusi sudah berteman cukup lama. Mereka selalu bersama sejak kecil.
Baik sekolah maupun kuliah mereka juga bersama. Hari ini mereka berjanji
berangkat menuju Samosir, kampung halaman lusi. Selama dalam perjalanan
mereka bercertia dan bercanda. Ketika lisa menceritakan tentang dia dan
pacarnya Lusi sepertinga tertawa, seolah-olah ada yang lucu. Walaupun Lisa
tidak tahu maksud dari tertawa Lusi tetapi mereka tidak saling tersinggung
dan seolah-olah mereka dilahirkan dari seorang ibu yang sama”.
d. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu (Third Person Omniscient Point of
View). Sudut pandang orang ketiga serba tahu ini juga sering di sebut dengan
sudut pandang “diaan” karena memakai pronomina “dia” atau nama orang.
Dalam sudut pandang ini tidak menggunakan pronomina “aku” karena bukan
menceritakan tokoh atau pengarang tetapi menceritakan tokoh lain. Sudut
pandang orang ketiga serba tahu berbeda dengan sudut pandang orang ketiga
terbatas karena sudut pandang di sini menggambarkan segala gerak, tindakan,

19
pikiran bahkan emosi si persona. Pembaca dapat mengetahui tentang tokoh
atau persona secara mendalam. Dapat dilihat dalam contoh kutipan berikut:
“Maya masih saja terus menangis di dalam kamarnya. Tidak ada yang bisa
memebujuknya, bahkan ayahnya sendiri pun tidak sanggup. Maya sudah
seperti ini sejak seminggu yang lalu dia kehilangan ibunya yang meninggal
dunia karena kecelakaan. Batinnya meronta seolah tidak sanggup
mengendalikan dirinya. Tiba-tiba datang Ibu Aruni, dia adalah guru Maya,
selain guru Ibu Aruni juga wali kelas Maya, Begitu dekat mereka seolah anak
dan Ibu. Ibu Aruni mencoba mendekati Maya dan berhasil, Maya
membukakan pintu dan terjadilah percakapan malam. Ibu Aruni tahu sifat
Maya yang tidak suka dipaksa”.

7. Gaya Bahasa.

Gaya bahasa dalam karya sastra merupakan salah satu unsur terpenting. Gaya
bahasa bukan saja menaganalisis tentang majas, tetapi juga mengalisis bagaimana
komunikasi penggunaan bahasa yang disajikan. Gaya bahasa dalam karya sastra
beragam sesuai dengan tema cerita tersebut. Pengarang juga sering menggunakan
gaya bahasa yang variatif agar menarik perhatian para pembaca sebagai contoh gaya
bahasa yang sering digunakan semisal gaya pop untuk remaja, gaya komunukatif,
bahasa yang puitis mengandung makna yang tinggi. Gaya bahasa juga selalu
berhubungan dengan unsur leksikal, struktur kalimat, retorika dan juga penggunaan
kohesi.

Gaya Bahasa menurut para ahli sebagai berikut Tarigan ( 1985: 5) : gaya bahasa
merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis
untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca. Sedangkan menurut
Harimurti (dalam Pradopo, 1993: 265) adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa
seseorang dalam bertutur atau menulis, lebih khusus adalah pemakaian ragam bahasa

20
tertentu untuk memperoleh efek tertentu. Efek yang dimaksud dalam hal ini adalah
efek estetis yang menghasilkan nilai seni. 

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah salah satu bentuk
daya tarik seseorang kepada lawan bicaranya agar terlihat lebih menarik. Gaya
Bahasa juga dapat digunakan untuk menulis sebuah larya sastra, agar dapat
menimbulkan daya tarik kepada penyimak atau pembaca.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian.
Penelitian ini adalah penelitian perpustakaan dan lapangan sehingga tidak
membutuhkan lokasi khusus penelitian. Tetapi data-data untuk meneliti peneliti
sering melakukannya di perpustakaan baik daerah maupun di kampus Universitas
Borneo Tarakan.
2. Waktu Penelitian.
Agenda Oktober November Desember Januari Februari
Penelitian 2021 2021 2021 2022 2022
Mnentukan

21
Judul
Menyusun
Proposal
BAB 1
Menyusun
Proposal
BAB 2
Menyusun
Proposal
BAB 3
Seminar
Proposal
Tabel 3.1 Waktu Penelitian

3.2 Sumber Data Penelitian


Sumber Data Peneliti menggunakan sumber data cerita pendek (cerpen)
Melankolia Bunga-Bunga, diterbitkan oleh Bukuku.om dari Yogya karta pada tahun
2020 dengan tebal buku 131 halaman. Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini
merupakan data sekunder. Data diambil dari berbagai refrensi buku kesastraan untuk
digunakan sebagai indikator penelitian menentukan struktur intrinsik dan nilai
budaya.
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif
kualitatif karena peneliti ingin menggambarkan dan melukiskan fakta-fakta atau
keadaan ataupun gejala yang tampak dalam cerpen Melankolia Bunga-Bunga berupa
bentuk metode penokohan yang digunakan pengarang, yaitu metode langsung dan
tidak langsung. Dalam penelitian ini, data yang hendak diteliti adalah menganalisis
cerita pendek Melankolia yang akan dijabarkan secara eksplisit.
a. Variabel Penelitian.

22
Variabel menurut Arikunto (2010:161) didefinisikan sebagai objek penelitian,
atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian deskriptif
kualitatif terdapat variabel yang mempengaruhi dan variabel yang dipengaruhi.
Variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas atau independent variabel (X),
sedangkan variabel yang dipengaruhi disebut variabel terikat atau dependent vriabel
(Y). Sesuai dengan judul “Analisis Struktur dan Nilai Budaya Cerpen Melankolia
Bunga-Bunga”, dalam penelitian ini terdapat satu variabel yaitu struktur dan nilai
budaya .
b. Instrumen Penelitian.
Indikator adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh variabel. Adapun fungsi dari
indikator tersebut adalah untuk mengukur data-data yang diperoleh dari variabel.
Adapun instrumen dalam penelitian ini yang digunakan dalam penelitian adalah: Isi
dari Struktur Intrinsik dan Nilai Budaya dalam cerpen Melankolia yang dapat
dipaparkankan dalam tabel berikut ini yaitu : No Data Hal Unsur Intrinsik Selain itu
tabel nilai budaya yang digunakan dalam intrumen penelitian adalah sebagai berikut
yaitu : No Data Hal Nilai Budaya.

c. Teknik Pengumpulan Data.


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
pustaka (Library Research) simak dan catat.Sebagai instrument utamanya adalah
peneliti sendiri. Dalam hal ini peneliti akan membaca cerita pendek, mencermati dan
mencatat hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
d. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis data kualitatif yaitu dengan
melakukan analisis secara langsung terhadap metode penokohan yang digunakan
pengarang dalam cerita pendek Melankolia melalui proses berikut ini :
1. Penulis memilih dan memilah-milah data yang akan dianalisis berupa kata, kalimat
atau ungkapan yang sesuai dengan metode penokohan yaitu metode langsung dan
metode tidak langsung;

23
2. Penulis menampilkan data yang telah dipilih-pilih dan dipilah-pilah dan
menganalisis metode penokohannya;
3. Penulis menyimpulkan hasil analisis terhadap penggunaan metode penokohan yang
ada dalam cerita pendek Melankolia Bunga-Bunga.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anindita. 2019. Analisis Unsur Intrinsik Pada Cerpen Harimau-Harimau Bunga-


Bunga Kajian Struktural Karya Moctar Lubis

25

Anda mungkin juga menyukai