Daftar Isi i
Profil Konsentrasi Manajemen Kewirausahaan 1
Visi 1
Misi 1
Mata Kuliah Konsentrasi 1
Tim Pengajar 2
Pengelolaan Inovasi Menuju Keunggulan Kompetitif 3
‐ Yuyun Wirasasmita
Pengaruh Jiwa Intrapreneurship Karyawan Dan Budaya Organisasi 5
Terhadap Produktivitas Di PT. Aarti Jaya
‐ Ira Paramarti
‐ Yuyun Wirasasmita
‐ Yunizar
Kewirausahaan Sosial: Sebuah Tinjauan Analitis 16
‐ Tubagus Alan Satria Nugraha
‐ Tenti Utami
‐ Yunizar
i
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
PROFIL
Konsentrasi Manajemen Kewirausahaan
VISI
Mensosialisasikan dan menerapkan kewirausahaan dalam segala bidang untuk akselerasi pembangunan.
Kewirausahaan adalah “Way of Thinking” yang mengacu kepada pengidentifikasian peluang (Opportunity
Driven) dan mewujudkannya sehingga memberikan nilai yang signifikan kepada pemrakarsanya dan
masyarakat.
MISI
Menggalakkan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan seluas‐luasnya kepada masyarakat.
Termasuk masyarakat kampus/para mahasiswa
Konsentrasi kewirausahaan yang dikelola program MM untuk menghasilkan sarjana kualifikasi S2
yang ingin menjadi:
Ultrapreneur yaitu entrepreneur dengan skala nasional dan internasional (Global Entrepreneur)
Intrapreneur: yaitu manajer yang berwawasan entrepreneur, yaitu mengembangkan
entrepreneurship di perusahaan‐perusahaan
Menjadi karyawan pemerintah/perbankan/lembaga non pemerintah yang ditugasi mengembangkan
kewirausahaan
MATA KULIAH KONSENTRASI
1. Ilmu dan Seni Kewirausahaan (3SKC)
2. Manajemen Kreativitas dan Inovasi (3SKC)
3. Perencanaan & Simulasi Bisnis (3SKC)
4. Global Enterpreneur (3SKC)
Deskripsi Mata Kuliah:
1. Ilmu dan Seni Kewirausahaan (3 SKS)
Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kewirausahaan, serta meningkatkan
kemampuan dalam menganalisis profil kewirausahaan; etika kewirausahaan; dimensi global
kewirausahaan; serta meningkatkan kreativitas melalui pola pikir kewirausahaan (Entrepreneurial Mind)
dalam rangka membantu untuk mewujudkan gagasan/ide menjadi realitas. Menjadi seorang wirausaha
akan lebih daripada sebuah pekerjaan atau karier, karena akan mampu mengakses pasar, mengembangkan
rencana pemasaran; perencanaan strategik; menganalisis isu‐isu finansial, dan peluang‐peluang usaha baik
nasional maupun internasional, sehingga dapat menyusun rencana usaha, serta mengungkap dan
memecahkan persoalan tentang kasus‐kasus yang berkaitan dengan kewirausahaan.
Topik‐topik yang dibahas mencakup: Konsep Kewirausahaan; Proses Kewirausahaan; Karakteristik dan
Motivasi Kewirausahaan; Etika dan Tanggung Jawab Sosial; Kewirausahaan, Pemikiran Kewirausahaan dari
Gagasan ke Realitas; Pengaksesan Pasar dan Peluang Pasar; Perencanaan Pasar dan Strategi Pemasaran;
Perencanaan Strategik dan Akuisisi Perusahaan yang ada; Menciptakan Perencanaan Finansial yang Solid;
Manajemen Aliran Kas; Membangun Organisasi Entrepreneurial; Sumber Modal Sendiri dan Metode
Pembiayaan Perusahaan Baru; Pemeliharaan dan Pengembangan Usaha (Structuring Seed and Venture
Deals); Strategi Exit : Dijual dan Sukses.
2. Manajemen Kreativitas dan Inovasi (3 SKS)
Mengembangkan potensi kreatif dan merangsang inovasi melalui “suara hati” yang merupakan
bisikan rahasia untuk mencapai keberhasilan, sebagai perwujudan individu yang memiliki jiwa
wirausaha. Dengan demikian perlu diberikan pengetahuan serta pemahaman tentang pentingnya
kreativitas dan inovasi dalam berwirausaha. Kreativitas, lebih dari yang disadari oleh sebagian besar
orang, meskipun tidak saling percaya satu sama lain, para penyadur (adaptor) dan inovator adalah
Edisi September 2010 | 1
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
orang yang kreatif. Kemudian, mengetahui dan memahami pula tentang bagaimana cara manajemen
dapat mengembangkan dan mendukung lingkungan yang kreatif, agar karyawan memperlihatkan
kreativitas, prakarsa, kaya sumber, dan mengerjakan segala sesuatu di luar wewenang tanggung
jawab serta di luar struktur perintah, tapi tetap berada dalam pengendalian manajemen. Dengan
menyadari bentuk‐bentuk kreatif, maka mereka yang berjiwa wirausaha dapat menyesuaikan
kemampuan karyawannya dengan kebutuhan organisasi.
Pembahasan materi tentang manajemen kreativitas; Pengembangan potensi kreatif; Kreativitas dan
keselarasan dalam rangka mencari keseimbangan; Mengelola orang‐orang kreatif; dan Menuai
imajinasi untuk memecahkan masalah dengan kreatif. Selanjutnya, membahas juga tentang: keunikan
inovasi berdasarkan pengetahuan; cara manajemen mempengaruhi penciptaan gagasan; merangsang
inovasi agar tumbuh gairah dalam mencari gagasan‐gagasan yang baik dalam suatu organisasi; serta
efektif dalam mengelola inovasi.
3. Kewirausahaan Global (3 SKS)
Berkembangnya bisnis secara global menuntut manajer‐manajer yang memiliki wawasan bisnis
global. Mata kuliah ini membahas berbagai aspek terkait dengan kegiatan bisnis secara global,
diantaranya analisis pasar global, strategi memenangkan persaingan global, pemasaran berbasis pada
penggunaan IT, serta pengetahuan manajemen lintas budaya.
4. Perencanaan dan Simulasi Bisnis (3 SKS)
Memberikan pengetahuan serta kemampuan dalam menyusun Perencanaan Bisnis yang merupakan
studi dari suatu organisasi sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitasnya, kemudian dituangkan
dalam bentuk program pelaksanaan dengan melakukan penggabungan dari berbagai faktor pada
kondisi dan situasi saat ini dan masa yang akan datang dalam rangka mencapai suatu hasil tertentu.
Dengan memahami Lima Poin Model Perencanaan Bisnis (The Five‐star Model Business Planning),
yang meliputi Feasibility, Direction, Operation, System, dan Growth & Contingencies. Kemudian
pemahaman tentang tiga komponen utama dalam Perencanaan Bisnis, yang terdiri dari : Aims
(penetapan tujuan), Analysis, dan Action. Dengan demikian, diharapkan dapat terbentuk perencanaan
bisnis yang siap untuk diaplikasikan, sebagai realisasi dari gagasannya yang menjadi tujuan dari
seorang wirausaha.
Ruang lingkup materi yang dibahas dalam perencanaan bisnis, diantaranya: Menentukan misi dan
tujuan yang akan dicapai; Menentukan sasaran pasar yang akan dicapai; Merencanakan strategi
pemasarannya. Kemudian membahas tentang analisis lingkungan dari organisasi bisnis baik internal
maupun eksternal, sehingga diharapkan akan mampu menganalisis peluang‐peluang yang ada di
pasar sasaran. Pembahasan berikutnya adalah perencanaan mengenai Keuangan,Organisasi,
Pengelolaan Sumber Daya Manusia, serta Sistem operasinya yang dapat mendukung tercapainya
tujuan perusahaan. Perencanaan bisnis dapat membantu menetapkan hasil‐hasil yang tepat, dengan
dukungan dari setiap orang dalam organisasi yang menyadari tanggung jawabnya atas tugas‐tugas
tertentu.
TIM PENGAJAR
Ketua : Prof. Dr. Yuyun Wirasasmita, M.Sc.
Sekretaris : Yunizar, S.E., M.Sc., Ph.D.
Pengajar : 1. Prof. Dr. Yuyun Wirasasmita, M.Sc.
2. Prof. Dr. Maman Kusman, S.E., M.B.A.
3. Prof. Dr. Yuyus Suryana, S.E., M.S.
4. Dr. Tatang Sulaeman, S.E.
5. Yunizar S.E., M.Sc., Ph.D.
6.Harry Suharman, S.E., M.A., Ak.
7. Sutisna, S.E., M.S.
2 | Edisi September 2010
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
PENGELOLAAN INOVASI
MENUJU KEUNGGULAN KOMPETITIF
Oleh :
Yuyun Wirasasmita
Edisi September 2010 | 3
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
bangan kreativitas seperti teknik brain‐ Diperlukan visi bersama sebagai pengikat
storming, mind mapping, metode check lists sekaligus pedoman arah yang dituju.
Osborn, metode morphology, dan seba‐ Inovasi merupakan kebutuhan untuk
gainya. Individu‐individu yang mempunyai suatu organisasi untuk bisa bertahan dan
potensi sebagai inovator juga memiliki sifat tumbuh, tiada hari tanpa inovasi.
tertentu seperti sifat‐sifat : keingintahuan Diperlukan kepemimpinan yang menghar‐
yang tinggi, keterbukaan terhadap penga‐ gai orang‐orang yang inovatif, memelihara
laman, toleran terhadap ketidakpastian, komunikasi dua arah, memiliki komitmen
kemandirian dalam berfikir dan bertindak yang kuat untuk berinovasi.
dan lain‐lain.
2. Struktur organisasi yang fleksibel
Sumber inovasi juga karena adanya interaksi
Disamping pendelegasian wewenang,
antara perusahaan yang saling membutuh‐
struktur yang bersifat organik sebagai
kan sehingga terjadi pengelompokan/
kebalikan struktur organisasi yang bersifat
cluster. Cluster‐cluster ini sangat potensial
mekanistik, potensial untuk mendorong
sebagai sumber inovasi, baik untuk inovasi
inovasi.
yang didorong oleh pasar (demand pull
innovation) atau yang didorong oleh pe‐
3. Individu‐individu kreatif
ngembangan ilmu (science push innovation).
Apabila sumber‐sumber inovasi telah dapat Mengadakan pelatihan‐pelatihan pe‐
diidentifikasi, peroalannya bagaimana me‐ nguasaan teknik‐teknik kreativitas seperti
nyusun organisasi untuk menghasilkan logical framework approach, mind
inovasi. mapping, brainstorming dan lain‐lain.
Edisi September 2010 | 3
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
4 | Edisi September 2010
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
Edisi September 2010 | 5
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
10 | Edisi September 2010
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
sebagai rasio dari keluaran yang dicapai kondisi variabel penelitian pada saat
dengan sumber daya yang digunakan). dilakukan, sedangkan penelitian verifikatif
untuk menguji kebenaran dari suatu
2.6 Dimensi Produktivitas hipotesis. Untuk memperoleh kesimpulan
dalam menjawab hipotesis penelitian
Whitmore (dalam Sedarmayanti, 2001)
digunakan metode penelitian survey.
menyatakan dimensi produktivitas terbagi
atas :
3.2 Cara Penentuan Data
1. Efektivitas.
2. Efisiensi. Penelitian ini menggunakan sampling jenuh.
Menurut Sugiyono (2003) sampling jenuh
2.7 Kerangka Pemikiran yaitu suatu teknik di mana memilih seluruh
anggota populasi sebagai sampel, yang
menjadi populasi adalah seluruh karyawan
PT. Aarti Jaya, yaitu sebanyak 126 orang.
3.3 Uji Validitas dan Uji Reliabilita
Validitas menunjukkan sejauhmana suatu
alat pengukur dapat mengukur apa yang
ingin diukur. Jadi dapat dikatakan semakin
tinggi validitas suatu alat ukur, maka alat
ukur tersebut semakin valid sasarannya atau
semakin menunjukkan ketepatan apa yang
2.8 Hipotesis seharusnya diukur. Pengujian validitas
menggunakan rumus korelasi pearson, yaitu :
1. “Ada pencapaian jiwa intrapreneurship
karyawan di PT. Aarti jaya.”
“Ada pencapaian budaya organisasi di PT. N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rxy =
Aarti jaya.”
“Ada pencapaian produktivitas di PT.
{N ∑ X 2
− (∑ X )
2
}{N ∑ Y 2
− (∑ Y )
2
}
Aarti jaya.”
2. “Jiwa intrapreneurship karyawan berpe‐
ngaruh positif terhadap produktivitas di Bila suatu butir/item pertanyaan mempunyai
PT. Aarti jaya.” korelasi Pearson (r) > 0.3 maka butir
“Budaya organisasi berpengaruh positif pertanyaan itu dikatakan valid, jika r < 0.3
terhadap produktivitas di PT. Aarti Jaya.” maka tidak valid.
“Jiwa intrapreneurship karyawan dan Reliabilitas adalah tingkat keterpercayaan
budaya organisasi berpengaruh baik hasil suatu pengukuran, yaitu pengukuran
secara simultan maupun parsial terhadap yang mampu memberikan hasil ukur yang
produktivitas di PT. Aarti Jaya.” terpercaya (reliabel). Pengujian reliabilitas
menggunakan rumus alpha cronbach, yaitu :
III. Metode Penelitian
⎡ N ⎤ ⎡ ∑ σ item ⎤
3.1 Jenis Penelitian dan Metode Yang 2
Digunakan
α = ⎢ ⎥⎢ ⎥
⎣ N − 1⎦ ⎣⎢ ∑ σ total ⎦⎥
Jenis penelitian yang dilakukan ada pene‐ 2
litian ini adalah deskriptif‐verifikatif. Pene‐
litian deskriptif untuk mengungkapkan
Edisi September 2010 | 11
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Analisis Deskriptif Variabel Jiwa
Intrapreneurship Karyawan
Dari hasil tanggapan responden diperoleh
total skor untuk variabel jiwa intrapre‐
Produktivitas berada dalam kategori, hal ini
neurship karyawan adalah 5400.
mengindikasikan bahwa produktivitas masih
Skor tertinggi = 5 x 13 x 126 = 8190
harus ditingkatkan karena dirasa masih
Skor terendah = 1 x 13 x 126 = 1638
kurang baik.
Range = 8190 – 1638 = 1310,4
5
4.4 Hubungan Antar Variabel
Jiwa intrapreneurship karyawan berada
Korelasi Bivariat
dalam kategori sedang, hal ini mengin‐
dikasikan bahwa tidak semua karyawan
memiliki jiwa intrapreneurship, masih
terdapat karyawan yang pasif dalam bekerja.
Dari hasil tanggapan responden diperoleh Kolerasi menunjukkan indikasi awal adanya
total skor untuk variabel budaya organisasi hubungan antar variabel. Dari tabel terlihat
adalah 7133. bahwa kolerasi bivariat seluruh variabel
adalah signifikan (probability dibawah 0,05).
Skor tertinggi = 5 x 17 x 126 = 10710
Skor terendah= 1 x 17 x 126 = 2142 4.5 Persamaan Jalur
Range = 10710 – 2142 = 1713,6
5 Koefisien Jalur
Coefficientsa
Budaya organisasi berada dalam kategori
sedang, hal ini mengindikasikan bahwa ε√ 1 0,682 0,5639
budaya organisasi di perusahaan tidak terlalu
melekat dalam setiap perilaku karyawannya.
12 | Edisi September 2010
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
4.6 Pengujian Hipotesis
Hasil Uji‐t Pada Masing‐Masing Variabel
1. Pengujian simultan dengan uji F
• Ho : Pyx1 = Pyx2 = 0 (Tidak terdapat Hasil
Variabel t hitung t tabel
pengaruh yang signifikan antara jiwa Pengujian
jiwa
intrapreneurship karyawan dan budaya intrapreneurship 0,540 1,9794 Ditolak
organisasi terhadap produktivitas). karyawan
• H1 : Sekurang‐kurangnya ada sebuah budaya organisasi 10,891 1,9794 Diterima
minimal Pyxi ≠ 0 ; i = 1, 2 (Terdapat Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
pengaruh yang signifikan antara jiwa nilai thitung untuk variabel jiwa inrapreneurship
intrapreneurship karyawan dan budaya karyawan (X1) lebih kecil dari nilai ttabel,
organisasi terhadap produktivitas). sedangkan nilai thitung untuk variabel budaya
k
(n − k − 1) ∑ P YX 1 r YX 1
organisasi (X2) lebih besar dari nilai ttabel. Ini
F = i =1 berarti variabel jiwa intrapreneurship
k (1 − ∑ P YX 1 r YX 1 )
karyawan (X1) secara parsial tidak
berpengaruh terhadap produktivitas (Y),
Pengujian Hipotesis Jiwa Intrapreneurship sedangkan variabel budaya organisasi (X2)
Karyawan dan Budaya Organisasi Terhadap
secara parsial berpengaruh terhadap
Produktivitas
produktivitas (Y).
Hipotesis Alternatif F Hitung F Tabel Ket.
4.7 Pengaruh Langsung dan Tidak
X1 dan X2 secara
simultan berpengaruh 131,783 3,0698 Diterima Langsung
terhadap Y
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Jiwa
Intrapreneurship Karyawan dan Budaya Organisasi
• Karena nilai Fhitung = 131,783 > Ftabel = Terhadap Produktivitas
3,0698 maka keputusan uji adalah Pengaruh
Varia‐ Koefisien Pengaruh Total
Tidak
hipotesis nol ditolak. Hasil uji dapat bel Jalur Langsung
Langsung
Pengaruh
Edisi September 2010 | 13
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
14 | Edisi September 2010
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
Edisi September 2010 | 15
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
kewirausahaan sosial di Indonesia. Diharapkan produk dan jasa baru. Faktor lain adalah
makalah ini dapat memberikan sudut pandang adanya keinginan (wants) dan kebutuhan
baru mengenai bentuk lain kewirausahaan untuk (needs) serta peluang (opportunity) seperti
kemudian menjadi inspirasi bagi para pelaku dalam definisi kewirausahaan yang dinyata‐
wirausaha, pengambil kebijakan, serta masya‐ kan oleh Robbin dan Coulter 6 . Dapat kita
rakat pada umumnya dalam menghadapi simpulkan inti dari kewirausahaan adalah
permasalahan‐permasalahan sosial yang ada. value creation untuk pemenuhan kebutuhan
dimana kebutuhan ini dilihat sebagai sebuah
Makalah ini disusun dengan metode pene‐
peluang.
litian sekunder melalui studi kepustakaan
(termasuk pencarian data dengan internet) Dari pengertian diatas kita melangkah
dengan pendekatan deskriptif‐analitis, yang kepada pengertian kewirausahaan sosial.
biasa digunakan dalam penelitian‐penelitian Sama dengan pengertian kewirausahaan,
sosial. Tujuan metode penelitian dengan pen‐ kewirausahaan sosial adalah juga mengenai
dekatan deskriptif‐analitis adalah memberi‐ value creation untuk pemenuhan kebutuhan.
kan gambaran secara sistematis, faktual, dan Namun secara lebih spesifik, pemenuhan
akurat mengenai fakta‐fakta, sifat‐sifat serta kebutuhan yang dimaksud adalah penye‐
hubungan diantara fenomena‐fenomena lesaian permasalahan‐permasalahan sosial
yang diselidiki3. (social issues), yaitu suatu permasalahan,
kontroversi, atau keduanya, yang berkaitan
dengan norma sosial, yang secara langsung
KONSEPSI KEWIRAUSAHAAN SOSIAL atau tidak langsung mempengaruhi sese‐
orang, beberapa, atau semua anggota dari
Untuk dapat menjelaskan pengertian men‐
suatu masyarakat7. Beberapa contoh perma‐
dasar dari kewirausahaan sosial tentunya
salahan sosial adalah kemiskinan, polusi,
harus dimulai dengan menjelaskan penger‐
pelanggaran hak asasi manusia, diskriminasi,
tian kewirausahaan itu sendiri. Jiwa dari
atau pemanasan global.
kewirausahaan adalah konsep value creation.
Hal ini pula yang menjadi ide dasar bagi Jean‐ Dalam kata lain, ketika seseorang berusaha
Baptiste Say ketika mencetuskan terminologi menyelesaikan sebuah permasalahan sosial
entrepreneur pada awal abad ke‐194. Salah dengan bersikap sebagai seorang wirausaha,
satu pengertian wirausahawan yang sering dengan karakter yang dikatakan oleh Peter
dijadikan acuan adalah definisi dari Joseph Drucker: selalu melihat perubahan (termasuk
Schumpeter yang mengatakan bahwa adanya masalah sosial); melakukan respons
wirausahawan adalah inovator, seseorang atas perubahan itu; serta mengelolanya
yang memperkenalkan teknologi kepada sebagai sebuah peluang 8 , maka proses
pasar, meningkatkan efisiensi dan produk‐ tersebut adalah sebuah bentuk kewira‐
tifitas, atau menciptakan barang atau jasa usahaan sosial. Beberapa definisi baku dari
baru 5 . Dalam definisi Schumpeter ini juga kewirausahaan sosial diantaranya dikemuka‐
terlihat adanya faktor value creation dalam kan dalam laporan Global Entrepreneurship
bentuk adaptasi teknologi, peningkatan Monitor9, yaitu: kewirausahaan sosial adalah
efisiensi dan produktifitas, serta inovasi
6
Robbin & Coulter, Management, Prentice Hall, 2007,
3
Kenneth D. Bailey, Methods of Social Research, The hal 44.
7
Free Press, London, 1987, hal 38. http://en.wikipedia.org/wiki/Social_issues
8
4
Martin & Osberg, Social Entrepreneurship: The Case for Gorgi Filipov, Entrepreneurship And The Commerciali‐zation of
Inventions And Research Results, WIPO‐IFIA International
Definition, Stanford Social Innovation Review, 2007, hal
Symposium on The Commercialization of Inventions In The
31. Global Market, 2002, hal 2.
5
Deakins & Freel, 2009 dalam http://en.wikipedia.org/ 9
Harding & Harding, Social Entrepreneurship in the UK, Delta
wiki/Entrepreneur. Economics Report, 2008, hal 9.
16 | Edisi September 2010
BULLETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
uppaya‐upaya baaik yang dilakkukan oleh sosial keberhassilannya diukurr dari manfaat
individu, kelompok, atau perussahaan yang yang dirasakan oleh masyarakkat13.
memiliki
m basis tu
ujuan sosial dan
n komunitas,
dimana profit yan ng didapatkan diiinvestasikan
keembali kepada aktifitas usahaa itu sendiri
buukan kepada investor. Definisi ini sama
deengan definisi pemerintah Inggrris10. Definisi
menurut
m Andrew w M. Wolk11: kewwirausahaan
soosial adalah upaaya dalam mere espons kega‐
gaalan pasar den ngan transformatif melalui
inovasi yang fina ancially sustaina
able, dengan
ujuan menyelesaikan permasalahan sosial.
tu
De efinisi menurutt Wikipedia 12 1
: kewira‐
ussahaan sosial addalah upaya yanng dilakukan
oleh seseorang yang mencerm mati adanya
suuatu permasalah han sosial kemuudian mene‐ Gambar 1. Mattriks Perbedaan Keewirausahaan
aga Jasa Sosial14
Sosial, Aktivitas SSosial, dan Lemba
raapkan prinsip‐prinsip wirausaha untuk men‐
ciptakan dan men ngatur sebuah usaha
u dalam Kewirausahaan sosial adalah irisan dari tiga
raangka melakukan n perubahan sossial. sektor dalam perkonomian yaitu: sektor
Daari definisi‐deffinisi diatas daapat disim‐ swasta (bisnis),, sektor publik (pemerintah),
puulkan adanya ciri spesifik yaang dimiliki dan sektor keetiga yaitu sekttor non‐profit
se
eorang wirausaahawan sosial jika diban‐ (voluntary).
dingkan dengan aktivis sosial yaaitu seorang
wirausahawan so osial tidak han
nya melaku‐
kaan tindakan persuasif yang be ersifat tidak
langsung seperti kampanye, propaganda,
p
attau penggalan ngan dukungaan, namun
se
ecara aktif m melakukan tind dakan yang
beersifat solutif terhadap pe ermasalahan
so
osial yang ada. Ciri lain dalam kewira‐
ussahaan sosial adalah usaha yang dila‐
ku
ukan bersifat su ustainable dalam m pendana‐
ann, sehingga tidaak bergantung kkepada dana
daari pihak ketiga seperti paada sebuah
yaayasan. Sedanggkan untuk membedakan
m
Gambar 2. Ketterkaitan Kewiraussahaan Sosial
wirausaha sosiaal dan wiraussaha bisnis
Dengan Tiga SSektor Dalam Pereekonomian15
daapat dilihat darri ukuran keberhasilannya,
yaaitu jika wiraausaha bisnis mengukur 13
Setyanto P. Santosa, Peran Social Entrepreneurship Dalam
ke
eberhasilan daari kinerja ke euangannya Pembangunan, 2007, h hal 1.
(p
profit ataupun sales) maka wirausaha
14
Martin & Osberg,, Social Entrepreneurrship: The Case for
Definition, Stanford
d Social Innovation R
Review, 2007, hal
38.
10
Li & Wong, Social Enter
L rprise Policies of The U
UK, Spain, and
15
Hoong Kong, Legislative Co
ouncil of Hong Kong, 20 007, hal Executive Andrew M. Wolk,, Social Entrepreneurship and
Summary. Goverment: A New Breed of Entrepreneeurs Developing
11
Andrew M. Wolk, Socia
A al Entrepreneurship and d Goverment: A
Neew Breed of Entrepreneeurs Developing Solution ns to Social Solutions to Social P
Problems, The Small Business
Prooblems, The Small Business Economy, 2007, h hal 151. Economy, 2007, hall 164.
12
http://en.wikipedia.org
h g/wiki/Social_entrepreneurship
BULETIN M AUSAHAAN | 17
MANAJEMEN KEWIRA
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
18 | Edisi September 2010
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN | 19
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
1. Kurangnya pemahaman akan pe‐ranan buhan usaha‐usaha sosial 25 . Selain itu pada
kewirausahaan sosial dari pihak‐pihak undang‐undang tentang perusahaan tahun
yang terkait dengan sektor ini, akibatnya: 2004, Pemerintah Inggris menambahkan suatu
bentuk perusahaan atau entitas legal baru yang
• Para pengambil kebijakan meng‐abai‐ dinamakan Community Interest Companies,
kan potensi sektor ini dalam menye‐ dengan aturan dan ketentuan yang diper‐
lesaikan masalah‐masalah sosial dan untukkan khusus sesuai dengan karakteristik
ekonomi. yang dibutuhkan usaha‐usaha sosial26. Hasilnya,
• Pelaku usaha tidak melihat usaha usaha‐usaha sosial tumbuh hingga mencapai
sosial sebagai rekanan potensial. populasi yang relatif besar dan memberikan
• Penyedia jasa pendukung usaha tidak dampak yang cukup signifikan pada pereko‐
melihat usaha sosial sebagai klien nomian secara makro. Pada tahun 2007 di
potensial. Inggris terdapat lebih dari 55.000 usaha sosial,
• Penyedia jasa keuangan/pendanaan 5% dari total jumlah usaha yang ada di seluruh
tidak memiliki keyakinan atas negara. Dengan kontribusi lebih dari £8 milyar
kepastian usaha dan resiko dari usaha‐ pada tahun 2006, atau hampir mencapai 1%
usaha sosial, sehingga ragu dalam dari PDB Inggris27.
memberikan pinjaman.
• Lembaga sosial tidak menyadari potensi POTENSI KEWIRAUSAHAAN SOSIAL DI
kewirausahaan sosial sebagai cara untuk INDONESIA
mandiri dan melepaskan diri dari
ketergantungan terhadap dana pihak UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1 berbunyi: “Pereko‐
ketiga. nomian disusun sebagai usaha bersama dan
berdasarkan atas azas kekeluargaan”, dimana
• Kebanyakan anggota masyarakat sebelumnya ayat ini memiliki penjelasan
belum terinspirasi untuk mendirikan dengan kalimat yang berbunyi: “Bangun
usaha‐usaha sosial dan belum melihat perusahaan yang sesuai dengan itu ialah
bekerja di sektor ini sebagai suatu koperasi”, yang dihapuskan pada aman‐
pilihan karir. demen Pasal 33 UUD 1945 di tahun 200228.
Jika kita kaitkan hal ini dengan penjelasan di
2. Kurangnya data‐data empiris mengenai bagian sebelumnya bahwa konsep koperasi
kewirausahaan sosial, seperti jumlah dan sama dengan konsep dasar kewirausahaan
sosial, maka kewirausahaan sosial sesung‐
pertumbuhan, sehingga pemerintah
guhnya adalah jiwa dari ekonomi kerakyatan
mengalami kesulitan dalam melakukan yang dimaksud oleh founding fathers bangsa
perencanaan dan penyediaan dukungan. Indonesia. Dimana kegiatan‐kegiatan usaha,
Selain itu belum adanya bentuk entitas yang menghidupkan perekonomian, diba‐
legal dengan aturan yang spesifik untuk ngun untuk menyelesaikan permasalahan‐
usaha sosial menimbulkan kebingungan permasalahan sosial yang menjadi kebutuhan
terutama bagi calon‐calon wirausahawan bersama.
sosial.
Tanpa mengaitkannya dengan koperasi, ke‐
Sebagai upaya dalam menghadapi masalah‐ wirausahaan sosial justru dapat men‐jadi
masalah ini, pada tahun 2002 pemerintah
25
Inggris mengeluarkan kebijakan stratejik untuk Ibid, hal 3.
mempromosikan usaha‐usaha sosial, kemudian 26
Ibid, hal 10.
pada 2006 mengeluarkan kebijakan lainnya 27
Ibid, hal 4.
untuk mendukung perkembangan dan pertum‐
28
R. Baswir, Selamatkan Koperasi!, Bisnis
Indonesia Online, 13/07/2009.
20 | Edisi September 2010
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN | 21
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
REFERENSI
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN | 23