Anda di halaman 1dari 5

Sabtu,12 februari 2011

Ardan Rone,Anak Bungku

Pada awalnya Morowali berada dalam wilayah Kabupaten Poso Propinsi Sulawesi Tengah, dan
sejak tangal 12 oktober 1999 (Undang – Undang No. 51 Tahun 1999), Morowali dibentuk
menjadi satu kabupaten yang disebut kabupaten Morowali dengan pusat PEMDA di
Konolodale. Keberadaan Kabupaten Morowali terdiri dari 10 (sepuluh) Kecamatan yaitu: Kec.
Petasia, Kec. Lembo, Kec. Mori Atas, Kec. Bungku Utara, Kec. Bungku Tengah, Kec. Bungku
Selatan, Kec. Bungku Barat, Kec. Soyo Jaya, Kec. Baho Dopi, Kec. Menui Kepulauan.

Sedangkan suku bangsa yang mendiami wilayah Morowali terdiri dari beberapa suku seperti:
Mori, Bungku, Bugis, Kaili, dan suku-suku pendatang yang saling membaur satu dengan yang
lainnya. Dalam kehidupan sehari – hari masyarakat Morowali mempunyai aktivitas beraneka
ragam, namun pekerjaan yang dominan adalah nelayan dan petani.

Alam Morowali sangat potensial untuk di kembangkan, seperti Hutan (Flora dan Fauna) yang
ada pada gugusan perbukitan/gunung di sekitar Cagar Alam Morowali. Dan pada Cagar Alam
Morowali terdapat komunitas suku terasing yang sampai saat ini masih mendiami pegunungan
Cagar Alam Morowali dengan komunitas yang terus berkembang. Mereka hidup dengan cara
berburu dan bertani, disamping itu hasil bumi Morowali sangat melimpah seperti: Gas, Nikel,
Marmer, dan sebagainya.

Begitu pula halnya dengan hasil laut, yang sampai saat ini belum digarap secara optimal, karena
masyarakat masih menggunakan cara-cara tradisional, baik pemanfaatan hutan maupun laut
yang mengelilingi Kabupaten Morowali.

Oleh karenanya masyarakat Morowali membuka diri dengan memberikan kesempatan kepada
pihak yang ingin berpartisipasi membangun Kabupaten Morowali, dengan harapan Kabupaten
Morowali dapat segera mengembangkan potensi daerahnya dalam rangka menyambut era
globalisasi yang sudah diambang pintu, sehingga kesejahteraan masyarakat dapat lebih
ditingkatkan baik secara ekonomi maupun Sumber Daya Manusia.

1
Kata Morowali dalam bahasa Suku Wana berarti gemuruh. Kata Morowali merujuk pada tempat
tinggal Suku Wana yang berdiam di sekitar daerah aliran Sungai Bongka dan anak-anak
sungainya di pedalaman Bungku Utara. Morowali kemudian diabadikan sebagai nama daerah
tempat mereka tinggal.

Di Propinsi Sulawesi Tengah, Morowali memiliki luas wilayah terbesar kedua setelah Kabupaten
Donggala. Potensi yang dapat dikembangkan di Morowali adalah dalam usaha pertanian,
potesni perikanan, serta potensi alamnya seperti Cagar Alam Morowali.

Cagar Alam Morowali yang berada di dalam wilayah Kabupaten Morowali memiliki luas 225.000
hektar. Kawasan ini merupakan wilayah konservasi terluas kedua di Sulawesi Tengah setelah
Taman Nasional Lore Lindu di Kabupaten Donggala. Berbagai fauna dilindungi di kawasan ini.
Ada anoa, babi rusa, musang cokelat, dan burung maleo.

Alternatif potensi yang dapat dikembangkan MorowaIi adalah pertanian, yang selama ini
menjadi tumpuan hampir 76 persen penduduk, serta perkebunan rakyat.

Komoditas perkebunan di Kabupaten Morowali yang dikelola oleh perkebunan besar di


antaranya kelapa sawit dan karet. Komoditas perkebunan rakyat terdiri atas kelapa, cengkih,
kopi, cokelat, jambu mete, sagu, pala, dan lada. Jenis tanaman perkebunan yang dapat dijumpai
di setiap kecamatan adalah kelapa, kopi, cengkih, cokelat dan jambu mete. Pengelolaan
perkebunan rakyat selama ini belum tertangani maksimal.

Potensi perikanan di Kabupaten Morowali juga cukup bagus. Delapan (8) dari sepuluh (10)
kecamatan memiliki garis pantai, kecuali Kecamatan Mori Atas dan Lembo, sehingga ada 80
persen wilayah Morowali yang berpotensi untuk perikanan.

Nelayan yang tinggal di delapan kecamatan itu mengandalkan Teluk Tolo sebagai lahan
tangkapan ikan. Sekitar 80 persen nelayan masih menggunakan alat tangkap tradisional seperti
pancing, bubu, dan jaring angkat. Sisanya, menggunakan alat tangkap modern seperti jaring
insang, pukat cincin, dan pukat kantong. Jangkauan penangkapan pun terbatas di sekitar Teluk
Tolo karena sarana transportasi masih terbatas dengan memakai perahu tanpa motor. Hanya
sekitar tiga persen yang menggunakan kapal motor, selebihnya masih menggunakan perahu
tanpa motor atau perahu bermotor.

Penggunaan sarana transportasi dan alat tangkap yang masih sederhana ini berpengaruh
terhadap hasil tangkapan. Jenis ikan ekonomis tinggi, seperti kakap, cakalang, dan tuna, tentu
saja masih sulit ditangkap. Selama ini jenis ikan pelagis ekonomis rendah seperti kembung, teri,
dan layang yang banyak ditangkap nelayan Morowali. Hasil tangkapan dalam bentuk segar dan
kering umumnya untuk konsumsi lokal atau luar daerah. Pemasarannya sampai ke Palu, Kendari
di Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan.

2
Selain perikanan laut, juga dikembangkan perikanan budidaya tambak bandeng. Namun,
pengelolaannya masih terbatas secara tradisional. Kecamatan Menui Kepulauan memiliki
potensi budidaya rumput laut. Hasil panennya selama ini diambil oleh pedagang Kendari untuk
diolah di Kota Kendari.

Potensi tersebut masih terhalang oleh hambatan infrastruktur. Selama ini, untuk mencapai
Kolonodale, pusat kendali pemerintahan kabupaten, paling cepat dapat ditempuh satu hari satu
malam. Ada dua alternatif jalan. Lewat jalan darat dari Makassar langsung ke Kolonodale, atau
dengan pesawat ke Kota Palu. Menginap semalam di Palu kemudian melanjutkan perjalanan ke
Kolonodale. Tidak ada kendaraan yang berani jalan malam karena rute jalan ini melewati
daerah yang masih menyisakan kekhawatiran pengemudi terhadap kerusuhan Poso

Perairan laut Teluk Tolo di Kabupaten Morowali dengan luas perairan 29.962,88 Km2 memiliki
potensi biotik yang jenis dan jumlahnya cukup banyak, terdiri dari berbagai jenis ikan, lopster,
kepiting bakau, cumi-cumi, gurita, rumput laut dan kerang mutiara. Sedangkan untuk perikanan
budidiaya antara lain tambak dan kolam dengan jenis potensi udang windu, bandeng, ikan mas,
nila dan udang gajah.

1. Potensi Penangkapan Ikan Sesuai hasil penelitian dari Lembaga Penelitian Perikan Laut
(LPPL) Tahun 1981 bahwa potensi ikan di perairan Teluk Tolo Kabupaten Morowali
tersedia 68.456 ton per tahun sedangkan data survey LPPL tahun 1995 tersedia sebesar
68.000 ton per tahun.
2. Potensi Budidaya Rumput Laut Budidaya rumput laut terbesar di Kecamatan Menui
Kepulauan, Kecamatan Bungku Selatan dengan luasnya kira-kira 564 ha.
3. Potensi Budidaya Teripang Untuk budidaya teripang potensinya tersedia kurang lebih
189 ha yang tersebar di Kecamatan Bungku Selatan, Bungku Tengah, Menui Kepulauan
dan Bungku Utara.
4. Potensi Budidaya Ikan Kerapu Budidaya ikan kerapu cukup potensial di Kecamatan
Bungku Selatan, Bungku Tengah, Bungku Utara, Bungku Barat dan Petasia dengan luas
kurang lebih 142 ha.
5. Potensi Tambak Untuk budidaya teripang potensinya tersedia kurang lebih 189 ha yang
tersebar di Kecamatan Bungku Selatan, Bungku Tengah, Menui Kepulauan dan Bungku
Utara.
6. Potensi Budidaya Ikan Air Tawar Budidaya ikan air tawar tersebar di 3 Kecamatan yaitu :
Kecamatan Petasia, Lembo dan Mori Atas dengan luas sekitar 109 ha. Selain itu terdapat
perairan umum yang juga potensi untuk budidaya ikan di Karamba, yaitu Danau kurang
lebih 1.000 ha, Rawa 1.200 ha dan Sungai 266,80 ha.

3
Tingkat dan Cara Pemanfaatan

Saat ini tingkat pemanfaatan potensi perikanan dan kelautan belum optimal, karena alat
tangkap masyarakat nelayan sebagai besar masih tradisional. Sedangkan alat transportasinya
masih terbatas pada perahu yang menggunakan mesin katinting 5,5 PK. Untuk meningkatkan
atau memoderisasi alat tangkap dan alat transportasi masyarakat nelayan terberntur pada
modal yang besar.

Populasi Masyarakat Pesisir

Populasi masyarakat atau sumber daya manusia yang bergerak di bidang perikan sampai saat
ini berjumlah 12. 691 orang yang terdiri dari :

- Nelayan = 10.620 Orang

- Petani Tambak = 180 Orang

- Petani Laut/Rumput Laut = 1.800 Orang

- Petani Ikan Air Tawar = 91 Orang

Tempat Rekreasi

Berwisata ke pemandian alam memang menjadi pilihan banyak warga Kota untuk mengisi
waktu liburan. Bagi Masyarakat di kota Bungku dan sekitarnya lokasi pemandian alam yang
sangat popular adalah objek wisata permandian alam Tompa Ika. Objek wisata ini berada di
desa Sakita Kecamatan Bungku Tengah Kabupaten Morowali, berjarak kurang lebih 3 kilometer
dari pusat Kota Bungku.

4
Disini para pengunjung akan disuguhi kesegaran alami tempat pemandian dan keindahan alam
yang sungguh asri, itulah daya tarik utama yang ditawarkan objek wisata yang satu ini, suasana
alam yang asri dan tenang akan menghadirkan relaksasi bagi anda yang selalu berada dalam
rutinitas pekerjaan. Aliran air bening dan dingin yang meluncur dari sela bebatuan dan akar
pepohonan besar tak pernah berhenti mengisi kolam-kolam alam di tempat pemandian ini,
bahkan ketika musim kemarau pun. Airnya yang tenang dan jernih akan membuat kita betah
untuk berlama-lama di sini, bisa menjadi semacam alternatif terapi alami bagi yang selalu
melakukan rutinitas kantor. Setiap saat, lokasi ini ramai dikunjungi oleh warga yang berekreasi
atau sekedar melepaskan kepenatan terlebih di akhir pecan dan musim liburan atau menjelang
hari-hari besar seperti sebelum bulan puasa ramadhan. Bagi anda yang kebetulan sedang
berkunjung ke kota Bungku tak ada salahnya anda meluangkan waktu di tempat ini.

Pelabuhan Bungku

Sekian Dan Terima Kasih........!! I Love You Morowali

Anda mungkin juga menyukai