Anda di halaman 1dari 16

NEKROSIS PULPA / GANGREN

PULPA
DEFINISI : kematian jaringan pulpa
sebagian / seluruhnya, kelanjutan karies /
trauma.
PATOFISIOLOGI : kematian jaringan
pulpa dengan / tanpa kehancuran jaringan
pulpa.
GEJALA KLINIS & PEMERIKSAAN : tidak

ada simptom sakit. Tanda yg srg ditemui


adalah jaringan pulpa mati, perubahan
warna gigi, translusensi gigi berkurang.

-Pada nekrosis sebagian bereaksi thdp

rangsangan panas. Pada nekrosis total


keadaan jaringan periapeks normal /
sdkt meradang shg pd tekanan / perkusi
terkadang normal / peka.

-Nekrosis koagulasi dulu disebut


nekrosis steril, dtandai jaringan pulpa
mengeras & tdk brbau.
-Pd nekrosis liquefaksi / gangren pulpa,

jaringan pulpa lisis & bau busuk.


Pemeriksaan klinis vitalitas gigi & foto
rontgen penting dilakukan.

DIAGNOSIS BANDING : degenerasi pulpa.


PEMERIKSAAN PENUNJANG : Vitalitester,
eksplorer, radiografik.
TINDAKAN MEDIS : bila apeks gigi terbuka

dilakukan perawatan apeksifikasi. Setelah


preparasi selesai, saluran akar diisi dengan
Ca(OH)2 sampai 1-2 mm dr ujung akar,
ditumpat tetap. Evaluasi berkala 3-6 bln smp
tjd pnutupan apeks (pmriksaan radiografik).

INSTITUSI : RS tipe A,B,C, Poliklinik gigi /


swasta.

LAMA PERAWATAN : bergantung kasus


terbuka-tidaknya apeks gigi / ada tdknya
kelainan periapikal.
PENYULIT : saluran akar sempit /
bengkok(RUJUK)_
MASA PEMULIHAN : dimulai 1 minggu smp 6
bln stlh perawatan (brgntung kasus). Evaluasi
stlh 6 bln,1 – 2 thn.
KEBERHASILAN PERAWATAN : scr klinis tdk

ada gejala sakit. Gmbrn radiografik periapeks


normal. Bila sebelum perawatan ada kelainan
periapikal, kelainan tsb mengecil / menetap.
Jika apeks terbuka, stlh prawatan akan mnutup
oleh jaringan keras dg brbagai tipe penutupan.

INFORMED CONSENT : lisan

Jadi inget lirik lagu dangdut yang pernah dinyayiin ama Bang Megi Z. Kira-kira seperti ini nih
“lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati ini biar tak mengapa..” Tapi kalo saya mah..mendingan
ngga sakit dua-duanya..ya iyalah,,siapa lagi yang mau kayak gitu..? Tapi Sobat-sobat
semua..sakit gigi sebenarnya bisa juga bikin sakit hati, (lohh kok dibahas..) bayangin aja pas kita
lagi sakit gigi mau makan aja ngga enak, mau ngomong aja susah, apalagi mau ketawa yang ada
manyun melulu, nah kalo udah ampe gitu lama-kelamaan bisa bikin stress.,.bawaannya pengen
marah melulu dan ngga bisa ngeliat orang lain seneng. Ngeselin banget kan ?? ngga penting ya??

Hampir setiap orang pernah ngerasain yang namanya sakit gigi. Baik waktu kecil, ataupun udah
gede..Faktornya bisa bermacam-macam tapi kebanyakan orang sakit gigi karena emang giginya
berlubang besar dan biasanya sudah mengenai pulpa. Bakteri yang sudah mengenai pulpa akan
menyebabkan peradangan pada pulpa (pulpitis) dan jika dibiarkan terus tanpa pengobatan maka
tidak menutup kemungkinan akan mengakibatkan kematian pulpa (gangren pulpa). Pada kondisi
ini gigi akan menjadi non vital (gigi mati) sehingga besar peluangnya sebagai sumber infeksi
(fokal infeksi) maka dari itu ngga heran jika terkadang dapat mengakibatkan pembengkakan
pada gusi akibat dari menyebarnya bakteri sampai ke ujung akar gigi yang akhirnya membentuk
abses. Nah..sobat-sobat semua kalo gigi kita udah ampe kaya gini maka terapinya bisa dengan
pencabutan gigi atao kalo sayang giginya hilang maka dapat dilakukan perawatan saluran akar
itupun kalo masih memungkinkan. Wah..jadi tambah ngejelimet..He..he..masih mudengkan..?
Gigi berlubang atau istilah lainnya karies adalah penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan
oleh aktivitas bakteri streptococcus mutans sehingga mengakibatkan demineralisasi jaringan
keras gigi dengan diikuti terbentuknya kavitas (rongga). Adapun Faktor penyebabnya karena
bakteri tersebut meragikan gula dalam karbohidrat sehingga menghasilkan asam yang dapat
menurunkan pH rongga mulut. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan
mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi secara perlahan-lahan dan jika dibiarkan bisa
mengakibatkan kavitas terus membesar, membesar terus dan terus membesar (naon deui..?).
Kacian deh lo..
Nah,,..artinya karies tidak bisa terjadi secara spontan melainkan membutuhkan waktu yang lama.
Maka dari itu diperlukan tindakan-tindakan pencegahan dan pengobatan sedini mungkin sebelum
menimbulkan dampak yang lebih jauh lagi. Mengenai cara pencegahan dan pengobatannya ntar
kita bahas berikutnya aja ya..Buat sekarang..yang terpenting kita harus tahu dulu nih..macam-
macam karies itu apa aja..Hal ini erat kaitannya dengan cara pencegahan dan pengobatan gigi
nantinya..Pertama, gigi berlubang yang hanya mengenai lapisan email disebut juga sebagai
karies superfisialis, Kedua, gigi berlubang yang sudah mengenai lapisan dentin maka disebut
karies media, dan terakhir gigi berlubang yang sudah mengenai jaringan pulpa maka disebut
karies profunda. Ketiga macam karies ini terjadi secara perlahan dan bertahap. Maka dari itu
semakin cepat kita mengambil tindakan maka resiko terjadinya karies yang lebih besar akan
semakin kecil.OK choy?? Banyak yang bisa kita lakukan untuk mencegah karies salah satunya
dengan mengetahui penyebabnya lebih awal. Tujuannya simple kok supaya tindakan pencegahan
dan pengobatan bisa dilakukan sesegera mungkin. Terapi pencegahan biasanya dilakukan
sebelum terjadinya karies seperti pemberian topikal fluor, penyikatan gigi secara rutin dan
pemakaian obat kumur sedangkan terapi pengobatan sendiri dilakukan setelah terjadinya karies
dengan tujuan mengentikan pengrusakan jaringan gigi lebih luas, salah satunya dengan
penambalan karies. Makanya, penegakan diagnosis dini sangatlah penting karena jika
pengrusakan dibiarkan terus berlanjut, mau ngga mau hanya tindakan penambalan yang dapat
mengatasinya. Namun sayangnya, penambalan juga terkadang tidak sepenuhnya dapat
menghentikan karies karena karies baru tetap mungkin terbentuk disekitar restorasi jika prosedur
penambalan kurang sempurna. Jadi kalo pengen tambalan bertahan lama maka hendaknya
tindakan pencegahan dan pengobatan harus berjalan bersama sama.
Mengingat bahwa karies membutuhkan waktu bulanan ampe tahunan buat ngancurin gigi, maka
hanya pasienlah yang bisa mengendalikan faktor ini. Secara teori ada tiga cara untuk mencegah
karies yaitu : 1.Kurangi substrat karbohidrat Untungnya kita ngga perlu menghilangkan
secara total karbohidrat dari makanan kita. Kebayangkan kalo gitu, masa tiap hari harus makan
telor rebus ama daging panggang. Tapi tenang..yang diperlukan cuman mengurangi frekuensi
konsumsi gula dan membatasinya pada saat makan aja karena menurut beberapa penelitian nih
cara ini dianggap teknik pencegahan yang paling efektif. 2.Tingkatkan ketahanan gigi Email
dan dentin yang terbuka dapat dibuat lebih tahan terhadap karies dengan pengaplikasian fluor
secara tepat. Sebagaimana kita ketahui Pit dan Fisur adalah daerah rawan karies sehingga cara
mudah untuk melindunginya dengan melakukan penambalan resin atau fissure sealant. Atau
boleh jadi, akan ada terobosan baru mengingat proses karies ini melibatkan kuman yang spesifik,
maka tidaklah mustahil dalam waktu yang akan datang dapat dilakukan pencegahan dengan
imunisasi, kayak imunisasi campak, polio atau hepatitis. Kerenkan jadi ngga susah-susah sikat
gigi..he..he..enak aja !!. Sobat-sobat semua.,.berbagai penelitian sekarang ini benar-benar sedang
diarahkan kesana. Walupun demikian, uji coba klinik pada manusia masih harus tetap
dilaksanakan dan kalaupun dianggap suskes maka realisasi imunisasi dalam skala besar masih
jauh dari jangkauan. 3.Hilangkan Plak Bakteri Secara teoritis permukaan gigi yang bebas plak
tidak akan menjadi karies. Tetapi penghilangan total plak secara teratur bukanlah pekerjaan
mudah. Perlu teknik penyikatan gigi yang benar dan rutin. Untungnya tidak semua kuman dalam
plak mampu mensintesis gula sehingga kita dapat mencegah karies dengan jalan mengurangi
kuman yang kariogenik saja. Caranya..? ya sikat gigi aja terus ampe puas ditambah kumur-
kumur ama obat kumur yang mengandung khlorheksidin..pasti deh..dijamin free caries.
Masih mudeng ngga?..ya mudah2an tambah pusing he..he..Tuh kan ternyata pencegahannya nya
cukup simplekan? Hanya dengan sikat gigi yang rutin dan kurangi konsumsi gula, udah
deh..bebas karies..emang sih gampang kalo ngomong..yang susah ngelakuinnya perlu komitmen
dan kesabaran yang penuh..Ce ileh…Nah..kalo kondisi gigi nya udah terjadi karies dan lubang
nya besar maka jalan satu2nya kita lakukan penambalan sesuai dengan lokasi dan tingkat
keparahan karies tersebut.
Nah..sebagai kesimpulan aja bahwa karies gigi atau gigi berlubang terjadi hanya jika kesemua
faktor tersebut ada yaitu bakteri, gula, waktu dan gigi itu sendiri. Proses terjadinya pun sangat
lama dan perlahan maka dari itu antisipasi awal sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya
karies yang lebih luas lagi. Inget diperlukan kesabaran dan keistiqomahan untuk melakukan
pencegahan dan pengobatan agar gigi kita tetap kuat dan sehat selalu…

Posted by martariwansyah at 11:16 PM  


Kamis, Mei 13, 2010
Diagnosis Penyakit Pulpa

2.2 Penyakit Pulpa

2.2.1 Pulpitis

Pulpitis adalah suatu radang yang terjadi pada jaringan pulpa gigi dengan gambaran klinik yang akut.
Merupakan penyakit lanjut karena didahului oleh terjadinya karies, hyperemia pulpa baru setelah itu
menjadi Pulpitis, yaitu ketika radang sudah mengenai kavum pulpa.

Etiologi
Penyebab Pulpitis yang paling sering ditemukan adalah kerusakan email dan dentin, penyebab kedua
adalah cedera.
Gejala
Pulpitis menyebabkan sakit gigi yang tajam luar biasa, terutama bila terkena oleh air dingin, asam,
manis, kadang hanya dengan menghisap angina pun sakit. Rasa sakit dapat menyebar ke kepala, telinga
dan kadang sampai ke punggung.
- Sondasi (+)
- Perkusi (-)
- Reaksi dingin, manis dan asam (+)
- Pembesaran kelenjar (-)
- Rasa sakit tidak terus menerus, terutama pada malam hari
- Rasa sakit tersebar dan tidak bias dilokalisasi.
- Rasa sakit berdenyut khas, yaitu rasa sakit yang tajam dan dapat menjalar ke kepala dan telinga kadang
ke punggung

Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan klinis. Dalam hal ini dapat dilakukan
beberapa pengujian :
- Diberikan rangsangan dingin, asam, manis
Pasien terasa sakit sekali/sakit bertambah menusuk. Rangsangan dingin, asam dan manis (+)
- Penguji Pulpa Elektrik
pada pengujian dengan alat penguji elektrik, pasien merasa sangat nyeri, kadang belum tersentuh pun
pasien terasa sangat nyeri
- Perkusi Dengan Pangkal Sonde
pada pulpitis perkusi (-), tapi pasien merasa nyeri/perkusi (+), disebabkan karena pada dasarnya pasien
sudah merasa sakit pada giginya sehingga hanya paktor sugesti yang mendasarinya. Bila perkusi terasa
nyeri/perkusi (+), maka peradangan telah menyebar ke jaringan dan tulang sekitarnya.
- Roentgen Gigi
pada pemeriksaan dengan roentgen maka didapatkan gambaran radiologist berupa gambaran
radioluscent yang telah mencapai kavum pulpa. Pemeriksaan radiologist dilakukan untuk memperkuat
diagnosa dan menunjukkan apakah peradangan telah menyebar ke jaringan dan tulang sekitarnya.

Rencana Therapy
a. Endodontics (perawatan saraf gigi)
b. Ekstraksi gigi

a. Pulpitis Reversible
Menurut arti katanya, pulpitis reversible adalah inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya
telah dihilangkan, inflamasinya akan pulih kembali dan pulpa akan kembali normal. Pulpitis eversible
dapat ditimbulkan oleh stimuli ringan atau yang berjalan sebentar seperti karies insipien, erosi servikal
atau atrisi oklusal, sebagian prosedur operatif, kuretasi periodontium yang dalam, dan fraktur enamel
yang menyebabkan terbukanya dentin. Biasanya pulpitis reversible tidak menimbulkan gejala
(asimtomatik), akan tetapi jika ada, gejala biasanya timbul dari suatu pola tertentu. Aplikasi cairan atau
udara dingin/panas misalnya, bisa menimbulkan nyeri tajam sementara. Jika stimuli dihilangkan, yang
secara normal tidak menimbulkan nyeri atau ketidaknyamanan, nyeri akan reda segera. Stimuli panas
atau dingin menghasilkan respons nyeri yang berbeda-beda pada pulpa normal. Jika panas diaplikasikan
pada gigi yang pulpanya tidak terinflamasi, akan timbul respon awal yang lambat; intensitas nyerinya
akan makin naik jika suhunya dinaikkan. Sebaliknya, nyeri sebagai respons terhadap aplikasi dingin pada
pulpa normal akan segera terjadi; intensitas nyeri cenderung menurun jika stimulus dinginnya
dipertahankan tetap. Berdasarkan observasi-observasi ini, respons pulpa pada kedua keadaan, sehat
atau sakit, tampaknya
Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan inflamasi ringan hingga sedang terbatas
pada daerah dimana tubuli dentin terlibat. Secara mikroskopis terlihat dentin reparatif, gangguan
lapisan odontoblas, pembesaran pembuluh darah dan adanya sel inflamasi kronis yang secara
imunologis kompeten. Meskipun sel inflamasi kronis menonjol dapat dilihat juga sel inflamasi akut.
Pulpitis reversibel yang simtomatik, seacara klinik ditandai dengan gejala sensitif dan rasa sakit tajam
yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh rangsangan dingin daripada panas. Ada keluhan rasa
sakit bila kemasukan makanan, terutama makanan dan minuman dingin. Rasa sakit hilang apabila
rangsangan dihilangkan, rasa sakit yang timbul tidak secara spontan.
Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis reversibel adalah:
- Anamnesa: ditemukan rasa sakit / nyeri sebentar, dan hilang setelah rangsangan dihilangkan
- Gejala Subyektif: ditemukan lokasi nyeri lokal (setempat), rasa linu timbul bila ada rangsangan, durasi
nyeri sebentar.
- Gejala Obyektif: kariesnya tidak dalam (hanya mengenai enamel, kadang-kadang mencapai selapis tipis
dentin), perkusi, tekanan tidak sakit.
- Tes vitalitas: gigi masih vital
- Terapi: jika karies media dapat langsung dilakukan penumpatan, tetapi jika karies porfunda perlu pulp
capping terlebih dahulu, apabila 1 minggu kemudian tidak ada keluhan dapat langsung dilakukan
penumpatan.
Perawatan terbaik untuk pulpitis reversibel adalah pencegahan. Perawatan periodik untuk mencegah
perkembangan karies, penumpatan awal bila kavitas meluas, desensitisasi leher gigi dimana terdapat
resesi gingiva, penggunaan pernis kavitas atau semen dasar sebelum penumpatan, dan perhatian pada
preparasi kavitas dan pemolesan dianjurkan untuk mencegah pulpitis lebih lanjut. Bila dijumpai pulpitis
reversibel, penghilangan stimulasi (jejas) biasanya sudah cukup, begitu gejala telah reda, gigi harus dites
vitalitasnya untuk memastikan bahwa tidak terjadi nekrosis. Apabila rasa sakit tetap ada walaupun telah
dilakukan perawatan yang tepat, maka inflamasi pulpa dianggap sebagai pulpitis irreversibel, yang
perawatannya adalah eksterpasi, untuk kemudian dilakukan pulpektomi.
Prognosa untuk pulpa adalah baik, bila iritasi diambil cukup dini, kalau tidak kondisinya dapat
berkembang menjadi pulpitis irreversibel.
b. Pulpitis Ireversible
Definisi pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang persisten, dapat simtomatik atau
asimtomatik yang disebabkan oleh suatu stimulus/jejas, dimana pertahanan pulpa tidak dapat
menanggulangi inflamasi yang terjadi dan pulpa tidak dapat kembali ke kondisi semula atau normal.
Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan oleh stimulus panas atau
dingin, atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa sakit bertahan untuk beberapa menit sampai
berjam-jam, dan tetap ada setelah stimulus/jejas termal dihilangkan.
Pulpitis irreversibel kebanyakan disebabkan oleh kuman yang berasal dari karies, jadi sudah ada
keterlibatan bakterial pulpa melalui karies, meskipun bisa juga disebabkan oleh faktor fisis, kimia,
termal, dan mekanis. Pulpitis irreversibel bisa juga terjadi dimana merupakan kelanjutan dari pulpitis
reversibel yang tidak dilakukan perawatan dengan baik.
Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu paroksisme (serangan hebat),
rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin;
bahan makanan manis ke dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap
berbaring yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut jika
penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas.
Rasa sakit seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan
umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat
keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal.
Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke
telinga bila bawah belakang yang terkena.
Secara mikroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada umunya terdapat pembukaan sedikit, atau
kalau tidak pulpa ditutup oleh suatu lapisan karies lunak seperti kulit. Bila tidak ada jalan keluar, baik
karena masuknya makanan ke dalam pembukaan kecil pada dentin, rasa sakit dapat sangat hebat, dan
biasanya tidak tertahankan walaupun dengan segala analgesik. Setelah pembukaan atau draenase
pulpa, rasa sakit dapat menjadi ringan atau hilang sama sekali. Rasa sakit dapat kembali bila makanan
masuk ke dalam kavitas atau masuk di bawah tumpatan yang bocor.

Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis ireversibel adalah:


- Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta menyebar
- Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada rangsangan sakit), nyeri lama sampai
berjam-jam.
- Gejala Obyektif: karies profunda, kadang-kadang profunda perforasi, perkusi dan tekan kadang-kadang
ada keluhan.
- Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga keadaan gigi dinyatakan vital.
- Terapi: pulpektomi

Dengan pemeriksaan histopatologik terlihat tanda-tanda inflamasi kronis dan akut. Terjadi perubahan
berupa sel-sel nekrotik yang dapat menarik sel-sel radang terutama leukosit polimorfonuklear dengan
adanya kemotaksis dan terjadi radang akut. Terjadi fagositosis oleh leukosit polimorfonuklear pada
daerah nekrosis dan leukosit mati serta membentuk eksudat atau nanah. Tampak pula sel-sel radang
kronis seperti sel plasma, limfosit dan makrofag.
Perawatan terdiri dari pengambilan seluruh pulpa, atau pulpektomi, dan penumpatan suatu medikamen
intrakanal sebagai desinfektan atau obtuden (meringankan rasa sakit) misalnya kresatin, eugenol, atau
formokresol. Pada gigi posterior, dimana waktu merupakan suatu faktor, maka pengambilan pulpa
koronal atau pulpektomi dan penempatan formokresol atau dressing yang serupa di atas pulpa radikuler
harus dilakukan sebagai suatu prosedur darurat. Pengambilan secara bedah harus dipertimbangkan bila
gigi tidak dapat direstorasi.
Prognosa gigi adalah baik apabila pulpa diambil kemudian dilakukan terapi endodontik dan restorasi
yang tepat.

c. Pulpitis Kronis Hiperplastik


Pulpitis hiperplastik (polip pulpa) adalah bentuk pulpitis irreversible akibat bertumbuhnya pulpa muda
yang terinflamasi secara kronik hingga ke permukaan oklusal. Baisanya ditemukan pada mahkota yang
karies pada pasien muda. Pulpa poip biasanya diasosiasikan dengan kayanya pulpa muda akan
pembuluh darah, memadainya tempat terbuka untuk drainase, dan adanya proliferasi jaringan. Pada
pemeriksaan histology terlihat adanya epitel permukaan dan jaringan ikat di bawahnya yang
terinflamasi. Sel-sel epitel oral tertanam dan bertumbuh menutupi permukaan dan membentuk tutup
epitel.
Polip pulpa biasanya asimtomatik dan terlihat sebagai benjolan jaringan ikat seperti kol yang berwarna
kemerah-merahan mengisi kavitas karies di permukaan oklusal yang besar. Hal ini kadang-kadang
diasosiasikan dengan tanda-tanda klinis pulpitis ireversibel seperti nyeri spontan serta nyeri yang
menetap terhadap stimulus panas dan dingin . Aambang rangsang terhadap stimulus elektrik adalah
sama dengan pulpa normal. Respon gigi terhadap palapasi atau perkusi normal. Perawatannya adalah
pulpotomi, perawatan saluran akar atau ekstraksi.

2.2.2 Nekrosis Pulpa


Pulpa yang berfungsi normal pada umumnya berespon terhadap berbagai stimulus (panas atau dingin).
Pulpa normal merespon terhadap panas atau dingin dengan nyeriyang ringan yang terjadi selama kurang
dari 10 detik. Juga perkusi pada gigi tidak menimbulkan respon nyeri. Bagaimanapun normal pulpa tidak
akan merespon terhadap tes suhu. Jika kanal pada akar mengalami kalsifikasi karena proses penuaan,
trauma, plak yang menempel atau penyebab lainnya, tes suhu tidak akan memberikan respon selama
pulpa gigi pasien tetap sehat dan berfungsi normal. Tes elektrik pulpa memunculkan respon dari pasien
yang pulpanya masih berfungsi. Dokter harus berhati-hati terhadap hasil dari tes ini karena hasilnya
tidak tetap se/hingga tidak diperlukan untuk melihat status kesehatan.
Pengertian Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa merupakan kematian pulpa yang merupakan proses lanjutan dari inflamasi pulpa
akut/kronik atau terhentinya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat trauma. Nekrosis pulpa dapat terjadi
parsialis ataupun totalis

Ada 2 tipe nekrosis pulpa, yaitu:


1. Tipe koagulasi
Pada tipe ini ada bagian jaringan yang larut, mengendap dan berubah menjadi bahan yang padat.
2. Tipe liquefaction
Pada tipe ini, enzim proteolitik merubah jaringan pulpa menjadi suatu bahan yang lunak atau cair.Pada
setiap proses kematian pulpa selalu terbentuk hasil akhir berupa H2S, amoniak, bahan-bahan yang
bersifat lemak, indikan, protamain, air dan CO2. Diantaranya juga dihasilkan indol, skatol, putresin dan
kadaverin yang menyebabkan bau busuk pada peristiwa kematian pulpa. Bila pada peristiwa nekrosis
juga ikut masuk kuman-kuman yang saprofit anaerob, maka kematian pulpa ini disebut gangren pulpa3.
Etiologi
Nekrosis atau kematian pulpa memiliki penyebab yang bervariasi, pada umumnya disebabkan keadaan
radang pulpitis yang ireversibel tanpa penanganan atau dapat terjadi secara tiba-tiba akibat luka trauma
yang mengganggu suplai aliran darah ke pulpa. Meskipun bagian sisa nekrosis dari pulpa dicairkan atau
dikoagulasikan, pulpa tetap mengalami kematian. Dalam beberapa jam pulpa yang mengalami inflamasi
dapat berdegenerasi menjadi kondisi nekrosis2. Penyebab nekrosi lainnya adalah bakteri, trauma, iritasi
dari bahan restorasi silikat, ataupun akrilik. Nekrosis pulpa juga dapat terjadi pada aplikasi bahan-bahan
devitalisasi seperti arsen dan paraformaldehid. Nekrosis pulpa dapat terjadi secara cepat (dalam
beberapa minggu) atau beberapa bulan sampai menahun. Kondisi atrisi dan karies yang tidak ditangani
juga dapat menyebabkan nekrosis pulpa. Nekrosis pulpa lebih sering terjadi pada kondisi fase kronis
dibanding fase akut.
Patofisiologi
Jaringan pulpa yang kaya akan vaskuler, syaraf dan sel odontoblast; memiliki kemampuan untuk
melakukan defensive reaction yaitu kemampuan untuk mengadakan pemulihan jika terjadi
peradangan.Akan tetapi apabila terjadi inflamasi kronis pada jaringan pulpa atau merupakan proses
lanjut dari radang jaringan pulpa maka akan menyebabkan kematian pulpa/nekrosis pulpa. Hal ini
sebagai akibat kegagalan jaringan pulpa dalam mengusahakan pemulihan atau penyembuhan. Semakin
luas kerusakan jaringan pulpayang meradang semakin berat sisa jaringan pulpa yang sehat untuk
mempertahankan vitalitasnya. Nekrosis pulpa pada dasarnya terjadi diawali karena adanya infeksi
bakteria pada jaringan pulpa. Ini bisa terjadi akibat adanya kontak antara jaringan pulpa dengan
lingkungan oral akibat terbentuknya dentinal tubules dan direct pulpal exposure, hal ini memudahkan
infeksi bacteria ke jaringan pulpa yang menyebabkan radang pada jaringan pulpa. Apabila tidak
dilakukan penanganan, maka inflamasi pada pulpa akan bertambah parah dan dapat terjadi perubahan
sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Dentinal tubules dapat
terbentuk sebagai hasil dari operative atau restorative procedure yang kurang baik atau akibat
restorative material yang bersifat iritatif. Bisa juga diakibatkan karena fraktur pada enamel, fraktur
dentin, proses erosi, atrisi dan abrasi. Dari dentinal tubules inilah infeksi bakteria dapat mencapai
jaringan pulpa dan menyebabkan peradangan. Sedangkan direct pulpal exposure bisa disebabkan
karenaproses trauma, operative procedure dan yang paling umum adalah karena adanya karies. Hal ini
mengakibatkan bakteria menginfeksi jaringan pulpa dan terjadi peradangan jaringan pulpa. Nekrosis
pulpa yang disebabkan adanya trauma pada gigi dapat menyebabkan nekrosis pulpa dalam waktu yang
segera yaitu beberapa minggu. Pada dasarnya prosesnya sama yaitu terjadi perubahan sirkulasi darah di
dalam pulpa yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Trauma pada gigi dapat menyebabkan
obstruksi pembuluh darah utama pada apek dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya dilatasi
pembuluh darah kapiler pada pulpa. Dilatasi kapiler pulpa ini diikuti dengan degenerasi kapiler dan
terjadi edema pulpa. Karena kekurangan sirkulasi kolateral pada pulpa, maka dapat terjadi ischemia
infark sebagian atau total pada pulpa dan menyebabkan respon pulpa terhadap inflamasi rendah. Hal ini
memungkinkan bakteri untuk penetrasi sampai ke pembuluh dara kecil pada apeks. Semuaproses
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis pulpa.
Gejala-gejala
Nekrosis pulpa dapat terjadi parsial atau total. Tipe parsial dapat memperlihatkan gejala pulpitis yang
ireversibel. Yaitu menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan oleh stimulus panas atau dingin,
atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa sakit bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-
jam, dan tetap ada setelah stimulus/jejas termal dihilangkan. Pada awal pemeriksaan klinik ditandai
dengan suatu paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan
temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas atau pengisapan
yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang menyebabkan bendungan pada pembuluh
darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi
secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai
menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-
sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada
hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan rasa
sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila bawah belakang yang terkena.
Diagnosis
Radiograf umumnya menunjukkan suatu kavitas atau tumpatan besar, suatu jalan terbuka ke saluran
akar, dan suatu penebalan ligamen periodontal.

Pengobatan
Simtomatis :
Diberikan obat-obat penghilang rasa sakit/anti inflmasi (OAINS)
Kausatif :
Diberikan antibiotika (bila ada peradangan)
Tindakan :
Gigi dibersihkan dengan semprit air, lalu dikeringkan dengan kapas. Beri anagesik, bila ada peradangan
bisa di tambah dengan antibiotic Sesudah peradangan reda bisa dilakukan pencabutan atau dirujuk
untuk perawatan saluran akar. Biasanya perawatan saluran akar yang digunakan yaitu endodontic
intrakanal. Yaitu perawatan pada bagian dalam gigi (ruang akar dan saluran akar) dan kelainan
periapaikal yang disebabkan karena pulpa gigi tersebut
a. Nekrosi Parsialis
Pulpa terkurung dalam ruangan yang dilingkungi oleh dinding yang kaku, tidak memiliki sirkulasi darah
kolateral, dan venula serta system limfenya akan lumpuh jika tekanan intrapulpanya meningkat. Oleh
karena itu, pulpitis irreversible akan menyebabkan nekrosis likuefaksi. Jika eksudat yang timbul selama
pulpitis ireversibel diabsorbsi atau terdrainase melalui karies atau melalui daerah pulpa terbuka ke
dalam rongga mulut, terjadinya nekrosis akan tertunda; pulpa di akar mungkin masih tetap vital untuk
waktu yang lama. Sebaliknya, penutupan atau penambalan pulpa terinflamasi akan menginduksi
nekrosis pulpa yang cepat dan total serta penyakit periradikuler. Selain nekrosis likuefaksi, nekrosis
pulpa iskemik dapat timbul akibat trauma karena terganggunya pembuluh darah. Dapat dikatakan
nekrosis pulpa parsialis apabila sebagian jaringan pulpa di dalam saluran akar masih dalam keadaan
vital.

Nekrosis pulpa biasanya tidak menimbulkan gejala tetapi dapat juga disertai dengan episode nyeri
spontan atau nyeri ketika ditekan (dari periapeks). Gejala klinis nekrosis pulpa parsialis:
- Pada anamnesa terdapat keluhan spontan.
- Pada pemeriksaan obyektif dengan jarum Miller terasa sakit sebelum apikal.

Pemeriksaan klinis dari nekrosis pulpa parsialis:


- Tes termis: bereaksi atau tidak bereaksi.
- Tes jarum Miller: bereaksi.
- Pemeriksaan rontgenologis: terlihat adanya perforasi.

Nekrosis pulpa parsialis dapat dilakukan perawatan dengan pulpektomi.

b. Nekrosis Totalis
Merupakan matinya pulpa seluruhnya.
Gejala klinis :
Nekrosis totalis biasanya asimtomatik, tetapi bisa juga ditandai dengan nyeri spontan dan
ketidaknyamanan nyeri tekan (dari periapeks). Diskolorisasi gigi merupakan indikasi awal matinya pulpa.
Dapat dilihat dari penampilan mahkota yang buram atau opak dan perubahan warna gigi menjadi
keabu-abuan atau kecoklatan serta bau busuk dari gigi.
Rencana perawatan :
Perawatan terdiri dari preparasi dan obturasi saluran akar (perawatan saluran akar).
Pemeriksaan Klinis :
1. Pemeriksaan subyektif
2. Pemeriksaan obyektif
Gigi dengan pulpa nekrotik tidak bereaksi terhadap tes termal dingin, tes pulpa listrik, atau tes kavitas.
Namun, gigi dengan pulpa nekrotik sering kali sensitive terhadap perkusi dan palpasi asalkan disertai
dengan inflamasi periapikal.
3. Rontgenologis
Gambaran radiografi umumnya menunjukkan suatu kavitas atau tumpatan besar, jalan terbuka ke
saluran akar, dan penebalan ligament periodontal. Kadang-kadang gigi yang tidak mempunyai tumpatan
atau kavitas pulpanya mati karena akibat trauma.

2.3 Penegakan Diagnosis


1. Keluhan Utama
Keluhan utama pada umumnya merupakan informasi pertama yang dapat diperoleh. Keluhan ini berupa
gejala atau masalah yang dirasakan pasien dalam bahasanya sendiri yang berkaitan dengan kondisi yang
membuatnya cepat-cepat dating mencari perawatan. Keluhan utama hendaknya dicatat dengan bahasa
apa adanya menurut pasien.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 72)

2. Riwayat Kesehatan Umum


Suatu riwayat kesehatan umum yang lengkap bagi pasien terdiri atas data demografis rutin, riwayat
medis, riwayat dental, keluhan utama, dan sakit yang sekarang diderita.
a. Data Demografis
Data demografis mengidentifikasi karakteristik pasien.
b. Riwayat Medis
Karena suatu riwayat medis tidak dimaksudkan sebagai pemeriksaan klinis lengkap, pertanyaan medis
janganlah terlalu luas. Buatlah formulir pemeriksaan yang berisi penyakit serius yang sedang dan pernah
dialami. Jika ditemukan adanya penyakit fisik atau psikologis yang parah atau penyakit yang masih
diragukan yang mungkin mengganggu diagnosis dan perawatan kita, lakukanlah pemeriksaan lebih
lanjut dan konsultasikan dengan profesi kesehatan lainnya.

c. Riwayat Dental
Riwayat dental merupakan ringkasan dari penyakit dental yang pernah dan sedang diderita. Informasi ini
menyediakan informasi yang sangat berharga mengenai sikap pasien terhadap kesehatan gigi,
pemeliharaan, serta perawatannya. Infromasi demikian tidak hanya berperan penting dalam penegakan
diagnosis, melainkan berperan pula pada rencana perawatan. Kuesionernya hendaknya berisikan
pertanyaan mengenai gejala dan tanda, baik kini maupun di masa lalu. Pengambilan riwayat dental ini
merupakan langkah teramat penting dalam menentukan diagnosis yang spesifik.(Walton & Torabinejad,
1997 : 72-73)

3. Pemeriksaan Subyektif
Sejumlah infromasi rutin yang berkaitan dengan data pribadi, riwayat medis, dan riwayat dental serta
keluhan utama didapatkan dari pemeriksaan subyektif. Banyak pasien yang menunjukkan tingkatan
nyeri yang jelas dan merasa tertekan. Pada umumnya nyeri dan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh
penyakit pulpa dan periradikuler yang parah dapat mempengaruhi kondisi fisik pasien. Pertanyaan yang
diajukan adalah mengenai lokasi, asal nyeri, karakter dan keparahan nyeri yang dialami. Kemudian
pertanyaan lanjutan mengenai spontanitas dan durasi nyeri, serta stimulus yang merangsang atau
meredakan nyeri. Keparahan rasa nyeri dan obat-obatan yang diminum pasien untuk meredakan nyeri
dan keefektifannya juga perlu diketahui.
Makin intens nyerinya, makin besar kemungkinan adanya penyakit irreversible. Nyeri intens dapat
timbul dari pulpitis ieversible atau dari periodontitis atau abses apikalis akut. Nyeri spontan yang
bersama dengan nyeri intens juga mengindikasikan adanya penyakit pulpa atau periradikuler yang
parah. (Walton & Torabinejad, 1997 : 73-75)

4. Pemeriksaan Obyektif
a. Pemeriksaan ekstraoral
Penampilan umum, tonus otot, asimetri fasial, pembengkakan, perubahan warna, jaringan parut
ekstraoral, dan kepekaan atau nodus jaringan limfe servikal atau fasial yang membesar, merupakan
indokator status fisik pasien. Pemeriksaan ekstraoral yang hati-hati akan membantu mengidentifikasi
sumber keluhan pasien serta adanya dan luasnya reaksi inflamasi rongga mulut.

b. Pemeriksaan intraoral
Bibir, mukosa oral, pipi, lidah, palatum, dan otot-otot serta semua keabnormalan diperiksa. Periksa pula
mukosa alveolar dan gingival-cekatnya untuk memeriksa apakah ada perubahan warna, terinflamasi
mengalami ulserasi, atau mempunyai saluran sinus. Suatu stoma saluran sinus biasanya menandakan
adanya pulpa nekrosis atau periodontitis apikalis supuratif atau kadang-kadang abses periodontium.
Gigi geligi diperiksa untuk mengetahui adanya perubahan warna, fraktur, abrasi, erosi, karies, restorasi
yang luas, atau abnormalitas lain. Mahkota yang berubah warna sering merupakan tanda adanya
penyakit pulpa atau merupakan akibat perawatan saluran akar yang telah dilakukan sebelumnya.

c. Tes klinis
Tes klinis meliputi tes dengan menggunakan kaca mulut dan sonde serta tes periodontium selain tes
pulpa dan jaringan periapeks. Hasil satu tes harus dikonfirmasikan dengan tes tambahan yang lain.
Penting untuk diingat bahwa tes-tes ini bukan tes untuk gigi melainkan tes mengenain respons pasien
terhadap berbagai stimuli. Pasien mungkin tidak memahami arti stimuli atau salah
menginterpretasikannya. Oleh karena itu, hasil tes obyektif dan subyektif dan tanda yang ditemukan
tidak konsisten sehingga kadang –kadang membingungkan. (Walton & Torabinejad, 1997 : 77-78)

5. Tes Periapeks
a. Perkusi
Perkusi dapat menentukan ada tidaknya penyakit periradikuler. Respons positif yang jelas menandakan
adanya inflamasi periodontium. Karena perubahan inflamasi dalam ligament periodontium tidak selalu
berasal dari pulpa dan dapat diinduksi oleh penyakit periodontium, hasilnya harus dikonfirmasikan
dengan tes yang lain. Cara melakukan perkusi dengan mengetukan ujung kaca mulut yang dipegang
paralel atau tegak lurus terhadap mahkota pada permukaan insisal atau oklusal mahkota.
b. Palpasi
Seperti halnya perkusi, palpasi menentukan seberapa jauh proses inflamasi meluas kearah periapeks.
Respon positif menandakan adanya inflamasi periradikuler. Palpasi dilakukan dengan menekan mukosa
di atas apeks dengan cukup kuat. Pemeriksaan hendaknya memakai juga gigi pembanding.

c. Tes kevitalan pulpa


Tes dingin menggunakan larutan chlor etil yang dibasahkan pada cotton palate. Respon nyeri tajam dan
sebentar akan timbul baik pada pulpa normal, pulpitis reversible maupun irreversible. Akan tetapi jika
responnya cukup intens dan berkepanjangan, pulpa biasanya telah mengalami peradangan irreversible.
Sebaliknya jika pulpa nekrosis tidak akan memberikan respon.
Tes panas menggunakan gutta percha yang dipanaskan dan diaplikasikan pada permukaan fasial. Seperti
halnya pada tes dingin, nyeri tajam dan sebentar menandakan pulpa vital atau peradangan reversible.
Respon hebat dan tidak cepat hilang adalah pulpitis irreversible. Jika tidak ada respon menandakan
pulpanya nekrosis.
Pengetesan pulpa secara elektrik diaplikasikan pada permukaan fasial untuk menentukan ada tidaknya
saraf sensoris dan vital tidaknya pulpa. Tes ini masih belum sempurna dan mungkun menghasilkan
respons positif dan negative palsu. Metamorphosis kalsium dapat menghasilkan respons negative palsu.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 79-81)

6. Pemeriksaan Radiografis
a. Periapeks
Lesi periradikuler yang disebabkan oleh pulpa biasanya memiliki empat karakteristik yaitu (1) hilangnya
lamina dura di daerah apeks, (2) radiolusensi tetap terlihat di apeks bagaimanapun sudut
pengambilannya, (3) radiolusensi menyerupai suatu hanging drop; dan (4) biasanya nekrosisnya pulpa
telah jelas. Lesi radiolusen yang terbentuk sempurna disebabkan oleh hasil dari suatu pulpa yang
nekrosis. Suatu radiolusensi yang cukup besar di daerah periapeks dengan gigi yang pulpanya vital
adalah bukan berasal dari lesi endodonsi melainkan struktur normal atau penyakit nonendodonsi.
Perubahan juga bisa berupa radioopak. Condensing osteitis adalah reaksi yang jelas terhadap pulpa atau
inflamasi periradikuler dan mengakibatkan peningkatan dalam tulang medulla.
b. Pulpa
Hanya sedikit keadaan patologis khusus yang berkaitan dengan pulpitis ireversibel terlihat secara
radiografis. Suatu pulpa yang terinflamasi dengan aktivitas dentinoklast dapat memperlihatkan
pembesaran ruang pulpa yang berubah abnormal dan merupakan tanda patologis dari resorpsi
interna.kalsifikasi yang menyebar luas dalam kamar pulpa menunjukkan adanya iritasi dengan derajat
rendah yang sudah berjalan lama (tidak harus suatu pulpitis ireversibel.) (Walton & Torabinejad, 1997 :
83-85)

7. Tes Khusus
a. Pembuangan karies
Pada beberpa keadaan, yang perlu dilakukan untuk menentukan diagnosis yang tepat adalah penentuan
kedalaman penetrasi karies. Keadaan yang sering dijumpai adalah adanya karies dalam yang terlihat
secara radiografis, tidak ada riwayat penyakit, dan pulpa yang memberikan respons terhadap ter-tes
klinis. Semua temuan lain tidak begitu relevan. Tes definitive finalnya adalah pembuangan karies
seluruhnya untuk melihat keadaan pulpanya.
Penetrasi karies ke dalam pulpa menandakan adanya pulpitis irebersible. Karies yang belum
berpenetrasi ke dalam pulpa biasanya menunjukkan suatu pulpitis reversible (walaupun ada sejumlah
pulpa yang mengalami inflamasi irreversible tanpa ada daerah yang terbuka). Gigi kemudian direstorasi
secara nirtrauma.
b. Anastesi selektif
Tes ini berlawanan dengan tes kavitas yang dilaksanakan pada gigi tanpa nyeri maupun gigi yang disertai
gejala. Tes ini bermanfaat pada gigi yang sedang nyeri terutama jika pasien tidak dapat menentukan gigi
mana yang sakit, bahkan tidak dapat pula menentukan lengkung giginya. Jika dicurigai gigi yang sakit ada
di daerah mandibula, anastesi blok mandibula akan mengkonformasikan paling sedikit region sakitnya
apabila nyeri tersebut hilag setelah dianastesi.
c. Transluminasi
Tes ini membantu mengidentifikasi fraktur mahkota vertical karena segmen fraktur dari mahkota tidak
mentransmisikan cahaya secara sama. Transluminasi menghasilkan bayangan gelap dan abu-abu di
daerah fraktur.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 85-87)

2.4 Rencana Perawatan


Jika sifat penyakitnya telah ditentukan, buatlah keputusan perawatan dasarnya. Keputusannya dapat
berupa perawatan saluran akar atau cara lain yang lebih tepat. Sejumlah keadaan memerlukan
perawatan saluran akar yang dikombinasikan dengan prosedur tambahan. Sedangkan yang lain mungkin
memerlukan pencabutan atau perawatan sementara (misalnya pada suatu keadaan darurat) dengan
perawatan saluran akar definitif pada kunjungan berikutnya. Akan tetapi keputusan utama adalah
apakah memang suatu perawatan saluran akar merupakan indikasi atau bukan.

Perawatan Berdasarkan Diagnosis


Diagnosis pulpa secara umum menentukan apakah perawatan saluran akar memang diperlukan.
Andaikata berbagai keadaan pulpa ini dibuat daftarnya, yakni : normal, pulpitis reversible, pulpitis
irreversible, dan nekrosis, terdapat suatu garis yang membentang antara pulpitis reversible dan
ireversibel. Semua yang ada di sisi yang reversible mungkin perlu atau mungkin pula tidak perlu
dilakukan perawatan noninvasive, sedangkan yang berada pada sisi irreversible memerlukan
pencabutan atau perawatan saluran akar atau paling tidak pembuangan jaringan pulpanya yang
terinfeksi.
Diagnosis periapeks menandakan adanya sifat khusus yang harus diikuti, biasanya dalam kaitannya
dengan perawatan saluran akar. Dengan perkataan lain, berkembangnya lesi periradikuler hanyalah
karena adanya suatu penyakit pulpa yang parah. Hal ini memerlukan terapi saluran akar (jika memang
dibutuhkan) dan kadang-kadang prosedur bedah lain seperti insisi dan drainase.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 90)

Jumlah kunjungan
Walaupun masih merupakan bahan perdebatan, hasil penelitian mutakhir menunjukkan bahwa
perawatan saluran akar satu kali kunjungan dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Akan tetapi,
dokter gigi umum harus mengerjakan macam perawatan ini dengan hati-hati serta memilih kasusnya
dengan teliti.
a. Kunjungan Jamak
Ada dua keadaan yang memerlukan lebih dari satu kunjungan pasien. Pertama adalah kasus yang rumit
atau memerlukan waktu banyak. Yang berkaitan dengan hal ini dan yang paling penting adalah
manajemen pasien dan tingkat toleransi pasien dan operatornya. Jika sudah lelah atau frustasi, hentikan
dahulu perawatan dan buat tumpatan sementara serta perjanjian pertemuan berikutnya.
Situasi lain adalah jika pasien memiliki gejala periradikuler parah dan keluarnya eksudat saluran akar
yang tidak berhenti. Flare up diantara waktu kunjungan lebig sering terjadi pada situasi seperti ini. Flare
up pasca perawatan akan lebih sukar ditanggulangi jika saluran akarnya telah diiisi.

b. Pengaruh pada Prognosis dan Rasa Nyeri


Prognosis jangka panjang dan gejala setelah perawatan adalah dua hal utama yang harus diperhitungkan
dalam menentukan jumlah kunjungan. Dari penelitian terungkap bahwa pada pasien yang asimtomatik,
baik nyeri pascaperawatan maupun kegagalan perawatan tidak disebabkan oleh apakah perawatannya
dilakukan dalam satu kali kunjungan. Tetapi perawatan saluran akar satu kali kunjungan harus selalu
disertai dengan kehati-hatian yang tinggi dan dengan mempertimbangkan kasus per kasus dengan teliti.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 90-91)
Seperti telah dikemukakan di muka, jika diagnosis telah ditegakkan, buatlah rencana perawatan
keseluruhan. Walaupun demikian, pendekatan khusus juga dilakukan tergantung kepada situasi tiap-tiap
pasien. Rekomendasi umum berikutnya dibuat berdasarkan diagnosis pulpa dan jaringan periapeks.
Variasi atau perubahan dalam perawatan ditentukn kemudian berdasarkan situasi yang dihadapi.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 91)

Perawatan Untuk Diagnosis Pulpitis Reversible


Perawatan saluran akar bukan merupakan indikasi untuk kasus pulpitis reversible (kecuali pada kasus-
kasus tertentu). Pasien dengan pulpitis reversible, biasanya ditangani dengan membuang penyebabnya
kemudian diikuti dengan restorasi (jika diperlukan). (Walton & Torabinejad, 1997 : 91)

DAFTAR PUSTAKA

Baum, Lloyd, Philips, Ralph W., Lund, Melvin R. 1197. Buku Ajar Ilmu KonservasiGigi, Edisi 3. Jakarta: EGC
Grossman LI. 1998. Endodontic Practice. 8th ed. Philadelphia, London: Lea and Febiger
Tarigan, Rasinta. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta : Widya Medika
Walton, Richard. E & Torabinejad, Mahmoud. 1997. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi. Jakarta : EGC.

Diposkan oleh Alfa Revias di Kamis, Mei 13, 2010

Anda mungkin juga menyukai