1. Pendahuluan
Manusia selama hidup didunia tentu meninggalkan sesuatu, baik hal-hal yang
positif maupun yang negative. Karena peninggalan tersebut adalah bentuk eksistensi
bahwa manusia tersebut pernah hidup didunia ini. Peninggalan-peninggalan seseorang
yang bermanfaat bagi oranb banyak dan tetap berguna sampai sekarang tentu luar biasa.
Baik dalam bentuk material ataupun pemikiran dan etos kerja dapat menjadi teladan bagi
orang-orang dewasa ini. Jika membicarakan sosok Dr. Sukiman mungkin banyak orang
yang belum familiar mendengar namanya beliau, namun tidak diragukan lagi bahwa
beliau meninggalakn banyak hal yang bermanfaat bagi tataran kehidupan saat ini.
Menjadi satu diantara beberapa pemuda Indonesia yang dapat mengenyam
pendidikan di STOVIA Sukiman mendapatkan pendidikan akademik,karakter, serta
politik yang mumpuni disana. Sejak di STOVIA itu lah Sukiman mulai aktif dalam
beberapa organisasi yang kelak menuntunnya menuju kancah politik. Kondisi pada saat
itu yang menganak tirikan penduduk pribumi tidak membuat sukiman putus asa. Dia
terus berusaha untuk disejajarkan dengan para orang-orang Belanda. Untuk itu lah dia
melanjutkan sekolahnya di negeri Belanda demi mendapatkan gelar art dan menjadi
dokter yang sejajar dengan dokter-dokter dari Belanda. Mesikipun banyak halangan
untuk supaya dapat menjadi seorang dokter yang setara dengan dokter-dokter dari
Belanda dan eropa tapi Sukiman tidaklah mudah menyerah. Dia terus berusaha dengan
keras demi menggapai cita-citanya itu hingga akhirnya dia dapat menuntaskan
sekolahnya di Belanda.
Demikian sedikit kisah dari Sukiman yang tentunya dapat menginspirasi para
kaum muda supaya bisa lebih baik dari apa yang sudah dilakukannya. Menteladani
perjuangnya beliau, serta memetik hikmah dari kesalahan yang telah di perbuat oleh
seorang Sukiman kiranya dapat kita lakukan sebagai generasi mudan. Masih banyak
kisah-kisah beliau yang tentunya menarik dan mengandung banyak makna yang akan
disampaikan lebih lanjut dalam tulisan ini.
1
Ibrahim, Muchtarudin. Dokter Sukiman Wirjosandjojo,hasil karya dan pengabdiannya ( Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi
dan Dokumentasi Sejarah Nasional) hal 8
beliau adalah seorang muslim yang taat. Demi untuk dapat bersekolah di ELS Boyolali
Sukiman dipercayakan oleh ayahnya menjadi anak angkat Van Der Wal, Van Der Wal
adalah teman akrab dari ayah Sukiman. Setelah lulus dari Els Sukiman melanjutkan
studynya ke STOVIA Jakarta. Sukiman melalui studynya di STOvia dengan cukup lancer
karena mendapat beasiswa. Dengan perjuang, yang mempunyai tujuan kongkrit maka
pada 1923 dapatlah dia menyelesaikan dan berhasil meraih gelar Art Indische2.
Gelar Art Indische yang diraih oleh Sukiman tidak membuatnya besar kepala,
malah dia merasa belum cukup dan ingin menjadi seorang Art atau disejajarkan dengan
dokter-dokter dari eropa. Untuk itu dia melanjutkan studynya ke negeri Belanda.
Meskipun dia memiliki banyak kegiatan pemuda di Indonesia dia tetap mengejar cita-
citanya tersebut. Hal ini membuat Sukiman berusaha secepat mungkin menyelesaikan
studynya demi melanjutkan perjuangnya melawan penjajah di tanah air, hingga pada
akhirnya dia berhasil menyelesaikan studynya tepat waktu.
3
Ibid hal 35
4
Ibid hal 38
5
Ibid hal 40
kongres Jong java di solo yang berlansungdari tanggal 21-27 Mei 1922 mengangkat
Sukiman menjadi anggota kehormatan.
Semasa melanjutkan studynya ke Belanda Sukiman tidak lepas begitu saja dengan
oraganisasi. Beliau aktif dalam perkumpulan pelajar Indonesia yang sedang berseklah di
sana. Ketika Sukiman tiba di negeri Belanda nama perkumpulan pemuda,pelajar, dan
mahasiswa telah berubah menjadi Indonesische Verenigning atau Perhimpunan
Indonesia. Pada periode kepengurusan 1924-1925 dengan suaru bulat terpilihlah Sukiman
sebagai ketua perkumpulan. Patut dicatat pada masa kepengurusan Sukiman nama
perkumpulan berubah menjadi Perhimpunan Indonesia. Pada awal masa
kepengurusannya Sukiman menyampaikan pdato mengenai azas PI yang disampaikannya
dalam bahasa Indonesia. Semenjak itulah bahasa Indonesia dipakai secara resmi dalam
rapat atau pertemuan para pemuda di Belanda. Pada masa SUkiman menjabat juga terjadi
perubahan majalah yang tadinya bernama Hindia Poetra menjadi Indonesia Merdeka.
Nama Indonesia yang telah ditetapkan oleh pemuda dan pelajar di Negeri Belanda ini
diilhami oleh tulisan antropolog Inggris yang bernama Herr Adolf Bastian. Dan nama ini
diperkenalkan pertama kali pada masa Sukiman menjadi ketua Perhimpunan Indonesia.
Para mahasiswa yang sedang mencari-cari akan nama yang tepat sangat tertarik dengan
kata Indonesia. Karena itu dalam rapat perhimpunan memutuskan untuk memakai istilah
tersebut dan sebagai politis wilayahnya meliputi kawasan yang dikuasai oleh pemerintah
Hindia Belanda. Pada masa kepengurusan Sukiman juga pertama kali diperkenalkan
kopiah sebagi identitas pembeda orang Indonesia. Kopiah menjadi identitas bangsa
pemuda Indonesia di Belanda pada saat itu. Sukiman telah turut memberi corak dan
warna pada sket-sket bidang politik yang telah dirintis oleh para pemuda di Negeri
Belanda6.
6
Ibid hal 53
menderita adalah umat Islam di Indonesia7. Garis politik yang dipilih Sukiman tentu
melahirkan sebuah pertanyaan. Dia yang merupakan penganut nasionalis yang setia dan
menghabiskan pendidikan umum bukan di pendidikan keagaaman tidak memilih
memperkuat Partai Nasionl Indonesia, namum memilih memperkuat partai yang
berlafazkan Islam. Seiringan dengan masuknya Sukiman menjadi anggota SI pada tahun
1927 dan bertepatan dengan tahun itu berdiri pula PNI.
Tidaklah dipungkiri bahwa perjalanan karir perpolitikan Sukiman tidak terlepas
dari bimbingan HOS Tjokroaminoto. H.A Salim juga menjadi guru Sukiman dalam
perpolitik juga memperdalam aagama. Tetapi Sukiman telah mempunyai garis tersendiri,
tidaklah semua ajaran dari para gurunya dia telan mentah-mentah, dia menyaring dengan
pikiran yang jernih dan selektif. Disinilah terletak perbedaan antara Sukiman degnan
Tjokroaminoto. Dimana Tjokroaminoto menekankan pada keyakinan agama, sedangkan
Sukiman menekankan perjuangan pada kepentingan nasional yang berdasarkan agama8.
Pada periode tersebut terjadi perpecahan antara PNI dengan Golongan SI
mengenai soal koperasi dan non koperasi dalam memperjuangkan kemerdekaan. Kiranya
adalah suatu era baru dalam perkembangan politik di Indonesia, kesempatan inilah yang
digunakan Sukiman untuk menjalin suatu tali pengikat antara partai-partai di Indonesia
untuk bersatu dalam satu perserikatan. Maka dicobalah membentuk permufakatan
perhimpunan politik kebangsaan Indonesia. Maka Sukiman perwakilan dari SI dan
Sukarno dari PNI menyusun perarturan sementara. Lalu pada tanggal 17 desember 1927
berdirilah PPPKI yang terdiri dari berbagai organisasi di Indonesia. Tetapi dalam
perkembangan selanjutnya PNI yagn masih baru itu giat menyebarkan buah pikirannya.
Sehingga dalam setiap kesempatan PNI membicarakan hal-hal yang menghalangi
pergerakan. Skap ini tidak disenangi partai lain seperti PSI yang merasa kedudukannya
tersisih. Maka akhirnya PSI mengundurkan diri dari perserikatan tersebut. Ditubuh PSI
sendiri juga mengalami perubahan, aktifnya tokoh-tokoh muda seperti Sukiman mencoba
menyempurnakan susunan pengurus dengan personal-personal yang mempunyai
pengalaman dan pengetahuan yang dapat membentuk kembali kekuatan baru PSI. makan
pada kongres di Yogyakarta PSI berubah nama menjadi PSII dan Sukiman menjabat
sebagai ketua Lajnah Tanfidiyah. Pada perkembangannya Sukiman bertindak koperatif
7
Ibid hal 55
8
M. Roem, mengenang Dr.Sukiman Wiryosanjoyo, Seorang tokoh Islam. (Jakarta : yayasan Fajar Shidiq)
dengan pemerintahan dengan berkerja sama dalam penyediaan lapangan kerja. Dalam
usaha mengembalikan nama baik PPH sukiman dan Suryopranoto membuka kepada
umum bahwa terjadi penyelewenang soal keuanga di PPH termaksd Cokroaminoto
didalamnya. cokroaminoto tidak dapat menerima sikap tersebut, dia menghendaki
masalah ini dibawa dalam kongres PPPH dan pengadilan, namun nyatanya oleh
Cokroaminoto dibawa dalam kongres PSII. Dadlam kongres ini Cokroaminoto dan H,
Agus salim menyatakan bahwa Sukiman telah melakukan kesalahan dan harus
dikeluarkan dari PSII. Namun SUkiman memberi jawaban bahwa keputsan itu kurang
adil karena berdasarkan keterangan sepihak saja. Maka kongrespun hanya menjatuhkan
skorsing terhadap Suikiman.
Dasar ide yang telah melekatkan perpaduan agama dan kebangsaan tidak
melemahkan semangat perjuangan Sukiman, meski diskros dari PSII dia terus berjuang
demi kemerdekaan Indonesia. Degnan dukungan serta konsep pikiran yang jernih maka
Sukiman berserta tokong-tokonh Islam mendirikan sebuah pertain yang bertama PARII.
Namun setelah meninggalnya Cokroaminoto tampak peribahan sikan di PSII dengan ini
menarik kembail Sukiman kedalam PSII. Maka akhirnya Sukimanpun bergabugn kembali
dengan PSII dengan catatan merubah politik hijrah. Karena politik ini tidak tepat
dijadikan azas perjuangnya yang diterapkan melihat situasi yang ada karena terlalu
bersikap kaku dan ketat. Namun permintaan ini ditolak pihak PSII makan Sukiman
bersama tokoh dari muhammadiyah, PARII, dan perserikatan pemudan islam mendirikan
Partai Islam Indonesia garis politi PII yang tertuang dalam kongresnya di Solo bahwa
partai ini bersedia duduk dalam dewan perwakilan. Sejak pecahnya perang pasifik
kegiatan PII diawasi dengan ketat oleh pemerintah, karena pemerintah menuduh PII
berkerja sama dengan Jepang untuk menggulingkan pemerintahan. Pemerintahan kolonial
juga menangkap tokoh-tokoh PII sehingga PII lumpuh9. Tapi Sukiman tidak berhenti
begitu saja dia bergabugn dengna MIAI yagn berpedoman tentang persatuan yang
berdasarkan pada Al-Quran. Demikianlah kegiatan dan keaktifan Sukiman pada akhir
pemerintahan belanda di Indonesia. Ketkia timbul perselisihan faham antara golongan
Nasional dan agam dan ini tidak ada kesepahaman sampay masa pendudukan Jepang.
9
Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942. (Jakarta : LP3ES, 1979)
5. Keteladanan dan Sumbangan Sukiman Pada Bangsa dan Negara
Daftar Pustaka
1. Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942. (Jakarta : LP3ES, 1979)
2. Djoened Poesponegoro,Nugroho Notosusanto, Sejarah nasional Indonesia: Jaman Jepang
dan jaman Republik Indonesia
3. Ibrahim, Muchtarudin. Dokter Sukiman Wirjosandjojo,hasil karya dan pengabdiannya
( Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai
Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional)
4. M. Roem, mengenang Dr.Sukiman Wiryosanjoyo, Seorang tokoh Islam. (Jakarta :
yayasan Fajar Shidiq)
5. http://pensilonline.blogspot.com/2010/05/asal-mula-burung-garuda-pancasila.html
6. http://id.wikipedia.org/wiki/Kabinet_Sukiman-Suwirjo