Anda di halaman 1dari 10

Langkah Langkah Sukses Membuat

Proposal Penelitian
5 Mar

Beritahu teman:

Oleh : Titin Supenti

I. PENDAHULUAN
Metodologi atau Metode Penelitan yang tepat dan benar semakin dirasakan urgensinya
dan menjadi peringkat sangat penting bagi keberhasilan suatu riset (penelitian). Salah
satu hal yang penting dalam setiap penelitian adalah perumusan metodologi penelitian.
Melalui metodologi harus dengan jelas tergambar diantaranya bagaimana cara penelitian
dilaksanakan yang tertata secara sistimatis; bagaimana landasan teori tentang rancangan
penelitian (research design), model yang digunakan (didahului dengan rancangan
percobaan (penelitian eksperiment) atau teknik – teknik yang lumrah digunakan dalam
pengumpulan, pengolahan dan analisa data. Metodologi atau metode yng digunakan
antara lain metode sejarah, metode deskriptif antara lain menggambarkan tentang objek
tertentu, manusia, kondisi, sistem dan sebagainya yang terkini. Sering juga digunakan
metode survey (menyelidiki gejala, fakta secara faktual), metode percobaan
(eksperiment), metode KASUS (suatu objek spesifik), kooperatif (menjawab sebab akibat
dengan menganlisis faktor penyebab utama) atau gabungan, serta pemikiran kritis dan
analisa tentang sampling maupun design percobaan serta studi kepustakaan.

II. METODOLOGI ATAU METODE PENELITIAN


Metode penelitian yang dipilih berhubungan erat dengan prosedur, alat, serta desain
penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus cocok dengan metode penelitian yang
dipilih. Prosedur serta alat yang digunakan dalam penelitian harus cocok pula dengan
metode penelitian yang digunakan. Saat ini, Kemantapan ataupun ketajaman, keakuratan
metodologi penelitian sudah “terlihat kecendrungan mulai diabaikan“. Hal ini terlihat
jelas, bahwa setelah term of reference (TOR) disetujui (ok) baru dicari pembenar
terutama pembenaran metodologi, diantaranya proporsi sampling, pemilihan daerah studi
dan sebagainya. Padahal sebelum penelitian dilaksanakan seorang peneliti perlu
menjawab sekurang-kurangnya 3 (tiga) pertanyaan pokok (NAZIR, Mohammad: 1985 :
51) yaitu:

1. Urutan kerja apakah yang harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian


2. Alat-alat apa yang digunakan dalam mengukur ataupun dalam mengumpulkan
dan analisa data ?
3. Bagaimana melaksanakan penelitian tersebut?
Prosedur memberikan kepada peneliti urutan-urutan pekerjaan yang terus dilakukan
dalam suatu penelitian. Hal ini sangat membantu peneliti untuk mengontrol kegiatan atau
tahap-tahap kegiatan (a); mempermudah mengetahui kemajuan (proses) penelitian (b)
dan (c); mempermudah pula peneliti dalam meng-hadapi ataupun memberikan penjelasan
pada saat dilaksanakan pemeriksaan. Teknik penelitian mengatakan alat-alat pengukur
apa yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Jika suatu penelitian
dikerjakan dengan mengguna-kan questioner (daftar pertanyaan) sebagai alat dalam
mengumpulkan data, maka yang dibicarakan disini adalah teknik pengumpulan data.
Sedangkan metodologi penelitian memandu si peneliti tentang urut-urutan bagaimana
penelitian dilakukan.
Jika seorang berbicara tentang cara seorang peneliti melakukan percobaan lapangan,
dimana dalam menentukan plot-dilapangan, ia pertama-tama membagi daerah dalam 4
(empat) buah blok. Kemudian blok-blok tersebut dibagi 4 (empat) keperluan perlakuan
yang akan dia kerjakan dan seterusnya, maka yang dibicarakan disini adalah posedur
penelitian. Jika kita membicarakan bagaimana secara berurut suatu penelitian dilakukan
yaitu dengan alat apa dan prosedur bagaimana suatu penelitian dilakukan, maka yang
dibicarakan adalah metode penelitian.

A. Metode Kuantitatif
Metode ini sangat cocok untuk digunakan pada penelitian dimana data yang dapat
diidentifikasi dengan mudah.
Beberapa hal lain dari metode kuantitatif diantaranya :

1. Peranan identifikasi dan spesifikasi variabel sangat penting;


2. Penelitian ini berdasarkan pada absraksi variabel dari konteksnya
3. Sangat menekankan pentingnya reliability dan replicability data;
4. Kurang memperhatikan validity;
5. Sangat erat hubungannya dengan metode penelitian Survey, Sensus dan
sebagainya;
6. Kondisi data hanya menunjukkan keadaan atau situasi pada suatu waktu priode
tertentu atau beberapa waktu (longitudinal);
7. Cenderung menggunakan pendekatan diduktif (umum ke khusus);
8. Sangat cocok untuk pertanyaan yang diawali, apa, dimana, siapa dan kapan dan
tidak cocok untuk pertanyaan mengapa dan bagaimana;
9. Hasil analisis jika dikumpulkan dalam survey, sensus, secara statistik dapat
digeneralisasi.

B. Metode Kualitatif
Metode ini sangat cocok digunakan untuk menjawab pertanyaan apa, dimana dan kenapa
atau bagaimana.
Beberapa hal lain dari metode kualitatif diantaranya:

1. Data tidak dapat diidentifikasi dengan mudah;


2. Data tidak dapat di kuantifikasikan;
3. Menekankan pentingnya validity, kurang memperhatikan reliability;
4. Erat kaitannya dengan studi kasus
5. Hipotesa interpretasi data digunakan untuk membantu proses sebab akibat.
6. Pendekatan yang dipakai bersifat induktif (dari yang khusus ke umum)
7. Hasil penelitian secara ilmiah dapat digenderalisasi (tidak dapat di
gendralisasikan) dengan repliability penemuan dari beberapa studi.
8. Analisa data deskriftif untuk melihat proses dan secara langsung.
9. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti partisipasi
observasi, wawancara berstruktur dan tidak berstruktur serta focus group.

III. SEMBILAN MAGIC PROPOSAL PENELITIAN


Dalam usulan proyek (USPRO) terdapat tiga kata kunci yang dulu sangat populer dengan
istilah penting yaitu Abstrak, kata kunci dan urgensi (AKU). Abstrak merupakan
keterangan singkat padat serta utuh tentang permasalahan yang akan ditangani (a); tujuan
serta keluaran kegiatan (b) dan (c); pengaruh-nya terhadap permasalahan yang ditangani.
Bagi kegiatan penelitian kekhususan pendekatan yang diperguna-kan (maksimal sepertiga
halaman). Kata kunci merupakan sejumlah kata, bukan kalimat yang mengindikasikan
teknik, proses atau keluaran yang sesuai dengan subjek kegiatan. Sedangkan urgensi
merupakan keterangan tentang pokok-pokok kebijaksanaan yang diacu (a); pentingnya
usaha untuk mengatasi permasalahan yang ditangani bagi pembangunan nasional,
sektoral dan regional atau bagi perkembangan IPTEK, serta (c); pengaruh kegiatan ini
bagi pemecahan permasalahan tsb. Dengan kata lain, diterangkan apa keuntungan/
manfaatnya jika proyek ini berhasil mencapai tujuan dan sasarannya (a) dan (b) apa pula
kerugiannya atau kesulitan yang akan timbul jika masalah ini tidak diteliti; maksimal
setengah halaman.
Sering dengan berkembangnya IPTEK dan berjalannya waktu istilah tersebut sudah
nyaris tak terdengar sampai saat ini. Sampai akhirnya pada tahun 2001 melalui pelatihan
Peningkatan Kapasitas Penelitian yang dipelopori oleh Ibu Dr. Yulfita Raharjo dan
Timnya dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) muncul pula hal baru yaitu
Sembilan Magic untuk membuat PROPOSAL Penelitian menuju keberhasilan, Sbb. :

A. Alasan
Alasan atau argumentasi ini sangat diperlukan untuk (a) mencegah kegiatan penelitian
yang tidak potensial, dan (b) untuk memecahkan masalah (tidak mencapai tujuan)
Beberapa hal penting dalam alasan sebagai magic pertama adalah :

1. Alasan rasional
2. Mengapa penelitian tersebut penting dilakukan (urgency)
3. Apa masalah pokoknya, dan bagaimana nanti untuk konseptual framework nya.
4. Relevansinya terhadap (kebijakan, program) departemen dan sebagainya
5. Analisa masalahnya bagaimana
6. Analisa tentang isu/kebijakan, (informasi) yang akan menuntun kepada
penspisifikasian tujuan
7. Apa yang akan dipertanyakan, sehingga sungguh-sungguh diperlukan untuk
diteliti.

B. Konteks
Konteks sangat berguna untuk memperkaya atau memperbaiki pengetahuan peneliti, latar
belakang pengalaman atau dasar-dasar untuk pendekatan yang akan dilakukan.
Beberapa hal yang berkaitan dengan Konteks diantaranya adalah:

1. Mengacu pada usaha-usaha penelitian serupa (keadaan, situasi kecenderung-an,


konsep metode dan hasil);
2. Mengacu pada situasi/keadaan atau daerah, waktu, sistem, kebijakan tertentu dan
sebagainya.

Untuk catatan, janganlah mengguna-kan konsep-konsep yang harus diukur yang tidak
sesuai dengan permintaan.

C. Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual sangat berguna, untuk menegaskan batas-batas secara logis untuk
penyelidikan/penelitian (a) dan (b). sebagai petunjuk bagi peneliti untuk
memperhitungkan tentang apa yang relevan dan apa yang tidak relevan untuk dipelajari
dalam penelitian.
Beberapa hal penting dalam kerangka konseptual diantaranya:

1. Peneliti menyusun sebuah kerangka logis untuk hal yang akan ditelit (apa-apa
yang relevan)
2. Dilengkapi dengan perspektif yang diperoleh dari usaha-usaha atau penelitian
sebelumnya, serta konsep-konsep apa yang relevan untuk itu
3. Meliputi proposisi-proposisi (dugaan-dugaan) yang dianggap sudah diketahui,
maupun yang dinyatakan tidak diketahui (sebab itu perlu dukungan penelitian
untuk mengetahuinya).
4. Menspesifikasikan:
1. Variabel tergantung (dependent variable)
2. Variabel bebas (independent variable)
3. Mata rantai penghubung dua kelompok variable (interventing variable)
Perlu diingat hal ini baru hanya kerangka, belum tahu hasilnya.

D. Tujuan
Dimaksudkan agar proposisi-proposisi (dugaan-dugaan) yang merupa-kan subjek dan
juga metode penelitian yang cocok dengan pelaksanaan peneliti-an tersebut. Bentuk
tujuan penelitian dapat, (a). berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab, dan (b).
hypotesis-hypotesis apa yang akan diuji sehingga menjadi arah / sasaran penelitian.
Tujuan penelitian merupakan atau menunjukan unit–unit yang seharusnya diobservasi
(a); apa yang harus diobservasi (b) dan (c). bagaimana proses pengobservasiannya.

Beberapa hal penting yang perlu diketahui tentang tujuan diantaranya:

1. Merupakan sasaran dari penelitian yang akan ditangani. Sebagai acuan,


memeriksa sampai seberapa jauh permasalahannya (a), apa perma-salahan pokok
atau akar permasala-hannya (b), apa penyebabnya (c) dan (d), bagaimana kira-kira
penanganan-nya.
2. Dari kerangka konseptual akan mempermudah penelitian dalam merumuskan
tujuan yang akan diinginkan. Artinya, ditarik dari sudah jelasnya kerangka
konseptual pertanyaan kita, apalagi yang belum, apa lagi yang ingin dicapai.
Itulah tujuan, dengan konsep yang telah benar-benar.
3. Setelah kiat-kiat proposal dikuasai, sekarang penjabaran proposalnya menjadi
rancangan penelitian (Research Design).
4. Research Design. Riset disain dimulai dari tujuan.

Untuk memantapkan tujuan mantapkan dulu pada pendahuluan, latar belakang, apa saja
yang harus dimuat, diantaranya:

1. Mengutarakan Alasan dilakukan penelitian (lihat IIIA).


2. Relevansi dari penelitian yang akan dilakukan
3. Analisis tentang masalah yang akan diteliti
4. Memberikan rambu-rambu yang mencegah terangkatnya penelitian yang tidak
potensial terhadap pemecahan masalah atau pencapaian dari tujuan-tujuan
penelitian.
5. Mengungkapkan pokok permasalahan dalam penelitian.

E. Populasi yang diteliti


Populasi penelitian mencakup 6 (enam) hal yaitu:

1. Penentuan unit observasi


2. Penentuan / penunjukan populasi dari unit yang akan diobservasi/dianalisa
3. Penentuan/pengadopsian prosedur penelitian dan pengukuran unit-unit untuk
(yang akan diobservasi) termasuk Skop atau Ruang lingkup penelitian
4. Penentuan banyaknya unit yang akan diobservasi
5. Populasi penelitian sangat berkaitan dengan operasionalisasi dari metodologi atau
metode penelitian
6. Variabel-variabel yang dimuat dalam kerangka konseptual tersebut:
o Dicari / didapatkan dari siapa? Apakah individu; kelompok tertentu; tokoh
masyarakat; lembaga /instansi/ pemerintah, swasta, LSM dan sebagainya),
keluarga dan lain-lain
o Data yang dikumpulkan, ditentukan populasi yang akan dikaji sampai
didapatkan untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian (a), data
yang relevan dan tidak relevan, bisa Perda dan sebagainya.
Makna dari semua populasi yang diteliti adalah makna yang sifatnya
prinsif, yang mana suatu metodologi/metode penelitian dioperasionalkan.

F. Spesifikasi Data
Melalui Spesifikasi data akan dapat membantu peneliti untuk BERHATI-HATI untuk
tidak mengumpulkan data yang tidak relevan atau tidak digunakan (useless).
Spesifikasi data yang dikumpulkan diantaranya:

1. Mengidentifikasikan konsep-konsep yang terkandung dalam tujuan penelitian


(konsep-konsep).
2. Menentukan data yang akan dikumpulkan sehubungan dengan populasi.
3. Dari konsep-konsep ini dikembang-kan definisi operasional penelitian dari
4. Definisi operasional akan menunjuk pada variabel-variabel dan
5. Data/informasi apa yang akan dikumpulkan.

Variabel adalah semua objek yang menjadi sasaran penyidikan sebut saja gejala-gejala
yang menunjukan variasi, baik dalam jenisnya (a), maupun dalam tingkatannya (b).

G. Pengumpulan Data
Setelah spesifikasi data, tahap pengumpulan data sangat menentukan ukuran besar indeks
variabel (a) dan (b). realibilitas data yang akan dikumpulkan.
Inti dari tahap Pengumpulan Data adalah:
Menjelaskan prosedur yang akan digunakan untuk pengumpulan data isinya :

1. Teknik-teknik pengumpulan data yang akan dipakai


2. Teknik pendekatan yang digunakan (MEAN, MEDIAN dan sebagainya)
3. Instrumen-instrumen yang akan dipakai (kuantitatif dan kualitatif)
4. Mendiskripsikan langkah-langkah atau urut-urutan yang harus diikuti dalam
pemakaian instrumen (secara rinci)
5. Hindarkan redaksi-redaksi yang sifatnya statement-statement yang tidak sesuai
ujung pangkalnya atau mother hood.

H. Analisis
Tahap analisis merupakan TEST RIEL dari sebuah rencana penelitian yang menuntut
pemahaman/ penguasaan peneliti untuk memahami lebih dulu beberapa keterbatasan
dalam menerapkan kesimpulan-kesimpulan yang akan diambil.
Bila data yang dikumpulkan telah ditentukan, peneliti harus:

1. Mempertimbangkan secara simultan prosedur analisisnya yang sesuai


2. Bagaimana data akan diklasifikasikan
3. Pengaturan kedalam variabel-variabel yang ditunjukkan oleh data tsb.
4. Bagaimana hubungan antara variabel-variabel yang akan ditentukan
5. Penggunaan program komputer (jika ingin mendalaminya)

I. Pengadministrasian (Organisasi)
Setelah peneliti mengetahui atau memutuskan populasi yang akan ditentukan dan
digunakan seperti (a) daerah penelitian, (b). hakekat dan jenis data yang akan
dikumpulkan; (c). jenis-jenis prosedur yang akan dipakai untuk mengumpulkan dan
menganalisa data, peneliti telah mempunyai dasar untuk memutuskan serangkaian
keputusan-keputusan Administratif yang Rasional seperti perkiraan biaya (a); Personil
(peneliti utama, madya, pembantu peneliti (b); jadwal waktu (c) dan (d). rencana kerja.

IV. PRINSIP METODOLOGI


Metodologi merupakan bagian epistemologi yang mengkaji prihal urutan langkah-
langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi ciri-ciri Ilmiah.
Metodologi juga dapat dipandang sebagai bagian dari logika yang mengkaji kaidah
penalaran yang tepat. Jika kita membicarakan metodologi maka hal yang tak kalah
pentingnya adalah asumsi-asumsi yang melatar bela-kangi berbagai metode yang
diperguna-kan dalam aktivitas ilmiah. Asumsi-asumsi yang dimaksud adalah pendirian
atau sikap yang akan dikembangkan para ilmuwan maupun peneliti didalam kegiatan
ilmiah mereka.
Beberapa prinsip metodologi dapat dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya:

A. Rene Descartes
Dalam karyanya “Discourse On Method” dikemukakan 6 (enam ) prinsip metodologi
yaitu :

1. Membicarakan masalah ilmu pengetahuan diawali dengan menyebutkan akal


sehat (common sense) yang pada umumnya dimiliki oleh semua orang. Akal sehat
menurut Descartes ada yang kurang, adapula yang lebih banyak memilikinya,
namun yang terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah.
2. Menjelaskan

2. Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam


aktivitas ilmiah maupun penelitian. Descartes mengajukan 4 (empat) langkah atau
aturan yang dapat mendukung metode yang dimaksud yaitu:
o Janganlah pernah menerima baik apa saja sebagai yang benar, jika anda
tidak mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai kebenaranya. Artinya,
dengan cermat hindari kesimpulan-kesimpulan dan pra konsepsi yang
terburu-buru dan jangan memasukkan apapun kedalam pertimbangan anda
lebih dari pada yang terpapar dengan begitu jelas sehingga tidak perlu
diragukan lagi.
o Pecahkanlah setiap kesulitan anda menjadi sebanyak mungkin bagian dan
sebanyak yang dapat dilakukan untuk mempermudah penyelesaiannya
secara lebih baik.
o Arahkan pemikiran andah secara jernih dan tertib, mulai dari objek yang
paling sederhana dan paling mudah diketahui, lalu meningkat sedikit demi
sedikit, setahap demi setahap kepengetahuan yang paling kompleks, dan
dengan mengandaikan sesuatu urutan bahkan diantara objek yang sebelum
itu tidak mempunyai ketertiban baru.
o Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin, dan
adakan tinjauan ulang secara menyeluruh sehingga anda dapat merasa
pasti tidak suatu pun yang ketinggalan.
o Langkah yang digambarkan Descartes ini menggambarkan suatu sikap
skeptis metodis dalam memperoleh kebenaran yang pasti.
3. Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan
metode sebagai berikut:
o Mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri, sambil berpegang pada
agama yang diajarkan sejak masa kanak-kanak.
o Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang paling meyakinkan
maupun yang paling meragukan.
o Berusaha lebih mengubah diri sendiri dari pada merombak tatanan dunia.
o Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acap kali terkecoh oleh
indera. Kita memang dapat membayangkan diri kita tidak berubah namun
kita tidak dapat membayangkan diri kita tidak bereksistensi, karena
terbukti kita dapat menyangsikan kebenaran pendapat lain. Oleh karena
itu, kita dapat saja meragukan segala sesuatu, namun kita tidak mungkin
meragukan kita sendiri yang sedang dalam keadaan ragu-ragu.
o Menegaskan prihal dualisme dalam diri manusia yang terdiri atas dua
substansi yaitu RESCOGITANS (jiwa bernalar) dan RES-EXTENSA
(jasmani yang meluas). Tubuh (Res-Extensa) diibaratkan dengan mesin
yang tentunya karena ciptaan Tuhan, maka tertata lebih baik. Atas
ketergantungan antara dua kodrat ialah jiwa bernalar dan kodrat jasmani.
Jiwa secara kodrat tidak mungkin mati bersama dengan tubuh. Jiwa
manusia itu abadi.

B. Alfred Julesayer
Dalam karyanya yang berjudul Language, truth and logic yang terkait dengan prinsip
metodologi adalah prinsip verifikasi. Terdapat dua jenis verifikasi yaitu:

1. Verifikasi dalam arti yang ketat (strong verifiable) yaitu sejauh mana kebenaran
suatu proposisi (duga-dugaan) itu mendukung pengalaman secara meyakinkan
2. Verifikasi dalam arti yang lunak, yaitu jika telah membuka kemungkinan untuk
menerima pernyataan dalam bidang sejarah (masa lampau) dan ramalan masa
depan sebagai pernyataan yang mengandung makna
3. Ayer menampik kekuatiran metafisika dalam dunia ilmiah, karena pernyataan-
pernyataan metafisika (termasuk etika theologi) merupakan pernyataan yang
MEANING LESS (tidak bermakna) lantaran tidak dapat dilakukan verifikasi
apapun

C. Karl Raimund Popper


K.R. Popper seorang filsuf kontemporer yang melihat kelemahan dalam prinsip verifikasi
berupa sifat pembenaran (justification) terhadap teori yang telah ada.
K.R. Popper mengajukan prinsip verifikasi sebagai berikut:

1. Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan dan dapat
dibuktikan kebenarannya melalui perinsip verifikasi. Teori-teori ilmiah selalu
bersifat hipotetis (dugaan sementara), tak ada kebenaran terakhir. Setiap teori
selalu terbuka untuk digantikan oleh teori lain yang lebih tepat.
2. Cara kerja metode induksi yang secara sistimatis dimulai dari pengamatan
(observasi) secara teliti gejala (Simpton) yang sedang diselidiki. Pengamatan yang
berulang -ulang itu akan memperlihatkan adanya ciri-ciri umum yang dirumus-
kan menjadi hipotesa. Selanjutnya hipotesa itu dikukuhkan dengan cara
menemukan bukti-bukti empiris yang dapat mendukungnya. Hipotesa yang
berhasil dibenarkan (justifikasi) akan berubah menjadi hukum. K.R. Popper
menolak cara kerja diatas, terutama pada asas verifiabilitas, bahwa sebuah
pernyataan itu dapat dibenarkan berdasarkan bukti-bukti verifikasi pengamatan
empiris.
3. K.R Popper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan prinsip FALSIFA
BILITAS, yaitu bahwa sebuah pernyataan dapat dibuktikan kesalahannya.
Maksudnya sebuah hipotesa, hukum, ataukah teori kebenarannya bersifat
sementara, sejauh belum ada ditemukan kesalahan-kesalahan yang ada di
dalamnya. Misalnya, jika ada pernyataan bahwa “Semua angsa berbulu putih”
melalui prinsip falsitiabilitas itu cukup ditemukan seekor angsa yang bukan
berbulu putih (entah hitam, kuning, hijau, dan lain-lain), maka runtuhlah
pernyataan tersebut. Namun apabila suatu hipotesa dapat bertahan melawan
segala usaha penyangkalan, maka hipotesa tersebut semakin diperkokoh
(CORROBORATION).

IV. PENUTUP
Sebagai penutup, dengan memahami dan menghayati metodologi dan sembilan keajaiban
(magic) pembuatan proposal penelitian semoga kita memiliki tenaga ahli peneliti yang
genius, cerdas (a) dan (c) menghasilkan luaran penelitian yang berkualitas, serta (c).
dapat menyinari instansi terkait sebagai bahan masukan bagi pengembangan kebijakan
dan program yang operasional dimasa datang. Agar tujuan tersebut dapat diwujudkan,
berikut disampaikan dua puluh satu kiat untuk mencapai sukses dari Nugroho A Suryo
sebagai berikut:

1. Kenali diri sendiri dan lingkungan sekitar kitanya. Manfaatkan kekuatan yang
dimiliki, hilangkan kelemahan, gunakan peluang dan hindari ancaman yang ada.
2. Bekerjalah dengan keras dan cerdik. Gunakan kreativitas untuk mempperoleh
keunggulan bersaing.
3. Milikilah komitment yang kuat untuk menjadi pemenang dan jangan mudah putus
asa.
4. Bekerjalah dengan memperhatikan konsep bisnis, indera bisnis dan suara hati
nurani.
5. Buatlah perencanaan kerja tetapi jangan terlalu kaku dengan rencana tersebut.
6. Belajarlah dari pengalaman orang lain atau perusahaan lain, dan ikuti
perkembangan konsep bisnis.
7. Berani mengakui kesalahan dan tidak mengulangi kesalahan yang sama atau yang
sudah di ketahui.
8. Berani mengambil resiko tetapi berani pula mengelola resiko dengan baik.
9. Komunikasikan pendapat secara nasional dan jangan cari musuh.
10. Lakukan perbaikan secara terus menerus baik dari sendiri maupun proses kerja di
perusahaan.
11. Lihatlah perubahan sebagai teman bukan sebagai musuh.
12. Tanggap atas perubahan yang terjadi maupun yang akan terjadi.
13. Perbesar jaringan bisnis yang ada. Gunakan jaringan yang ada dan perbesar terus.
Jaringan ini bukan untuk membentuk kolusi atau nepotisme, tetapi memperbesar
peluang dengan cara sehat.
14. Jangan terlalu sering pindah kerja atau usaha. Tekunilah apa yang dikerjakan.
Dengan menekuni, maka seseorang akan mengenali, menikmati pekerjaannya
dengan baik dan menjadi ahli dibidangnya.
15. Tingkatkan kemampuan berbaha asing.
16. Tingkatkan kemampuan kepemim-pinan dan kemampuan impersonal.
17. Tingkatkan kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan imple-mentasi
perubahan yang besar.
18. Tingkatkan kemampuan mengatasi konflik dan jangan menjadi penyebab konflik.
19. Tingkatkan terus kemampuan, ketrampilan kecil seperti teknik penyusunan
laporan, pembuatan proposal yang baik, teknik presentasi dan teknik negosiasi.
20. Tingkatkan terus motivasi kerja dan tunjukkan kemampuan untuk berprestasi.
21. Tingkatkan terus motivasi kerja dan kemampuan bawahan atau kelompok kerja
anda.

Anda mungkin juga menyukai