Anda di halaman 1dari 33

BAHAN AJAR

MENYUSUN BAGIAN METODOLOGI


PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
KEGIATAN BELAJAR 7
MENYUSUN BAGIAN METODOLOGI PROPOSAL PTK

A. Pengantar
Apabila Anda mengikuti latihan yang disajikan setiap bab, Anda telah
memiliki sebagian besar proposal mulai dari masalah diteliti, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, jenis tindakan, kajian pustaka, kerangka
berpikir dan hipotesis tindakan. Komponen-komponen tersebut berfungsi
sebagai arah berfikir. Komponen-komponen tersebut belum cukup bagi
Anda untuk melaksanakan sebuah penelitian karena Anda memerlukan
arah berbuat. Oleh karena itu berikutnya, Anda harus memikirkan
bagaimana cara dan prosedur melakukan penelitian. Dalam dunia
penelitian, bagian ini disebut metodologi penelitian.
Dalam bab ini disajikan infomasi dan latihan menyusun komponen-
komponen metodologi penelitian. Setelah selesai membaca bab ini
diharapkan Anda memahami tujuan dan fungsi bagian metodologi
penelitian proposal penelitian serta menyusun komponen-komponennya
dengan indikator sebagai berikut.
1. Menjelaskan definisi metodologi penelitian.
2. Menjelaksan fungsi bagian metodologi penelitian proposal PTK.
3. Menyebutkan komponen-komponen dan sistematika bagian
metodolopgi penelitian proposal PTK.
4. Menyusun bagain seting penelitian.
5. Menyusun bagian rancangan tindakan.
6. Menyusun bagian metode pengumpulan dan analisis data.
7. Menyusun indikator keberhasilan.
8. Menyusun jadwal penelitian.
Seperti pada bab sebelumnya, untuk menguasai kompetensi tersebut
disarankan bagi Anda untuk tidak sekedar membaca informasi melainkan
harus disertai dengan latihan menyusun komponen demi komponen.

B. Definisi dan Fungsi


Menurut Scot dan Murrison (Scott & Morrison, 2006, p. 166)
“Methodology is the theory (or set of ideas about the relationship between
phenomena) of how researchers gain knowledge in research contexts, and
why”. (metodologi adalah teori, atau gagasan-gagasan yang
menghubungkan gejala dengan bagaimana memperoleh penjelasan
mengenai gejala-gajala yang dimaksud dalam konteks penelitian dan
mengapa gagasan-gagasan tersebut diterapkan). Sedangkan menurut Duri
(Durie, 2017) “Methodology is the study of how research is done, how we
find out about things, and how knowledge is gained. In other words,
methodology is about the principles that guide our research practices.
Methodology therefore explains why we’re using certain methods or tools in
our research (metodologi adalah kajian mengenai bagaimana penelitian
dilaksanakan, bagaimana kita mengetahui sesuatu, dan bagaimana
pengetahuan ditemukan. Dengan kata lain metodologi adalah seperangkat
prinsip yang membantu penelitian. Metodologi kemudian menjelaskan
alasan mengapa kita menggunakan perangkat tersebut).
Ada dua kata kunci yang harus dipahami dalam definisi terebut yaitu
“how/bagimana” dan “why/mengapa”. Dua kata klunci tersebut menjelaskan
bahwa bagian metodologi penelitian harus memuat prosedur/metode/teknik
mengunpulkan dan mengolah data dan alasan pemilihan
prosedur/metode/teknik tersebut. Kata kunci “how” mewakili
prosedur/metode/teknik pengumpulan dan pengolahan data, sedangkan
kata “why” mewakili alasan mengapa strategi, metode atau teknik tertentu
digunakan. Scott dan Morrison menegaskan bahwa argumentasi pemilihan
prosedur/metode/tekniki (“why”) diangap penting untuk dijelaskan untuk
menunjukkan bahwa penentuan prosedur/metode/teknik pengumpulan dan
pengolahan data memiliki alasan ilmiah.
Fungsi dari bagian metodologi adalah meyakinkan kepada pembaca
dan peneliti sendiri bahwa desain penelitian yang telah ditetapkan tepat
untuk memecahkan masalah, dan metode yang digunakan tepat dan efektif
untuk mengumpulkan dan mengolah data. Arikunto (Arikunto, 2007)
menegaskan bahwa bagian metodologi sangat penting karena keberhasilan
dan mutu hasil penelitian sangat ditentukan oleh teknik dan instrumen yang
digunakan.
Gall dan Borg menegaskan bahwa dalam proposal yang baik
metodologi penelitian dijelaskan secara detil agar mudah untuk
dilaksanakan (Meredith D. Gall, Joyce P.Gall, Walter R. Borg, 2003, p. 54).
Proposal yang rinci, sistematik dan rasional memiliki banyak kelebihan.
Pertama peneliti sudah menuangkan semua ide dan dapat dievaluasi dalam
perjalanan. Kedua proposal dapat dijadikan penduan handal dalam
melaksanakan penelitian. Ketiga proposal yang tersusun baik dan rinci
menjadi modal untuk menyusun laporan penelitian.

A. Komponen dan Sistematika


Komponen metodologi penelitian bisa beragam. Keragaman
komponen yang dibutuhkan ditentukan oleh jenis dan variasi penelitian.
Komponen metodologi dalam PTK pada umumnya terdiri dari seting
penelitian, desain penelitian, prosedur penelitian, rancangan tindakan,
teknik dan instrumen pengumpul, pengolahan pengeolahan data, indikator
keberhasilan dan jadwal penelitian. Apabila diperlukan dilengkapi dengan
anggaran biaya penelitian.
Komponen-komponen tersebut disusun dalam sistematika yang logis
dimulai dari informasi yang umum. Biasanya diawali dengan informasi
umum mengenai seting penelitian yang menjelaskan subjek, waktu dan
tempat penelitian. Menurut Arikunto (Arikunto, ibid) pada bagian awal
metodologi penelitian harus ditegaskan lagi variabel penelitian. Pada
bagian berikutnya dijelaskan desain atau prosedur penelitian yang akan
digunakan. Pada bagian ini dijelaskan model PTK yang digunakan, diikuti
dengan rancangan tindakan. Selanjutnya dijelaskan metode penelitian.
Dalam bagian ini dijelaskan teknik pengumpulan data, instrumen
pengumpul data dan teknik pengolahan data. Pada bagian ini perlu
dijelaskan identitas teknik dan instrumen yang akan digunakan serta
argumentasi logis-teoretis pemilihannya.
Dalam proposal PTK biasanya dicantumkan komponen “kriteria
keberhasilan”. Komponen ini berfungsi sebagai penanda (indikator) yang
menunjukkan keberhasilan tindakan. Apabila indikator telah tercapai maka
tindakan dapat dinyatakan berdampak terhadap perubahan yang
diinginkan.
Jadwal penelitian penting untuk dicantumkan pada metodologi.
Komponen ini akan menjadi pegangan waktu bagi peneliti dalam
melaksanakan. Komponen lain yang perlu dicantumkan apabila diperlukan
adalah anggaran biaya penelitian. Komponen ini diperlukan untuk
memperoleh dukungan biaya seperti block grant, (biaya hibah penelitian)
atau dukungan dari instansi lain. Tidak ada salahnya juga apabila diajukan
ke satuan pendidikan untuk memperoleh dukungan. Di bagian metodologi
dicantumkan rekap (resume) anggaran biaya. Rencana anggaran
lengkapdapat diletakkan dalam lampiran.
Berikutnya Mari kita lihat salah satu contoh sistematika bagian
metodologi penelitian berikut.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Seting Penelitian
1. Variabel penelitian
2. Subjek penelitian
3. Tempat penelitian
4. Waktu penelitian
B. Desain Penelitian
1. Model PTK yag diguakan
2. Jumlah siklus dan pertemuan
3. Materi pembelajaran
4. Rancangan tindakan siklus 1
C. Metode Penelitian
1. Metode pengumpulan data
2. Instrumen pengumpulan data
3. Teknik pengolahan data
D. Kriteria Keberhasilan
E. Jadwal Penelitian

B. Seting Penelitian
Dalam bagian seting penelitian Anda harus menjelaskan dengan jelas
subjek, tempat dan waktu penelitian. Mari kita diskusikan dan berlatih
merancang komponen-komponen tersebut.
1. Variabel Penelitian
Dalam bagian metodologi penelitian pencantuman variabel
penelitian tidak wajib karena sudah jelas di bab pendahuluan. Meskipun
begitu seperti dijelaskan oleh Arikunto, ada baiknya variabel penelitian
ditampilkan kembali agar penelitian tidak keliru menentukan metode,
dan agar pembaca tidak membuka kembali lembaran sebelumnya untuk
melihat relevansinya dengan metodologi yang digunakan. Jenis dan
jumlah variabel dapat dilihat dalam rumusan masalah. Mari kita lihat
contoh berikut.
Apabila rumusan masalahnya seperti di bawah ini:
1. Bagaimana cara menerapkan metode pertanyaan berpola 5W + 1H
untuk meningkatkan kemampuan menangkap informasi rinci dari
teks di Kelas IX MTs An-Nur Malangbong Garut?
2. Bagaimana perubahan aktifitas belajar siswa Kelas IX di MTs An-Nur
Malangbong Garut sebagai dampak penerapan metode pertanyaan
berpola 5W + 1H ?
3. Bagaimana dampak penerapan metode pertanyaan berpola 5W +
1H terhadap kemampuan menangkap informasi rinci dari teks di
Kelas IX di MTs An-Nur Malangbong Garut?
Untuk rumusan masalah di atas variebal penelitian dapat dituliskan
seperti contoh berikut.
Penelitian tindakan ini mengkaji proses dan dampak penerapan
metode pertanyaan berpola 5W+1H terhadap kemampuan membaca
siswa. Variabel yang diamati dan diukur dalam penelitian tindakan ini
terdiri jenis yaitu:
1. Proseduryang tepat dalam menenerapkan metode pertanyaan
berpola 5W + 1H.
2. Kemampuan menangkap informasi rinci dari teks.
3. Perubahan aktifitas belajar siswa.
Dengan menuliskan variabel-variabel tersebut di bagian awal
metodologi penelitian diharapkan menjadi landasan atau rambu-rambu
untuk menetapkan komponen lainnya, terutama di bagian rancangan
tindakan dan metode penelitian.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah peserta didik di kelas tempat penelitian
akan dilaksanakan. Dalam PTK biasanya seluruh anggota kelas menjadi
subjek penelitian. Pada kasus-kasus tertentu bisa saja hanya beberapa
anggota kelas saja yang dijadikan subjek. Misalnya dalam Penelitian
Tindakan Bimbingan dan Konseling. Pada PTK mata pelajaran juga bisa
terjadi apabila tindakan hanya difokuskan kepada sebagian anggota
kelas saja. Meskipun hanya beberapa peserta didik saja yang menjadi
fokus tindakan namun tidak dapat disebut sampel. Makanya dalam PTK
disebut subjek penelitian.
Dalam bagian ini, Anda menjelaskan karakter subjek. Apabila
subjeknya adalah seluruh anggota kelas maka dijelaskan jumlah, jenis
kelamin, perilaku belajar dan kondisi kelasnya. Apabila subjek adalah
peserta didik tertentu saja, maka dijelaskan jumlah dan karakter subjek
serta alasan penetapan subjek tersebut. Mari kita lihat contoh berikut.
Subjek penelitian adalah seluruh peserta didik kelas XI/A SMK
Karya Mandiri berjumlah 35 orang yang terdiri dari 21 orang laki-laki dan
14 orang perempuan. Dilihat dari prestasi dan karakter belajarnya
subjek dapat dikategorikan heterogen. Dilihat dari kecepatan belajarnya
pada kelompok subjek tersebut terdapat 5 pembelajar cepat dan 4
pembelajaran lambat. Sisanya pembelajar sedang.
3. Tempat Penelitian
PTK dilakukan untuk menyelesaikan masalah atau memperbaiki
mutu pembelajaran di kelas tertentu. Jumlah kelas yang menjadi lokus
penelitian sebenarnya boleh lebih dari 1. Laporan-laporan PTK yang
dilakukan di luar negeri menggambarkan bahwa penelitian dapat
dilakukan di beberapa kelas. Salah satu contoh PTK berjudul, The Effect
Of Conceptual Change and Literacy Strategies on Students In High
School Science Classes yang dilakukan oleh David Arias di California
State University dilakukan di 5 kelas. Namun di Indonesia kebanyakan
hanya dilakukan di satu kelas saja. Tentu saja tidak salah apabila Anda
ingin melakukan PTK di beberapa kelas. Mari kita lihat contoh berikut.
a. Penelitian akan dilaksanakan di kelas VI/A SDN 1 Kampung Baru
yang beralamat di Desa Kutanagara Kecamatan Kembang Mekar
Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat.
b. Penelitian akan dilaksankan di kelas VII/D MTsN Model
Pandeglang 1 yang berlamat di Jl. Serang Labuah KM 35 Desa
Kadu Lisung, Kecamatan Kaduhejo Kabupaten Pandeglang
Propinsi Banten.
c. Penelitian akan dilaksanakan di kelas XI/A SMK Karya Mandiri
yang beralamat di Jl. Letjen Suprapto Nomor 64 Kota Metro
Kabupaten Lampung Timur Propinsi Lampung.
4. Waktu Penelitian
Dalam proposal perlu dituliskan waktu pelaksanaan penelitian.
Rentang waktu yang dituliskan pada proposal sebaiknya dari mulai
persiapan sampai menyusun laporan. Karena PTK dilaksanakan pada
jadwal regular (tidak mengganggu jadwal pembelajaran) maka
penentuan waktu penelitian disesuaikan dengan program semester.
Mari kita lihat contoh berikut.
Penelitian akan dilaksanakan mulai Pebruari dengan minggu
ketiga bulan Agustus 2018 dengan rincian sebagai berikut.
a. Pra-PTk dilaksanakan Pebruari 2018.
b. Penyusunan proposal dilaksanakan Maret 2018.
c. Pelaskanaan tindakan, observasi dan refleksi dilaknsakan
April sampai pertengahan Juni 2018.
d. Penyusunan laporan mulai pertengahan Juni sampai Akhir
Agustus 2018.

C. Desain Penelitian
Bagian desain penelitian memuat informasi mengenai model PTK
yang digunakan dan prosedur yang akan dilakukan dalam melakukan
tindakan. Bagian ini harus dirancang dengan cermat agar menjadi pemandu
bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Setidaknya bagian ini memuat
komponen berikut: model PTK yang digunakan, jumlah siklus dan
pertemuan, materi pembelajaran, rancangan tindakan siklus 1. Berikut ini
penjelasan dan contoh penulisan tiap komponen.

1. Model PTK yang digunakan


Bab III buku ini memberikan informasi mengenai model-model
penelitian tindakan. Model-model tersebut dapat digunakan dalam
penelitian tindakan kelas. Model utama adalah model Kurt Lewin
sebagai penggagas pertama penelitian tindakan. Model ini juga
disajikan dalam beberapa variasi. Model lainnya yang sering digunakan
adalah Model Kemmis dan Taggart, Model Stringer, Model McKernan
dan Model Hopkin. Penjelasan rinci mengenai model-model PTK
tersebut dapat dibaca dalam buku-buku penelitian tindakan. Anda boleh
memilihnya untuk kepentingan penelitian tindakan yang akan dilakukan.
Tentu saja pemilihan model harus disesuaikan dengan karakter
masalah, subjek, dan latar belakang penelitian.
Dalam praktek penelitian tindakan kelas di Indonesia yang lebih
banyak digunakan adalah model Kemmis McTaggart. Model ini banyak
dipilih karena sederhana dan mudah dipahami. Langkah dan skema
Model Kemmis McTaggart sudah disajikan dalam bab 2. Anda boleh
melihatnya kembali.
Dalam penulisan proposal bagian ini Anda setidaknya
menyebutkan model apa yang digunakan, alasan menggunakan model,
menyajikan skema siklus pada model tersebut, dan menjelaskan
kagiatan pada setiap siklus. Mari kita lihat contoh penyajian bagian
tersebut.
Model penelitian tindakan yang akan digunakan dalam PTK ini
adalah model Kemmis McTaggart. Model tersebut dipilih karena
langkahnya sederhana dan tepat untuk penelitian tindakan kelas.
Pada model tersebut satu siklus terdiri dari 4 kegiatan yaitu
perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing)
dan refleksi (reflecting). Model tersebut dapat digambarkan dalam
skema dan penjelasan sebagai berikut.
Gambar 1 Model PTK Kemmis-McTaggart

Sumber: Dimodifikasi dari Universitu of Sebelas November


https://usnpendbing.wordpress. com/2015/03/24/the-conceptual-
framework-of-classroom-action-research/, diunduh 23 Desember
2017

a. Planning (Rencana).
Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru
sebelum melakukan sesuatu. Diharapkan rencana tersebut
berpandangan ke depan, serta fleksibel untuk menerima efek-efek
yang tak terduga dan dengan rencana tersebut secara dini kita dapat
mengatasi masalah. Dengan perencanaan yang baik seorang
praktisi akan lebih mudah untuk mengatasi kesulitas dan mendorong
para praktisi tersebut untuk bertindak dengan lebih efektif. Sebagai
bagian dari perencanaan, partisipan harus bekerja sama dalam
diskusi untuk membangun suatu kesamaan bahasa dalam
menganalisis dan memperbaiki pengertian maupun tindakan mereka
dalam situasi tertentu.
b. Action (Tindakan)
Tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan yang
telah dibuat yang dapat berupa suatu penerapan model
pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki atau
menyempurnakan model yang sedang dijalankan. Tindakan tersebut
dapat dilakukan oleh mereka yang terlibat langsung dalam
pelaksanaan suatu model pembelajaran yang hasilnya juga akan
dipergunakan untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas.
c. Observation (Pengamatan)
Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan
mendokumentasikan pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh
tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar
dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus
dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam
pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses
dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-
hambatan yang muncul.
d. Reflection (Refleksi)
Refleksi disini meliputi kegiatan: analisis, sintesis, penafsiran
(penginterpretasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari
refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah
dilaksanakan, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja
guru pada pertemuan selanjutnya. Dengan demikian, PTK tidak
dapat dilaksanakan dalam sekali pertemuan karena hasil refleksi
membutuhkan waktu untuk melakukannya sebagai planning untuk
siklus selanjutnya.

2. Jumlah siklus dan pertemuan


Penelitian tindakan dapat dilakukan dalam beberapa siklus.
Secara umum dalam penelitian tindakan tidak ditentukan jumlah siklus
yang harus dilakukan. Pada beberapa contoh penelitian tindakan ada
hanya hanya dilakukan satu siklus saja, dan pada contoh lainnya ada
yang lebih dari 3 siklus. Batasan jumlah siklus adalah keyakinan peneliti
bahwa tindakan yang dilakukannya telah berdampak terhadap
perubahan yang dinginkan.
Dalam tradisi pelaksanaan PTK di Indonesia jumlah siklus PTK
dilaksanakan minimal dua (2) siklus dan setiap siklus terdiri dari minimal
dua (2) pertemuan. Tentu saja lebih dari dua siklus akan lebih baik. Apa
lagi apabila variabel yang menjadi target peningkatan adalah
kompetensi afeksi seperti minat atau motivasi. Variabel tersebut sudah
pasti tidak dapat berubah secara signifikan dengan hanya empat
pertemuan. Oleh karena itu Anda harus memikirkan karakter variabel
yang mau ditingkatkan untuk menentukan jumlah siklus dan jumlah
pertemuan. Selain karakter variabel, yang harus dipertimbangan dalam
menentukan jumlah siklus dan jumlah pertemuan adalah karakter
keluasan materi yang akan dilibatkan. PTK harus dilakukan secara
alamiah mengikuti alur jadwal dan materi pembelajaran. Ketika Anda
melakukan PTK jangan sampai mengurangi materi hanya untuk
kebutuhan melaksanakan penelitian.
Meskipun begitu ada juga variabel yang tidak tergantung kepada
jenis dan jumlah materi pembelajaran. Misalnya variabel minat peserta
didik terhadap mata pelajaran atau motivasi belajar. Melakukan PTK
dengan variabel tersebut hampir dapat dilakukan dalam materi apa saja.
Istilah pertemuan dalam PTK tidak sama dengan istilah sehari-
hari. Dalam istilah sehari-hari pertemuan berarti tatap muka. Satu
pertemuan berarti satu kali tatap muka. Dalam PTK yang dimaksud
dengan pertemuan adalah satu paket pembelajaran dengan
menggunakan tindakan tertentu. Bisa jadi satu pertemuan dalam PTK
dilakukan dalam satu kali tatap muka. Misalnya ketika seorang guru
menerapkan tindakan berbentuk metode role play yang dapat
dituntaskan dalam 3 JP dan 3 JP tersebut dilakukan dalam satu kali
tatap muka maka satu kali tatap muka tersebut dapat dihitung satu
pertemuan dalam PTK.
Berbeda halnya ketika seorang guru mau menerapkan model
pembelajaran jigsaw sebagai tindakan. Model ini membutuhkan waktu
panjang untuk menuntaskan satu paket. Untuk menerapkan model
jigsaw dibutuhkan waktu sekitar 4 sampai 5 jam pelajaran. Contoh
dalam mata pelajaran IPA SMP/MTs, dalam Kurikulum 2013 mata
pelajaran IPA diselenggarakan sebanyak 5 jam pelajaran per minggu
dengan struktur pertemuan pertama 3 jam pelajaran dan pertemuan
kedua 2 jam pelajaran. Satu paket jigsaw baru bisa dituntaskan dalam 5
jam pelajaran dengan dua kali tatap muka. Dalam PTK satu paket
pembelajaran dengan 5 jam pelajaran baru dapat dihitung satu
pertemuan. Jadi yang dimaksud dengan jumlah pertemuan dalam PTK
bukan jumlah tatap muka melainkan jumlah paket pembelajaran.
Apabila Anda merencanakan PTK dengan menerapkan model jigsaw
sebanyak dua siklus yang terdiri dari masing-masing dua pertemuan
maka Anda harus melakukan 4 paket pembelajaran jigsaw. Apabila satu
paket jigsaw membutuhkan waktu 5 jam pelajaran (3 JP dan 2 JP per
minggu) maka dua siklus PTK tersebut membutuhkan waktu 4 minggu,
dengan 8 tatap muka sehingga seluruhnya menjadi 20 jam pelajaran.
Jumlah pertemuan dalam setiap siklus tidak harus sama. Hal itu
ditentukan oleh keluasan materi. Seperti dikemukakan di atas
pelaksanaan PTK harus mengikuti alur jadwal dan materi. Misalnya,
apabila materi yang harus dituntaskan secara utuh 3 pertemuan maka
sebaiknya dijadikan satu siklus agar menyatu.

3. Materi pembelajaran
Dalam proposal PTK peneliti harus sudah menetapkan materi
ajar yang akan dilibatkan dalam penelitian. Pada PTK tertentu materi
pembelajaran menjadi bagian yang menyatu dengan variabel karena
masalah yang diangkat dikhususkan untuk masalah yang berkaitan
langsung dengan materi pembelajaran. Contoh judul PTK yang
mencantumkan materi dalam judul misalnya: Penerapan media kartu
domino untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung penjumlahan
dan penguruangan di kelas II SD Sukamaju …. Dalam PTK tersebut
materi pembelajaran yang akan digunakan sudah pasti yaitu operasi
hitung penjumlahan dan pengurangan.
Ada PTK yang tidak secara khusus menyangkut materi tertentu
misalnya PTK dengan judul berikut: Penerapan Model Pembelajaran
Inquiri Untuk Meningkatkan Kemampuan Keterampilan Proses Sain
pada Mata Pelajaran IPA di Kelas VIII …. PTK tersebut dapat dilakukan
pada materi apa saja sehingga dalam judul tidak perlu mencantumkan
materi ajar. PTK yang dilakukan di negara lain bahkan jarang yang
mencantumkan materi pembelajaran dalam judul, karena temanya
banyak yang tidak lengsung menyangkut materi pembelajaran. Contoh
PTK dengan judul The Effect Of Conceptual Change and Literacy
Strategies on Students in High School Science Classes, tidak terkait
dengan materi ajar tertentu sehingga dalam judulnya tidak perlu
mencantukmkan materi ajar.
Untuk PTK yang berkaitan langsung dengan materi tertentu
maka materi pembelajaran yang harus dituliskan dalam proposal tidak
boleh materi pembelajaran lain. Yang perlu dituliskan adalah rincian
paket materi untuk setiap pertemuan. Agar lebih jelas sebaiknya
disajikan hasil pemetaan dalam bentuk matriks. Misalnya untuk PTK
dengan judul Penerapan media Kartu Domino untuk Meningkatkan
Kemampuan Operasi Hitung Penjumlahan dan Penguruangan di Kelas
II SD Sukamaju …. Apabila PTK tersebut akan dilakukan 2 siklus dan
setiap siklus 2 pertemuan maka dituliskan pemetaan materi
pembelajaran sebagai berikut.
Tabel 1 Pemetaan materi ajar untuk PTK terkait dengan materi tertentu

NO SIKLUS PERTEMUAN MATERI


1 Satu Pertama Penjumlahan satu angka
Kedua Pengurangan satu angka
2 Dua Pertama Penjumlahan dua angka
Kedua Pengurangan dua angka

Untuk PTK yang tidak terkait langsung dengan materi


pembelajaran maka harus ditetapkan materi pembelajaran yang akan
digunakan. Materi pembelajaran untuk PTK jenis ini lebih bebas, namun
harus dipertimbangkan kesesuaiannya dengan model yang akan
diterapkan. Misalnya pada PTK berjudul Penerapan Model
Pembelajaran Inquiri Untuk Meningkatkan Kemampuan Keterampilan
Proses Sain pada Mata Pelajaran IPA di Kelas VIII …., karena
pengembangan keterampilan proses sain membutuhkan waktu agak
lama maka PTK tersebut akan dilakukan dalam 3 siklus, dan setiap
siklusnya beragam tergantung kepada lingkup materi pembelajaran.
Tabel 2 Pemetaan materi yang tidak terkait dengan materi tertentu

NO SIKLUS PERTEMUAN MATERI


Pertama Gerak pada makhluk hidup
Satu
1 Kedua Sistem gerak pada manusia
Pertama gerak lurus
2 Dua Kedua Pengaruh gaya terhadap gerak
berdasarkan Hukum Newton
Pertama Keuntungan mekanik tuas
3 Kedua Keuntungan mekanik bidang
Tiga
miring
Ketiga Keuntungan mekanik katrol

Dalam matriks di atas satu siklus ada yang dua dan ada yang
tiga pertemuan. Perbedaan tersebut disebabkan oleh jumlah lingkup
materi. Kalaupun peneliti memutuskan akan dua materi saja maka tidak
menjadi masalah. Dengan pemetaan tersebut maka peneliti sudah
memastikan materi untuk setiap pertemuan dan setiap siklus sehingga
sudah dapat merancang rencana pembelajaran dengan pasti.

4. Rancangan tindakan
Bagian rancangan tindakan dalam proposal adalah penjelasan
mengenai langkah-langkah operasional yang akan dilakukan peneliti
ketika menyelenggarakan pembelajaran dalam PTK. Langkah-langkah
pembelajaran yang dirumuskan sesuai dengan tindakan yang telah
ditetapkan. Dalam proposal rancangan tindakan yang harus dituliskan
hanya untuk siklus pertama saja karena pada siklus kedua bisa jadi
rancangan tindakan akan direvisi sehingga tidak sama persis dengan
rancangan tindakan siklus pertama.
Peneliti tidak boleh mereka-reka rancangan tindakan yang akan
dilakukan melainkan harus didasarkan pada hasil kajian pustaka
mengenai variabel tindakan yang telah di paparkan di bab 2. Misalnya
ketika peneliti ingin melakukan PTK dengan tindakan berbentuk
penerapan model pembelajaran jigsaw, hasil kajian pustaka di bagian
variabel tindakan menetapkan bahwa sintaks model jigsaw yang akan
digunakan adalah sintaks dari Jonhson and Johnson; maka dalam
rancangan tindakan dijabarkan langkah-langkah pembelajaran sesuai
dengan sintaks tersebut dalam konteks materi yang dilibatkan. Mari kita
lihat contoh penyajian bagian rancangan tindakan berikut.
Dalam PTK ini tindakan yang akan diterapkan adalah model
pembelajaran jigsaw dengan sintaks dari Johnson and Johnson dengan
sintaks sebagai berikut.
a. Membentuk kelompok induk,
b. membentuk kelompok ahli (expert),
c. memberikan tugas kepada kelompok ahli,
d. membimbing investigasi pada kelompok ahli.
e. Setiap orang kembali ke kelompok induk untuk melaporkan
hasil investigasi di kelompok ahli,
f. melakukan quiz untuk mengukur hasil belajar.
Pada pertemuan pertama siklus 1 akan diselenggarakan
pembelajaran dengan materi penyakit menular yang disebabkan oleh
virus. Materi tersebut akan dibagi menjadi 6 sub materi yaitu influenza,
HIV, hepatitis, flu burung, demam berdarah dangue (DBD) dan MERS.
Melalui pembelajaran tersebut diharapkan para peserta didik dapat
merumuskan solusi untuk menghindari 6 penyakit yang disebabkan oleh
virus. Pertemuan tersebut akan berlangsung sebanyak 5 jam pelajaran.
Peserta didik sejumlah 37 akan dibagi menjadi 6 kelompok induk
secara heterogen dan diberi identitas kelompok induk 1 sampai 6. Setiap
anggota kelompok induk mendapat undian nama-nama penyakit sesuai
dengan sub materi. Selanjutnya akan dibentuk 6 kelompok ahli. Setiap
kelompok ahli akan diberi nama dengan nama penyakit pada sub materi.
Anggota kelompok induk yang mendapat undian sejenis akan bergabing
di kelompok ahli. Misalnya anggota kelompok induk 1 yang memperoleh
undian HIV akan bergabung dengan anggota kelompok induk lain yang
memperoleh undian yang sama dan membentuk kelompok ahli HIV.
Setiap kelompok ahli menunjuk seorang pimpinan dan sekretaris
kelompok.
Kepada setiap kelompok ahli diberi tugas untuk mencari informasi
dari berbagai sumber dan berdiskusi untuk menjawab pertanyaan
berikut.
1. Apa penyebab penyakit …?
2. Bagaimana cara penularan penyakit …?
3. Apa gejala yang dialami penderita penyakit …?
4. Berapa persen penderita penyakit … mengalami kematian?
5. Bagaimana cara pengobatan penyakit …?
6. Bagaimana cara menghindari agar tidak terjangkit penyakit …?
Setiap kelompok ahli akan mendapat kunjungan dari guru untuk
mendapat bimbingan dalam mencari informasi dan dikusi. Pimpinan
kelompok ahli harus mengarahkan agar setiap angota kelompok
berpartisifasi aktif dalam mencari informasi dan diskusi, serta membawa
hasil dikusi untuk dibawa ke kelompok induk.
Apabila diskusi kelompok ahli selesai maka setiap anggota
kelompok kembali ke kelompok induk untuk secara bergiliran
menyampaikan hasil diskusi dan membahasnya di kelompok ahli. Di
akhir pembelajaran akan disajikan kuiz untuk mengukur penguasaan
setiap individu dan kelompok dalam penguasaan materi pebelajaran.
Pada pertemuan kedua siklus 1 akan diselenggarakan
pembelajaran dengan materi … (dan seterusnya seperti pada
pertemuan pertama).
Rancangan tindakan tersebut akan menjadi landasan dalam
menyusun bagian inti kegiatan pembelajaran pada RPP setiap
pertemuan yang berikutnya

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


Bagian berikutnya yang harus dituliskan dalam metodologi
penelitian adalah bagian metode penelitian. Terdapat dua komponen yang
harus dituliskan dalam metode peneltian, yaitu metode pengumpulan data
dan metode pengolahan data. Metode pengumpulan data termasuk
didalamnya jenis data, smber data, teknik pengumpulan data, dan
instrumen pengumpul data. Bagian metode pengolahan data termasuk di
dalamnya teknik atau prosedur pengolahan data dan metode dalam
merumuskan simpulan.
Bagian metode penelitian sangat penting karena menentukan
validitas hasil penelitian. Mengutip pernyataan Padak, Slavin menegaskan
bahwa “Any information that can help you answer your question is data”
(Informasi yang dapat menolong Anda dalam menjawab pertanyaan
penelitian adalah data) (Slavin R. , 2010, p. 267). Simpulan penelitian
tergantung kepada validitas data, dan validitas data tergantung kepada
teknik dan instrumen pengumpulan data. Oleh karena itu data merupakan
komponen utama yang menentukan hasil penelitian. Lebih lanjut Slavin
menegaskan bahwa data yang baik adalah data yang terkait langsung
dengan pertanyaan penelitian. Apabila memungkinkan kumpulkan data dari
berbagai sumber menggunakan beragam instrumen, baik yang bersifat
kualitaitf maunpun kuantitatif. Tindakan tersebut dalam penelitian disebut
triangulasi.
Dalam penelitian tindakan dikenal istilah human instrumen. Artinya
bahwa peneliti dan kolaborator adalah instrumen penelitian. Makanya
dalam penelitian tindakan kelas data dikumpulkan oleh peneliti dan
kolaborator dengan cara mengamati, merekam, mengukur dan mencatat
apa yang terjadi sepanjang tindakan dilakukan. Kegiatan pengumpulan
data tersebut terkadang mengalir seperlunya. Misalnya ketika peneliti dan
observer melihat respon peserta didik yang berbeda terhadap sebuah
tindakan maka meskipun tidak direncanakan untuk mendalami peristiwa
tersebut melakukan wancara maka apablia diperlukan dapat sepontan
melakukan wawancara.
Seperti telah dikemukakan bahwa PTK menggunakan pendekatan
blended instrument yaitu gabungan teknik dan istrumen kualitatif dan
kuantitatif. Penggunaan jenis teknik dan isntrumen penelitian dalam PTK
dapat dapat beragam dan digunakan secara berkesinambungan antara
kualitatif dengan kuantitatif. Misalnya untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik dapat dilakukan dengan teknik tes menggunakan
soal. Apabila ditemukan kejanggalan, atau diperlukan informasi yang lebih
detil megenai hasil tes tersebut maka dapat dilanjutkan dengan wawancara
atau focus group discussion (FGD). Untuk mengenai teknik dan instrument
penelitian kualitatif dan kuantitatif mari kita lihat skema berikut.

Figure 1 Skema teknik dan instrumen penelitian kualitatif


.
Pada skema di atas disajikan pendekatan pengumpulan data
kualitatif setidaknya ada 3 jenis yaitu formal, semi formal dan formal. Pada
setiap pendekatan dapat dilakukan dengan beberapa teknik, dan setiap
teknik dapat digunakan beberapa instrument. Dalam skema tersebut
teridentifikasi 6 instrumen penelitian untuk mengumpulkan data kualitatif.

Figure 2 Skema tekni dan instrumen pengumpulan data kuantitatif


Dalam skema di atas teridentifikasi 2 pendekatan pengyumpulan
data yaitu pendekatan tes dan non tes. Pada setiap pendekatan dapat
dilakukan dengan beberapa teknik, dan pada setiap teknik dapat dilgunakan
beberapa instrument.
Dalam bagian teknik dan instrumen peneltiain proposal PTK harus
disebutkan jenis pendekatan, teknik dan instrument penelitian. Agar lebih
simple informasi tersebut dapat disajikan dalam bentuk tabel seperti cintih
berikut.
Tabel 3 Tabel identifikasi instrumen pengumpul data

TEKNIK INSTRUMEN
VARIABEL JENIS DATA PENGUMPULAN PENGUMPULAN
DATA DATA
Peningkatan Skor Tes Soal pilihan
kemampuan kemampuan ganda
menangkap menangkap
informasi rinci informasi rinci
dari teks dari teks
Penerapan Penjelasan Pengamatan Tabel , video
metode mengenai Wawancara rekorder,
pertanyaan 5W prosedur dan Survey pengamatan,
+ 1H penerapan Field note angket, catatan
metode dairy harian, jurnal
pertanyaan 5W
+ 1H yang baik

Dengan mencantumkan tabel identifikasi di atas penyusun proposal


sudah menetapak instrument yang akan digunakan. Informasi ini juga
menjadi cetak biru untuk menyusun instrument penelitian.

E. Teknik Pengolahan Data


Setelah mengumpulkan data, langkah berikutnya dalam penelitian
tindakan adalah mengkaji apa yang telah dipelajari dari tindakan dan
merumuskan simpulan untuk menjawab rumusan masalah. Dalam langkah
ini terdapat dua proses yaitu analisis data dan interpretasi data. Analisis
data adalah upaya untuk menelaah dan meresume data secara akurat dan
komprehensif, sedangkan interpretasi data adalah upaya untuk
memberikan makna terhadap data yang diperoleh. Hasil dari interpretasi
data adalah proposisi-proposisi (pernyataan-pernyataan argumentative dan
factual) yang akan digunakan untuk merumuskan simpulan.
Menurut Mills (2000: 97) berpendapat bahwa kemungkinan bagian
yang paling sulit dalam penelitian tindakan adalah memberi makna
terhadap bongkahan-bongkahan data yang telah dikumpulkan selama
penelitian. Pendapat Mills beralasan karena dalam penelitian tindakan data
penelitian cenderung lebih banyak dari penelitian lain karena dikumpulkan
tidak sekedar dari hasil penelitian melainkan dari sebelum, selama dan
sesudah penelitian. Guru peneliti mengkaji data-data hasil refleksi pra
penelitian (pra-PTK), kemudian mengkai data deskriptif dalam proses
melaksanakan tindakan, mengkaji data hasil pengukuran dampak dari
tindakan dan mengkaji hasil refleksi setelah tindakan. Apabila rangkaian
pengumpulan data teresebut dilakukan dalam 3 siklus maka akan terkumpul
3 kumpulan data yang harus diolah dan diinterpretasi. Mills menyebutnya
“mountain of data collected”.
Hal itu diungkapkan juga oleh Slavin. Menurut dia tantangan terbesar
dalam melakukan penelitian tindakan adalah dalam langkah pengumpulan
dana analisis data yang pelaksanaan berbarengan dengan pelaksanaan
tindakan (Slavin R. , 2010, p. 252). Di saat Anda menerapkan tindakan,
Anda juga harus secara intensif dan akurat mengumpulkan dan mengolah
data yang akan digunakan sebagai landasan untuk memperbaiki tindakan.
Penelitian tindakan menggunakan pendekatan campuran kualitatif-
kuantitatif. Oleh karena itu data yang dikumpulkan terdiri dari dua macam
yaitu deskriptif dan angka-angka. Dua jenis data tersebut dianalisis dengan
metode yang berbeda, namun akan disatukan melalui proses interpretasi
menjadi proposisi-proposisi yang akan digunakan dalam merumuskan
simpulan.
Secara umum pengolahan data terdiri dari 4 langkah utama yaitu
penyusunan data, klasifikasi data, analisis data, dan interpretasi data. Pada
langkah pertama data yang terkumpul disajikan berdasarkan kronologi
kejadian. Selanjutnya data diklasifikasikan berdasarkan tema atau kategori
kemudian disajikan secara sistematis dan logis. Pada PTK data
diklasifikasikan berdasarkan rumusan masalah. Pada langkah ketiga data
dianalisis menggunakan metode tertentu. Data kuantitatif dianalisis
menggunakan statistik, sedangkan data kualitatif dianalisis menggunakan
teknik hermeneutik, semiotik, naratif atau metaphor (Moleong, 2008, pp. 77-
79).
Untuk data kuantitatif dalam PTK biasanya digunakan teknik analisis
statistik deskriptif yang menjelaskan kecenderungan pusat seperti persen,
rerata, median, modus dan variabilitas seperti standar devisi. Meskipun
begitu tidak dilarang untuk menggunakan statistik inferensial seperti uji
pengaruh, perbandingan dan korelasi apabila dibutuhkan.
Langkah terakhir adalah interpretasi. Pada langkah ini data-data hasil
analisis ditafsirkan untuk memberikan makna sesuai dengan rumusan
masalah yang diinginkan. Hasil interpretasi merupakan premis-premis yang
dikelompokkan berdasarkan rumusan masalah. Selanjutnya premis-premis
tersebut akan digunakan sebagai landasan dalam merumuskan simpulan
penelitian.
Secara khusus analisis data kualitatif dalam PTK lebih mudah
menggunakan teknik analisis data metode perbandingan tetap. Menurut
Moleong (2008, pp. 288-289) teknik analisis ini terdiri dari 4 langkah yaitu
reduksi data, kategorisasi, sintesisasi, dan menyusun hipotesis kerja.
Sedangkan data kuantitatif dianalisis dengan langkah berikut: pengeditan,
pengkodean, pentabulasian dan analisis statistik.
Penulisan bagian teknik pengolahan data dalam proposal PTK
disajikan secara singkat dan sederhana. Pada bagian ini disebutkan teknik
pengolahan data untuk setiap variabel penelitian disertai argumentasinya.
Mari kita lihat contoh penulisan teknik pengolahan data untuk variabel pada
contoh sebelumnya.
Dalam penelitian tindakan ini akan dikumpulan data-data untuk 3
variabel berikut:
1. Prosedur penerapan metode pertanyaan berpola 5W + 1H.
2. Kemampuan menangkap informasi rinci dari teks.
3. Perubahan aktifitas belajar siswa.
Data variabel pertama dan ketiga adalah data kualitatif berupa hasil
pengamatan, hasil wawancara, jurnal, foto, video dan sejenisnya. Data
tersebut akan diolah menggunakan teknik pengolahan data kualitatif
perbandingnan tetap melalui prosedur seperti yang diungkapkan oleh
Moleong (Moleong, 2008: 288-289) berikut ini:
1. Reduksi data
2. Kategorisasi,
3. Sintesisasi,
4. Menyusun hipotesis kerja.
Pemilihan teknik perbandingan tetap dilakukan atas pertimbangan
bahwa data diperoleh melalui beberapa siklus dan untuk melihat perubahan
antar siklus akan dilihat dari hasil perbandingan data satu siklus dengan
siklus lainnya. Selain itu teknik ini dianggap sederhana dan mudah
dilakukan.
Data variabel kedua yaitu kemampuan menangkap informasi rinci dari
teks adalah skor hasil pengukuran menggunakan tes berbentuk angka
(kuantitatif). Data ini akan diolah menggunakan statistik deskriptif
kecenderungan memusat yaitu rerata, mean, median dan modus. Selain itu
akan dilihat pola variabilitasnya melalui standar deviasi. Data hasil olahan
setiap siklus akan dibandingkan dengan hasil olahan siklus lainnya dan
disajikan dalam bentuk grafik sehingga adapat melihat pola perubahannya.
Grafik yang dihasilkan akan diinterpretasi untuk memperoleh proposisi yang
akan dijadikan dasar dalam merumuskan simpulan.
F. Kriteria Keberhasilan
Banyak guru yang mengajukan pertanyaan berikut: Apa batasan yang
dapat memberikan keyakinan bahwa tindakan telah berdampak terhadap
perubahan? Untuk meyakinkan bahwa perlakuan yang digunakan memiliki
dampak terhadap perubahan variabel lainnya maka harus ditentukan
standar atau patokan yang jelas yang disebut “Kriteria Keberhasilan” atau
“Indikator Keberhasilan”.
Secara pasti tidak ada pembatasan mutlak untuk menentukan
keberhasilan sebuah PTK. Penentuan kriteria tersebut diserahkan kepada
peneliti dengan cara mempertimbangkan potensi yang dimiliki baik oleh
peserta didik, guru dan sarana pendukung. Pada posisi tertentu peneliti
dapat menetapkan indikator atau kriteria yang tinggi untuk menyatakan
keberhasilan PTK, pada posisi lainnya yang kurang memungkinkan, peneliti
boleh menetapkan kriteria yang sedang-sedang saja. Misalnya, apabila
sarana, kemampuan dan potensi peserta didik memungkinkan maka dalam
PTK dapat memasang kriteria yang tinggi.
Mari kita lihat contoh sederhana penentuan keberhasilan dalam PTK
untuk variabel pada contoh sebelumnya.
PTK ini dianggap tuntas apabila sudah mencapai kriteria berikut.
1. Tersusunnya prosedur dan teknik penerapan metode pertanyaan
5W + 1H yang konsisten.
2. Peningkatan kemampuan menangkap informasi rinci dari teks
dari biasanya hanya 65% jumlah siswa mencapai KKM menjadi
75%.
3. Peningkatan aktifitas siswa dari sebelumnya hanya 50% siswa
yang aktif belajar menjadi 75% siswa aktif belajar.

Rumusan kriteria keberhasilan harus disesuaikan dengan variabel


hasil yang termuat dalam dirumuskan masalah. Apabila terdapat dua
rumusan masalah maka harus dirumuskan 2 kriteria keberhasilan dan
seterusnya.

G. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian menjadi bagian penting dalam proposal penelitian
karena akan dijadikan panduan waktu dalam melaksanakan setiap tahap
kegiatan. Pada jadwal penelitian harus terpetakan seluruh kegiatan
penelitian terhadap waktu secara akurat. Dengan jadwal tersebut guru
peneliti sudah dapat membayangkan waktu untuk setiap kegiatan dari awal
sampai akhir.
Beberapa penelitian tidak terlalu terikat dengan waktu karena dapat
dilakukan kapan saja sedangkan PTK, karena terkait dengan materi ajar
tertentu. Oleh karena itu jadwal PTK harus disesuaikan dengan kalender
akademik dan program semester. Selain itu, karena salah satu syarat
melaksanakan PTK adalah tidak mengganggu jadwal pelajaran maka
jadwal PTK juga harus disesuaikan jadwal pelajaran.
Dalam jadwal PTK sebaiknya dicantumkan seluruh kegiatan mulai dari
perencanaan sampai penyusunan laporan. Kegiatan utama yang harus
tercantum dalam jadwal adalah perencanaan, kegiatan pembelajaran
setiap pertemuan pada setiap siklus dan refleksi. Mari kita lihat contoh
jadwal penelitian berikut ini.
Penelitian akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran
2017-2018 dengan jadwal sebagai berikut.

Tabel 4 Contoh jadwal penelitian

NO KEGIATAN WAKTU
1 Perencanaan 1 Juni – 31 Juli 217
2 Pertemuan pertama siklus pertama 12 Agustus 2017
3 Pertemuan kedua siklus pertama 19 Agustus 2017
4 Refleksi siklus pertama 21 Agustus 2017
5 Perencanaan siklus 2 22-26 Agustus 2017
6 Pertemuan pertama siklus kedua 29 Agustus 2017
7 Pertemuan kedua siklus kedua 5 September 2017
8 Pertemua ketiga siklus kedua 12 September 2017
9 Refleksi siklus kedua 13 September 2017
10 Penyusunan laporan PTK 14 September s/d 30
November 2017
11 Seminar Makalah Laporan PTK 20 Desember 2014

Dalam peraturan mengenai angka kredit unsur publikasi ilmiah


laporan penelitian hanya boleh diajukan 1 buah dalam satu semester. Oleh
karena itu pada contoh jadwal di atas PTK direncanakan di awal semester
dan berakhir pada penyusunan laporan di akhir semester. Apabila bagian
tindakan akan dilakukan di awal semester maka sebaiknya perencanaan
diletakkan di akhir semester sebelumnya. Misalnya apabila tindakan akan
dilakssnakan bulan Juli maka perencanaan harus dimulai bulan Mei.
Berdasarkan pengalaman para guru menyelenggarakan PTK, banyak
PTK yang kurang baik akibat perencanaan kurang matang. Oleh karena itu
sebaiknya waktu yang disediakan untuk perencanaan minimal 1 bulan.
Bahkan karena harus didahului dengan pra-PTK maka rentang waktu
perencanaan bisa lebih dari 1 bulan. Sama halnya dengan penyusunan
laporan PTK. Berdasarkan pengalaman, waktu yang dibutuhkan bisa lebih
dari 2 bulan. Setelah laporan selesai disusun sebaiknya langsung
diseminarkan. Kegitan seminar boleh juga dicanangkan di semester
berikutnya.

H. Anggaran Penelitian
Karena PTK dilakukan dalam pembelajaran secara alamiah maka
sebenarnya tidak ada anggaran khusus yang diperlukan. Oleh karena itu
apabila hanya untuk kebutuhan pribadi maka tidak harus disusun anggaran
penelitian. Namun demikian untuk kepentingan usulan memperoleh
bantuan maka rencana anggaran menjadi keharusan. Misalnya apabila
guru ingin memperoleh dana hibah penelitian, dana dari sponsor, atau
dukungan biaya dari satuan pendidikan.
Beberapa komponen penting yang harus dicantumkan diantaranya
sebagai berikut:
1. Alat tulis/cetak: kertas, tinta, buku catatan.
2. Penggandaan bahan: lembar kegiatan siswa, handout, instrumen
penelitian dan sejenisnya.
3. Konsumsi: kegiatan pembelajaran, refleksi dan seminar.
4. Penyusunan laporan: Penjilidan dan penggandaan makalah untuk
seminar.
5. Transport dan honor pembahas dalam seminar.
6. Sertifikat seminar.
7. Honor panitia seminar.
Rencana anggaran harus disusun secara rinci dan logis. Biasanya disajikan
dalam bentuk tabel. Mari kita lihat contoh rencana anggara berikut.

Tabel 5 Contoh rencana anggaran penelitian

NO RINCIAN KEBUTUHAN JUMLAH HARGA JUMLAH


SATUAN SATUAN BIAYA (RP)
(RP)
1 Buku jurnal penelitian 1 pcs 50.000 50.000
2 Tinta printer hitam 2 pcs 150.000 300.000
3 Penggandaan handout/LK 5 50.000 250.000
untuk 30 siswa pertemuan
4 Konsumsi untuk kegiatan 28 paket 30000 8.400.000
pertemuan kelas dan
refleksi peneliti dan 4 orang
kolaborator
5 Penjilidan dan 40 paket 10.000 400.000
penggandaan makalah
untuk seminar
6 Konsumsi 40 orang 40 paket 30.000 1.200.000
peserta, pembahas dan
panitia seminar laporan
hasil penelitian
7 Pencetakan sertifikat 40 lembar 5000 200.000
peserta seminar
8 Transport dan honor 1 orang 1.000.000 1.000000
pembahas seminar
9 Honor panitia seminar 5 orang 300.000 1.500.000
Jumlah 13.300.000

Penyusunan anggaran biaya sangat sangat relatif tergantung kepada


kondisi dan kebutuhan. Seperti yang terlihat pada tabel di atas biaya
pelaksanaan PTK sebenarnya tidak banyak. Sebagian besar biaya dalam
tabel di atas untuk kebutuhan seminar hasil PTK. Sebenarnya seminar
boleh dihadiri oleh 15 orang sehingga biaya dapat dirampingkan. Selain itu
dalam seminar tidak harus mengundang pembahas, cukup dengan
pembahasan dari peserta saja.

I. Penutup
Bagian pendahuluan dan kajian pustaka proposal PTK adalah
panduan berpikir, sedangkan metodologi merupakan panduan bertindak
dalam melaksanakan penelitian. Dalam bagian metodologi dijelaskan teknik
dan prosedur penelitian. Melalui rumusan-rumusan yang tersaji dalam
bagian ini peneliti harus dapat melaksnakan secara sistematis, logis, akurat
efisien, dan efektif.
Bagian metodologi penelitian memuat infomasi mengenai subjek,
waktu, tempat, prosedur dan teknik yang akan digunakan dalam melakukan
penelitian. Komponen-komponen yang dipilih harus konsisten dengan
variabel yang tertulis dalam rumusan masalah dan relevan dengan premis-
premis yang dihasilkan dari kajian pustaka. Konsistensi dan relevansi
tersebut merupakan syarat untuk membangun validitas penelitian.
Bagian metedologi penelitian harus dirumuskan secara cermat dan
jelas. Selain memiliki alasan teoretis dan logis teknik-tenik dan prosedur
yang dipilih harus memiliki alasan praktis. Artinya teknik-tenik dan prosedur
yang dipilih harus berdasarkan kepada teori mengenai penelitian dan
peneliti memiliki lasan yang rasional dalam memilihnya. Selain itu teknik-
tenik dan prosedur harus disesuaikan dengan kondisi ril di lapangan. Akan
percuma sebuah teknik atau prosedur dipilih namun sulit untuk diterapkan.
Melalui sajian metodologi penelitian yang rinci dan jelas peneliti akan
memperoleh kepercayaan diri dan motivasi untuk melakukan penelitian
dengan baik dan benar. Oleh karena itu peneliti harus menyusunnya secara
hati-hati dan sungguh sunguh.

Anda mungkin juga menyukai