Anda di halaman 1dari 9

EVALUASI KURIKULUM

Selasa, 22 Februari 2011


Contoh Anotasi: Evaluasi kurikulum model Stake's

1. Woods. J. (1988). Curriculum Evaluation Models : Practical Applications For Teachers.


Australia: Australian Journal of Teacher Education Vol.13.

Artikel ini menjelaskan bahwa kekuatan model Countenance Stake adalah cara dan tindakan
yang dilakukan dalam mengevaluasi sangat pasti, serta antara standart dan judgment dapat
diamati secara bersamaan. Model Countenance Stake dikatakan bahwa titik awalnya dalam
menentukan “intens” yang dijelaskan dalam Antecedents, Transactions, dan Outcomes. Dimana,
Antecendent terkait dengan kondisi sebelum dimulainya kurikulum yang termasuk latarbelakang
siswa dan guru. Transaksi merupakan prosedur dan peristiwa yang diharapkan akan terjadi
didalam kelas. Sedangkan Outcome merupakan prestasi siswa. Dalam melakukan evaluasi model
Countenance Stake sebelum melakukan pengumpulan data, maka para evaluator harus bertemu
terlebih dahulu untuk membuat kerangka acuan yang berhubungan dengan Antecedents,
Transactions, dan Outcomes. Hal tersebut dilakukan tidak hanya untuk memperjelas tujuan
evaluasi tetapi juga untuk melihat apakah model Countenance Stake konsisten terhadap
transactions yang dimaksud dengan antecendent dan outcome. Dengan cara yang sama, standar
yang akan digunakan untuk melihat kesesuaian kurikulum juga didiskusikan dan pengumpulan
data dilakukan dengan cara observasi, kuesioner, maupun tes psikomotorik.

2. David & Rennie. (1993). Implementing Technology in the School Curriculum: A Case Study
Involving Six Secondary Schools. Australia: Journal of Technology Education, Vol. 5, No. 1.

Artikel ini merupakan penelitian dari kedua penulis yang melakukan evaluasi dengan
menggunakan model Countenance Stake terhadap enam sekolah yang telah diberikan dana oleh
pemerintah dalam mengembangkan teknologi pendidikan yang dinyatakan sebagai sekolah
teknologi pada tahun 1988 dan 1989. Model Countenance Stake yang dilakukan bertujuan untuk
menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan program sekolah berdasarkan kesesuaian tujuan
dari program dan pengamatan terhadap implementasi di sekolah. Efektivitas proses pelaksanaan
evaluasi dalam segi: kurikulum yang dimaksud dalam silabus dan metode mengajar; kurikulum
yang diterapkan oleh masing-masing sekolah; ketercapaian kurikulum. Penekanan model
Countenance Stake merupakan deskripsi dari program masing-masing sekolah dalam konteks
Antecedent, Transaction, dan bukan pada hasil siswa.

3. Kadarko, W. (2002). Relevansi Kompetensi Berbahasa Inggris Dengan Kompetensi Yang


Dibutuhkan Dunia Kerja: Sebuah Penelitian Sosial Terhadap Kelompok Lulusan Smu Produk
Kurikulum 1994 Di Denpasar – Bali. Bali: Jurnal Pendidikan Vol:3, No:1.

Artikel ini merupakan penelitian dari penulis yang melakukan evaluasi dengan menggunakan
model Countenance Stake dengan tujuan evaluasi untuk melihat relevansi antara kurikulum
dengan materi pengajaran yang dibutuhkan siswa sehingga siswa mampu menguasai
keterampilan bahasa yaitu membaca, mendengar, berbicara, dan menulis dalam bahasa Inggris
khususnya dalam kaitannya dengan misi kepariwisataan masyarakat Bali. Oleh karena itu, model
Countenance Stake digunakan untuk menngidentifikasi tingkat relevansi. Dalam penelitian ini
focus yang digunakan dengan model Countenance Stake hanya Transaction dan Outcomenya
saja, sedangkan Antecedentnya tidak dievaluasi. Jadi yang mau dievaluasi adalah kesesuaian
proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa antara kurikulum SMA 1994 dengan misi
kepariwisataan propinsi Bali. Dari hasil evaluasi menyatakan bahwa kurikulum di Bali tidak
disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan masyarkat, padahal seharusnya kurikulum di
kembangkan berdasarkan kebutuhan masyarakat dari daerah tersebut.

4. Delfy, R dan Wahyuni, K. (2007). Kinerja Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran Di Kelas.
Jurnal Pendidikan, Volume 8, Nomor 2, September 2007, 110-116.

Artikel ini merupakan penelitian dari penulis yang melakukan evaluasi terhadap kemampuan
guru dalam mengajar yaitu yaitu (1) pengembangan strategi pembelajaran, (2) pengembangan
alat dan bahan ajar serta memanfaatkan media dan sumber belajar, (3) pengembangan alat
evaluasi hasil belajar, (4) penyusunan rencana pembelajaran, (5) penciptaan proses belajar yang
optimal, (6) peragaan kerja pembelajaran, (7) penilaian proses dan hasil pembelajaran, (8)
pengajaran secara profesional, dan (9) penguasaan bidang studi yang diajarkan. Metodologi
evaluasi yang dilakukan adalah dengan menggunakan model Countenance Stake yaitu model
evaluasi yang berorientasi pada sebuah kegiatan daripada tujuan. Jadi, informasi tentang kegiatan
progam (pembelajaran), karakteristik, dan hasil pelaksanaan program yang akan digunakan
sebagai bahan membuat penilaian (Judgement) yang selanjutnya merupakan bahan acuan bagi
pembuat keputusan melakukan modifikasi atau perbaikan sebuah program. Berdasarkan hasil
evaluasi dari Sembilan hal yang dievaluasi hanya ada empat saja kemampuan guru yang
didemonstrasikan dengan baik yaitu pengembangan alat evaluasi belajar, penyusunan RPP,
penciptaan proses belajar yang optimal, serta penilaian proses dan hasil pembelajaran.

5. Muliati. (2007). Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda: Suatu Penelitian Evaluatif
Berdasarkan Stake’s Countenance Model Mengenai Program Pendidikan Sistem Ganda Pada
Sebuah SMK Di Sulawesi Selatan. Jakarta: UNJ (Doktor).

Artikel ini merupakan penelitian dari penulis yang melakukan evaluasi yang yang mencakup
persoalan esensial yang berhubungan langsung dengan penyelenggaraan Program Sistem Ganda
(PSG) pada SMK. Metodologi yang dilakukan dengan menggunakan model Countenance
Stake’s. Model Countenance Stake’s mengidentifikasi 3 (tiga) tahap dari evaluasi program
pendidikan dan factor yang mempengaruhinya yaitu antecedents, transactions, dan outcomes.
Tahapan Antecedents merupakan tahap sebelum program diimplementasikan yaitu kondisi atau
kejadian yang ada sebelum implementasi program dan pengaruhnya terhadap program. Tahapan
Transactions merupakan tahap pelaksanaan program yaitu kondisi yang terjadi selama program
dan melihat apakah program yang dilaksanakan sesuai dengan rencana program. Tahapan
Outcome merupakan akibat implementasi pada akhir program yaitu kesesuaian hasil program
yang dilaksanakan dengan yang diharapkan. Setiap tahapan tersebut dibagi menjadi dua bagian
yaitu descriptons (deskripsi) dan Judgement (penilaian). Jadi, dengan menggunakan model
Countenance Stake’s tergambarlah pelaksanaan program PSG secara mendalam dan detail.
6. Hasan, S.H. (2008). Evaluasi Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya. 265 Halaman.

Secara garis besar buku ini mengkaji tentang evaluasi kurikulum. Menurut penulis evaluasi
kurikulum merupakan suatu aktifitas ilmiah yang memiliki keterkaitan erat dengan proses
pengembangan kurikulum. Jadi, evaluasi kurikulum tanpa kurikulum tidak punya arti dan
sebaliknya kurikulum tanpa evaluasi tidak akan berhasil dengan maksimal. Buku ini terdiri daari
9 Bab, yang dimulai dengan delineasi bidang evaluasi kurikulum; defenisi, tujuan dan fungsi
evaluasi kurikulum; landasan evaluasi kurikulum; kriteria evaluasi kurikulum; ruang lingkup
evaluasi kurikulum; jenis evaluasi kurikulum; prosedur evaluasi kurikulum; model-model
evaluasi kurikulum dan terakhir standar dalam pelaksanaan evaluasi kurikulum. Pada Bab 8
membahas tentang model-model evaluasi kurikulum dan salah satu model yang dibahasa adalah
model Countenance Stake’s. model ini merupakan model yang pertama kali dikembangkan oleh
Stake yang disesuaikan dengan judul artikel yang ditulis yaitu “Countenance”. Stake
mengemukakan bahwa keseluruhan kegiatan evaluasi harus dilakukan dan cara yang diinginkan
bagaimana evaluasi tersebut dilakukan. Model Countenance Stake’s terdiri dari dua matriks yaitu
matriks deskripsi dan matriks pertimbangan. Setiap matriks terdiri atas dua kategori dan tiga
bagian. Matriks deskripsi terdiri atas kategori rencana (intens) dan observasi. Matriks
pertimbangan terdiri atas kategori standard an pertimbangan. Pada setiap kategori terdapat tiga
focus penting yaitu Antecedents (keadaan sebelum), Transaksi (proses), dan Hasil (kemampuan
yang diperoleh peserta didik).

7. Mohiuddin, S. (2008). An Evaluation Study of Early Childhood Education (ECE). Pakistan:


Hamdard University. (Thesis).

Artikel ini merupakan penelitian dari penulis yang bertujuan untuk mengevaluasi pendidikan
usia dini lembaga pendidikan di Pakistan baik yang didesa maupun yang dikota dengan
mengadaptasi model Countenance Stake untuk mendokumentasi dan melaporkan temuan dalam
bentuk kualitatif. Evaluasi tersebut dilakukan dalam tiga tahapan yaitu Antecedents,
Transactions, dan Outcomes. Pada tahapan Antecedent; Intendednya adalah tujuan pendidikan
anak usia dini dan observasinya adalah bagaimana maksud dan harapan yang diterjemahkan
kedalam silabus, program dan bahan ajar pendidikan anak usia dini. Tahapan Transactions;
Intendednya adalah proses belajar mengajar yang dianggap efektif dalam pendidikan anak usia
dini dan Observasinya adalah jenis kurikulum, isi, pengajaran dan implikasi metode
pembelajaran pada pendidika anak usia dini. Tahapan Outcomes; Intendednya adalah hasil yang
diharapkan dari kurikulum dan Observasinya adalah hasil yang dilakukan yang benar-benar
berhasil.

8. Anas, A. (2009). Pelaksanaan Praktek Kerja Industri Siswa SMK Program Keahlian Teknik
Bangunan Di Kota Makasar. Makassar: Journal Cakrawala Pendidikan, Juni 2009, Th. XXVIII,
No. 2.

Artikel ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap salah satu program
pendidikan SMK yang menyiapkan peserta didik menjadi tenaga kerja professional. Jadi, tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kesiapan sekolah menengah kejuruan dari segi siswa,
sekolah dan industry tempat siswa melakukan praktek, mendeskripsikan pelaksanaan praktek
kerja industry dan menggambarkan hasil pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan model evaluasi Countenance Stake’s yang menekankan pada pengukuran
pelaksanaan program dengan criteria yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan
rentang kategori untuk mengukurnya. Kriteria dalam setiap tahapan antaralain adalah Tahapan
Antecedent yaitu kesiapan dalam melakukan prakerin dari segi siswa, sekolah, dan industry.
Tahapan Transactions yaitu aktivitas selama melakukan prakerin dari segi siswa, guru, dan
instruktur. Tahapan Outcomes yaitu hasil dari setiap program studi keahlian teknik terkait
dengan kelulusan siswa.

9. Nursa’ban, M. (2010). Evaluasi Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran Geografi SMA Di


Kabupaten Bantul. Yogyakarta: Jurnal Cakrawala Pendidikan.

Artikel ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh penulis yang mengevaluasi penerapan
kebijakan kurikulum tahun 2006 dan proses penilaian sesuai Permendiknas Nomor 20 Tahun
2007. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan model Countenance Stake’s untuk
membandingkan antara proses penilaian yang berlangsung dalam pembelajaran di lapangan
dengan proses penilaian seharusnya sebagai criteria untuk menentukan keberhasilan sesuai
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007. Standar evaluasi yang dilakukan
berdasarkan distribusi frakuensi yang telah dikategorikan. Sedangkan kriterianya dalam setiap
tahapan adalah tahap Masukan (anttecedents) yaitu pemahaman konsep pelaksanaan penilaian
oleh guru yang sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007
berdasarkan angket. Tahap Proses (transactions) yaitu pelaksanaan penilaian pembelajaran yang
dilakukan oleh guru berdasarkan observasi langsung dalam proses pembelajaran mengenai
teknik, instrumen, mekanisme, dan proses penilaian oleh pendidik. Tahap Hasil
(outcomes/output) yaitu hasil penilaian program pembelajaran berdasarkan angket dan obervasi.

10. Stake, R.E. (1967). The Countenance Of Educational Evaluation. (On-line).


http://www.ed.uiuc.edu/circe/Publications/Countenance.pdf. (17 Desember 2010).

Artikel ini merupakan awal dari tulisan Stake dalam mengembangkan salah satu model evaluasi
yang dikenal sebagai model Countenance Stake. Menurut Stake Evaluasi pendidikan ada yang
bersifat informal dan formal. Evaluasi informal diakui dengan ketergantungan pada pengamatan
kasual, tujuan implisit, norma intuitif dan judgement subyektif. Evaluasi formal diakui
berhubungan dengan daftar, terstruktur teman sebaya, perbandingan dikendalikan, dan pengujian
standar siswa. Oleh karena itu, dalam model Countenance Stake bukan hanya menjelaskan
tentang apa yang harus diukur dan bagaimana cara mengukurnya. Jadi, model Countenance
Stake lebih bersifat dinamis dan berorientasi pada kompleksitas pendidikan, salah satunya
memberikan perhatian terhadap tujuan yang beragam dan penilaian dari praktisi.

11. Stake, R. (1990). This Week Citation Classic. (On-line).


http://www.garfield.library.upenn.edu/classics1990/A1990CP63700001.pdf. (17 Desember
2010).

Artikel ini menjelaskan bagaimana Stake mengembangkan model Countenance Stake. Stake
mengatakan bahwa evaluasi yang dilakukan oleh para ahli seperti Bloom bertujuan untuk
menguji siswa, Jim Popham bertujuan untuk mengevaluasi perilaku, Don Campbell berorientasi
pada eksperiment, Lee Cronbach bertujuan untuk membangun instruksional, Stufflebeam
bertujuan untuk adminstrasi dan pengambilan keputusan, Michael Scriven bertujuan untuk
layanan konsumen. Dari semua model evaluasi yang dilakukan para ahli tersebut, dinyatakan
bahwa tidak didapatkan secara keseluruhan pesan yang tersirat dalam evaluasi. Padahal yang
terpenting dalam melakukan evaluasi menurutu Stake adalah adanya variable deskriptif yaitu
banyaknya option yang ada, ketergantungan desain yang membutuhkan yang berubah dengan
seiring waktu yang berlalu dan waktu yang terlalu mudah dibentuk oleh keingintahuan dan bakat
evaluator. Oleh karena itu Stake menuliskan “Countenance” sebagai diskusi akhir dari
Champaign-Urbana yang menjadikan salah satu model dalam melakukan evaluasi program.

12. Howard, E. (2008). Participant-Oriented Approach: Stake’s Countenance. (on-line).


http://www.fivehokies.com/Evaluation/Evaluation%20Approaches/Participant
%20Oriented/Stakes%20Countenance%20Brief%20(Emily%20Howard).pdf. (17 Desember
2010).

Artikel ini mengkaji tentang desain dan evaluasi kebijakan dari model Countenance Stake’s yang
menyatakan bahwa oritentasi model ini adalah tujuan dan pendekatan dalam program
pendidikan. Karakteristik pendekatan nilai model Countenance Stake’s adalah penalaran
induktif, keragaman data, apakah tidak mengikuti rencana standar, multiple record lebih dari
sekedar realita sederhana. Kosakata yang terdapat dalam model Countenance Stake’s adalah
Antecedents yaitu sebuah kondisi yang ada sebelum instruksi yang mungkin berhubungan
dengan hasil (input, sumber, dll), contohnya: latar belakang guru; Transaction yaitu pertemuan
dinamis yang merupakan proses instruksi (kegiatan, proses, dll), contohnya: interaksi guru dan
siswa; dan Outcomes yaitu efek dari pengalaman pembelajaran (pengamatan dan hasil tenaga
kerja), contohnya performance guru. Ada kelebihan dan kelemahan menggunakan model
Countenance Stake’s antara lain adalah:
Kelebihannya yaitu dalam penilaiannya melihat kebutuhan program yang dilayani oleh
evaluator, upaya untuk mendeskripsikan kompleksitas program sebagai realita yang mungkin
terjadi, dan memiliki potensi besar untuk memperoleh wawaasan baru dan teori-teori tentang
lapangan dan program yang akan di evaluasi. Sedangkan kelemahannya yaitu pendekatan yang
dilakukan terlalu subjektif, terjadinya kemungkinan dalam meminimalkan pentingnya instrument
pengumpulan data dan evaluasi kuantitatif, kemungkinan biaya yang terlalu besar dan padat
karya.

13. Deepwell. F. (2002). Towards Capturing Complexity: An Interactive Framework For


Institutional Evaluation. (On-line). http://www.ifets.info/journals/5_3/deepwell.html. (18
Desember 2010).

Artikel ini merupakan penelitian dari penulis yang melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
lingkungan belajar virtual (VLE) mengenai pembelajaran berbasis on-line. Dalam pelaksanaan
evaluasinya ada tiga hal yang berbeda yaitu evaluasi yang digunakan untuk memantau
perkembangan teknologi lebih lanjut dan untuk pengembangan pendidikan, menginformasikan
pengambilan keputusan sekitar kebijakan dan praktek dalam hubungannya dengan pengajaran
dan pembelajaran juga teknologi, memberikan kontribusi dalam membangun teknologi dalam
proses belajar mengajar. Evaluasi yang dilakukan menggunakan model Countenance Stake,
karena dalam model ini dikatakan bahwa matriks yang disarankan untuk data deskriptif dan
judgement mampu mendukung program studi yang berkembang setiap saat. Jadi dengan
menggunakan model Countenance Stake dapat menangkap kompleksitas suatu inovasi
pendidikan atau perubahan dengan membandingkan hasil yang diharapkan dan diamati pada
berbagai tingkat operasi.

14. Chen. HJ. et al. (2005). Evaluation of an Integrated Chemistry Laboratory Program with the
Countenance Model. Barcelona. (On-line).
http://science.gise.ntnu.edu.tw/profile/workshop/Evaluation%20of%20an%20Integrated
%20Chemistry%20Laboratory%20Program%20with%20the%20Countenance%20Model.pdf.
(18 Desember 2010).

Artikel ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh penulis yang bertujuan untuk melihat
penilaian program laboratorium yang menggabungkan perspektif siswa, guru, administrator, dan
orang-orang yang bekerja di dalam sekolah. Evaluasi dilakukan dalam rangka untuk melakukan
komprehensif investigasi dari program laboratorium dengan membandingkan hasil integrated
chemistry laboratory program (ICLP) dengan traditional chemistry laboratory program (TCLP).
Model yang digunakan dalam mengevaluasi adalah model Countenance Stake dengan tiga
tahapan yaitu Antecedents, Transactions, dan Outcomes. Pada tahap Antecedents yang dievaluasi
adalah latar belakang siswa, latar belakang guru dan ketersediaan peralatan yang ada. Pada tahap
Transactions yang dievaluasi adalah performance siswa dalam laboratorium, persiapan program
dan pada tahap Outcome yang dievaluasi adalah hasil yang penelitian yang dilakukan dalam
laboratorium.

15. Shepard, L. A. (1977). A Checklist For Evaluating Large-Scale Assessment Programs. (On-
line).
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.119.1418&rep=rep1&type=pdf. (19
Desember 2010).

Artikel ini dijelaskan bahwa evaluasi model Countenance Stake tidak hanya memberikan
informasi terhadap data yang dikumpulkan dan judged, tetapi juga mengusulkan kegiatan awal
yang harus ditempati oleh evaluator sehingga akan ada kegiatan tambahan yang diperlukan untuk
memulai dan mengakhiri evaluasi. Dalam menggunakan model Scriven atau Stake sama
fokusnya pada pertimbangan. Hanya saja dalam model Countenance Stake tidak membuat
identifikasi standar, tetapi fokusnya tentang program yang mencakup beberapa bagian unsure
deskriptif yang tidak ada dalam kerangka lain dan mengecualikan pengkajian checklist dan
ditempatkan di bagian persiapan. Dalam porsi indikator Stake berjalan lebih jauh dari scriven
dalam mengusulkan efek yang dikaitkan dengan transaksi.

16. Kemble,V & Charles,P. (2010). Robert Stake: The Countenance of Evaluation and
Responsive Evaluation. Department of Psychology, University of the Witwatersrand,
Johannesburg. (On-line). http://wpeg.wits.ac.za. (7 Januari 2011).

Artikel ini menjelaskan bahwa model evaluasi Countenance Stake sangat berpengaruh dalam
evaluasi program. Hal tersebut menunjukkan bahwa desain evaluasi dalam model Countenance
Stake berfokus untuk menunjukkan apakah tujuan dari program tercapai atau tidak. Seperti yang
dikatakan oleh Stake bahwa pendekatan formal untuk evaluasi tidak cukup karena mereka hanya
melihat hasil dari program. Oleh karena itu, untuk memberikan evaluasi yang lebih luas dan
lebih holistic dalam program pendidikan, maka desain evaluasi harus difokuskan lebih dari
sekedar tentang apa yang diukur dan bagaimana mengukurnya. Hal ini berangkat dari
pendekatan formal untuk evaluasi yang berfokus pada pengukuran hasil. Jadi, untuk memperluas
desain evaluasi maka fokusnya pada antecedents, proses dari program serta hasilnya. Hal
tersebut berimplikasi bahwa evaluator perlu memeriksa faktor-faktor lain yang telah
menghasilkan hasil tersebut untuk membuat informasi mereka berguna bagi stakeholder.

17. Deepwell, F & Glynis. (2008). A Developmental Framework for Evaluating Institutional
Change. (On-line). http://midwheb.core-ed.net. (7 Januari 2011).

Artikel ini menjelaskan bahwa kekuatan model Contenance Stake adalah di akomodasi dan
penataan berbagai tingkat data. Dalam evaluasi yang dilakukan data yang dikumpulkan adalah
campuran data kualitatif dan kuantitatif, formal dan informal, primer dan sekunder. Jadi, dalam
model Countenance Stake semua data diolah sesuai dengan kategori melayani dalam matriks.
Matriks menawarkan enam kotak untuk pengolahan data deskriptif dan menentukan hubungan
yang dapat diharapkan antara mereka. Stake mendefinisikan tiga tingkatan dalam proses tersebut,
yaitu antecedents (kondisi yang ada sebelum intervensi), Transaksi (pertemuan dan negosiasi
dari intervensi itu sendiri) dan Hasil (outcome yang timbul selama intervensi). Dalam setiap
tahap ada muncul tingkat kongruensi antara apa yang dimaksudkan pada tahap itu dan apa yang
diamati. Demikian pula, beberapa antecedents yang diamati akan menimpa pada transaksi yang
diamati dan keduanya dapat mempengaruhi hasil yang diamati. Singkatnya kegiatan evaluasi
yang harus dilakukan penulis terdiri dari tiga tahap yaitu; Tahap awal, dalam tahap ini fokusnya
adalah pada klarifikasi definisi keberhasilan. Tahap kedua, fase ini akan melibatkan
mengklarifikasi strategi masa depan dan tujuan untuk masa depan. Tahap ketiga adalah fase
formatif dan sumatif.

18. Hidayati, W. (2010). Analisis Kompetensi Pedagogik Dosen Jurusan Kependidikan Islam
Fakultas Tariyah Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta. (On-line). http://wiji-
hidayati.blogspot.com/2010_06_01_archive.html. (7 Januari 2011).

Menurut penulis dalam pendidikan tinggi dosen memiliki peran yang penting dan memegang
kunci dalam pembelajaran, dan budaya paternalistic mahasiswa tergantung kepada gaya, cara,
kebiasaan, kedisiplinan, kemampuan dan kompetensi dosen dalam proses pembelajaran sangat
menentukan hasil dari proses pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, tujuan evaluasi yang
dilakukan oleh penulis adalah untuk mengetahui tingkat kompetensi pedagogic dosen. Model
yang digunakan oleh penulis dalam melakukan evaluasi adalah model Countenance Stake
dengan pendekatan kualitatif. Menurutu penulis model Countenance Stake’s penekanannya
terhadap dua hal yaitu deskripsi (description) dan pertimbangan (judgements), serta dibedakan
dengan tiga tahapan yaitu antesedent, transaction dan outcome. Dalam penyusunan
pertimbangan, kriteria menggunakan pendekatan kriteria fidelity yaitu pendekatan dimana dalam
menyusun kriteria dikembangkan dari karakteristik kompetensi pedagogic itu sendiri, kriteria
fidelity digunakan untuk mengetahui kesesuaian kompetensi pedagogik dosen di jurusan.

19. Raheja, K.K. (1988). Evaluation Of A Nursing Education Program Using Stake's
Countenance Evaluation Model. (On-line).
http://openlibrary.org/books/OL17870961M/EVALUATION_OF_A_NURSING_EDUCATION
_PROGRAM_USING_STAKE%27S_COUNTENANCE_EVALUATION_MODEL. (8 Januari
2011).

Artikel ini merupakan penelitian dari penulis yang mengevaluasi program pendidikan
keperawatan di Northwestern University dengan focus penelitian adalah kegiatan mahasiswa
dikelas yang dilihat dari jurnal mahasiswa, pekerjaan tertulis, dan kuesioner. Modele evaluasi
yang digunakan adalah Countenance Stake yang memiliki dua kegiatan utama yaitu deskripsi
(description) dan penilaian (judgement). Pada Evaluasi Model ini, evaluator memberikan
kerangka kerja konseptual untuk berpikir melalui proses evaluasi menyeluruh kreatif dan
rasional. Deskriptif penelitian yang digunakan untuk menguji pertanyaan penelitian.
Pengumpulan data dan analisis dilakukan berdasarkan matriks deskriptif dan keputusan.
Perbandingan dilakukan dengan standar relatif dan mutlak. Selanjutnya, efektivitas model Stake
dinilai dengan membandingkannya dengan Komite Bersama Standar.

20. Shepard, K. (2006). Methods for Educational Evaluation: Using Stake's Countenance Model
of Evaluation. (On-Line). http://hedc.otago.ac.nz. (15 Januari 2011).

Artikel ini menjelaskan bahwa dalam melakukan evaluasi menggunakan model Countenance
Stake ada dua hal yang utama yaitu Intentions dan Obeservations yang didalamnya terdapat tiga
tahapan antaralain adalah Antecedents, Transactions, dan Outcomes. Intentions berhubungan
kuat dalam hal “Prediksi” dan Observations berhubungan dalam hal “Hasil”. Pendekatan dengan
mengunakan model Countenance Stake memungkinkan berbagai data yang akan di asimilasikan
kedalam analisis.

Diposkan oleh Marintan Nirmalasari di 10:24


Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google
Buzz

0 komentar:

Poskan Komentar

Beranda
Langgan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut

Arsip Blog
 ▼  2011 (1)
o ▼  Februari (1)
 Contoh Anotasi: Evaluasi kurikulum model Stake's

Mengenai Saya

Marintan Nirmalasari
Jurusan: Pengembangan Kurikulum Universitas Pendidikan Indonesia
Lihat profil lengkapku

Template Simple. Gambar template oleh luoman. Didukung oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai