Anda di halaman 1dari 7

Palinologi

Palinologi merupakan ilmu yang mempelajari polinomorf yang ada saat ini dan fosilnya, diantaranya serbuk sari, sepura, dinoflagelata, kista, acritarchs, chitinozoa, dan scolecodont, bersama dengan partikel material organik dan kerogen yang terdapat pada sedimen dan batuan sedimen. Istilah palinologi diperkenalkan oleh Hyde dan Williams pada tahun 1944, berdasarkan surat-menyurat dengan ahli geologi Swedia yang bernama Antevs, dalam Pollen Analysis Circular (salah satu jurnal yang mengkhususkan pada analisa pollen, yang diproduksi oleh Paul Sears di Amerika Utara). Hyde dan Williams memilih palinologi berdasarkan kata dalam Bahasa Yunani paluno yang berarti 'memercikan' dan pale yang berarti 'debu' (sehingga mirip dengan kata dalam Bahasa Latin pollen). 1. Palinologi : studi tentang polen dan spora (berasal dari kata palunein yang berarti serbuk, tepung, debu) 2. Polen adalah serbuk berwarna kuning, dihasilkan dari bunga (Angiospermae dan Gymnospermae) 3. Spora adalah serbuk yang dihasilkan oleh Pteridophyta dan tumbuhan tingkat rendah (ganggang, jamur,lumut, dsb)

Material Organik Asal Tumbuhan 1. Polysaccharide Cellulose : n (C6H12O6), n antara 200-1000 Oxycellulose : senyawa Carboxyte CO dan methoxyte CH3-O

Tugas Mikropaleontologi :Palinologi Annida Rahayu / H1F008028 Erik Yogatama / H1F008037

2. Lignine (kayu) Sifat rapuh terhadap oksidasi 3. Cutine (Cutocellulose) Sifat : tahan terhadap pengrusakan biologi dan kimia 4. Exine : Sporonine & sporopollenine Sifat : tahan terhadap suasana asam maupun basa Komposisi rata-rata : 65% C, 8% H dan 27% O Sifat-Sifat Polen Dan Spora Polen dan spora memiliki sifat sifat yang terurai dibawah ini : 1. Resisten terhadap pengrusakan dibandingkan dengan bagian lain dari tumbuhan, sehingga mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk menjadi fosil 2. Ukurannya sangat kecil (< 200 mikron ) rata-rata 20-100 mikron sehingga mudah ditransport dan diendapkan seperti partikel sedimen lainnya 3. Produksinya besar/banyak sehingga dapat memungkinkan dilakukan perhitungan statistik 4. Bentuknya khas sehingga mudah dibedakan antara satu dengan yang lain (dalam tingkat Famili, Genus, ataupun Spesies) Ciri-Ciri Pollen & Spora Ciri dari polen dan spora dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Susunan Butiran Pollen ( Grain Cluster )Dapat Terdiri Atas Single Grain, Dyad, Tetrad Atau Polyad 2. Bentuk Pandangan Luar ( Shape)Bervariasi Mulai Bentuk Bulat Hingga Memanjang, Tergantung Perbandingan Antara Panjang Sumbu Polar Dan Sumbu Equatorial 3. Struktur Dinding ( Structure )Terdiri Atas 3 Lapisan Dinding : Ektexine, Endexine Dan Intine. Ektexine Terdiri Atas Sclupture, Tectum, Columella Dan Foot Layer. Analisis Polen Polen dibahas dan dipelajari secara terpisah dalam ilmu palinologi, tapi kedudukan dan manfaatnya dalam aplikasi paleontologi sama pentingnya dibandingkan dengan mikrofosil yang lain. Syarat analisis palinologi adalah identifikasi yang tepat dan benar tentang fosil polen dan spora. Analisis polen merupakan metode paling penting dalam rekonstruksi flora, vegetasi, dan lingkungan masa lampau karena : 1. Sifat polen yang sangat awet atau tahan terhadap kerusakan akibat proses diagenesis 2. Polen dihasilka dalam jumlah yang sangat banyak 3. Polen dapat tersebar secara luas dan lebih merata
Tugas Mikropaleontologi :Palinologi Annida Rahayu / H1F008028 Erik Yogatama / H1F008037

4. Polen dapat diperoleh dalam sedimen dengan jumlah yang lebih banyak sehingga memungkinkan untuk diuji secara statistik . Syarat analisis palinologi adalah identifikasi yang tepat dan benar tentang fosil polen dan spora. Analisis palinologi harus selalu mendasarkan pada studi taksonomi, struktur morfologi, produksi, deposisi dan pengawetan struktur polen. Skluptur (sclupture)

Skluptur adalah variasi morfologi dari permukaan struktur dinding, berupa hiasan-hiasan yang dapat diamati pada dinding luar pollen Apertur (aperture) Apertur adalah suatu area yang tipis pada eksin yang berhubungan dengan perkecambahan polen. Apertur merupakan salah satu karakter polen yang sangat penting, yaitu evolusi apertura sangat berguna dalam menentukan perjalanan evolusi tumbuhan berbiji. Ada dua macam apertur pollen yaitu colpus dan pori 1. Colpus berbentuk celah memanjang dimana ratio panjang & lebar> 2. Pollen dengan apertur berbentuk colpus disebut colpate. 2. Pori (pore) berbentuk lubang bulat atau sedikit eliptis. Pollen dengan apertur berbentuk pori disebut porate. Pollen yang mempunyai colpus dan pori disebut colporate Apertur untuk spora disebut laesurae. Ada dua macam bentuk yaitu 1. monolete dan 2. terilete

Tugas Mikropaleontologi :Palinologi Annida Rahayu / H1F008028 Erik Yogatama / H1F008037

Bentuk Apertur Polen

Tugas Mikropaleontologi :Palinologi Annida Rahayu / H1F008028 Erik Yogatama / H1F008037

Beberapa Spesies Polen Acrostichum aureum Stenochlaenidites papuanus

Florschuetzia trilobata

Proxapertites operculatus

Meyeripollis naharkotensis

Tugas Mikropaleontologi :Palinologi Annida Rahayu / H1F008028 Erik Yogatama / H1F008037

Indeks standar warna pollen dan spora untuk penentuan tingkat kematangan termal organik (Traverse, 1988)

Tugas Mikropaleontologi :Palinologi Annida Rahayu / H1F008028 Erik Yogatama / H1F008037

Manfaat Palinologi Manfaat dari analisis polen sangatlah banyak, diantaranya adalah : 1. Dalam Geologi, mempelajari polen membantu dalam eksplorasi minyak bumi dan mempelajari hidrokarbon juga lingkungan pengendapan seperti pada jurnal geologi : Perbandingan karakteristik lingkungan pengendapan,batuan sumber, dan diagenesis Formasi Lakat di lereng timurlaut dengan Formasi Talangakar di tenggara PegununganTigapuluh, Jambi 2. Dalam Arkeologi, mempelajari dalam suatu daerah, apakah yang ada atau apa yang tumbuh dalam suatu wilayah tersebut.Di bidang kriminologi pun studi ini telah dibuktikan dapat merekonstruksi tumbuh-tumbuhan yang diperlukan dalam ilmu forensik. 3. Berguna dalam Paleobotani, yakni menentukan tumbuhan pada masa lampau. 4. Dalam kriminalogi, berguna dalam pencarian pembunuh dengan mempelajari polen yang tertransport.

Palinologi di Indonesia Di Indonesia analisis fosil polen mulai digunakan dalam arkeologi kurang lebih lima belas tahun yang lalu yaitu ketika Puslit Arkenas melakukan kerjasama penelitian dengan Museum National dHistoire Naturelle (Perancis) pada situs-situs peistoren di Jawa terutama Sangiran dan sekitarnya. Dari hasil analisis fosil polen yang dilakukan dalam penelitian itu diketahui rusaknya lingkungan Mangrove diakibatkan oleh aktivitas vulkanik dan munculnya hutan, keduanya teramati melalui diagram polen. Tujuan kajian ruang atau wilayah dalam arkeologi adalah untuk memperoleh kembali gambaran hubungan keruangan data arkeologi yang berada dalam satu ruang berupa situs maupun hubungan data arkeologi atar situs dalam satuan ruang yang lebih luas dan hubungannya dengan lingkungan fisik. Memperhatikan tujuan kajian arkeologi wilayah ini maka studi polen perlu dilakukan dalam suatu wilayah yang diteliti guna mengetahui apakah situs-situs yang terdapat dalam wilayah tersebut dahulunya berada dalam satu ekosistem atau tidak dan dalam tipe ekosistem apa dahulunya manusia penghuni situs-situs tersebut hidup. Hal ini penting untuk diketahui karena sangat erat kaitannya dengan pola kehidupan yang mereka jalani dalam berinteraksi dengan ekosistem yang mereka diami itu sehingga mungkin menyebabkan dibuatnya benda-benda (artefak) yang ditemukan di situs-situs tersebut.

Tugas Mikropaleontologi :Palinologi Annida Rahayu / H1F008028 Erik Yogatama / H1F008037

Anda mungkin juga menyukai