Anda di halaman 1dari 2

TUNTUTAN UMAT KRISTEN POSO

Disampaikan Kepada YTH:


Presiden RI Bapak Susilo Bambang Yudhoyono

1. Hapuskan hukuman mati dari bumi Indonesia.

2. Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) adalah sebuah keharusan untuk menciptakan perdamaian
dan keadilan yang menyeluruh bagi segenap korban konflik Poso. Oleh karena itu kami meminta
kepada Presiden RI untuk segera membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang dapat
mengungkapkan secara tuntas keterlibatan warga masyarakat, Aparat Pemerintah, Aparat
Keamanan pada konflik Poso.

3. Konflik Poso adalah konflik komunal, sehingga tidak pantas jika hanya sebuah kelompok yang
harus bertanggungjawab. Oleh karenanya kami menolak eksekusi terhadap Tibo cs karena akan
menimbulkan opini yang menyesatkan bahwasanya konflik Poso adalah Konflik Agama dimana
Umat Kristen dituduh sebagai pihak yang bersalah dan paling bertanggung jawab pada kerusuhan
Poso.

4. Kerusuhan Poso bukan hanya Kasus Mei 2000 (Pesantren Walisongo - Sintuwu Lemba - Kilo 9,
Buyung Katedo, Kasus Tibo Cs), tetapi harus diusut mulai dari Kerusuhan Poso Desember 1998 –
April 2000 dimana terjadi pembantaian warga Kristen, penghinaan terhadap agama Kristen,
pembumihangusan rumah – rumah penduduk dan rumah ibadah serta gedung fasilitas Kristen di
kota Poso (Kelurahan Kasintuwu, Lombogia, Sayo, Gebang Rejo, Kayamanya, Moengko dan
Madale).

5. Mendesak aparat keamanan untuk memeriksa mantan bupati Poso Arief Patanga SH (Kerusuhan
1998) dan Haelani Umar (Dua hari sebelum kerusuhan Poso 16 April 2000, Haelani Umar
anggota legislatif dari fraksi Persatuan Pembangunan DPRD Sulawesi Tengah menyatakan:
Jika aspirasi masyarakat yang terakumulasi diabaikan begitu saja oleh pemerintah daerah,
yakni aspirasi yang menghendaki Drs. Damsyik Ladjalani menjadi Sekwilda Poso, kondisi kota
Poso yang pernah diguncang kerusuhan bernuansa SARA (1998), bakal rusuh kembali dan
akan terjadi kerusuhan bernuansa SARA yang lebih besar, bahkan hal ini telah
dikonfirmasikan kepada beberapa tokoh agama dan masyarakat diPoso. Harian Mercusuar,
Palu, Edisi Sabtu, 15 April 2000). Tokoh - tokoh agama dan masyarakat Poso yang disebut oleh
Haelani Umar harus segera diproses secara hukum.

6. Mendesak aparat keamanan memeriksa kembali Drs. Agfar Patanga yang membuat selebaran
menyesatkan dan mendiskreditkan pejabat – pejabat Kristen sehingga terjadinya kekacauan
bernuansa SARA serta tokoh - tokoh lainnya.

7. Periksa Aparat Keamanan yang berada di kompleks Pesantren Wali Songo (Sintuwu Lemba) pada
saat pembunuhan dan pembakaran di Pesantren Wali Songo (Sintuwu Lemba) 28 Mei 2000, untuk
menemukan fakta yang sebenarnya tentang peristiwa tersebut.

8. Usut peristiwa kematian Ketua Umum Majelis Sinode GKST (Pdt. Hr. Langkamuda S.Th) Januari
1999 yang meninggal dunia beberapa saat setelah menemui Muspida Poso dalam penyelesaian
Kerusuhan Poso Desember 1998.

9. Pulihkan nama baik Herman Parimo yang dituduh sebagai dalang kerusuhan Poso Desember 1998
sebab hal ini berimplikasi negative pada keluarga besar Herman Parimo.

10. Usut pelaku pembunuhan Ir. A. Lateka.

11. Tangkap dan adili menurut hukum yang benar dan tidak diskriminatif:
- Pelaku penyerangan dan penghancuran desa – desa Kristen serta pembunuhan
* Desember 1998 dan April 2000 Kasintuwu, Lombogia, Sayo, Gebang Rejo, Kayamanya,
Moengko dan Madale
* 27 November 2001 Betalemba, Patiwunga, Tangkura, Dewua, Sangginora
* 12Agustus 2002 Bategencu, Sepe dan Silanca (Pasca DEKLAMA), dll.
- Pelaku pembantaian warga Kristen yang sedang beribadah antara lain : Penembakkan yang
menewaskan Pdt Susianti Tinulele, STh yang sedang memimpin ibadah dan peristiwa
penyerangan terhadap warga Kristen yang sedang beribadah di berbagai tempat.
- Pelaku Pembantaian Bendahara Sinode GKST, Bpk. O. Tadjodja serta Yohanes Tadjodja.
- Pelaku pembantaian melalui Bom di Pasar Sentral Poso, Bom Pasar Tentena, Pemboman mobil
– mobil angkutan umum Tentena – Palu, dll.
- Pelaku Mutilasi 3 Siswi dan Kepala Desa Pinedapa.
- Pelaku korupsi dana bantuan untuk korban kerusuhan Poso.
- Serta pelaku kekerasan dan tindakan – tindakan terorisme lainnya.

12. Menuntut pembubaran paramiliter atau laskar – laskar sipil di Tana Poso.

13. Demi tegaknya supremasi hukum di Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menghadirkan
sebuah fakta yang benar pada semua korban maka kami mendesak supaya negara menyelidiki
proses pengadilan Tibo cs, antara lain:
- Proses penahanan Tibo cs yang tidak sesuai dengan prosedur hukum. Tibo Cs dibujuk oleh
aparat keamanan bahwa mereka dibawa oleh aparat keamanan hanya untuk memberikan
keterangan tentang konflik Poso, dan aparat keamanan berjanji bahwa setelah memberikan
keterangan, mereka dikembalikan ke desanya. Tetapi ternyata mereka ditahan dan dijadikan
tersangka.
- Proses BAP (Berita Acara Pemeriksaan) Tibo cs oleh penyidik. Bagaimana mungkin
Fabianus Tibo dapat memahami isi BAP, sebab Fabianus Tibo adalah seorang buta huruf.
- Seluruh proses persidangan Tibo cs diwarnai oleh tekanan massa yang mendesak agar Tibo
cs dihukum mati. Bahkan dalam proses persidangan, Tibo cs pernah dipukul oleh saksi;
mobil aparat yang mengangkut Tibo cs dan para kuasa hukum Tibo cs diserang secara brutal
oleh massa. Dalam kondisi seperti itu, hakim masih melanjutkan proses persidangan.
- Pemeriksaan kembali para saksi yang memberatkan Tibo cs, antara lain saksi Anton yang
memberikan kesaksian palsu bahwa ada 727 (tujuh ratus dua puluh tujuh) pucuk senjata api
yang diturunkan dari helikopter di desa Kelei.
- Pemeriksaan kembali para saksi, apakah ada saksi yang melihat langsung bahwa Tibo cs
melakukan pembunuhan terhadap 191 (seratus sembilan puluh satu) orang.
- Pemeriksaan kembali apakah barang-barang bukti yang diajukan di pengadilan adalah benar-
benar milik Tibo cs dan dipergunakan untuk membunuh.
- Kesaksian yang meringankan Tibo Cs tidak menjadi pertimbangan Hakim.
- Pemeriksaan terhadap Tibo cs tidak melalui proses olah TKP (Tempat Kejadia n Perkara) dan
tanpa melalui proses rekonstruksi.
- Dll.

14. Menolak AMNESTI untuk Poso jika Tibo Cs dieksekusi mati.

15. Meminta kepada Pemerintah dan Aparat keamanan untuk segara menindak oknum atau kelompok
yang melakukan teror dan ancaman atas nama agama.

16. Akibat penegakan hukum yang diskriminatif di Tana Poso maka kami mendesak Pemberlakuan
Hukum Adat di Tana Poso sehingga kasus Poso diselesaikan oleh masyarakat Poso sendiri.

17. Menuntut kepada Media Cetak dan Elektronik untuk mempublikasikan pemberitaan yang
seimbang dalam menyikapi kerusuhan Poso dan Kasus Tibo Cs.

Tentena, 6 September 2006


Atas nama Masyarakat Kristen
Majelis Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah

Pdt. Rinaldy Damanik, MSi Pdt. Irianto Kongkoli, MTh.


Ketua Umum Sekretaris Umum

Anda mungkin juga menyukai