Anda di halaman 1dari 12

SEBUAH RINGKASAN

PERBEDAAN ANALISIS KUANTITATIF DAN KUALITATIF (Neumann, 1997)


KUANTITATIF
Klasifikasi dan kuantifikasi fenomena sosial (e.g interval variabel, kekuatan korelasi antar variabel, dsb)

KUALITATIF
Klasifikasi fenomena sosial (nominal dan ordinal tanpa pengukuran korelasi statistik)

Kriteria kuantitatif dalam pengambilan Kriteria kualitatif (e.g inter-subjectivity kesimpulan (e.g sample agreement, face validity) representativeness, significance etc Analisis data dimulai setelah proses pengumpulan data Analisis data dilakukan sepanjang proses penelitian

Memiliki teknik-teknik standar pengukuran dan analisis data (hypothesis testing, reliability and validity assessment,etc)

Belum/tidak memiliki teknik-teknik standar yang diakui bersama


2

PERBEDAAN ANALISIS KUANTITATIF DAN KUALITATIF (Bryman, 1988)


QUANTITATIVE objective 1. Kedudukan suatu penelitian kualitatif 2. Hubungan peneliti dan yang diteliti 3. Hubungan teori/konsep dengan data empirik 4. Strategi penelitian 5. Lingkup/klaim temuan 6. Konsepsi tentang realitas sosial 7. Analisa data Studi awal Jauh (peneliti-obyek penelitian) outsider Confirmatory data empirik untuk memberi konfirmasi teori Berstruktur Nomothetic mencari the truth Statis dan eksternal QUALITATIVE reflective Penggalian interpretasi subyek Dekat (empati) insider Emergent (atau exploratory): teori dimunculkan atas dasar empirik Tidak berstruktur Ideographic mencari a truth Prosesual dan realitas merupakan produk konstruksi sosial Multi level analysis (mengaitkan analisis pada level-level yang berbeda)
3

Single level analysis (level individu saja, atau komunitas saja, dst)

Pendekatan nomothetic: berusaha memperoleh

temuan-temuan yang berlaku umum, baik untuk semua konteks sosial, konteks waktu dan sejarah, ataupun tempat
Pendekatan ideographic: menempatkan temuan

penelitian dalam konteks sosial-budaya serta konteks waktu dan konteks historis, yang spesifik, dimana penelitian telah dilakukan

EPISTEMOLOGY PERSPEKTIF TEORITIKAL METODOLOGI METODE (Crotty, 1998)


EPISTEMOLOGY Objectivism THEORETICAL PERSPECTIVE Positivism (and post positivism) METHODOLOGY experimental research survey research METHODS measurement, scaling sampling questionaire participant observation interview focus group case study history life

Constructivism

Interpretivism: symbolic interactionism phenomenology hermeneutics

ethnography phenomenological research grounded theory heuristic inquiry

Subjectivism (and their variants)

Critical inquiry

action research discourse analysis

comparative analysis Document analysis interpretative methods content analysis


5

DIMENSI DIMENSI PARADIGMA (Guba 1990)


ONTOLOGY Asumsi tentang realitas EPISTEMOLOGY Asumsi tentang hubungan antara peneliti dan yang diteliti METHODOLOGY Asumsi metodologis tentang bagaimana peneliti memperoleh pengetahuan AXIOLOGY Asumsi yang berkaitan dengan posisi pemilihan nilai, etika dan pilihan moral peneliti dalam penelitian How should the iquirer to judge and choose values, ethics and moral standard?

What is the nature of reality

What is the nature of the relationship between the inquirer and the knowable?

How should the inquirer go about finding out knowledge?

PERBEDAAN ONTOLOGIS
KLASIK Critical realism: KONSTRUKTIVIS Relativism: KRITIS Historical realism:

Ada realitas yang real yang sudah diatur oleh kaidah-kaidah tertentu yang berlaku universal; walaupun kebenaran pengetahuan tsb mungkin hanya bisa diperoleh secara probabilistik

Realitas merupakan konstruksi sosial dan kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial

Realitas yang teramati merupakan realitas semu (virtual reality) yang telah terbentuk oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi politik

PERBEDAAN EPISTEMOLOGIS
KLASIK
Dualist/objectivist:

KONSTRUKTIVIS
Transactionalist/subjectivist:

KRITIS
Transactionalist/subjectivist:

Ada realitas obyektif, sebagai suatu realitas yang eksternal di luar diri peneliti. Peneliti harus sejauh mungkin membuat jarak dengan obyek penelitian

Pemahaman suatu realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi peneliti dengan yang diteliti

Hubungan peneliti dengan yang diteliti selalu dijembatani nilainilai tertentu. Pemahaman tentang suatu realitas merupakan value mediated findings

PERBEDAAN METODOLOGIS
KLASIK
Interventionist

KONSTRUKTIVIS
Reflective/Dialectical

KRITIS
Participative

Pengujian hipotesis dalam struktur hypothetico-deductive method melalui lab eksperimen atau survey eksplanatif dengan analisis kuantitatif
Kriteria kualitas penelitian Objectivity, reliability and validity (external and internal)

Menekankan empati dan interaksi dialektis antara penelitiresponden untuk merekonstruksi realitas yang diteliti melalui metode-metode kualitatif seperti participant observation
Kriteria kualitas penelitian Authenticity dan reflectivity: sejauh mana temuan merupakan refleksi otentik dari realitas yang dihayati oleh para pelaku sosial

Mengutamakan analisis komprehensif, kontekstual dan multi-level analysis yang bisa dilakukan melalui penempatan diri sebagai aktivis/partisipan dalam proses transformasi sosial
Kriteria kualitas penelitian Historical situatedness: sejauh mana penelitian memperhatikan konteks historis, sosial, budaya, ekonomi dan politik Wholeness: sejauh mana studi yang dilakukan bersifat holistic, terhindar dari analisis partial
9

PERBEDAAN AKSIOLOGIS
KLASIK
Observer
Nilai etika dan pilihan moral harus berada di luar proses penelitian Peneliti berperan sebagai disinterested scientist

KONSTRUKTIVIS
Facilitator
Nilai etika dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari penelitian Peneliti sebagai passionate participant, fasilitator yang menjembatani keragaman subyektifitas pelaku sosial

KRITIS
Activist
Nilai etika dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari penelitian Peneliti menempatkan diri sebagai transformative intellectual, advokat dan aktifis

Tujuan penelitian: eksplanasi, prediksi dan kontrol atas realitas

Tujuan penelitian: rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dan yang diteliti

Tujuan penelitian: kritik sosial,transformasi, emansipasi dan social empowerment

10

PERBANDINGAN KRITERIA PENILAIAN KUALITAS PENELITIAN YANG DIPERGUNAKAN PARADIGMA KLASIK, KRITIS, DAN KONSTRUKTIVIS
PARADIGMA KLASIK INTENAL VALIDITY EXTERNAL VALIDITY RELIABILITY Isomorphism of findings Generalizability Stability/consistency of measurement Distanced neutral observer (for post-positivism: probabilistic and inter subjectivity

OBJECTIVITY

11

PARADIGMA KRITIS

HISTORICAL SITUATEDNESS OF THE INQUIRY WHOLENESS

i.e that it takes account of the social, political, cultural, ethnic, and gender antecedents of the studied situtation The extent to which the inquiry takes account the wider social total within which the subject of the inquiry located

PARADIGMA TRUSTWORTHINESS credibility (paralelling internal KONSTRUKTIVIS validity) transferability (paralelling external validity) confirmability (objectivity) AUTHENTICITY ontological authenticity (enlarges personal construction) educative authenticity (leads to improved understanding of others) catalytic authenticity (stimulates to action) tactical authenticity (empower action)

12

Anda mungkin juga menyukai