Anda di halaman 1dari 18

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil 4.1.1. Hasil pengamatan parasit pada ikan air tawar a. Data ikan air tawar Data beberapa jenis ikan air tawar yang digunakan dalam praktikum Parasit dan Penyakit Ikan dapat dilihat pada Tabel x. Tabel x. Data beberapa jenis ikan air tawar yang digunakan dalam praktikum Parasit dan Penyakit Ikan. Jumlah No. Nama ikan Jenis ikan Asal perairan (ekor) 1. Ikan bawal (Pampus argentus) 2. Ikan patin (Pangasius sp.) 3. Konsumsi air tawar Konsumsi air tawar Semarang 2 Semarang 2 Salatiga 2

Ikan Koi (Cyprinus Hias air tawar carpio)

4.

Ikan komet (Carrassius auratus auratus)

Hias air tawar

Semarang

5.

Ikan Wader (Rasbora argyrotaenia)

Liar air tawar

Rawa Pening

6.

Ikan Mujair (Oreochromis mozambicus)

Liar air tawar

Rawa Pening

b. Data parasit ikan air tawar Data beberapa jenis parasit ikan air tawar yang diperoleh dalam praktikum Parasit dan Penyakit Ikan dapat dilihat pada Tabel x. Tabel x. Data beberapa jenis parasit ikan air tawar yang diperoleh dalam praktikum Parasit dan Penyakit Ikan. No. Nama parasit Nama ikan Organ terinfeksi Jumlah 1. Trichodina sp. Ikan bawal (Pampus argentus) Ikan koi (Cyprinus carpio) 2. Dactylogyrus sp. Ikan bawal (Pampus argentus) Ikan patin (Pangasius sp.) Ikan koi (Cyprinus carpio) Ikan komet (Carrassius auratus auratus) Ikan wader (Rasbora argyrotaenia) 3. Digenea Ikan bawal (Pampus argentus) 4. Anisakis sp. Ikan patin (Pangasius sp.) Ikan mujair (Oreochromis mozambicus) Ikan wader (Rasbora argyrotaenia) 5. Gyrodactylus sp. 6. 7. Myxobulus sp. Ichtyophthrius multifilis Ikan koi (Cyprinus carpio) Ikan mujair (Oreochromis mozambicus) Ikan koi (Cyprinus carpio) Permukaan tubuh Usus Permukaan tubuh 1 1 2 Usus 4 Usus 1 Insang 6 Permukaan tubuh 3

c. Analisa data ikan air tawar Hasil perhitungan analisa data ikan air tawar dapat tersaji pada tabel x. Tabel x. Hasil analisa data ikan air tawar No. Nama parasit 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Trichodina sp. Dactylogyrus sp. Digenea Anisakis sp. Gyrodactylus sp. Myxobulus sp. Ichtyophthrius multifilis

Prevalensi (%) 11,1 27,8 5,6 22,2 5,6 5,6 5,6

Intensitas 1,5 1,2 1,0 1,25 1 1 2

d. Gambar parasit ikan air tawar

1.

Trichodina sp.

Permukaan Kulit

Ikan bawal (Pampus argentus)

Trichodina sp. Perbesaran 4x10

Trichodina sp. Perbesaran 10x10 Ikan bawal (Pampus argentus) ikan patin (Pangasius sp.) ikan koi 2. Dactylogyrus sp. Dactylogyrus sp. Perbesaran 10x10 (Cyprinus Insang carpio) ikan komet (Carrassiu s auratus auratus) ikan wader (Rasbora argyrotaen ia)

Dactylogyrus sp. Perbesaran 10x10

3.

Digenea

Usus

Digenea Perbesaran 4x10

Digenea Perbesaran 10x10 Ikan patin (Pangasius sp.) Ikan 4. Anisakis sp. Usus mujair (Oreochro Anisakis sp. Perbesaran 4x10 mis mozambicu s)

Ikan wader (Rasbora argyrotaen ia)

Anisakis sp. Perbesaran 10x10

5.

Gyrodactylus sp. Gyrodactylus sp. 4x10

Permukaan kulit

Ikan koi (Cyprinus carpio)

Gyrodactylus sp. 10x10 Myxobulus sp. Ikan koi Myxobulus sp. Usus (Cyprinus carpio)

6.

4x10

Myxobulus sp. 10x10

Ikan mujair 7. Ichtyophthriu s multifilis Ichtyophthrius multifilis 4x10 (Oreochromi s mozambicus)

Ichtyophthrius multifilis 10x10

4.1.2. Hasil pengamatan parasit pada ikan air laut a. Data ikan air laut Data beberapa jenis ikan air tawar yang digunakan dalam praktikum Parasit dan Penyakit Ikan dapat dilihat pada Tabel x. Tabel x. Data beberapa jenis ikan air tawar yang digunakan dalam praktikum Parasit dan Penyakit Ikan. Jumlah No. Nama ikan Jenis ikan Asal perairan (ekor) 1. Ikan ekor kuning (Caesio cunning) 2. Ikan Selar (Caranx melamphygus) 3. Ikan Kepe Monyong (Scleropages formosus) 4. Ikan Cantik (Pseudochromis paccaenellae) Hias air laut Semarang 1 Hias air laut Semarang 1 Konsumsi air laut Pati 2 Konsumsi air laut Pati 2

b. Data parasit ikan air laut Data beberapa jenis parasit ikan air laut yang diperoleh dalam praktikum Parasit dan Penyakit Ikan dapat dilihat pada Tabel x. Tabel x. Data beberapa jenis parasit ikan air laut yang diperoleh dalam praktikum Parasit dan Penyakit Ikan. No. Nama parasit Nama ikan Organ terinfeksi Jumlah 1. ???? Ikan Selar (Caranx melamphygus) 2. Anisakis sp. Ikan ekor kuning (Caesio Permukaan tubuh Usus 1 1

cunning) 3. Cryptocaryon irritans Ikan Cantik (Pseudochromis paccaenellae), Ikan Kepe Monyong (Scleropages formosus) 4. Larva cacing Ikan Cantik (Pseudochromis paccaenellae), Ikan Kepe Monyong (Scleropages formosus) Usus 3 Permukaan tubuh 11

c. Analisa data ikan air laut Hasil perhitungan analisa data ikan air laut dapat tersaji pada tabel x. Tabel x. Hasil analisa data ikan air laut d. Gambar parasit ikan air laut

4.2. Pembahasan 4.2.1. Parasit pada ikan air tawar Parasit yang ditemukan pada ikan air tawar adalah jenis ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit antara lain Trichodina sp., Dactylogyrus sp.,

Gyrodactylus sp., dan Ichtyophthrius multifilis. Endoparasit yang ditemukan adalah Myxobulus sp., cacing Digenea, dan Anisakis sp. a. Trichodina sp. Trichodina sp. adalah ektoparasit yang ditemukan pada permukaan tubuh ikan bawal (Pampus argentus) dan ikan koi (Cyprinus carpio). Hal ini sesuai menurut Gusrina (2008) yang menyatakan bahwa Trichodina sp. adalah parasit yang menyerang hampir semua spesies ikan tawar dan termasuk salah satu parasit

yang kosmopolit karena ditemukan hampir di seluruh perairan baik air tawar, payau, maupun laut. Trichodina sp. memiliki tubuh berbentuk datar seperti piring dengan dikelilingi rambut getar (cilia). Menurut Irianto (2005), Trichodina sp. Merupakan jenis Protozoa dari kelompok Ciliata yang memeiliki bulu getar. Trichodina sp. mempunyai badan seperti cawan, berdiameter 5 m, dengan bulu getra terangkai pada kedua sisi sel. Tubuh bagian bawah terdapat lingkaran pelekat (adhesive disk) untuk melekatkan dirinya ke tubuh ikan atau benda-benda lain. Gejala klinis pada ikan yang timbul akibat infeksi Trichodina sp. adalah ikan nampak lemah, menggosok-gosokkan tubuhnya ke dinding, dan

mengeluarkan lendir berlebihan sehingga ikan tampak mengkilat. Menurut Irawan (2004), pada dasarnya parasit ini bukan sebagai penyerang utama tetapi ia menyerang pada ikan yang telah lebih dulu terkena parasit lain. Misalnya karena luka, sakit, stres dan sebagainya sehingga boleh dikatakan bahwa parasit ini sebagai infeksi sekunder. Trichodina sp. merupakan parasit yang mudah memisahkan diri menjadi dua bagian yang lebih kecil dan kemudian masing-masing bagian akan kembali memperbanyak diri. Selain itu, Trichodina sp. tumbuh dengan baik pada kolam dangkal dan menggenang terutana pada tempat-tempat pemijahan dan pembibitan ikan (Rokhmani, 2002). b. Dactylogyrus sp. Dactylogyrus sp. adalah ektoparasit yang ditemukan pada insang ikan bawal (Pampus argentus), ikan koi (Cyprinus carpio), ikan patin (Pangasius sp.), ikan komet (Carrasius auratus), dan ikan wader (Rasbora argyrotaenia). Dactylogyrus

sp. berbentuk bulat lonjong, memiliki dua pasang mata, pada bagian posterior tubuh terdapat kait sebanyak 1 pasang kait besar. Menurut Gusrina (2008), Dactylogyrus sp. sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar, payau dan laut. Menurut Kurnia (2010), Dactylogyrus sp. menginfeksi insang semua jenis ikan air tawar, terutama ukuran benih. Parasit berupa cacing ini hidup tanpa inang antara (intermediate host), sehingga seluruh hidupnya berfungsi sebagai parasit. Haptor yang terdapat pada bagian posterior tubuhnya tidak memiliki struktur cuticular. Dactylogyrus sp. memiliki 1 2 pasang kait besar dan 14 kait marginal yang terdapat pada bagian posterior. Kepala memiliki 4 lobe dengan dua pasang mata yang terletak di daerah pharynx (Gusrina, 2008). Gejala klinis pada ikan akibat serangan Dactylogyrus sp. adalah pernafasan ikan meningkat yang ditunjukkan dengan megap-megap, tutup insang tidak dapat menutup sempurna, produksi lendir berlebih, dan insang berubah warna menjadi pucat. Hal ini sesuai menurut Irawan (2004) yang mengemukakan bahwa ikan yang terserang Dactylogyrus sp. biasanya akan menjadi kurus, berenang menyentak-nyentak, tutup insang tidak dapat menutupi dengan sempurna karena insangnya rusak, dan kulit ikan kelihatan tak bening lagi. Selanjutnya Gusrina (2008), mengemukakan gejala infeksi Dactylogyrus sp. pada ikan antara lain pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih, dan insang yang terserang berubah warnanya menjadi pucat dan keputih-putihan. Perkembangbiakan Dactylogyrus sp. tidak memerlukan inang sementara, hanya saja Dactylogyrus bertelur untuk menghasilkan larvanya. Telur yang telah menetas akan menghasilkan larva yang jika dalam 4 10 jam tidak menemukan

inang, maka larva akan mati. Namun jika sudah mendapatkan inang, hanya dalam 7 8 jam larva kan menjadi dewasa dan dapat menghasilkan telur. Telur Dactylogyrus sp. akan menetas dalam 3 5 hari, tergantung pada suhu perairannya. c. Gyrodactylus sp. Gyrodactylus sp. adalah ektoparasit yang ditemukan pada permukaan kulit ikan koi (Cyprinus carpio). Gyrodactylus sp. berbentuk bulat lonjong dan tidak memiliki mata. Hook terdapat pada bagian posterior tubuh sebanyak 1 pasang yang digunakan untuk mengaitkan tubuhnya ke tubuh ikan. Menurut Gusrina (2008), Gyrodactylus sp. biasanya sering menyerang ikan air tawar, payau dan laut pada bagian kulit luar dan insang. Gejala infeksi pada ikan antara lain pernafasan ikan meningkat yang ditunjukkan dengan ikan bernafas megap-megap dan produksi lendir berlebih. Menurut Dana (1994), ikan yang terinfeksi parasit ini akan terlihat kurus dan kulitnya tidak kelihatan bening lagi, sirip ekor menjadi rontok dan sering menggosokkan tubuhnya ke dasar kolam. Dalam siklus hidupnya, Gyrodactylus tidak memerlukan inang perantara, artinya setelah keluar dari embrio induk, larva akan langsung mencari inang baru. d. Ichtyophthrius multifilis Ichtyophthrius multifilis adalah ektoparasit yang ditemukan pada permukaan tubuh ikan mujair (Oreochromis mozambicus). Ichtyophthrius multifilis berbentuk lingkaran, mengandung nukleus yang mirip seperti tapal kuda, dan butiran lemak. Menurut Kabata (1985), ikan yang terserang Ichthyophthrius multifiliis akan

terbentuk bintik-bintik putih berdiameter antara 0,5 1 mm sehingga penyakit ini sering disebut white spot disease yang membentuk koloni. Gejala klinis pada ikan yang ditimbulkan akibat serangan Ichtyophthrius multifilis antara lain ikan nampak lemah, menggosok-gosokkan tubuhnya ke dinding wadah, dan mengeluarkan lendir berlebihan sehingga ikan tampak mengkilat. Menurut Irianto (2005), ikan yang terinfeksi secara klinis menjadi hiperaktif dan berenang sambil menggesekkan tubuhnya pada bebatuan atau substrat, nafsu makan menurun, ikan menjadi lemah dan mengapung di permukaan air. Pada infeksi yang berat jika serangan sudah sampai pada insang, maka insangnya akan membengkak dan menjadi pucat sehingga mengalami gangguan pada difusi oksigen. Hal ini diperkuat dengan pernyataan oleh Dana (1994), Infeksi yang berat dapat menyebabkan pendarahan pada sirip dan tubuhnya akan tertutup oleh lendir. Menurut Nickell dan Ewing (1998), protozoa ini juga akan meninggalkan inang yang sudah mati dan berkembang biak dengan membentuk kista pada substrat sehingga berpotansi menginfeksi inang lainnya. Parasit ini berkembangbiak dengan cara membelah biner. Individu muda parasit ini memiliki diameter antara 30 50 m dan individu dewasanya dapat mencapai ukuran diameter 50 100 m. Siklus hidupnya dimulai dari stadium dewasa atau stadium memakan (tropozoit) yang berkembang dalam kulit atau jaringan epitelium insang dari inang. Setelah fase makannya selesai,

Ichthyophthirius multifilis akan memecahkan epithelium dan keluar dari inangnya untuk membentuk kista. Larva-larva berkista tersebut akan menempel pada tumbuhan, batuan atau obyek lain yang ada di perairan kemudian membelah hingga sepuluh kali melalui pembelahan biner yang menghasilkan 100 2000 sel

bulat berdiameter 18 22 m. Sel-sel itu akan memanjang seperti cerutu berdiameter 10x40 m dan mengeluarkan enzim hyaluronidase. Enzim tersebut digunakan untuk memecahkan kista sehingga tomit (sel-sel muda) yang dihasilkan dapat berenang bebas dan segera mendapatkan inang baru. Tomit-tomit itu motil dan bersifat infektif sampai berumur 4 hari dan akan mati jika dalam waktu 48 jam tidak segera menemukan inang yang baru. e. Myxobulus sp. Myxobulus sp. adalah endoparasit yang ditemukan di dalam usus ikan koi (Cyprinus carpio). Ciri-ciri dari Myxobulus sp. adalah berbentuk bulat lonjong, memiliki polar capsule, valve, dan suture. Menurut Irawan (2004), kunci identifikasi yang penting dari jenis parasit ini adalah pada sporanya yang merupakan fase resisten dan alat penyebaran populasi. Spora myxosorea terdiri atas dua valve yang dibatasi oleh sebuah suture. Valve mempunyai satu atau dua polar kapsul yang penting untuk identifikasi. Spora pada parasit kelas Cnidosporidia ini mempunyai cangkang, kapsul polar dan sporoplasm. Di dalam kapsul polar terdapat filament polar. Bila spora memiliki dua kapsul polar maka digolongkan ke dalam genus Myxobolus sp. dan bila hanya memiliki satu kapsul polar maka akan digolongkan ke dalam genus Thellohanellus. Gejala infeksi pada ikan antara lain adanya benjolan pada bagian tubuh luar (bintil) yang berwarna kemerah-merahan. Menurut Irawan (2004), bintil ini sebenarnya berisi ribuan spora yang dapat menyebabkan tutup insang ikan selalu terbuka. Jika bintil ini pecah, maka spora yang ada di dalamnya akan menyebar seperti plankton. Spora ini berukuran 0,01 0,02 mm sehingga sering tertelan oleh ikan. Pengaruh serangan myxosporea tergantung pada ketebalan serta lokasi

kistanya. Serangan yang berat pada insang menyebabkan gangguan pada sirkulasi pernafasan serta penurunan fungsi organ pernafasan, sedangkan serangan yang berat pada jaringan bawah kulit dan insang menyebabkan berkurangnya berat badan ikan, gerakan ikan menjadi lambat, warna tubuh menjadi gelap dan sistem saraf menjadi lemah. f. Trematoda Digenea Digenea adalah endoparasit yang ditemukan di dalam usus ikan bawal (Pampus argentus). Digenea adalah cacing yang memiliki karakteristik tubuh tidak bersegmen, berbentuk oval, mempunyai dua organ pelekat yaitu oral sucker dan ventral sucker. Digenea memiliki vitellogenic glands, oral sucker, ventral sucker, dan uterus. Gejala klinis yang timbul pada ikan akibat serangan cacing Digenea adalah ikan nampak stres dan perut agak membesar. Menurut Irianto (2005), Digenea umumnya berbentuk pipih seperti daun dengan struktur mirip turbelaria free living. Tubuh lunak dan terdiri 2 sucker, faring, kaekum intestinalis, dan sistem reproduksi. Bentuk dasar tubuh digenea dewasa bermacam-macam. Organ yang diserang pada inang akhir adalah organ internal seperti saluran gastrointernal dan organ yang berdekatan seperti hati dan empedu, paru-paru, gelembung renang serta saluran darah. Sistem reproduksi pada umumnya hermaprodit, bisa terjadi fertilisasi sendiri atau fertilisasi silang. Organ reproduksi jantan adalah sepasang testis yang masing-masing dilanjutkan oleh vas deferens menuju kantong sirus yang berisi vesicula seminalis dan cirus kemudian primitive penis yang berakhir pada genital opening. Organ reproduksi betina mempunyai ovarium tunggal, oviduct, ootype (tempat ovum menerima yolk/kuning telur) dari sekresi glandula vitelina dan

membentuk cangkang kemudian telur menuju uterus (cangkang mengeras) hingga keluar melalui porus genitalis. Siklus hidup cacing Digenea adalah cacing dewasa yang bersifat ovipar mengeluarkan telur beroperculum yang keluar bersama tinja hospes. Embrio dalam telur berkembang menjadi larva yang berbentuk seperti buah pir (pyriform) bersilia yang disebut myracidium. Adanya stimulasi dari sinar matahari, myracidium mengeluarkan enzim sehingga operculum telur membuka dan myracidium keluar dari telur (hanya dalam beberapa menit). Myracidium berenang di air dengan cilianya (tidak makan) sampai menemukan siput yang cocok. Setelah masuk ke siput, silia dilepas dan menjadi bentuk memanjang disebut sporosista yang mengandung banyak sel germinal yang kemudian menjadi redia yang bermigrasi ke hepatopancreas siput. Redia merupakan bentuk larva, memiliki bioral, beberapa flame cell dan usus yang sederhana. Sel germinal dari redia membentuk cercaria tapi jika kondisi lingkungan tidak sesuai, redia membentuk anak redia. Cercaria merupakan cacing muda, mempunyai ekor yang panjang kemudian secara pasif keluar dari siput dalam jumlah yang banyak. Biasanya siput yang terinfeksi akan mati muda karena kerusakan hepatopankreas. Cercaria berenang beberapa saat dalam lebih dari satu jam akan melekat pada tumbuhan air dan membentuk kista yang disebut metacercaria. Metacercaria dapat hidup kurang lebih beberapa bulan kemudian masuk ke tubuh peroral. Setelah termakan hospes, dinding kista luar pecah saat pengunyahan. Dinding kista bagian dalam pecah di usus dipengaruhi oleh mekanisme menetas, enzymatic, potensial reduksi-oksidasi dan CO2 dalam lingkungan usus. Cacing muda yang keluar kemudian menembus

usus bermigrsi ke tempat predileksi hingga menjadi dewasa dalam beberapa minggu. g. Anisakis sp. Anisakis sp. adalah endoparasit yang ditemukan pada usus ikan air tawar maupun ikan air laut, seperti ikan patin, ikan mujair, ikan wader, dan ikan ekor kuning. Menurut Noble (1989), Anisakis sp. yang menginfeksi ikan biasanya pada rongga tubuh, otot dan saluran pencernaan. Morfologi cacing Anisakis sp. pada usus ikan diamati mempunyai warna putih. Nematoda sering juga disebut cacing gilig, biasanya kecil bila dibandingkan dengan cacing pipih, sehingga banyak diantara nematode adalah cacing yang mikroskopis. Morfologi cacing ini berwarna putih dengan bagian dalam berwarna coklat sebagai saluran pencernaan dan memiliki bagian kepala agak besar. Anisakis sp. memiliki bentuk tubuh panjang silindris dan tidak bersegmen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irianto (2004), menyatakan bahwa Anisakis sp. yang ditemukan memiliki organ tubuh yang lengkap dengan ciri-ciri tubuh silindris, saluran pencernaan komplit. Mempunyai pseudocolon & gut. Mempunyai alat pencernaan lengkap (esophagus, intestine, dan anus). Mempunyai kutikula, otot & sistem pencernaan jantan & betina terpisah. Jantan punya spicula yang mengandung khitin, untuk kopulasi. Gejala klinis ikan yang terserang parasit ini diantaranya, berenang tidak normal, sisik tampak pucat, frekuensi pernafasan lebih cepat atau megap-megap dan mucus berlebihan. Menurut Mahyuddin (2008), ikan kakap dan cendro menunjukkan gejala berupa hati berwarna pucat, perut membengkak, dan terdapat bercak pada hati. Sedangkan gejala klinis ikan yang terkena anisakis adalah

diantaranya banyak mengeluarkan lendir, frekuensi pernafasan meningkat, dan pertumbuhannya terlambat dan warnanya pucat.

4.2.2. Parasit pada ikan air laut 2.5. Cryptocaryon irritans Cryptocaryon irritans adalah ektoparasit yang ditemukan pada insang serta kulit ikan kepe monyong (Scleropages formosus) dan ikan cantik (Pseudochromis paccaenellae). Cryptocaryon irritans biasa menyebabkan penyakit bintik putih pada ikan laut. Ciri-ciri Cryptocaryon irritans adalah bentuk seperti buah pir dilengkapi dengan cillia pada permukaan tubuhnya, bergerak aktif di bawah kulit dan ephitel insang. Gejala klinis yang ditimbulkan antara lain adalah terbentuknya bintil putih atau bintil keabu-abuan pada kulit atau insang, ikan kehilangan nafsu makan, berenang tidak normal baik dipermukaan atau berdiam di dasar, terlihat lesu dengan mata buram, banyak memproduksi lendir, dan menggosok-gosokkan tubuh ke dinding bak.

Anda mungkin juga menyukai