Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN I.

1 Latar Belakang Geologi merupakan sebuah kata yang berasal dari kata geo yang berarti bumi dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi Secara harfiah geologi berarti ilmu tentang bumi atau studi tentang alam. Bumi disini bukan berarti hanya fisik dari bumi saja yaitu material penyusun bumi dan bentuk dari bumi itu sendiri, tetapi juga proses-proses yang terjadi pada bumi serta tebentuknya bumi sampai sekarang. Proses-proses tersebut baik yang terjadi didalam maupun di permukaan bumi. Selain itu juga kehidupan yang pernah ada di bumi ini dan evolusinya diperkirakan merupakan sekitar 4.5 obyek miliar yang dipelajari tahun, tektonik dalam dan yang geologi. menentukan bergerak di Selain itu dalam ilmu geologi juga dapat menentukan umur bumi yang (4.5x109) bahwa kulit bumi terpecah menjadi lempeng

atas mantel yang setengah cair (astenosfir) melalui proses yang sering disebut tektonik lempeng. Pada bidang ilmu ini membantu menemukan dan mengatur sumber daya alam yang ada di bumi, seperti minyak bumi, batu bara, dan juga metal seperti besi, tembaga, dan uranium serta mineral lainnya yang memiliki nilai ekonomi, seperti asbestos, perlit, mika, fosfat, zeolit, lempung, pumis, kuarsa, dan silika, dan juga elemen lainnya seperti belerang, klorin, dan helium. Pemetaan Geologi adalah suatu kegiatan pendataan informasi-informasi geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi yang dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran dan susunan batuan (lapisan batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur geologi yang mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut.

Gambar 1. Contoh Peta Geologi

Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada informasi-informasi pengamatan lapangan dan skala pengerjaan peta. Skala peta tersebut mewakili intensitas dan kerapatan data singkapan yang diperoleh yang diperoleh. Tingkat ketelitian peta geologi ini juga dipengaruhi oleh tahapan eksplorasi yang dilakukan. Pada tahap eksplorasi awal, skala peta 1 : 25.000 mungkin sudah cukup memadai, namun pada tahap prospeksi s/d penemuan, skala peta geologi sebaiknya 1 : 10.000 s/d 1 : 2.500. Pada tahapan eksplorasi awal, pengumpulan data (informasi singkapan) dapat dilakukan dengan menggunakan palu dan kompas geologi, serta penentuan posisi melalui orientasi lapangan atau dengan cara tali-kompas. I.2 Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari Praktek Kerja Lapangan tersebut adalah :
1.1.1

Untuk memenuhi salah satu nilai dari Praktek Kerja Mengaplikasikan langsung mata kuliah geologi

Lapangan
1.1.2

lapangan
1.1.3

Mempelajari fenomena-fenomena alam yang terjadi di

daerah Lumbir, kab Banyumas, provinsi Jawa Tengah

1.1.4 tersebut

Mengetahui Sturuktur yang mendominasi daerah

tersebut, mengetahui sejarah geologi, dan potensi dari daerah

I.3 Lokasi Penelitian

Kabupaten Purbalingga merupakan bagian dari propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Purbalingga adalah 77.764 Ha yang berdasarkan bentang alamnya terbagi menjadi 2 daerah yakni daerah utara yang cenderung merupakan daerah berbukit & daerah selatan dengan kecenderungan merupakan daerah dataran rendah.Wilayah purbalingga meliputi ketinggian dari 40 m dari permukaan laut sampai dengan kurang lebih 3000 m diatas permukaan laut ini adalah suatu potensi yang terhampar yang harus kita daya gunakan secara arif dan bijaksana yang sudah barang tentu kesemuanya itu kita arahkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat secara lahir dan batin.Jarak kota Purbalingga dari ibu kota Propinsi Jawa Tengah yakni Semarang adalah 191 km atau ditempuh dengan jalan darat kira-kira 4 jam. Untuk mencapai Yogyakarta dengan perjalanan darat kira-kira 4 jam atau sekitar 200 km sedangkan jarak antara Purbalingga dengan Jakarta kira-kira 400 km dengan waktu tempuh kirakira 9 jam. Kabupaten Purbalingga pada sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pemalang, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banyumas, dan disebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Banyumas.
Daerah Karangmalang dan sekitarnya berada di wilayah Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga- Jawa Tengah. Karangmalang terletak 10 km ke arah utara dari pusat kota Purbalingga.Lokasi pemetaan yang berada di Purbalingga terletak pada

koordinat 7 16' 36 - 7 18' 45 LS dan 109 21' 55 - 109 23' 35 BT atau dalam UTM 319750 oE 322500 oE dan 9193000 oN 9195250 oN. Pemetaan dilakukan dengan luasan daerah 4x 3.1 km2. Di sebelah utara batas-batas daerah pemetaan meliputi desa Limbasari di sebelah utara, desa Jambudesa di sebelah timur, desa Gandasuli di sebelah selatan, serta desa Karangduren di sebelah barat. Akses menuju daerah pemetaan ditempuh melalui kendaraan menuju pos-pos yang telah ditentukan, waktu yang ditempuh dari kampus Teknik Unsoed Purbalingga zona-zona 25-35 menit.

Gambar 2. Lokasi daerah penelitian (Sumber ; FrailBehind.com 2011) Berdasarkan peta Geologi Purwokerto Tegal,kapling daerah penelitian terletak pada formasi

I.4 Hasil yang Diharapkan Pemetaan yang nantinya akan di lakukan di daerah Banjarsari dan sekitarnya, kec. Bobotsari, kab.Purbalingga, Jawa Tengah, diharapkan nantinya dapat mengetahui satuan batuan yang ada, struktur yang ada, umur geologi
4

menurut analisa mikropaleontologi, sejarah geologi, serta potensi wilayah setempat atau kegunaan dari daerah pemetaan tersebut.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Untuk mengetahui dan memahami secara detail mengenai daerah penelitian sebelumnya maka perlu diketahui Geologi regionalnya sebagai acuan terhadap berbagai aspek yang ada di daerah penelitian nantinya. Dan Pemahaman awal terhadap Geologi regional meliputi fisiografi, stratigrafi regional, dan struktur regional daerah Jawa bagian tengah.

II.1 Fisiografi

Gambar 3. sumber Pusat Peneltian Dan Pengembangan Geologi 1996

Indonesia merupakan zona pertemuan lempeng tektonik aktif di Dunia, ketiga lempeng tersebut adalah lempeng Eurasia di sebelah timur, lempeng Pasifik di sebelah barat dan lempeng Indo-Australia di sebelah Selatan.Interaksi lempeng tersebut adalah penunjaman lempeng samudera ke bagian bawah kerak benua. Kerak samudera mempunyai densitas yang lebih besar dan memungkinkan untuk menyusup ke bagian bawah lempeng benua dikarenakan adanya gaya dorong yang berasal dari zona pemekaran samudera (spreading centre).

Gambar 4. Fisiografi jawa tengah dibagi menjadi lima zona (Van Bemmelen, 1949)

1.

Zona pantai utara jawa tengah mempunyai kesamaan dengan zona

sepanjang pantai utara jawa, menerus mulai dari ujung barat di Banten hingga ke Rembang di Jawa Tengah yang kemudian muncul terputus-putus di Jawa Timur (Tuban dan Surabaya). Dataran ini merupakan tempat akumulasi sedimen-sedimen Kuarter hasil erosi pegunungan di selatannya. 2. Zona di Selatan dataran pantai utara Jawa tengah disebut sebagai

Zona Pegunungan Serayu Utara. Zona ini merupakan kemenerusan Zona Bogor di bagian barat yang merupakan endapan-endapan laut tersier yang terlipat-lipat (Zona antiklinorium) dengan beberapa intrusi Tersier akhir dan Kuarter.
3.

Memanjang di bagian tengah Jawa Tengah adalah zona depresi

tengah yang merupakan kemenerusan zona bandung di bagian Barat, yang kemudian menerus sebagai Zona solo kearah Timur. Di Jawa Tengah, zona ini mempunyai lebar terbatas yang diapit oleh pegunungan Serayu utara dan Selatan. 4. Pegunungan Serayu Selatan adalah pegunungan lipatan yang dipisahkan

oleh zona Depresi Tengah dari pegunungan Serayu Utara. Pegunungan ini terangkat lebih tinggi dan tererosi lebih intensif sehingga memunculkan batuan dasarnya, yaitu kompleks mlange Karangsambung di Kabupaten Kebumen, zona ini sebanding dengan pegunungan Bayah di Jawa Barat. 5. Zona paling Selatan merupakan Zona dataran pantai selatan, dan

merupakan suatu depresi Jawa Tengah yang tergeser ke selatan. Zona ini merupakan suatu depresi yang sangat jauh berbeda dengan daerah selatan di Jawa Barat dan Jawa Timur yang merupaan zona pegunungan selatan

dengan ciri suatu pleateau yang tererosi, namun demikian, diantara dataran alluvial selatan, menyembul suatu pegunungan yang relative tersendiri dan terpisah diantara dataran, dan dinamakan pegunungan karangbolong. Di Jawa bagian Tengah , zona pegunungan Selatan yang dikenal pula sebagai zona yang didominasi oleh formasi andesit Tua yang sangat mempengaruhi morfologi di Jawa Barat dan Timur, di Jawa Tengah hanya muncul sebagai pegunungan kecil terisolir di kelilingi oleh dataran alluvial disekitarnya.

Gambar 5. Peta Fisiografi Jawa Tengah

II.2 Stratigrafi Regional Stratigrafi daerah pengamatan Formasi Ha (Tmp) menunjukkan bahwa formasi batuan tertua, sedangkan formasi selengkapnya yaitu
Batuan terobosan Tersier.

Porfir

mikrodiorit

,berwarna

coklat

berbintik

coklat

tua

dan

hitam,pejal,lapuk bertekstur holokristalin subdiabas porfirit dengan fenokris feldspar dan mineral-mineral feims lapuk sehingga terbentuk rongga-rongga.

Formasi Pemali (Tmp) ;Napal globogerina berwarna kelabu muda dan

kelabu kehijauan ,bersisipan batu gamping pasiran,batupasir tufan dan batupasir bagian bawah tak tersingkap Tebal lebih dari 900m.
Formasi Rambatan(Tmr) ; Serpih ,napal dan batupasir gampingan ,napal

berseling-seling dengan batupasir gampingan berwarna kelabu muda banyak mengandung foramnifera kecil Tebal sekitar 300 m.
Formasi Waturondo(Tmw) : Breksi bersisipan batupasir kasar setempat

lahar
Formasi

Penosogan (Tmpp) : Perselingan batupasir gampingan

batulempung tuff napal,kalkarenit sebagai runtuhan turbidit,


Anggota Batugamping Formasi Halang(Tmhhl) : Batugamping pejal

berwarna putih bintik-bintik kuning.


Anggota Breksi Formasi Halang(Tmphh) : Breksi aneka bahan dengan

komponen andesit basalt dan batugamping bersisipan batupasir dan lava.


Formasi Halang (Tmph) : Batupasir andesit ,konglomerat tufaan dan

napal bersisipan batupasir di atas bidang perlapisan batupasir terdapat bekas bekas cacing Foramnifera kecil menunjukan umur Miosen Akhir di lembar sebelahnya hingga Pliosen Tebal sekitar 800m.
Formasi Kumbang : Breksi ,lava andesit dan tuff di beberapa tempat

breksi batuapung dan tuff pasiran Tersingkap baik di G.Kumbang sekitar 3 km sebelah barat peta Tebal 2000 m.
Anggota Breksi Formasi Tapak : Breksi gunungapi dengan masadasar

batupasir tuffan di beberapa tempat urat-urat kalsit.


Anggota Batugamping Formasi Tapak : Lensa-lensa batugamping tak

berlapis berwarna kelabu kekuningan.


Formasi Tapak (Tpt) : Batupasir berbutir kasar berwarna kehijauan dan

konglomerat setempat breksi andesit di bagian atas terdiri dari batupasir gampingan dan napal berwarna hijau mengandung kepingan moluska Tebal sekitar 500m.

Formasi Kalibiuk (Tpb) : Napal lempungan bersisipan batupasir

kaya moluska Tebal sekitar 175m.

Formasi Kaliglagah

(Tpk) : Batulempung napal batupasir dan

konglomerat di beberapa tempat lensa lignit setebal 10-100 cm nama sebelumnya adalah Seri Glagah.
Anggota Lempung Formasi Ligung (QTic) :Batulempung tufan

batupasir tufan berlapis Silangsiur dan konglomerat setempat sisa tumbuhan dan batubara muda yang menunjukan bahwa anggota ini diendapkan di lingkungan bukan laut sebelumnya disebut Anggota Bawah Formasi Ligung (Van Bemmelem 1937).
Formasi Ligung (Qtlb) : Aglomerat andesit breksi dan tuf kelabu di

beberapa tempat sebelumnya dinamakan Anggota Atas Formasi Ligung (Van Bemmelem 1937).
Formasi Mengger : Tuf kelabu muda dan batupasir tufan bersisipan

konglomerat dan batupasir magnetit Tebal sekitar 150 m.


Formasi Gintung : Konglomerat andesit di beberapa tempat batupasir

berwarna kehijauan kelabu lempung dengan kongkresi batupasir gampingan dan tuf Di dalam konglomerat kadang di temukan kayu terkersikan tersingkap di sepanjang S.Gintung kea rah barat tebalnya 800m.
Formasi Linggopodo : Breksi gunungapi tuf dan lahar di duga hasil

kegiatan G.Slamet Tua atau G.Copet (Van Bemmelem) nama satuan ini diusulkam oleh Haar (1935).
Endapan Undak(Qps) : Lapisan lapisan batupasir tufan ,pasir,tuf,

konglomerat dan breksi tufan di sebelah timur laut dan tenggara merupakan dataran yang bergelombang .Di sebelah Tenggara satuan ini disebut Plistosen (Harloff 1933)
Lava G.Slamet : lava andesit ,berongga,terutama di lereng Timur. Aluvium (Qa) : kerikil,pasir ,lanau dan lempung sebagai endapan sungai

dan pantai.Tanda-tanda titik titik menunjukkan undak sungai.Tebal hingga 150 m.

10

11

Gambar 6. Kolom Stratigrafi, sumber Pusat Peneltian Dan Pengembangan Geologi 1996

II.3. Struktur Regional Struktur geologi yang dijumpai adalah lipatan, sesar, dan kekar. Pada umumnya struktur tersebut dijumpai pada batuan yang berumur Kapur hingga

12

Pleosen. Di beberapa tempat struktur lipatan dan sesar tercermin dan tampak jelas pada bentuk bentang alamnya seperti yang terdapat di Karang Sambung. Di tempat lain bentuk struktur hanya dapat diketahui dari pola bentuk sebaran batuan atau ditafsirkan dari pengukuran lapisan di lapangan.
Sukendar Asikin (1974) berdasarkan penelitiannya mendapatkan hasil bahwa

secara umum sesar-sesar utama di daerah Banjarkerta ini mempunyai arah timur laut- tenggara untuk daerah utara, dan arah utara selatan.

Gambar 7. Pola Struktur jawa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

13

III.1. Tahapan Persiapan Dalam tahap persiapan yang dilakukan adalah dengan pembuatan proposal dan melengkapi persyaratan-persyaratan yang diperlukan. Selain pembuatan proposal kegiatan serta persyaratan yang harus dipenuhi, pembuatan peta untuk lokasi penelitian juga dibuat disini. Mencari peta dan data yang mendukung pemetaan tersebut. III.2. Tahapan Pendahuluan Penelitian Dalam tahap studi pendahuluan ini bertujuan untuk mempelajari geologi regional (Jawa Tengah) secara umum dan khususnya geologi daerah penelitian diambil dari laporan-laporan berupa paper-paper, studi referensi, dan data sekunder lainnya untuk mendapatkan gambaran umum tentang daerah penelitian mengenai lokasi dan penyebaran batuan, hubungan stratigrafi antar satuan batuan yang ada, serta stuktur geologi yang ada. III.3. Pengambilan Data Lapangan Pada tahap penelitian lapangan ini didukung dengan alat-alat lapangan yaitu peta geologi daerah penelitian, palu geologi, kompas, GPS, plastik sampel, HCL dan air, kamera, komparator, papan clipboard, tas dan meteran. Pada tahap penelitian lapangan yang dilakukan adalah melakukan pengambilan data lapangan berdasarkan peta lintasan yang telah direncanakan sebelumnya. Pengambilan data ini berupa pengambilan contoh batuan atau sample yang selanjutnya akan dilakukan penelitian atau dianalisis di laboratorium dan pengambilan data geologi seperti pengukuran Strike/Dip perlapisan, pengukuran data struktur, plotting lokasi penelitian, pencatatan, pengambilan foto dan pengamatan geomorfologi. Tahapan ini sangat penting untuk memperoleh data yang akan digunakan untuk menguji hipotesa dan interpretasi yang dilakukan tahap sebelumnya. Selain itu dalam tahap ini juga dilakukan pengukuran penampang stratigrafi. Penampang stratigrafi merupakan gambaran urutan lapisan batuan secara vertikal

14

dari daerah yang dilakukan penelitian. Secara umum tujuan dari pengukuran penampang stratigrafi adalah : Mendapatkan data litologi detail dari urutan-urutan suatu satuan stratigrafi seperti formasi, kelompok, anggota dan sebagainya. Mendapatkan data ketebalan yang diteliti dari setiap satuan stratigrafi atau lapisan yang menjadi objek penelitian. Mendapatkan dan mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan batuan dan urutan-urutan sedimentasi serta kandungan jenis fosil dalam arah vertikal secara detail untuk menafsirkan lingkungan pengendapan. III.4. Tahap Analisis Pengolahan Data Pada tahap ini dilakukan analisis dan pengolahan data yang dilakukan di laboratorium. Dalam analisis dan pengolahan data ini meliputi laboratorium dan studio pengolahan data. Adapun analisis yang dilakukan pada tahap ini :
Analisis Mikropaleontologi, diperlukan untuk mengetahui umur relative

dari lokasi penelitian dan menentukan lingkungan pengendapannya.


Analisis Petrografi, diperlukan untuk mengetahui komposisi batuan dan

menentukan jenis litologi.


Analisis Stratigrafi, diperlukan untuk mendapatkan data litologi secara

detail dari urutan suatu stratigrafi dan mendapatkan data ketebalan secara detail dari setiap satuan stratigrafi yang menjadi objek penelitian.
Analisis Sedimentologi, diperlukan untuk mengetahui mekanisme dan

lingkungan pengendapan.
Analisis Struktur Geologi, diperlukan untuk menganalisis deformasi yang

telah terjadi pada daerah penelitian.

III.5. Penyajian Laporan Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian. Laporan ini memuat peta geomorfologi, dan peta geologi serta penampang geologinya. Selain itu, dalam

15

laporan ini juga dibahas tentang geomorfologi yang ada di daerah penelitian. Oleh karena itu, pada akhirnya laporan yang disusun ini akan memberikan informasi dan penjelasan mengenai tatanan geologi, sejarah geologi, dan identifikasi geomorfologi di daerah penelitian.

MUL AI TAHAP PERSIAPAN

Studi Literatur

Survei Awal

Penyusunan Proposal PKL

TAHAP PENGAMBILAN DATA LAPANGAN

Observasi Geomorfologi

Observasi Litologi

Observasi Struktur Geologi

Pengambilan Sampel Batuan dan Sampel Fosil

Measuring Section (MS)

TAHAP ANALISIS

Analisis Petrografi

Analisis Mikropaleontologi

Analisis Struktur Geologi

TAHAP PENGOLAHAN DATA

Pembuatan Peta Lintasan dan Observasi

DIAGRAM ALIR PENELITIAN


Pembuatan Peta Geomorfologi Pembuatan Peta Geologi dan Penampang

Pembuatan Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian

16

TAHAP PENYUSUNAN LAPORAN PKL

SELESAI

17

JADWAL RENCANA PENELITIAN Tabel. Jadwal Rencana Kegiatan PKL


Waktu Rencana Kegiatan PKL November

Oktober

Desember

Kegiatan Studi Literatur & Pengumpulan Data Sekunder Observasi & Perizinan Daerah Penelitian Penentuan Basecamp Orientasi Lapangan Pemetaan & Pengambilan Data Lapangan Pengolahaan Data Lapangan & Pekerjaan Studio Peta Kegiatan Analisis Laboratorium Konsultasi & Bimbingan Seminar Penyusunan Laporan Revisi Laporan & Penjilidan

18

DAFTAR PUSTAKA . Asikin, S., 1992. Diktat Struktur (tektonik) Indonesia. Kelompok Bidang Keahlian (KBK) Geologi Dinamis, Jurusan Teknik Geologi ITB. Bemmelen, R. W. van., 1949. The Geology of Indonesia. Martinus Nijhoff TheHague. Geomorfologi Jilid I, Bandung: Jurusan Pend. Geografi IKIP Bandung. Sukmantalya, I Nyoman K, Drs. M.Sc. (1995),

Pengenalan Secara Tinjau Geomorfologi dan Terapannya Melalui PJ Untuk Inventarisasi Sumberdaya Lahan, Cibinong: Bakosurtanal. Suprapto Dibyosaputro, Drs. M.Sc., (1997),

Geomorfologi Dasar, Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Sutikno (1987), Geomorfologi Konsep dan Terapannya Makalah, Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Koesoemadinata, R.P., 195,Prinsip Prinsip Sedimetasi, Departemen Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung Sumber lain :
www.google-earth.com www.Purbalingga.go.id

19

LAMPIRAN

Peta Topografi daerah Penelitian

Peta Topografi Daerah Penelitian

20

Anda mungkin juga menyukai