Anda di halaman 1dari 6

KETENTUAN DINDING TEMBOK WILAYAH GEMPA

Abstrak Usaha mengurangi kerusakan dinding tembok yang dibangun diwilayah gempa diwilayah gempa dengan cara memperkuat dinding tembok bangunan rumah yang dibangun secara spontan dengan rangka beton bertulang untuk seluruh wilayah gempa, sedangkan rangka kayu hanya untuk wilayah 3, 4, 5, dan 6. Semua unsur bangunan harus merupakan satu kesatuan, hubungan antar unsur harus benar dan kuat. Pekerjaan pasangan dinding tembok harus memenuhi ketentuan, seperti cara pemasangan, ketebalan adukan dan siar vertikal, serta ketebalan plesteran dan acian. *** Latar Belakang Pembangunan perumahan selalu berintegerasi dengan alam lingkungannya, menggunakan bahan yang ada disekitarnya, seperti tanah lempung untuk bata merah, trass dan kapur untuk batako. Bahan bangunan bata merah dan batako secara umum digunakan sebagai dinding tembok. Dari pengalaman bancana gempa bumi di Indonesia, bangunan rumah yang roboh itu sebagian besar merupakan bangunan rumah berdinding tembok yang dibangun secara spontan dan menurut kebiasaan setempat yang tidak benar untuk daerah gempa. Untuk mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan oleh bencana gempa, maka bangunan rumah berdinding tembok tersebut harus dibangun sesuai ketentuan konstruksi bangunan tahan gempa dengan memberikan perkuatan pada bagian-bagian tertentu. Detail sambungan harus benar, sehingga bangunan rumah tahan terhadap goncangan gempa bumi. Pengertian Rumah yang dibangun secara spontan (non engineered structure) adalah rumah yang dibangun berdasarkan pengalaman praktis, kekuatan strukturnya tidak dihitung. Bangunan tersebut biasanya didirikan oleh masyarakat umum, berupa rumah tempat tinggal, rumah ibadah, bangunan sekolah dan bangunan rumah tradisional. Wilayah gempa, Indonesia terbagi menjadi 6 (enam) wilayah gempa dari yang paling berat sampai dengan yang paling aman adalah: 1. Irian Jaya bagian utara, Maluku bagian utara 2. Sepanjang pantai selatan P. Sumatra, laut Banda, Seram 3. Bagian selatan P. Jawa, bagian utara P. Sulawesi 4. Bagian selatan P. Sulawesi, bagian tengah P. Sumatera, bagian utara P. Jawa 5. Bagian timur P. Kalimantan, bagian utara P. Sumatra 6. Bagian barat P. Kalimantan

Permasalahan Bangunan yang runtuh akibat bencana gempa bumi sebagian besar merupakan bangunan

rumah berdinding tembok. Dalam peristiwa gempa bumi tersebut, beban gempa yang bekerja pada dinding tembok bersifat tidak menentu. Macam keruntuhan dinding tergantung dari bentuk hubungan antara dinding dengan dinding lainnya dan antara dinding dengan rangka kolom atau dengan rangka kosen, juga tergantung pada luas bidang dinding. Permasalahan lain yang menyebabkan keruntuhan bangunan rumah adalah sebagai berikut : Bangunan tidak mengikuti prinsip-prinsip dasar bangunan tahan gempa. Ketidak-tahuan unsur-unsur ketahanan gempa pada bangunan perumahan. Ketidak-adaan pengetahuan teknik serta keterampilan dalam membangun rumah berdinding tembok.

Maksud dan Tujuan Paparan ini dimaksudkan untuk dipakai dalam merencanakan dan melaksanakan rumah berdinding tembok tahan gempa yang dibangun secara spontan. Sedangkan tujuannya adalah untuk mengurangi dampak kerusakan yang merugikan dan membahayakan keselamatan manusia akibat bencana gempa. Faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan pada bangunan adalah sebagai berikut: Kondisi tanah dan geologi Kondisi tanah mempengaruhi kerusakan pada bangunan, kegagalan tanah dapat terjadi dalam bentuk tanah longsor, penurunan tanah dan likuifaksi (pelulukan). Intensitas goncangan berhubungan langsung dengan jenis lapisan tanah tempat bangunan. Jenis tanah pasir sangat halus dan tanah liat yang sensitif harus dihindari karena akan rusak jika digoncang oleh gempa bumi. Konfigurasi bangunan Teratur dan simetris adalah yang baik, denah bangunan berbentuk persegi teratur dan simetris terhadap sumbu bangunannya. Bukaan (pintu dan jendela) Kekakuan bangunan ditentukan juga oleh banyaknya bukaan-bukaan. Kegagalan sering terjadi pada sudut bukaan

Kerusakan yang terjadi pada dinding Dinding cenderung retak pada arah diagonal akibat beban tarikan. Dinding-dinding cenderung untuk berpisah akibat hubungan dinding yang tidak benar. Dinding cenderung runtuh akibat beban permukaan, tidak mampu menahan momen guling. Kegagalan pada sudut-sudut dinding, kehancuran setempat. Kegagalan dinding pada sudut bukaan Kegagalan dinding amping yang tidak diperkuat Kegagalan akibat beban geser, retak pada dinding berbentuk horizontal

Keretakan awal pada dinding tembok disebabkan Susut bahan Susut bahan selalu terjadi pada setiap campuran adukan maupun plesteran, dimana penyusutan ini sangat ditentukan oleh jumlah air semen yang dipakai, rasio agregat halus yang dipakai, proses penguapan sehubungan dengan temperatur dan penyerapan oleh bahan lain misalnya oleh batu bata

Tebal plesteran dan acian Plesteran yang terlalu tebal 3 cm menyebabkan pengerjaan yang sempurna sulit diperoleh, karena akibat grafitasi semakin besar pada adukan, volume yang besar dan permukaan yang luas memberikan peluang yang semakin besar bagi terjadinya keretakan. Acian (campuran PC dan air) terlalu tebal juga menyebabkan keretakan. Tebal acian yang baik adalah 0,5 mm sampai dengan 1 mm. Tembok yang diplester harus dibasahi dengan sikat untuk menghilangkan debu dan meratakan penghisapan dari pasangan tembok, kemudian diberikan lapisan kamprotan dengan tebal 2 mm - 3 mm, setelah itu diberi lapisan plesteran maksimum 10 mm, terakhir lapisan acian. Tebal plesteran beserta acian tidak boleh lebih dari 1,3 cm Pelaksanaan konstruksi Sudah menjadi sifat dari adukan dengan nilai campuran yang berbeda akan menghasilkan nilai susut bahan yang berbeda pula, sehingga pada pertemuan antara pasangan tembok dan kolom-kolom praktis terdapat retakan. Retakan pada dinding atas karena beban terpusat Pola retakan berbentuk miring diagonal, keretakan ini dapat dihindarkan dengan memasang balok perata beban berupa balok ring atau balok pengikat keliling yang meliputi seluruh bagian atas dinding. Retak pada daerah bukaan Retakan pada sudut bukaan disebabkan pengaruh penyusutan dan pemuaian kusen kayu.

Persyaratan bahan dan pengerjaan Bata Merah Ukuran dan bentuk bata harus benar, tidak mudah patah atau pecah, sudut-sudutnya siku-siku, bebas dari debu dan kotoran yang menempel, bila diketuk ringan dengan benda keras berbunyi nyaring. Sesaat belum dipakai, bata harus dibasahi dulu dengan air dengan merendamnya 2 - 8 menit dalam air bersih. Hasil produksi bata merah tidak lazim diuji. Kualitas bata merah yang rendah disebut "bata rakyat" dan kualitas yang menengah dan baik disebut "bata pabrik". Tinggi rendahnya kualitas bata merah ini bergantung pada: 1. Kualitas tanah lempung sebagai bahan mentah 2. Metode serta pengawasan proses pengolahan dan percetakan 3. Proses pembakaran Penyimpangan tumpukan bata sedemikian rupa sehingga terlindung dari kelembaban tanah dan hujan, tumpukan diberi penutup plastik, sebelumnya pada tumpukan paling bawah diberi alas papan. Batako Ukuran dan bentuk harus benar, tidak mudah pecah, sudut-sudutnya siku-siku dan tidak mudah direpihkan dengan jari, bebas dari debu dan kotoran lain yang menempel. Pada lapisan paling bawah tumpukan diberi alas yang kering, tumpukan batako dilindungi kemungkinan menajdi basah atau lembab dengan ditutupi lapisan plastik. Pada saat hendak dipakai, batako perlu dibawahi dengan menyapukan kuas basah, jangan merendam batako kedalam air. Dari hasil penelitian sebaiknya dipakai batako yang mempunyai umur lebih dari 2 bulan (4). Adukan pasangan tembok Adukan adalah campuran dari bahan pengikat, bahan pengisi dan air. Bahan pengikat adalah semen atau kapur, sedangkan bahan pengisi adalah pasir atau trass. Fungsi adukan dalam pemasangan adalah pengikat antara bata atau batako juga meratakan permukaan atas pemasangan adalah pengikat antara bata atau batako juga meratakan permukaan atas pasangan tembok. Untuk mendapatkan kekuatan geser dan kekuatan lentur yang cukup dibutuhkan adukan yang mempunyai kekuatan tekan minimal harus sama dengan kekuatan tekan bata maupun batako pasangannya. Berdasarkan pengalaman penelitian komposisi campuran adukan 1PC : 5PS dan 1PC : 6PS memenuhi persyaratan teknis pasangan bata.

Bahan pengikat semen mempunyai proses pergeseran relatif lebih cepat bila dibandingkan dengan bahan pengikat lain, daya ikat semen tinggi sedangkan penyusutannya termasuk rendah. Bahan pengikat kapur mempunyai proses pengerasan lama, dan penyusutannya besar yang menyebabkan retak-retak. Kapur sebaiknya direndam dulu sebelum digunakan selama 18 - 24 jam. Berdasarkan pengalaman komposisi adukan untuk pemasangan batako adalah PC : 1Kp : 5Trs, atau PC : 1Kp : 6Trs memenuhi persyaratan teknis dan sedikit retakannya. Bahan pengisi agregat harus keras dan bergradasi baik. Sedangkan air untuk adukan dipakai air bersih. Pengujian yang dilakukan terhadap bahan dan pasangan, adalah sebagai berikut: o o o Bentuk dan ukuran Bentuk bata maupun batako yang prismatis dan mempunyai sudut siku sangat membantu dalam kemudahan pemasangan dan menambah produktivitas pekerjaan. Penyerapan (absorbsi) Daya serap yang rendah nilainya dapat mengurangi penggunaan air pada adukan yang akan digunakan untuk pemasangan. Kuat tekan Harga kuat tekan ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: stk = (Kg/ cm) P = Beban tekan (Kg) A = Luas permukaan yang ditekan (cm) Kuat lentur dan modulus elastisitas untuk mengetahui kemampuan lentur dalam arah tebal maupun arah lebar. Kuat lentur ditentukan dengan rumus stk = (Kg/ cm) Sedangkan Modulus Elastisitas dihitung dengan: E = 1/4 (Kg/ cm) Kuat geser Sejajar siar, ditentukan dengan rumus t = (Kg/ cm) P = Beban (Kg) A = Luas bidang geser (cm) Kuat geser diagonal, ditentukan dengan rumus t = (Kg/ cm) Pv = Beban vertikal (Kg) A = Luas bidang geser (cm)

Pekerjaan pemasangan 1. Adukan diletakan, cukup untuk satu buah, bata/batako diletakan dengan cara seolah-olah pesawat udara mendarat. Dengan cara ini kita meletakannya pada posisi yang dituju sekaligus ujungnya menggaruk/mendorong sedikit adukan, untuk penyesuaikan posisi cukup digeser kedepan dan belakang secara mendatar. Pasangan harus tetap datar dan tegak lurus, pada pemasangan digunakan tali pelurus. Semua siar vertikal, siar antara dinsing dan kolom maupun balok harus terisi penuh, tebal adukan siar 1 cm, dengan variasi 3 mm. Pasangan bata/batako yang baru selesai perlu dilindungi dari hujan dan terik matahari, dengan jalan ditutup dengan lembaran plastik, atau disirami/diperciki air tiap hari selama 1 - 2 minggu, atau cara perlindungan lainnya. Sebagai penutup, pasangan tembok diberi plesteran yang gunanya untuk melindungi tembok dari pengaruh cuaca, pengaruh mekanik dan untuk meratakan permukaan pasangan. Kecakapan pekerja Ketrampilan kerja atau kecakapan tukang yang melaksanakan pekerjaan pasangan adalah sangat penting karena merupakan penentu terhadap kualitas pekerjaan pasangan. Bila tukang yang mengerjakan mempunyai pengetahuan cukup tentang sifat-sifat bahan dan mempunyai keterampilan yang baik maka biarpun bahan jelek akan menghasilkan pasangan yang relatif baik.

2.

3. 4.

Perkuatan dengan Rangka 1. Bangunan tembok dengan perkuatan sangat dianjurkan untuk daerah rawan gempa. Perkuatan pada dinding tembokan merupakan kolom praktis, balok pondasi, balok pengikat atau balok keliling yang biasa disebut rangka bangunan yang dapat dibuat dari beton bertulang maupun kayu. Berdasarkan penelitian (5), perkuatan dengan rangka kayu tidak boleh dibangun diwilayah 1, 2, 3 pada tanah lunak atau pada wilayah 1 dan 2 pada tanah keras. Perkuatan dengan rangka beton bertulang. Perkuatan dengan rangka beton bertulang boleh dibangun diseluruh wilayah gempa. Mutu campuran beton yang dianjurkan minimum perbandingannya adalah 1PC : 2PS : 3Krl, bahan pasir dan kerikil harus bersih dari lumpur. Kadar lumpur maksimum 5% untuk pasir dan 1% untuk kerikil. Pencampuran bahan tersebut menggunakan air setengan (0,5) bagian. Tulang utama minimum untuk kolom 4 12 mm dengan sengkang 8 jarak 10 cm, sedangkan tulangan memanjang balok menggunakan diameter minimum 12 mm, dan tulangan sengkang 8 jarak 15 cm Hubungan antara balok dan kolom pinggir, dengan panjang penyaluran 50 cm. Pada pertemuan antar dinding dibuat kolom praktis dengan tulangan utama 4 10 dan tulangan sengkang 8 jarak 10 cm. Semua kolom harus dilengkapi angkur dengan 8 mm panjang 30 cm, maksimum setiap 6 lapis bata atau 3 lapis batako. Kuda-kuda diangkur dengan baik ke kolom atau ke balok keliling dengan 12 mm. Hubungan balok pondasi memakai angkur 10 mm setiap 1 m Pintu dan jendela (bukaan) Luas bukaan dinding harus lebih kecil dari 50% dari luas dindingnya. Kusen bukaan harus dipasang angkur 8 mm panjang 30 cm pada setiap 6 lapis bata atau 3 lapis batako. Untuk kusen dipakai kayu yang kering udara. Pada ampig harus diberi perkuatan berupa kolom penerus dari kolom dibawahnya, ditengah ampig. Setiap luas dinding maksimum 6 m harus dipasang kolom praktis beton bertulang selain rangka beton bertulang.

2.

3. 4.

5. 6.

Pembahasan Sampai saat ini masyarakat belum dapat berbuat banyak untuk mencegah terjadinya gempa bumi, mereka hanya bisa mengurangi akibat buruk yang ditimbulkan oleh gempa bumi dengan merencanakan dan membangun atau memperkuat bangunan rumahnya. Dari pengalaman bencana gempa bumi di Indonesia, bangunan yang roboh itu sebagian besar merupakan bangunan berdinding tembok yang dibangun secara spontan dan menurut kebiasaan setempat yang tidak benar untuk daerah gempa. Untuk membangun bangunan rumah tembok sesuai ketentuan konstruksi bangunan tahan gempa dengan memperhatikan : 1. 2. 3. Persyaratan bahan yang meliputi persyaratan bata merah, batako dan adukan untuk pasangan tembok. Semua bahan harus memenuhi persyaratan teknis yang berlaku. Pekerjaan pemasangan sangat penting karena merupakan penentu terhadap kualitas pekerjaan pasangan tembok. Tahapan pekerjaan harus memenuhi persyaratan teknis. Perkuatan rangka. Perkuatan pada dinding tembok merupakan kolom, balok pondasi dan balok pengikat keliling, bisa dibuat dari beton bertulang atau kayu. Pemasangan banyaknya kolom praktis berdasarkan luas permukaan dinding yang berguna untuk mencegah keruntuhan dinding akibat beban permukaan.

Kesimpulan 1. Prinsip utama bangunan tahan gempa adalah adanya kesatuan dari struktur bangunan, semua

2.

unsur bekerja bersama-sama sebagai satu kesatuan, jadi tidak bekerja secara terpisah. Detail sambungan antar unsur bangunan sangat penting, antara lain: o Hubungan unsur rangka beton bertulang, rangka perkuatan dinding balok dengan kolom, baik balok pondasi maupun balok pengikat keliling dinding, dengan panjang penyaluran tulangan 50 cm. o Hubungan antara kolom pengaku dinding dengan dinding tembok menggunakan angkur 8 mm panjang 30 cm setiap 6 lapis bata atau 3 lapis batako. Begitu pula antara kusen bukaan dengan dinding tembok menggunakan angkur 8 mm o Rangka kuda-kuda harus diangkur 12 mm, dengan baik pada kolom atau pada balok perata keliling. o Hubungan balok pondasi (sloof) dengan pondasi memakai angkur 10 mm setiap jarak 1 meter. o Pemasangan dinding tembok Pasangan harus tetap datar dan tegak lurus, tebal adukan 1 cm, dengan variasi 3 mm, semua siar terisi penuh, tebal siar sama dengan tebal adukan. Tebal plesteran beserta acian tidak boleh lebih dari 1,3 cm, dimana tebal kamprotan 2 mm - 3 mm dan tebal acian 0,5 mm - 1 mm. o Luas bukaan dinding harus lebih kecil dari 50 % dari luas dindingnya. Perkuatan dinding untuk luas dinding lebih kecil dari 6 m, bila lebih ditambah kolom praktis secara proporsional.

Daftar Pustaka Analisa kerusakan dinding bangunan gedung laboratorium KIM Serpong, Ir. R.B. Tular dkk, 1984 Manual perbaikan bangunan sederhana yang rusak berat akibat gempa bumi, Ir. Teddy Boen & Rekan, 1994 Teknologi adukan dan pasangan tembok, DPMB. Rumah batako, Konstruksi Rumah Sederhana Tahan Gempa, DPMB, 1984. Percobaan "Rumah Bata Merah Berangka Kayu" terhadap gaya lateral gempa, Puslitbang Permukiman, 1987.

Oleh: Murdiati Munandar

Buletin Pengawasan No. 30 & 31 Th. 2001

Anda mungkin juga menyukai