Anda di halaman 1dari 16

Debat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri. Contoh lain debat yang diselenggarakan secara formal adalah debat antar kandidat legislatif dan debat antar calon presiden/wakil presiden yang umum dilakukan menjelang pemilihan umum. Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di tingkat sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan dengan aturan ("format") yang jelas dan ketat antara dua pihak yang masing-masing mendukung dan menentang sebuah pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau beberapa orang juri yang ditunjuk untuk menentukan pemenang dari sebuah debat. Pemenang dari debat kompetitif adalah tim yang berhasil menunjukkan pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik.

Debat kompetitif dalam pendidikan


Tidak seperti debat sebenarnya di parlemen, debat kompetitif tidak bertujuan untuk menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti kemampuan untuk mengutarakan pendapat secara logis, jelas dan terstruktur, mendengarkan pendapat yang berbeda, dan kemampuan berbahasa asing (bila debat dilakukan dalam bahasa asing). Namun demikian, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif didasarkan atas debat formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul istilah "debat parlementer" sebagai salah satu gaya debat kompetitif yang populer. Ada berbagai format debat parlementer yang masing-masing memiliki aturan dan organisasinya sendiri. Kejuaraan debat kompetitif parlementer tingkat dunia yang paling diakui adalah World Universities Debating Championship (WUDC) dengan gaya British Parliamentary di tingkat universitas dan World Schools Debating Championship (WSDC) untuk tingkat sekolah menengah atas. Kompetisi debat bertaraf internasional umumnya menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar. Tidak ada bantuan penerjemah bagi peserta manapun. Namun demikian, beberapa kompetisi memberikan penghargaan khusus kepada tim yang berasal dari negara-negara yang hanya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (English as Second Language - ESL).

Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya antara lain Inggris, Australia, Irlandia, dan Amerika Serikat. Di Asia, negara yang dianggap relatif kuat antara lain Filipina danSingapura.

Debat kompetitif di Indonesia


Artikel Utama: Debat kompetitif di Indonesia Di Indonesia, debat kompetitif sudah mulai berkembang, walaupun masih didominasi oleh kompetisi debat berbahasa Inggris. Kejuaraan debat parlementar pertama di tingkat universitas adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED) yang diselenggarakan tahun 1997 di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, dan diikuti oleh tim-tim dari berbagai wilayah di P. Jawa. Kejuaraan debat se-Indonesia yang pertama adalah Indonesian Varsity English Debate (IVED) 1998 di Universitas Indonesia. Hingga kini (2006), kedua kompetisi tersebut diselenggarakan setiap tahun secara bergilir di universitas yang berbeda. Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan delegasi ke WSDC. Delegasi tersebut dipilih setiap tahunnya melalui Indonesian Schools Debating Championship (ISDC) yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Association for Critical Thinking (ACT).

Berbagai gaya debat parlementer


Dalam debat kompetitif, sebuah format mengatur hal-hal antara lain: jumlah tim dalam satu debat jumlah pembicara dalam satu tim giliran berbicara lama waktu yang disediakan untuk masing-masing pembicara tatacara interupsi mosi dan batasan-batasan pendefinisian mosi tugas yang diharapkan dari masing-masing pembicara hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh pembicara jumlah juri dalam satu debat kisaran penilaian

         

Selain itu, berbagai kompetisi juga memiliki aturan yang berbeda mengenai: penentuan topik debat (mosi) - apakah diberikan jauh hari sebelumnya atau hanya beberapa saat sebelum debat dimulai (impromptu)

lama waktu persiapan - untuk debat impromptu, waktu persiapan berkisar antara 15 menit (WUDC) hingga 1 jam (WSDC)

perhitungan hasil pertandingan - beberapa debat hanya menggunakan victory point (VP) untuk menentukan peringkat, namun ada juga yang menghitung selisih (margin) nilai yang diraih kedua tim atau jumlah vote juri (mis. untuk panel beranggotakan 3 juri, sebuah tim bisa menang 3-0 atau 2-1)

sistem kompetisi - sistem gugur biasanya hanya digunakan dalam babak elimiasi (perdelapan final, perempat final, semifinal dan final); dalam babak penyisihan, sistem yang biasa digunakan adalah power matching

Format debat parlementer sering menggunakan peristilahan yang biasa dipakai di debat parlemen sebenarnya: topik debat disebut mosi (motion) tim Afirmatif (yang setuju terhadap mosi) sering disebut juga Pemerintah (Government), tim Negatif (yang menentang mosi) disebut Oposisi (Opposition)

 

   

pembicara pertama dipanggil sebagai Perdana Menteri (Prime Minister), dan sebagainya pemimpin/wasit debat (chairperson) dipanggil Speaker of The House penonton/juri dipanggil Members of the House (Sidang Dewan yang Terhormat) interupsi disebut Points of Information (POI)

Australian Parliamentary/Australasian Parliamentary ("Australs")


Gaya debat ini digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar hingga ke kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di Asia, sehingga akhirnya disebut sebagai format Australasian Parliamentary. Dalam format ini, dua tim beranggotakan masing-masing tiga orang berhadapan dalam satu debat, satu tim mewakili Pemerintah (Government) dan satu tim mewakili Oposisi (Opposition), dengan urutan sebagai berikut: 1. Pembicara pertama pihak Pemerintah - 7 menit 2. Pembicara pertama pihak Oposisi - 7 menit 3. Pembicara kedua pihak Pemerintah - 7 menit 4. Pembicara kedua pihak Oposisi - 7 menit 5. Pembicara ketiga pihak Pemerintah - 7 menit 6. Pembicara ketiga pihak Oposisi - 7 menit 7. Pidato penutup pihak Oposisi - 5 menit 8. Pidato penutup pihak Pemerintah - 5 menit Pidato penutup (Reply speech) menjadi ciri dari format ini. Pidato penutup dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua dari masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga). Pidato penutup dimulai oleh Oposisi terlebih dahulu, baru Pemerintah. Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang harus didukung oleh pihak Pemerintah dan ditentang oleh Pihak Oposisi, contoh:

(This House believes that) Globalization marginalizes the poor. (Sidang Dewan percaya bahwa) Globalisasi meminggirkan masyarakat miskin. Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak Pemerintah dalam batasan-batasan tertentu dengan tujuan untuk memperjelas debat yang akan dilakukan. Ada aturan-aturan yang cukup jelas dalam hal apa yang boleh dilakukan sebagai bagian dari definisi dan apa yang tidak boleh dilakukan. Tidak ada interupsi dalam format ini. Juri (adjudicator) dalam format Australs terdiri atas satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Dalam panel, setiap juri memberikan voting-nya tanpa melalui musyawarah. Dengan demikian, keputusan panel dapat bersifat unanimous ataupun split decision. Di Indonesia, format ini termasuk yang pertama kali dikenal sehingga cukup populer terutama di kalangan universitas. Kompetisi debat di Indonesia yang menggunakan format ini adalahJava Overland Varsities English Debate (JOVED) dan Indonesian Varsity English Debate (IVED).

Asian Parliamentary ("Asians")


Format ini merupakan pengembangan dari format Australs dan digunakan dalam kejuaraan tingkat Asia. Perbedaannya dengan format Australs adalah adanya interupsi (Points of Information) yang boleh diajukan antara menit ke-1 dan ke-6 (hanya untuk pidato utama, tidak pada pidato penutup). Format ini juga mirip dengan World Schools Style yang digunakan di WSDC. Di Indonesia, format ini digunakan dalam ALSA English Competition (e-Comp) yang diselenggarakan (hampir) setiap tahun oleh ALSA LC [[Universitas Indonesia].

British Parliamentary ("BP")


Gaya debat parlementer ini banyak dipakai di Inggris namun juga populer di banyak negara, sebab format inilah yang digunakan di kejuaraan dunia WUDC. Dalam format ini, empat tim beranggotakan masing-masing dua orang bertarung dalam satu debat, dua tim mewakili Pemerintah (Government) dan dua lainnya Oposisi (Opposition), dengan susunan sebagai berikut:

Opening Government: - Prime Minister - Deputy Prime Minister Opposition Closing Government: - Member of the Government - Government Whip

Opening Opposition: - Leader of the Opposition - Deputy Leader of the Closing Opposition: - Member of the Opposition - Opposition Whip

Urutan berbicara adalah sebagai berikut:

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Prime Minister - 7 menit Leader of the Opposition - 7 menit Deputy Prome Minister - 7 menit Deputy Leader of the Opposition - 7 menit Member of the Government - 7 menit Member of the Opposition - 7 menit Government Whip - 7 menit Opposition Whip - 7 menit

Setiap pembicara diberi waktu 7 menit untuk menyampaikan pidatonya. Di antara menit ke-1 dan ke-6, pembicara dari pihak lawan dapat mengajukan interupsi (Points of Information). Bila diterima, pembicara yang mengajukan permintaan interupsi tadi diberikan waktu maksimal 15 detik untuk menyampaikan sebuah pertanyaan yang kemudian harus dijawab oleh pembicara tadi sebelum melanjutkan pidatonya. Juri dalam debat BP bisa satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Di akhir debat, juri menentukan urutan kemenangan dari peringkat 1 sampai 4 untuk debat tersebut. Dalam panel, keputusan sebisanya diambil berdasarkan mufakat. Bila mufakat tidak tercapai, Ketua Panel akan membuat keputusan terakhir. Di Indonesia, format ini digunakan dalam kompetisi Founder's Trophy yang diselenggarakan oleh Komunitas Debat Bahasa Inggris Universitas Indonesia setiap tahun.

Format World Schools


Format yang digunakan dalam turnamen World Schools Debating Championship (WSDC) dapat dianggap sebagai kombinasi BP dan Australs. Setiap debat terdiri atas dua tim, Proposisi dan Oposisi, beranggotakan masing-masing tiga orang. Urutan pidato adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pembicara pertama Proposisi - 8 menit Pembicara pertama Oposisi - 8 menit Pembicara kedua Proposisi - 8 menit Pembicara kedua Oposisi - 8 menit Pembicara ketiga Proposisi - 8 menit Pembicara ketiga Oposisi - 8 menit Pidato penutup Oposisi - 4 menit Pidato penutup Proposisi - 4 menit

Pidato penutup (reply speech) dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga) dan didahului oleh pihak Oposisi dan ditutup oleh pihak Proposisi. Aturan untuk interupsi (Points of Information - POI) mirip dengan format BP. POI hanya dapat diberikan antara menit ke-1 dan ke-7 pidato utama dan tidak ada POI dalam pidato penutup. Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan Indonesian Schools Debating Championship (ISDC). Beberapa SMU di Indonesia yang pernah mengadakan kompetisi debat juga menggunakan format ini.

American Parliamentary
Debat parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap debatnya dengan susunan sebagai berikut: Government

 Prime Minister (PM)  Member of the Government (MG) 


Opposition

 Leader of the Opposition (LO)  Member of the Opposition (MO)


Debat parlementer diadakan oleh beberapa organisasi berbeda di Amerika Serikat di tingkat pendidikan menengah dan tinggi. National Parliamentary Debate Association (NPDA), American Parliamentary Debate Association (APDA), dan National Parliamentary Tournament of Excellence (NPTE) menyelenggarakan debat parlementer tingkat universitas dengan susunan pidato sebagai berikut: Prime Minister - 7 menit Leader of the Opposition - 8 menit Member of the Government - 8 min Member of the Opposition - 8 min Leader of the Opposition Rebuttal - 4 min Prime Minister Rebuttal - 5 min

     

California High School Speech Association (CHSSA) dan National Parliamentary Debate League (NPDL) menyelenggarakan debat parlementer tingkat sekolah menengah dengan susunan pidato sebagai berikut: Prime Minister - 7 menit

    

Leader of the Opposition - 7 menit Member of the Government - 7 menit Member of the Opposition - 7 menit Leader of the Opposition Rebuttal - 5 menit Prime Minister Rebuttal - 5 menit

Dalam semua format tersebut kecuali CHSSA, interupsi berupa pertanyaan dapat ditanyakan kepada pembicara keempat pidato pertama, kecuali pada menit pertama dan terakhir pidato. Dalam format CHSSA, keenam pidato semuanya dapat diinterupsi. Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.

Debat kompetitif selain debat parlementer


Debat Proposal
Dalam gaya Debat Proposal (Policy Debate), dua tim menjadi penganjur dan penentang sebuah rencana yang berhubungan dengan topik debat yang diberikan. Topik yang diberikan umumnya mengenai perubahan kebijakan yang diinginkan dari pemerintah. Kedua tim biasanya memainkan peran Afirmatif (mendukung proposal) dan Negatif (menentang proposal). Pada prakteknya, kebanyakan acara debat tipe ini hanya memiliki satu topik yang sama yang berlaku selama setahun penuh atau selama jangka waktu lainnya yang sudah ditetapkan. Bila dibandingkan dengan debat parlementer, debat proposal lebih mengandalkan pada hasil riset atas fakta-fakta pendukung (evidence). Debat ini juga memiliki persepsi yang lebih luas mengenai argumen. Misalnya, sebuah proposal alternatif (counterplan) yang membuat proposal utama menjadi tidak diperlukan dapat menjadi sebuah argumen dalam debat ini. Walaupun retorika juga penting dan ikut memengaruhi nilai setiap pembicara, pemenang tiap babak umumnya didasari atas siapa yang telah "memenangkan" argumen sesuai dengan fakta pendukung dan logika yang diberikan. Sebagai konsekuensinya, juri kadang-kadang membutuhkan waktu yang lama untuk mengambil keputusan karena semua fakta pendukung harus diperiksa terlebih dahulu. Di Amerika Serikat, Debat Proposal adalah tipe debat yang lebih populer dibandingkan debat parlementer. Kegiatan ini juga telah dicoba dikembangkan di Eropa dan Jepang dan gaya debat ini ikut memengaruhi bentuk-bentuk debat lain. Di AS, Debat Proposal tingkat SMU diselenggarakan oleh NFL dan NCFL. Di tingkat universitas, debat ini diselenggarakan oleh National Debate Tournament (NDT), Cross Examination Debate Association (CEDA), National Educational Debate Association, dan Great Plains Forensic Conference.

Debat Proposal terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing dua orang dalam tiap debatnya. Setiap pembicara membawakan dua pidato, satu pidato konstruktif (8 atau 9 menit) yang berisi argumen-argumen baru dan satu pidato sanggahan (4, 5, atau 6 menit) yang tidak boleh berisi argumen baru namun dapat berisi fakta pendukung baru untuk membantu sanggahan. Biasanya, sehabis setiap pidato konstruktif, pihak lawan diberikan kesempatan untuk melakukan pemeriksaan silang (cross-examination) atas pidato tersebut. Setiap isu yang tidak ditanggapi oleh pihak lawan dianggap sudah diterima dalam debat. Dewan juri secara seksama mencatat semua pernyataan yang dibuat dalam suatu babak (sering disebutflow). Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.

Lincoln-Douglas Debate
Nama gaya debat ini diambil dari debat-debat terkenal yang pernah dilakukan di Senat Amerika Serikat antara kedua kandidat Lincoln dan Douglas. Setiap debat gaya ini diikuti oleh dua pedebat yang bertarung satu sama lain. Argumen dalam debat ini terpusat pada filosofi dan nilai-nilai abstrak, sehingga sering disebut sebagai debat nilai (value debate). Debat LD kurang menekankan pada fakta pendukung (evidence) dan lebih mengutamakan logika dan penjelasan. Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.

Indonesian Varsity English Debate


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Indonesian Varsities English Debate (IVED) adalah kompetisi debat parlementer tingkat universitas seIndonesia yang pertama. Kompetisi ini diselenggarakan setahun sekali dari tahun 1998 hingga sekarang (2009).

Sejarah
Pada tahun 1996, tiga mahasiswa berprestasi (Mapres) dari Universitas Indonesia (UI) dikirim oleh kampusnya untuk mengikuti lomba debat parlementer se-ASEAN, ASEAN Varsities Debate 1996 di Universiti Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia. Walaupun belum dapat berprestasi banyak, satu dari ketiga pedebat ini bertekad untuk mengembangkan kegiatan ini sekembalinya ke tanah air. Ia pun kemudian melatih 3 orang mahasiswa UI untuk membentuk satu tim ke kompetisi IV All-Asians Intervarsity Debating Championships, sebuah lomba debat parlementer tingkat Asia yang diselenggarakan oleh Nanyang Technological

University, Singapura tahun 1997. Kompetisi ini juga diikuti oleh satu tim dari Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), PEDS. Sepulang dari kegiatan tersebut, pada tahun 1997 Unpar memutuskan untuk mengadakan lomba debat parlementer se-Jawa yang pertama, All Java-Overland Intervarsity Debating Championships (nama ini kemudian diubah menjadi Java Overland Varsities English Debate). Di akhir turnamen, UI menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah berikutnya. Namun demikian, UI akhirnya memilih untuk memperluas jangkauan kompetisi dan mengadakan IVED yang pertama tahun 1998. Acara tersebut mendapatkan dukungan dari salah satu TV swasta di Indonesia (RCTI) yang menjadi sponsor utama.

Kepanitiaan
Karena IVED diselenggarakan oleh universitas-universitas yang berbeda setiap tahunnya, kejuaraan ini tidak memiliki organisasi formal yang tetap. Namun demikian, pada setiap kali penyelenggaraan IVED selalu disediakan waktu untuk pertemuan Indonesia Council Meeting (ICM) yang dipimpin oleh ketua panitia dari pihak tuan rumah. Tugas utama ICM adalah melakukan proses tender (bidding) dalam rangka memilih tuan rumah kompetisi IVED berikutnya. Selain itu, rapat ICM juga diberi wewenang untuk mengambil keputusan atas perselisihan dan masalah-masalah lain yang mungkin terjadi selama penyelenggaraan kompetisi.

Institusi yang pernah menjadi tuan rumah


1. IVED 1998 di Universitas Indonesia, Depok 2. IVED 1999 di Universitas Atma Jaya, Jakarta 3. IVED 2000 di Universitas Kristen Petra dan Akademi Angkatan Laut, Surabaya 4. IVED 2001 di Institut Teknologi Bandung, Bandung 5. IVED 2002 di Universitas Hasanuddin, Makassar 6. IVED 2003 di Universitas Sumatera Utara, Medan 7. IVED 2004 di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta 8. IVED 2005 di Universitas Bina Nusantara, Jakarta 9. IVED 2006 di Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta 10. IVED 2007 di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto 11. IVED 2008 di Universitas Udayana, Denpasar 12. IVED 2009 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta 13. IVED 2010 di Institut Teknologi Bandung, Bandung 14. IVED 2011 di Universitas Hasanuddin, Makassar 15. IVED 2012 di Universitas Muhammadiyah Malang, Malang

Pemenang dan finalis


Tahun Anggota Tim Juara  1998    1999    2000    2001  Patsy Widakuswara Handayani Putri Agung Nugroho Aryanti Rianom Agung Nugroho Ria Nuri Dharmawan Idauli Hutasoit Adhy Poetra Al Hosen Puguh Priambodo Dayu Nirma Amurwanti Yohana Florence Citra Palupi   2002    2003    2004    2005    2006   Rully Sandra Adhityani Putri Arga Apriliana Susana Cut Hilda Meutia Ina Damayanti Donny Eryastha Melanie Tedja Enda Ginting Arip Syaman Syoleh M. Ridho Jeni Wardin Nidya Hapsari Evan Oktavianus Miranda Anwar Haris Faozan Astrid Kusumawardhani Universitas Indonesia, Depok Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Universitas Indonesia, Depok Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Universitas Atma Jaya, Jakarta Universitas Indonesia, Depok Universitas Padjadjaran, Bandung Universitas Indonesia, Depok Universitas Indonesia, Depok Universitas Indonesia, Depok Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Universitas Indonesia, Depok Universitas Indonesia, Depok Universitas Indonesia, Depok Universitas Atma Jaya, Jakarta Universitas Indonesia, Depok Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto Juara Finalis

 2007    2008    2009    2010  

Denny Firmanto Halim Wibowo Arindrarto Martha Poppy Astari Damia Jonathan Marpaung Angga Kho Meidy Jessica Clara Shinta Ika Septihandayani Astri Agustina Marsha Faradina Kirana Kania Vincentius Dito Krista Holanda Institut Teknologi Bandung, Bandung Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Universitas Indonesia, Depok Universitas Negeri Malang, Malang Universitas Atma Jaya, Jakarta Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

 2011  

Bella Chyntiara Universitas Gadjah Eldhianto Maulana Jusuf Mada, Yogyakarta Urfi Syifa Urohmah Universitas Indonesia, Depok

Penjurian
Tim Dewan Juri (Adjudication Team), yang juga sering dikenal sebagai (Adjudication Core), diajukan oleh institusi yang akan menjadi tuan rumah IVED pada saat Pertemuan Dewan IVED (IVED Council Meeting) IVED sebelumnya. Ketua Dewan Juri (Chief Adjudicator) dapat berasal dari institusi tuan rumah maupun dari instutusi lain. Namun, untuk menjamin keadilan penjurian, Ketua Dewan Juri (Chief Adjudicator) tersebut harus didampingi oleh Wakil Ketua Dewan Juri (Deputy Chief Adjudicator) yang berasal dari institusi lain di luar institusi tuan rumah. Nama yang diajukan sebagai Tim Dewan Juri merupakan salah satu pertimbangan untuk peserta Pertemuan Dewan IVED (IVED Council Meeting) dalam memutuskan tuan rumah IVED berikutnya. Akreditasi juri diadakan sebelum babak penyisihan dimulai untuk menentukan tingkat kualifikasi tiap juri. Akreditasi yang didapat dari kompetisi lain baik lokal (JOVED, ISDC, dan lain-lain) maupun internasional (mis. WUDC) juga dapat dinyatakan berlaku, sesuai keputusan Ketua Dewan juri. Setiap debat diusahakan dipimpin oleh panel juri yang terdiri atas minimal 3 orang, kecuali bila tidak memungkinkan maka beberapa debat dapat dipimpin oleh satu orang juri saja.

Format dan Sistem Pertandingan

Format yang digunakan dalam IVED adalah Australasian Parliamentary. Pertandingan dalam kompetisi ini dibagi menjadi babak penyisihan dan babak eliminasi. Babak penyisihan dilakukan menggunakan sistem power matching berdasarkan angka kemenangan dan selisih nilai masing-masing tim. Babak eliminasi dilakukan dengan sistem gugur mulai perdelapan final. Ketika pertandingan IVED di Unhas, sistem power matching diganti dengan sistem break and slide untuk meningkatkan tingkat kompetisi antar tim dan untuk membuat tim yang lolos ke babak eliminasi memiliki kualitas yang diharapkan rata.

Debat kompetitif di Indonesia


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Di Indonesia, debat kompetitif dalam sistem debat parlementer sudah mulai berkembang, walaupun masih didominasi oleh kompetisi debat berbahasa Inggris. Kejuaraan debat parlementar pertama di tingkat universitas adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED) yang diselenggarakan tahun 1997 di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, dan diikuti oleh tim-tim dari berbagai wilayah di Pulau Jawa. Kejuaraan debat se-Indonesia yang pertama adalah Indonesian Varsity English Debate (IVED) 1998 di Universitas Indonesia. Hingga kini, kedua kompetisi tersebut diselenggarakan setiap tahun secara bergilir di universitas yang berbeda. Sistem debat yang umum digunakan di kejuaraan-kejuaraan di Indonesia adalah Asian Parliamentary, Australasian Parliamentary dan British Parliamentary. Seiring dengan waktu, kompetisi debat parlementer makin banyak dengan sistem, tema dan tingkat yang berbeda-beda. Beberapa di antaranya adalah ASEAN Law Students Association (ALSA) Universitas Indonesia English Competition, ALSA Universitas Padjadjaran English Challenge, National Environmental Debate (NED), Festival Ekonomi Syariah (FES) Debate Competition, National Universities English Debating Championship (NUEDC), Founders' Trophy, Capital Market Debating Competition (CMDC), UNPAD Economics National Debate Competition (NDC), Binus International National Debate (BIND), National English Olympics (NEO) dan The Habibie Center Public Intervarsity English Debate. Indonesia juga pernah memiliki kompetisi debat dalam bentuk acara televisi yang disiarkan oleh Televisi Republik Indonesia dengan judul Battle of Wits. Acara tersebut sudah tidak ditayangkan lagi.

Beberapa komunitas debat tingkat universitas yang aktif di Indonesia antara lain: English Debating Society Universitas Indonesia (EDS UI) English Debating Society Universitas Gadjah Mada (EDS UGM) Student English Forum Institut Teknologi Bandung (SEF ITB)

  

         

English Speaking Union Universitas Padjadjaran (ESU UNPAD) Binus International Pool of English Debaters (BIPEDS) Parahyangan English Debate Society dari Universitas Katolik Parahyangan (PEDS) Atma Jaya Debating Club dari Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta (ADC) Sekolah Tinggi Akuntansi Negara English Club (STAN EC) English Debating Society Universitas Jenderal Soedirman (EDS Unsoed) English Debating Society Universitas Negeri Semarang (EDS UNNES) Bina Nusantara Association of Debaters (BAD), bagian dari Bina Nusantara English Club (BNEC) Hasanuddin English Debating Society dari Universitas Hasanuddin (HEDS) Student English Activity (SEA-UMY) dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Di tingkat SMA pun debat parlementer semakin populer. Seperti tingkat universitas, berbagai lomba debat tingkat SMA juga sering diadakan setiap tahunnya, dimana komunitas debat berbagai SMA yang berbeda bertanding. Beberapa kejuaraan tingkat SMA yang cukup prestigius antara lain ASEAN Law Students Association (ALSA) Universitas Indonesia English Competition (kejuaraan tersebut diadakan untuk dua kategori debat; universitas dan SMA), Phyxius English Debating Competition (PEDC) di SMAK 1 BPK Penabur Bandung, Canisius English Competition (CEC) di SMA Kolese Kanisius Jakarta, Bina Nusantara English Competition (BiNus E-Comp) di Binus International Jakarta, dan Nationwide English Olympics (NEO) yang diselenggarakan oleh bina Nusantara English Club (BNEC) untuk tingkat SMA dan Universitas.

Keikutsertaan dalam World Schools Debating Championship (WSDC)


Indonesia mengirimkan delegasi pertamanya ke WSDC 2001 yang diadakan di Johannesburg, Afrika Selatan. Sebagai tim baru, tim Indonesia berhasil meraih gelar "Best New Team". Pada keikutsertaan Indonesia yang ketiga kalinya di WSDC 2003, Indonesia berhasil masuk 16 besar (peringkat 11) sehingga lolos ke babak eliminasi perdelapan final. Tahun berikutnya, Indonesia juga mendapatkan tempat di perdelapan final dengan menduduki peringkat 13. (Sumber: The 2005 ISDC Program Book)

Keikutsertaan dalam Asian Universities Debating Championship (AUDC)


Indonesia telah aktif berpartisipasi sejak AUDC pertama pada tahun 2005. Dalam hal prestasi debat, prestasi terbaik Indonesia adalah saat tim dari Universitas Indonesia masuk ke babak 16 besar sebagai peringkat ke-16 pada tahun 2007, dengan anggota Siti Astrid Kusumawardhani, Astari Damia, Ahmad Hilmy. Secara konsisten, Indonesia juga menunjukkan prestasi yang luar biasa pada kategori English-as-ForeignLanguage sejak AUDC pertama di tahun 2005 dimana Bina Nusantara English Club (BNEC), diwakili oleh Siti Nur Aulyana, Ranthy Tobing, Andreas Fender meraih Juara 2. Di tahun-tehun berikutnya, Indonesia meraih prestasi yang semakin tinggi dalam kategori EFL ketika pada tahun 2006, Binus (Siti Nur Auliana, Ranthy

Tobing, Sarel Dika) dan tahun 2007, UGM (Bernando Tampubolon, Engelbertus Panggalo, Novelisa Wirid) menjuarai kategori tersebut. Pada tahun 2007, semi final kategori EFL dipenuhi tim-tim Indonesia, yakni Atma Jaya Jakarta (Anthony Saputra, Paula Lucia, Nita Chrysanti), ITB (Masyhur Azis Hilmy, Aino Nindya Auerkari, Luthfi Abdurrahman) dan UNY. Pada tahun 2008, Juara 1 kembali dimenangkan oleh Binus (Bryan Gunawan, Ranthy Tobing, Christina) dan Juara 2 dimenangkan oleh UMY. Dalam bidang penyelenggaraan, Indonesia untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah turnamen debat berskala regional pada tahun 2007 ketika Institut Teknologi Bandung berhasil memenangkan bidding untuk AUDC 2007. Dua orang Indonesia pernah menjadi anggota inti dalam dewan AUDC, yaitu Norman Febrian (ITB) dan Bryan Gunawan (BiNus)

Keikutsertaan dalam All-Asian Intervarsity Debating Championship


Prestasi terbaik Indonesia dalam All-Asian Intervarity Debating Championship saat tim dari Universitas Indonesia yang beranggotakan Adisti Ikayanti, M. Donny Eryastha, dan Siti Astrid Kusumawardhani mencapai babak perempat final dalam kompetisi di Langkawi, Malaysia, tahun 2006.

Keikutsertaan dalam United Asian Debating Championship (UADC)


Sejak tahun 2010, All-Asian Intervarsity Debating Championship digabung dengan Asian Universities Debating Championship menjadi United Asian Debating Championship (UADC). UADC pertama diadakan di Assumption University, Thailand. Tim Indonesia yang berpartisipasi dalam UADC pertama adalah Bina Nusantara, Binus Internasional, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Katolik Parahyangan. Di antara tim-tim tersebut, prestasi tertinggi diraih oleh ITB (Luthfi Abdurrahman, Elfa Nugraha, Karina Patria Soedjatmiko) yang mengalahkan UGM (Urfi Syifa Urohmah, Rizky Wirastomo, Yunizar Adiputera) di babak final kategori English-as-Foreign-Language. Kategori tersebut diperuntukkan bagi tim-tim yang tidak lolos ke 16 besar tetapi berasal dari lingkungan yang tidak berbahasa Inggris. Pada kategori tersebut, Binus Internasional (Ravina, Astrio Feligent, Steven) meraih peringkat keempat.

Keikutsertaan dalam World Universities Debating Championship (WUDC)


Keikutsertaan dalam WUDC tidak mewakili negara tetapi mewakili universitas. Pada WUDC 2006 di Dublin, Irlandia, satu tim dari Universitas Indonesia yang beranggotakan Santi Nuri Dharmawan dan Mahardhika Sadjad lolos ke babak eliminasi ESL (English as Second Language). Pada WUDC 2008 di Assumption University, Thailand, tiga tim dari Universitas Indonesia dan satu tim Institut Teknologi Bandung berhasil lolos ke babak eliminasi ESL. Tim pertama UI beranggotakan Miranda Anwar dan Siti Astrid Kusumawardhani, tim keduanya Kartika Anindya dan Mahardhika S. Sadjad, dan tim ketiganya Dewi Wijayanti dan Tirza Reinata, sedangkan tim ITB diwakili oleh Luthfi Abdurrahman dan Masyhur Aziz Hilmy.

Namun, perlu diketahui bahwa pada WUDC ini jumlah tim ESL yang lolos adalah sebanyak 32 tim, dua kali lipat jumlah biasanya, karena terjadi kesalahan pengumuman kelolosan tim-tim ESL yang memaksa panitia untuk meloloskan lebih banyak tim sebagai bentuk kompensasi atas kekecewaan tim-tim yang diumumkan lolos dan ternyata tidak lolos. Meskipun pada tahun ini banyak tim Indonesia yang lolos, termasuk tim pertama UI yang lolos di peringkat teratas, seluruh tim tersebut gugur di babak perdelapan final. Pada WUDC 2009 di University College Cork, Irlandia, hanya satu tim Indonesia yang berpartisipasi yaitu dari Universitas Indonesia (Tirza Reinata, Dewi Wijayanti). Kebalikan dari WUDC 2008, pada WUDC 2009 jumlah tim ESL yang lolos ke babak berikutnya hanya 8 karena jumlah tim ESL keseluruhan juga sangat sedikit. Hal ini berdampak pada tim UI tidak lolos ke babak eliminasi ESL meskipun performanya di babak penyisihan yang cukup baik. Mulai tahun 2009, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) Indonesia mengadakan lomba debat tingkat nasional dimana para finalis akan disponsori penuh ke WUDC. Lomba debat tersebut dinamakan National Universities English Debate Championship (NUEDC). NUEDC pertama diadakan di STESIA Surabaya. Pada kompetisi tersebut, Institut Teknologi Bandung(Muhammad Pandu, Luthfi Abdurrahman) meraih gelar juara mengalahkan Universitas Indonesia (Freida Siregar, Astari Damia), Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta (Denny Firmanto Halim, Joan Wicitra) dan Universitas Negeri Malang di final. Keempat tim tersebut disponsori penuh oleh DIKTI untuk berpartisipasi dalam WUDC 2010 di Koc University, Turki. Tahun ini, tidak satupun tim Indonesia lolos ke babak eliminasi utama maupun ESL; meskipun tim ITB mendapatkan peringkat 17 ESL, terpaut satu posisi dari peringkat yang dibutuhkan untuk lolos. Dalam kompetisi ini Bryan Gunawan (BiNus) berhasil memperoleh 6th Best Speaker EFL. Pada penyelenggaraan NUEDC 2010, Universitas Diponegoro (Satrio Adi Pratama, Buna Rizal) meraih gelar juara mengalahkan Universitas Indonesia (Natalia Rialucky, Ahmad Naufal Da'i), Universitas Gadjah Mada (Yunizar Adi Putra, Eldhianto Maulana Jusuf), ketiga tim ini menjadi utusan DIKTI pada World Universities Debating Championship 2010 di Botswana. Selain itu, pada tahun ini terdapat divisi baru dalam NUEDC, yakni divisi EFL, yang diperuntukkan bagi tim yang belum pernah mencapai babak Octo-Final di Turnamen debat Bahasa Inggris tingkat nasional di Indonesia seperti IVED, JOVED, ALSA UI E-comp, FT dan BIND serta belum pernah tinggal di luar negeri lebih dari tiga bulan. Pemenang dari EFL NUEDC 2010 adalah Universitas Bengkulu. Pada penyelenggaraan NUEDC 2011, melibatkan 96 tim yang berasal dari 12 Region Kopertis, dan merupakan NUEDC terbesar sejak di selenggarakan pertama kali pada tahun 2007.Universitas Bina Nusantara (Christian Leonardo, Astrio Feligent) meraih gelar juara mengalahkan Institut Teknologi Bandung (Dito Krista, Rifan Ibnu Rahman), Universitas Indonesia (Adlini Ilma Ghaisany Sjah, Roderick Sibarani), ketiga tim ini akan menjadi utusan DIKTI pada World Universities Debating Championship 2011 di Filipina, adapun Universitas Bakrie (Ammar Syah Anwar, Aryo) yang masuk ke Grandfinal tetapi menempati peringkat 4, tidak

berhasil masuk menjadi delegasi DIKTI. Pada divisi EFL, tahun ini dimenangkan oleh Sekolah Tinggi Bahasa Asing Teknokrat Lampung (Nurul Djannah, Sheilla Koesin) yang pada akhir babak pra-penyisihan menempati peringkat 8 dari 96 tim dan sekaligus menjadi wakil DIKTO di WUDC tahun ini.

Anda mungkin juga menyukai