Anda di halaman 1dari 34

AGAMA DAN MANUSIA

....Ialah ( Allah ) yang mengutus ( Nabi Muhammad ) dengan petunjuk yang nyata dan agama yang benar ( sejati ), supaya ia memenangkan agama itu ( islam ) diatas segala agama yang yang lainnya, walaupun orang2 musyrik membencinya. ( As-shaf : 9 ) Sejak adanya manusia dimuka bumi ini, sejak itu pula mulailah orang membuat sesembahan, tempat yang dipuja dan dipuji, tempat yang dianggap suci, karena manusia tahu, bahwa diluar dia ada berdiri satu kekuatan dan kekuasaan yang lebih besar, lebih sempurna dari pada kekuatan dan kekuasaan yang ada pada dirinya. Orang menyembah batu dan kayu, menyembah tanah dan air, menyembah api dan angin, singkatnya macam-macam akal dan daya upaya manusia untuk mencari perlindungan, mencari keselamatan bagi dirinya semasa hidupnya. Zaman jahiliyah yang kuno itu sudah lampau. Diganti dengan jahiliyah modern, yang pada hakekatnya pun tidak beda dengan kegelapan pada zaman dahulu kala itu. Berpuluhpuluh, beratusratus, bahkan beribu kali Allah Subhanahu wa Taala mengirimkan utusan utusannyaNya ( rasul ) dan NabiNabiNya ( pembawa berita dari Allah ), untuk memperbaiki keadaan manusia, didalam hidup dan pergaulannya. Tiaptiap utusan Allah itu diturunkan, tiaptiap kalinya ia mendapat tantangan dari kaum jahilin dengan kekerasan dan kekejaman. Oleh sebab itu tidak jarang ada nabi yang terbunuh ataupun yang di usir dari tempat tinggalnya. Hanya karena menyiarkan beritaberita atau agama dari pada yang esa. Satusatunya Dzat yang wajib disembah oleh tiaptiap makhluk. Dari pada berpuluhpuluh, dari sekian banyaknya nabi Allah itu, yang paling terakhir, yang penutup ialah Nabi Muhammad Rosulullah Saw. Nabi kesudahan yang menutup dan mencukupkan serta menyempurnakan segala nabuwah dari pada Allah. Nabi ialah seorang yang membawa benih kesejahteraan, benih kesentosaan, sekalian peraturanperaturan ( addinagama ) karena karunia dan kasih dari pada Allah jua. Hal ini dengan nyata disebutkan di dalam Al Quran, Surat AlAnbiya ayat 107, sebagai berikut : Dan tidaklah Allah mengirimkan kamu kedunia, melainkan untuk memberikan rahmat bagi sekalian alam. Perkataan alam disini ditujukan kepada sekalian makhluk, sekalian bangsa manusia, bahkan berarti pula segala apapun, yang ghaib dan yang nyata. Ayat yang kita kutipkan diatas ini cukuplah kiranya menjadi bukti kenyataan, bahwa agama yang diataskan oleh Allah atas sekalian Agama yang lainnya ( yang lebih dulu>sebab kemudian dari itu tidak ada Rasullullah lagiialah Agama islam. Lebih tegas lagi didalam AlQuran Surat AliImran ayat 18 : ,,,, Bahwasanya agama yang sempurna dalam pandangan Allah ialah agama islam. Dalam kitab yang sekecil ini bukanlah maksud kita membicarakan masalah agama dan manusia dengan seluasluasnya, melainkan hanyalah sekedar yang mengenai garisgaris besarnya, dengan harapan, mudah-mudahan dengan sepatah dua patah perkataan yang tuiliskan atau

berkenanlah hendaknya Allah membukakan matahati kita, hingga kita mengetahui akan maksud dan tujuan hidup yang sempurna, sebagai yang diajarkan oleh penghulu besar, Nabi Muhammad SAW. 1. KHALIQ DAN MAKHLUK Allah Subhanahu wa Taala menitahkan sekalian ala mini, yang gaib dan yang nampak, sepanjang atau sependek penyelidikan mufasirin yang terbanyak, bolehlah dibagi menjadi dua bagian : (1). Takwin Takwin itu artinya, bahwa sesungguhnya Allah membuat sekalian alam ini dengan satu cara, yang sekalikali tidak dapat diselidiki atau diketahui oleh panca inderanya manusia, satu cara yang mengatas segala penyelidikan dan pengetahuan makhluknya. Afa-oellah ( perbuatanperbuatan Allah ) ini tidak bersangkutpaut dengan sesuatu makhluk. Tidak ada gantungan atau hubungan dengan tangan manusia, tidak pula ada satu usaha manusia yang mencampurkan diri padanya. semuanya ituterjadi dan dijadikan, karena kehendak ( iradat ) dan kekuasaan ( Qudrat ) Allah semata. (2). Tasjri Selain dari pada itu ada pula perbuatanperbuatan Allah, yang seolaholah tergantung, atau seakanakan dilekatkan dengan usaha manusia. Satu perkara yang tampaknya terikat oleh waktu dan tempat di dalam alam ini. Maka tumbuhlah di dalam ilmu pengetahuan manusia berbagaibagai teori, yang berkenaan dengan fisafat, tasawuf dan syariat agama, misalnya: teori asbabun-nuzul, satu teori yang menerangkan sebabsebab turunnya ayatayat Al Quran. Bagian ini lazimnya dinamakan orang bagian Tasjri, artinya sesuatu perkara, yang menghendaki dan menuntut berlakunya syariat, bersangkutan dan berhubungan langsung dengan adanya atau dengan perantaraan syariat. Maka dengan jalan Tasjri inilahdemikianlah cara manusiaAllah Taala menurunkan Agamanya kepada sekalian makhluknya. Agama yang di dalamnya terdapat segala peraturan bagi manusia, bagian duniawi maupun ukhrowi, hidup seorang diri atau hidup bersamasama, bagi satu bangsa dan segenap peri-kemanusiaan, bagi kemuliaan di dunia dan bahagia di akhirat. Pendek panjangnya, sekalian peraturan yang menjadi keperluan ala mini, dlohir dan bathinya, semuanya dapat kita temukan di dalam Agama ( Din ) islam, mulai yang sekecilkecilnya hingga yang sebesar-besarnya.

2. MAKSUD DAN TUJUAN HIDUP MANUSIA

Adapun maksud dan tujuan hidup manusia, yang ber illahkan kepada Allah dan bernabikan kepada Nabi Muhammad, tidak ada lain, melainkan; melakukanamal ibadah terhadap Allah dengan khusudalam arti kata yang sesempurnanya, dengan cara dan laku yang di contohkan oleh junjungan nabi kita Nabi Rosulullah SAW. Kita yakin dengan penuhpenuh, bahwa tidak ada contoh yang paling mulia, paling utama, paling tinggi dan paling luhur harkat derajatnya, melainkan contoh dan tauladan dari pada penghulu besar kita itu tentang keindahan budi pekerti ( akhlak ) , kekuatan ruhani ( batin ) dan keutamaan perjalanan. Itu tidak seorangpun yang dapat menolaknya, walau lawan dan musuh islam sekalipun. Berkenaan dengan perkataan'Ibadah', baiklah disini kita terangkan dengan singkat akan arti dan maksud perkataan ini. Adapun hal ibadah inisepanjang garis-garis besarnyabolehlah dibagi menjadi dua bagian : (1) Ibadah Khususiyah, yang mengenai keperluan manusia seorang diri, dan (2) Ibadah Umumiyah, yang bersangkutan dengan keperluan manusia menghadapi sekalian alam diluar dirinya. Bagian yang pertama seringkali disebut juga bagian,anniyah ( individu ), dan bagian kedua dinamakan orang nahniyah ( universal ) Maka kewajiban tiaptiap manusia beribadah atau bakti kepada Allah itu, termaktub di dalam berpuluhpuluh ayat AlQuran dan ternyata didalam segenap sunah Rosulullah SAW. Antara lain disebutkan di dalam Kitabullah yang suci itu : Hai sekalian bangsa manusia! Baktilah kepada Robbmu, ( Robb ) yang menjadikan kamu dan menjadikan orangorang sebelum kamu, agar supaya kamu bertakwa . ( AlBaqarah-21 ) Dan lagi : ,, Dan tidaklah diperintahkan kepada manusia,melainkan agar supaya berbakti kepada Robb yang esa: tiada Robb ( lain ), melainkan dia.. ( At Taubah-31) Di dalam zaman sekarang ini kita alami ini sungguh sangat perlu manusia tahu, sadar dan insyaf akan kewajibannya, BaktiJika ia tidak bakti kepada Allah, tentulah ia akan bakti kepada selain dan diluar dari pada Allah.Maka mudah sekali manusia jatuh dalam kekufuran, hanya karena tidak tahu kepada siapa ia wajib bakti. Selain dari pada itu, perbuatan Bakti itu pun harus pula dilakukan dengan khusu dan dengan hati yang suci serta ikhlas, seperti yang diajarkan didalam Al-Quran: ,, Tiadalah diperintahkan kepada manusia, melainkan bagi berbuat bakti kepada Allah, dengan ikhlas dan setia hati..( AlBayinah5 ) Dan lagi :

,,Bahwasanya kami ( Allah ) menurunkan kitab ini (Al Quran) dengan kebenaran, maka berbaktilah kepada Allah denga ikhlas dan tulus hati,ingatlah bahwa sesungguhnya bakti yang ikhlas itu hanya bagi Allah semata ( AzZumar : 23 ) Lagi pula, perbuatan bakti atau ibadah itu tidak boleh dilakukan sekehendak kita, yang mudah terhinggapi penyakit segan dan bosen, tetapi bakti sampai kepada akhir hayat kita, bakti yang diperbuat sampai kepada nafas yang penghabisan seperti yang dinyatakn di dalam AlQuran Surat Al-Hijr ayat 99 ,, Baktilah kepada Robbmu,hingga datang kepadamu yang diyakini ( ajal ) Selain dari pada itu , Bakti kepada Allah yang esa itu Bakti yang diajarkan oleh Agama ( Din ) islam, bukanlah Bakti yang setengahsetengah, yang tanggungtanggung, Bakti menurut sesuka nafsu manusia, melainkan ialah Bakti yang penuhpenuh, Bakti yang genap-lengkap, enteng atau beratnya, seperti yang dimaktubkan di dalam AlQuran : ,,Hai sekalian orangorang yang beriman ! masuklah kepada Agama (Din ) islam segenapnya ( kaffah ). ( AlBaqarah : 208 ) Mengingat keterangan di atas cukuplah kiranya sekadar untuk memberi gambaran, apakah ibadah atau Bakti itu. Berhubung dengan pembagian ibadah tersebut, maka kewajiban bakti kita itu pun terbagi pula atas dua bagian, yang tidak boleh ditinggalkan salah satunya, melainkan kedua kewajiban itu harus berlaku bersama sama. (a) Al Hadits alal Qadim Dengan perkataan ini dimaksudkan kewajiban manusia kepada Allah yang langsung, Kewajiban Makhluk kepada Khaliq, yang tiada sangkutan atau hubungan dengan makhluk di luarnya. Jadi yang termasuk bagian kewajiban Hadist terhadap kepada Qadim itu pada khususnya ialah kewajiban Ruh manusia terhadap kepada Dzat Allah Subhanahu wa Taala. Kewajiban ini timbul dari pada ajaran yang terkandung dalam kalimat tauhid : La ilaha illallah. Dan oleh karena itu maka bagian ini sering kali juga disebut bagian Rububiyahatau ilahiyah, yang artinya,, ke-esaan. (b) Al Hadist alal Hadist Selain dari pada kewajiban (a) yang tidak terbatas dan tidak dapat diukur oleh manusia atau makhluk yang mana pun juga ( absolute ), pun ada pula kewajiban kita sebagai makhluk kepada makhluk lainnya ( relative ). Kewajiban ini ada hubungannya, ada sangkutannya, ada peraturannya, dan ada pula ketentuanketentuan yang tetap. Berbedaan dengan wajib (a) yang mengurung sekalian bakti yang khusus, maka bagian (b) ini mengandung Bakti yang umum sifatnya, karena bakti ini dilakukan di dalam dan diantara pergaulan hidup bersama. Menurut aliran sifat hidup bersama, bagian ini pun boleh pula dipecah pecah lagi menjadi berbagaibagai tingkat atau lapisan, misalnya:

::Dalam pergaulan antara laki laki dengan laki-laki, antara perempuan dengan perempuan antara laki-laki denga perempuan,didalam perikatan rumah tangga dan diluarnya. ::Dalam pergaulan berkampung dan bernegeri yang berkenaan dengan maslahat umum / sosial ::Dalam urusan pembagian rizki ( ekonomi ) antara seorang dengan seorang lainnya, antara segolongan dengan golongan lainnya, seagama dan berbedaan agamanya. ::Dalam hidup bersama, yang mengenai caracara melakukan dan mengatur sesuatu negeri ( politik ) Sjahdan, maka semuanya itu oleh Allah SWT dengan risalah disampaikan kepada sekalian makhluknya dan Rosulullah ( utusan Allah ), inilah yang wajib menyampaikan lebih jauh kepada sekalian ummat, serta memberi contoh dan tauladan akan bukti amal yang dimaksudkan di dalam amanatamanat Allah itu. 3. BANGUNAN, SIFAT DAN CARA HIDUP Didalam riwayat perjalanan manusia kita mengenal hidup manusia bermacammacam. Menurut bangunan, sifat dan cara yang terdapat di dalamnya, bolehlah hidup manusia itu menjadi tiga bagian : 1) Hidup Hissy Setengah manusia hidup hanya untuk keperluan dirinya sendiri. Yang selalu dikejarkejar ialah hanya kepentingan yang berkenaan dengan dirinya, dengan rumah tangganya. Kadang-kadang ia bergerak juga di medan umum, tetapi bergeraknya yaitu hanyalah untuk keperluan diri, keperluan kasar, keperluan wadag ( material life ). Orang yang demikian itu sesungguhnya mempunyai sifat,,diam. Bukan ,,diam karena ia tidak kuasa berjalan, bukan pula diam, karena ia tidak pandai bergerak. Tetapi ia disebut diam, karena tidak pandai menjalankan hukum-hukum Allah. Hidup yang demikian itu boleh di ibaratkan hidup secara tumbuh-tumbuhan, hidup dengan tidak sadar dan insyaf akan arti dan harga hidupnya! Maka hidup inilah yang dinamakan orang Hidup Hissy, hidup hanya karena tidak mati belaka. 2) Hidup Manawy Selain dari pada golongan orang yang hidup seperti bagian (1), ada pula setengah orang yang sudah mulai mempergunakan hidupnya untuk menjalankan hukum2 Allah; tetapi belum mempunyai kesadaran yang cukup, belum mempunyai keyakinan yang kuat dan teguh, dan belum pula mempunyai kepercayaan yang sentausa. Ia mudah berubah, mudah digoyangkan dan dijatuhkan, mudah pula ia pindah haluan dan sikap, hanya karena ada sangkutan dengan salah satu kepentingan kedunian belaka. Ia belum mempunyai pendirian yang kuat dan teguh. Hidup manusia yang demikian itu, bernama Hidup Manawy.

3) Hidup Maany Ialah hidup yang dipergunakan untuk melakukan amal kebaikan yang sebanyak-banyaknya amal yang timbul dari pada keyakinan yang kuat dan iman yang teguh; amal yang dilakukannya, hanya karena mengharapkan Rahmat dan Ridlo dari pada Allah SWT belaka! Dan tidak kerana ataupun harapan yang diluarnya. Hidup sadar dan hidup insyaf ini tidak mudah tercapai, kecuali dengan karena kemurahan dan karunia Allah semata. Orang yang duduk dalam kehidupan maany itu, tidak lagi mengenal sukar dan sulit, berat dan susah, takut dan was2, dan lainlain yang boleh mencegah manusia bagi melakukan amal yang sempurna. 4. SANDARAN HIDUP Didalam mengadapi berbagaibagai kewajiban, dan didalam usaha menyempurnakan amal bakti kepada Allah itu, maka sedikitnya kita harus mengingati akan dua sandaran hidup yang nyata : 1) Taqwa Seorang yang muttaqien tahu akan hukumhukum syariat Agama islam dan batas-batasnya, dan ia tidak suka melampaui batas-batas itu. Dengan hatihati, tertib dan teliti ia menjalankan kewajibannya. Berjaga-jaga di dalam menghadapi tiap2 perkara dan pada tiap2 waktu, di manamana tempat, itulah sifatnya yang terutama. Selain dari pada mengetahui dan pandai menjalankan wajib yang nyata, ia pun selalu ingin dan berdaya upaya untuk menjalankan yang sunahnya, ialah sunah yang menguatkan dan menyempurnakan yang wajib. Dan tiap-tiap yang dibolehkan oleh Agama ( mubah ) pun tidak pula ditinggalkan, asal semuanya itu boleh menjadi syarat akan kesempurnaan amal yang sejati kepada yang esa. Sebaliknya, ia tidak hanya menjauhi tiap-tiap yang diharamkan oleh Agama, melainkan tiap-tiap sesuatu yang boleh menimbulkan atau boleh menjadi sebab akan tumbuhnya perbuatan haram, ini pun dijauhi dan dicegahnya pula. 2) Tawakkal alallah Sandaran amal yang kedua ini tidak pula kurang pentingnya. Tawakkal berarti penyerahan diri. Bukan penyerahan diri kepada siapa pun juga yang disukai, tetapi penyerahan diri kepada Allah, dan bukan yang diluar dia. Bukan pula satu penyerahan diri, yang tidak disertai dengan amal, melainkan Tawakkal ialah penyerahan diri di dalam melakukan usaha, langkah, gerak, dan ikhtiar. Tidak dapat Tawakal dipisahkan dari pada taqwa, jika manusia menghendaki hidup yang sempurna, hidup yang di ridhoi oleh yang esa, hidup yang mengharapkan rahmat Allah.

Dan jika orang hanya berpegangan kepada taqwa dengan tidak bertawakal, pun tidak akan sempurna pula amalnya. Sebab taqwa yang tidak dilakukan bersama2 Tawakkal itu gampang sekali menumbuhkan hati was-was, gelisah dan lain-lain penyakit dalam Iman dan Tauhid, sehingga segala amalnya itu akan lebih banyak menimbulkan rugi dari pada untung, sepanjang ajaran syariat Agama islam. Oleh sebab itu, jika kita tidak suka amal tanggung2 dan tidak menghendaki untung yang setengah2 di dalam amalibadah kita itu, hendaklah kita selalu mengingati akan kedua sandaran hidup tersebut, agar supaya jangan sampai kita mendapat rugi di dunia dan celaka di akhirat. (( Kutipan dari Negarawan sejati Assyahid SMK ))
http://iqraku.blogspot.com/2008/05/blog-post_9619.html

Agama Untuk Manusia Atau Manusia Untuk Agama?


April 13, 2007 oleh Cahaya Islam Mereka menyadari akan tuntutan di masa modern, yakni manusia menginginkan segala sesuatu. Termasuk manusia menginginkan agama. Padahal menurut pandangan klasik, mereka memandang manusia untuk agama. Mereka mengatakan bahwa didalam pandangan klasik terhadap agama, manusia memandang tinggi agama dan akidah. Dengan dalil ini, manusia menjunjung tinggi akidah dan menjadikan jiwa lahiriyah mereka tiada bernilai, serta dengan mudah mereka akan mengorbankan jiwanya itu demi agama. Adapun di masa modern, manusia menempatkan dirinya lebih tinggi atas akidahnya. Ini tidak berarti bahwa manusia akan mengorbankan dirinya demi akidahnya, juga tidaklah menjadikan jiwanya terbunuh atas dasar akidah yang dianutnya.

Tiada diragukan di masa modern bahwa manusia lebih terhormat atas pemikirannya. Hal ini dapat ditinjau dari: Pertama, argumentasi apa yang meletakkan manusia lebih terhormat atas pemikirannya? Kedua, apakah juga demikian halnya menurut pandangan klasik atau bertentangan? Adapun di masa modern manusia telah menemukan kehormatan dirinya dan meletakkan kedudukan rendah atas pemikirannya, dari sisi akibat perkara yang terlupakan oleh manusia. Dari sisi lain, sebagai akibat dari pengetahuan manusia yang telah hilang kebenarannya. Manusia modern, menyakini pengetahuan yang nisbi, hingga tidak mungkin berharap pemikirannya tersebut akan bernilai dan akan sampai pada titik terendah dari manusia. Jika manusia menemukan sebuah hakikat dari pemikirannya, akan mengantarkannya pada kemuliaan dan terjaga kehormatannya. Hingga mungkin akan menjadikan pemikirannya lebih mulia dari dirinya.Adapun pemikiran klasik yang tersebar, telah menemukan nilainya yang sangat berharga dalam sejarah manusia. Tidaklah hal tersebut berlaku atas pemikiran di masa modern. Oleh karenanya, terdapat sebuah kesalahan atas misi pengajaran yang disampaikan di masa modern, yakni pada masa sebelum pembaharuan Eropa, mempengaruhi misi pengajaran yang disampaikan atas semua budaya dan negara. Sehingga akan memaksakan kesulitan yang sama atas semua hukum yang berlaku di Eropa pada abad pertengahan. Ini adalah hasil sebuah makar yang diciptakan oleh para atheis, yang menjadikannya sebuah fenomena di dunia modern, yang mengharuskan penyelesaiannya. Tujuan Agama Kami di sini tidak mampu mengisyaratkan berbagai pemikiran klasik. Tetapi, kami akan menerangkan hal-hal yang berhubungan dengan pemikiran klasik menurut pendapat kami. Pada masa datangnya budaya Islam, turunnya kitab-kitab suci dan diutusnya para Rasul yang mengantarkan manusia menuju jalan kesempurnaan. Hal ini sangatlah jelas, bahwa agama adalah petunjuk Tuhan Yang Penyayang dan Pemberi Hidayat kepada manusia hingga menyampaikan manusia pada kesempurnaan yang diinginkan. Tujuan agama adalah memberikan petunjuk pada

manusia, sehingga dengan kekuatan petunjuk agama akan menyampaikannya menuju keharibaan Ilahi. Jika demikian, maka agama adalah perantara dalam membantu tugas manusia untuk merealisasikan tujuan mulianya. Dengan dasar ini, tidaklah mungkin digambarkan bahwa bagaimana mungkin ketika agama muncul manusia menjadikan tebusan dan pengorbanan pada dirinya. Jika seandainya manusia tidak berpegang pada prinsip agama, tidak menjadikan kesempurnaan kekuatan ruh agama. Maka tidak akan menyampaikannya ke tujuan agama. Jika manusia tanpa memperdulikan petunjuk agama dan agama hanya sebagai identitas lahirnya akan menjerumuskannya ke jurang kehancuran, dan yang pantas di sebut atheis. Dalam pandangan Islam yang murni, agama sebagai jalan kebenaran dan keselamatan. Agama sebagai jalan menyampaikan pada tujuan dan kesempurnaan realitas wujud yang paling tinggi. Agama sebagai rantai dan penyambung antara Alam Malaikat dan Alam Malakut. Agama datang, hingga menjadikan manusia yang berasal dari kedalaman tanah menuju ke singgasana langit. Agama sebagai pengobat rasa takut kita. Agama sebagai pelindung terhadap berbagai kesulitan yang mendasar dari alam natural. Agama adalah bagian penting dari kehidupan manusia. Agama yang merubah ketakutan akan mati pada manusia menjadikannya sebagai sebuah harapan kehidupan yang abadi. Dari sini, tidaklah kita menjadikan dalil ojektif diatas, kita ingin berbicara tentang agama menurut pandangan Islam murni. Mengidentitaskan ikatan agama dengan manusia. Begitu juga dengan memperhatiakan semua permasalahan di atas dengan tujuan manusia. Agama yang membantu tugas manusia untuk keselamatannya. Sebelumnya, terdapat sebuah pertanyaan: jika demikian, mengapa melalui perantara agama, jiwa manusia perlu dikorbankan, dan mengapa melalui penjagaan atas agama jiwa suci manusia diberikan dan mengantarkannya ke jalan syahadah ? dan mengapa ada budaya menjemput syahadah dalam agama, khususnya agama Islam ? Motivasi Manusia Sebelum memaparkan hal di atas, perlu untuk memperhatikan beberapa mukaddimahnya. Setiap perkara yang dilakukan oleh manusia, tidaklah terlepas dari dua hal: apakah perkara yang dilakukan tersebut berdasarkan kebenaran atau berdasarkan maslahat ? Dengan kata lain, motivasi (dorongan) kerja manusia ada dua bentuk: mencari sebuah kebenaran dan berfikir secara maslahat. Ketika saya mengerjakan shalat, apakah saya telah menemukan Tuhan yang memang layak disembah ? atau melalui jalan ini Dia ingin disembah (motivasi mencari kebenaran) atau dengan sebab tadi, shalat akan menjadikan keselamatan baginya (motivasi berfikir maslahat). Jika saya tidak berkata bohong. Dengan dalil ini, berbohong adalah salah (menuntut kebenaran). Atau dengan dalil tadi, berbohong menyebabkan azab yang pedih (motivasi berfikir secara maslahat). Berdasarkan dua prinsip tadi kita akan memberikan dua jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas: 1. Mencari Kebenaran Pencari kebenaran terbentuk dari tiga perkara: 1. Kecenderungan 2. Pandangan 3. Metode. Hakekat pencari kebenaran akan ditemukan sesuai dengan tiga bentukan ini: 1. Aliran kebenaran. 2. Kebenaran yang yakin. 3. Kebenaran sebagai tolak ukur. Manusia dalam mencari kebenaran melalui tiga bentuk yang berada dalam dirinya, yakni hati sebagai pusatnya niat atau maksud dan mencintai dan membenci manusia. Otak yang mana sebagai pusat pandangan-pandangan manusia. Fenomena sebagai tempat metode-metode amal perbuatan dan

tingkah laku manusia untuk menetapkan sebuah hakekat. Cinta dan benci pada manusia hanya berdasarkan kebenaran dan hakekat (aliran kebenaran), selain dari keyakinan-keyakinan yang benar maka iman tidak bisa didatangkan dan juga menerima setiap keyakinan yang benar (kebenaran yang yakin) dan selalu berdiri dengan kebenaran dan sebab-sebabnya. Dan dalam sisi pengamalan, mereka tidak akan berpaling. Dan prilaku mereka hanya berdasarkan atas hakekat (kebenaran sebagai tolak ukur). Ali as sebagai tauladan pencari kebenaran Tauladan tertinggi manusia sebagai pencari kebenaran adalah Ali Bin Abu Thalib as, yang mana didalam segala sesuatu berpegang pada kebenaran, dan tidaklah mencintai sesuatu selain kebenaran. Walaupun di dalam kewilayahan dan pemerintahan. Jika hal tesebut bukan sebuah kebenaran, maka atas salah satu bagian dari sepatunya adalah sesuatu yang sedikit lebih berharga (khutbah 33). Setiap seorang akan mengetahui bahwa beliau adalah orang yang paling mulia diantara rakyat yang mana kebenaran di sisinya lebih ia cintai dari segala sesuatu (aliran kebenaran). Tidaklah menghukumi sesuatu menurut keyakinannya selain kebenaran dan kenyataan. Dan mengenal kebenaran setiap saat serta tidak berhenti waktunya di dalam kebenaran (khutbah 4). Dalam sisi amal perbuatan, selalu dalam lingkaran kebenaran. Tidaklah hadir dalam dirinya suatu kebohongan untuk mendapatkan kedudukan khilafah ( dalam musyawarah pemilihaan setelah khilafah kedua), orang-orang kuat di sisi beliau menjadi lemah sehingga mereka mengembalikan haknya (khutbah 37), beliau mengingatkan dengan bersumpah atas nama Tuhan bahwa untuk kebenaran dan kebebasan dari cengkraman kebatilan. Dan dalam setiap sesuatu yang dicampuradukkan dengan kebatilan, hendaklah hal tersebut diperangi (khutbah 104), dalam tolak ukur kebenarannya hingga dengan perkembangannya terhadap para penuntut hak lebih dan yang keliru memaksa beliau melakukan tiga peperangan yang tidak inginkan, yang mengakibatkan jiwa beliau sendiri melayang atas dasar keadilan. Pengorbanan di Jalan Kebenaran Ini adalah keadaan seseorang yang telah menemukan dan berpegang teguh kebenaran. Jika halnya seseorang telah menemukan kebenaran. Jika ia ingin mendapatkan kebenaran, haruslah juga berbuat demikian. Apakah hakikat nilai penemuan kebenaran tidak ada, sehingga badan manusia perlu dikorbankan? Tentunya kesempurnaan manusia selalu tegar dalam kebenaran dan berperang demi kebenaran ? tidaklah dari sisi kemanusiaan kita mempunyai tolak ukur kebenaran? Manusia adalah pencari kebenaran, kemanusiaan itu sendiri dalam kelompok pandangan kebenaran, kebenaran yang yakin dan kebenaran sebagai tolak ukur. Oleh karenanya, dalam penilaian esensi ini mengorbankan ikatan kemanusian secara materi pada dirinya. 2. Berfikir maslahat Seseorang yang melakukan perbuaatannya berdasarkan prinsip maslahat, harus memulai dengan pengenalan terhadap maslahat pribadinya. Kemudian akan mengetahui maslahat apa yang paling baik bagi rakyat. Dan bagaimana akan mendapatkan maslahat itu, melalui jalan apa yang bisa menjauhkan diri dari perkara yang membahayakan serta akan mendekatkan pada perkara yang menguntungkan. Pada dasarnya, sesuatu apa yang menguntungkan dan permasalahan apa yang merugikan. Seseorang yang berpegang pada agama akan mengetahui bahwa Tuhan Yang Maha Bijaksana dan Penyayang mengetahui

maslahat sesuatu dan menginginkannya. Oleh karenanya, paling tingginya tingkat maslahat pada-Nya akan menjamin suatu kebaikan dalam ruang lingkup agama. Apabila bagian dari maslahat ke depan dan yang terlewati tidak diketahui maka lebih diutamakan maslahat di dalam ketetapan agama dan maslahat terhadap amal perbuatan atasnya. Dikarenakan berpegang pada agama sebagai jalan keselamatan dan mengantarkan pada kebahagian dunia dan akhirat. Alhasil, orang beragama akan menanti sebuah pengorbanan untuk mengantarkannya pada keselamatan. Dan ini adalah perbuatan orang-orang yang berakal dan kemanusiaan. Dikarenakan, akan menjamin maslahat manusia pada jalan ini. Benar, akan hilang sebagian maslahat dunia, akan tetapi akan mendatangkan kebaikan yang abadi. Apakah jual beli dan perdagangan yang lebih besar dan menguntungkan dari hal ini? Allah Swt dalam al-quran berfirman: Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih. Yaitu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui. (Shaf ayat 10 dan11) Setiap dua individu manusia melalui jalan ini mampu mengantarkan jalan menuju maslahat akhirat dan mendapatkan keselamatan atas dirinya serta dengan dalil ini juga akan mendapatkan ketenangan dunia. Agama seperti tali yang telah disambungkan dari puncak gunung, sehingga para pendaki dengan perantara tali tersebut mampu untuk naik ke atas gunung, sebagai pengaman dari jatuh atau kecelakaan serta sebagai alat bantu naik. Begitu juga agama sebagai tali Allah yang kuat, dengan berpegang dengannya mampu mengantarkan kepada puncak keselamatan dan mendapatkan kebaikan-kebaikan yang pasti dan abadi serta telah bergerak pada puncak keamanan dan ke- tenangan jiwa. Yakni, juga seiring dengan ketenangan duniawi serta kebahagiaan akhirat: Barang- siapa yang berpegang pada (agama) Allah maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk ke jalan yang lurus. Dan berpeganglah kalian pada tali(agama) Allah dan janganlah bercerai berai (surat Al-Imran ayat 101 dan 103). Adapun jika disandarkan pada maslahat kelompok: Agama, khususnya agama Islam. Adalah agama untuk masyarakat dan juga bermanfaat atas sebuah masyarakat yang berjalan menurut maslahat-maslahat dunianya, juga melalui jalan agama akan menjamin maslahat-maslahat tersebut (alhasil, pembahasan di atas berhubungan dengan agama). Pengorbanan untuk menjaga maslahat Dari sisi ini mampu diterima secara rasional, yang mana agama akan menjamin maslahat bagi manusia. Pengorbanan pada jalan agama sangatlah berarti. Jika masyarakat ingin memperoleh maslahat ini maka harus berpegang pada agama. Untuk menjaga agama harus memberikan sumbangan yang diperlukan. Terkadang sumbangan itu berupa jiwa manusia. Dari sisi ini haruslah menjaga bahwa sumbangan yang telah diberikan tidaklah harus mendapatkan faedah yang dihasilkan. Seorang komandan pasukan akan berfikir mengenai tujuannya dalam berperang, menjaga jiwa kelompoknya dan menyelamatkan mereka dari serangan musuh. Jika tidak dipimpin, maka pasukannya akan banyak yang terbunuh. Adapun seorang komandan mampu menyelamatkan mereka, dan untuk menyelamatkan mereka semua haruslah menjaga perintahnya. Dan ini adalah rasional, bahwa mereka mengorbankan beberapa oranga dari anggota pasukan untuk menjaga dan menyelamatkan yang lain.dan memikul tanggungjawab penjagaan atas perintah komandan serta menjaga keselamatan dirinya sebelum ajal

menjemputnya. Benar, bahwasaanya seorang komandan untuk menyelamatkan pasukannya, tidaklah kebalikannya. Adapun untuk merealisasikan perkara ini terkadang dianggap perlu yang menjadikan ketaatan beberapa anggota pasukan kepada komandannya, hingga dengan menjadikan ia tetap hidup demi keselamatan pasukannya. Olehkarena itu, dengan dasar berfikir atas maslahat duniawi juga merupakan sebuah aturan yang ada pada agama, juga perhitungan untung dan ruginya haruslah dengan ketelitian, hingga pengorbanan di jalan agama mempunyai makna dan kematian menuju syahadah atas orangorang yang dimuliakan di jalan agama, pada dasarnya adalah jalan untuk menjamin maslahatmaslahat manusia. Begitu juga dengan kelanggengan agama ini dapat menjamin maslahatmaslahat mereka. Untuk itu, dorongan memperkuat sisi ruhani syahadah bukanlah dengan pengertian penilaian yang tidak berharga atas jiwa manusia. Akan tetapi, mempersiapkan pada diri manusia untuk menjamin maslahat atas dirinya Kesempurnaan manusia melalui jalan pengorbanan. Oleh karenanya, tidak ada satu ketetapan atas dalil yang disebutkan yang mampu mengklaim bahwa jiwa manusia tidak bernilai. Atau manusia melakukan pengorbanan demi agama. Atas dasar ini bahwa yang mengatas namakan agama, bukanlah dengan dalil lain sebagai sebuah kebenaran atau maslahat atas diri manusia. Jika menjadikan pengorbanan di jalan agama sebagai sebuah wasiat. Dalam kenyataannya, hal tersebut dalam berwasiat untuk kesempurnaan dirinya dan menyampaikannya menuju jalan kebahagiaan. Permintaan atas syahadah bukanlah tanpa nilai. Akan tetapi, sampai pada satu tingkatan hingga batasan yang mana Tuhan dengan dalil ruhaniyah syahadah ini, membanggakannya atas para malaikat. Para syahid dan pembela di jalan agama, mereka sendiri akan mendapatkan kebahagiaan yang abadi, bumi terjaga, juga kelestarian agama serta akan mempersiapkan kepada kebahagiaan yang lain.
http://www.tugaskuliah.info/2009/10/makalah-hubungan-agama-dengan-manusia.html

Mengapa manusia membutuhkan agama?

Agama sangat penting dalam kehidupan manusia antara lain karena agama merupakan : 1) sumber moral, 2) petunjuk kebenaran, 3) sumber informasi tentang masalah metafisika, dan 4) bimbingan rohani bagi manusia, baik di kala suka maupun duka. a. Agama Sumber moral Dapat disimpulkan, bahwa pentingnya agama dalam kehidupan disebabkan oleh sangat diperlukannya moral oleh manusia, padahal moral bersumber dari agama. Agama menjadi sumber moral, karena agama mengajarkan iman kepada Tuhan dan kehidupan akhirat, serta karena adanya perintah dan larangan dalam agama. b. Agama Petunjuk Kebenaran Sekarang bagaimana manusia mesti mencapai kebenaran? Sebagai jawaban atas pertanyaan ini Allah SWT telah mengutus para Nabi dan Rasul di berbagai masa dan tempat, sejak Nabi pertama yaitu Adam sampai dengan Nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW. Para nabi dan Rasul ini diberi wahyu atau agama untuk disampaikan kepada manusia. Wahyu atau agama inilah agama Islam, dan ini pula sesungguhnya kebenaran yang dicari-cari oleh manusia sejak dulu kala, yaitu kebenaran yang mutlak dan universal. Dapat disimpulkan, bahwa agama sangat penting dalam kehidupan karena kebenaran yang gagal dicaricarioleh manusia sejak dulu kala dengan ilmu dan filsafatnya, ternyata apa yang dicarinya itu terdapat dalam agama. Agama adalah petunjuk kebenaran. Bahkan agama itulah kebenaran, yaitu kebenaran yang mutlak dan universal. Itulah agama islam! c. Agama Sumber Informasi Metafisika Sesungguhnya persoalan metafisika sudah masuk wilayah agama tau iman, dan hanya Allah saja yang mengetahuinya. Dan Allah Yang Maha Mengetahui perkara yang gaib ini dalam batas-batas yang dianggap perlu telah menerangkan perkara yang gaib tersebut melalui wahyu atau agama-Nya. Dengan demikian agama adalah sumber infromasi tentang metafisika, dan karena itu pula hanya dengan agama manusia dapat mengetahui persoalan metafisika. Dengan agamalah dapat diketahui hal-hal yang berkaitan dengan alam barzah, alam akhirat, surga dan neraka, Tuhan dan sifat-sifat-Nya, dan hal-hal gaib lainnya. Dapat disimpulkan bahwa agama sangat penting bagi manusia (dan karena itu sangat dibutuhkan), karena manusia dengan akal, dengan ilmu atau filsafatnya tidak sanggup menyingkap rahasia metafisika. Hal itu hanya dapat diketahui dengan agama, sebab agama adalah sumber informasi tentang metafisika. d. Agama pembimbing rohani bagi manusia Dengan sabdanya ini Nabi mengajarkan, hendaknya orang beriman bersyukur kepada Allah pada waktu memperoleh sesuatu yang menggembirakan dan tabah atau sabar pada waktu ditimpa sesuatu yang menyedihkan. Bersyukur di kala sukadan sabar di kala duka inilah sikap mental yang hendaknya selalu

dimiliki oleh orang beriman. Dengan begitu hidup orang beriman selalu stabil, tidak ada goncangangoncangan, bahkan tenteram dan bahagia, inilah hal yang menakjubkan dari orang beriman seperti yang dikatakan oleh Nabi. Keadaan hidup seluruhnya serba baik. Bagaiman tidak serba baik, kalau di kala suka orang beriman itu bersyukur, padahal Jika engkau bersyukur akan Aku tambahi , kata Allah sendiri berjanji (Ibrahim ayat 7). Sebaliknya, orang beriman tabah atau sabar di kala duka, padahal dengan tabah di kala duka ia memperoleh berbagai keutamaan, seperti pengampunan dari dosa-dosanya(H.R Bukhari dan Muslim), atau bahkan mendapat surga (H.R Bukhari), dan sebagainya. Bahkan ada pula keuntungan lain sebagai akibat dari kepatuhan menjalankan agama, seperti yang dikatakan oleh seorang psikiater, Dr. A.A. Brill, Setiap orang yang betul-betul menjalankan agama, tidak bisa terkena penyakit syaraf. Yaitu penyakit karena gelisah rsau yang terusmenerus. Agama Islam dan Ruang Lingkupnya Islam adalah agama yang ajaran-ajaran diberikan Allah kepada masyarakat manusia melalui para RasulNya. Jadi, Islam adalah agama Allah yang dibawa oleh para nabi pada setiap zamannya yang berakhir dengan kenabian Muhammad SAW. 2.Mengapa agama macam-macam dan mengapa kita pilih Islam! Karena agama islam adalah risalah (pesan-pesan) yang diturunkan Allah kepada para nabi dan rasul sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan dalam menyelenggarakan tata cara kehidupan manusia, yaitu mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan Khaliknya. Karena itu, Agama Islam mengandung tiga komponen pokok yang terstruktur dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga komponen tersebut adalah: A. Aqidah atau iman, yaitu keyakinan akan adanya Allah dan para rasul yang diutus dan dipilihNya untuk menyampaikan risalahNya kepada umat melalui malaikat, yang dituangkan dalam kitab-kitab suciNya yang berisikan informasi tentang adanya hari akhir dan adanya suatu kehidupan sesudah mati, serta informasi tentang segala sesuatu yang telah direncanakan dan ditentukan Allah. Aqidah merupakan komponen pokok dalam Agama Islam yang di atasnya berdiri Syari'at dan Akhlak Islam. B. Syari'at, yaitu aturan undang-undang Allah tentang pelaksanaan dan penyerahan diri secara total melalui proses ibadaha secara langsung kepada Allah maupun secara tidak langsung dalam hubungannya dengan sesama makhluk lainnya (mu'amalah), baik dengan sesama manusia atau dengan alam sekitarnya. Oleh karena itu, secara garis besar, Syari'at meliputi dua hal, yaitu: ibadah dalam pengertian khusus atau ibadah mahdlah dan ibadah dalam arti umum atau mu'amalah atau ibadah ghair mahdlah. C. Akhlak, yaitu pelaksanaan ibadah kepada Allah dan bermu'amalah dengan sesama makhluk dengan penuh keikhlasan seakan-akan disaksikan langsung oleh Allah, meskipun dia tidak melihat Allah secara langsung. http://www.zorpia.com/forum/12/335288

Manusia dan Agama (1)


02 Juli 2009

a. Agama Sebagai Kebutuhan Fitrah Allah berfirman dalam AlQuran surat Ar Rum (30) ayat 30 : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Fitrah menurut ayat diatas adalah dasar penciptaan manusia, sifat pembawaan manusia sejak ia diciptakan dan merupakan kebutuhan hakiki manusia. Kebutuhan manusia di bagi dua, yaitu kebutuhan fitrah dan kebutuhan kebiasaan. Kebutuhan fitrah adalah kebutuhan hakiki setiap manusia, seperti kebutuhan berkeluarga, rasa ingin memiliki, keingintahuan akan sesuatu dan keinginan mencintai dan dicintai. Kebutuhan-kebutuhan ini tidak bisa dilepas dari manusia, meskipun generasi berikutnya dididik khusus agar dalam hidup mereka tidak mengenal kebutuhan-kebutuhan tersebut. Adapun kebutuhan kebiasaan adalah kebutuhan yang tidak melekat dengan penciptaan manusia, tetapi akan menjadi kebutuhan manakala dilakukan berulang-ulang, seperti ken\butuhan akan minuman keras atau ganja, perlahan-lahan kebutuhan tersebut akan menjadi kebutuhan alamiah, akan tetapi dengan usaha intensif kebutuhan-kebutuhan itu dapat ditinggalkan, bahkan dapat mendidik generasi berikutnya untuk tidak pernah mengenal sedikitpun kebutuhan-kebutuhan tersebut. Contoh kasus di Negara komunis. Pemerintah komunis berusaha untuk melaksanakan sosialisme sebagai tonggak persatuan Negara dan pemusnahan tatanan kekeluargaaan yang bersifat pribadi agar masingmasing pribadi warganya seperti sekrup-sekrup kecil yang membangun suatu Negara tanpa memiliki kepribadian, kecuali kepribadian Negara itu sendiri. Tetapi semua usaha itu gagal total, sebab dorongan untuk membentuk keluarga merupakan dorongan fitrah. Jauh dilubuk jiwanya, setiap manusia menghendaki pendamping hidupnya dan sangat anak sebagai wujud kelanjutan dirinya di bumi ini. Suatu norma sosial akan tetap lestari jika ia merupakan satu-satunya kebutuhan fitrahatau satu-satunya sarana untuk mencapai kebutuhankebutuhan fitrah tersebut. Norma sosial itulah agama. Islam sebagai agama adalah kebutuhan fitrah yang akan melekat terus dalam

kehidupan manusia. Fitrah manusia yang membutuhkan agama, digambarkan Allah dengan suatu perjanjian antara Allah dengan manusia jauh sebelum manusia dialam rahim, atau tepatnya di alam ruh : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata- kan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan) (7:172) Perjanjian inilah yang dimaksud keterikatan manusia kepada agama yang diungkapkan oleh para tokoh berikut ini : 1. Alexis Carell : Pada batin manusia ada seberkas sinar yang menunjukan kepada manusia, kesalahan yang terkadang dilakukannya. Sinar inilah yang mencegah kemunkaran. Bahkan manusia terkadang merasakan kebesaran dan keagungan Tuhan. 2. William James : Perbuatan manusia lebih terikat kepada naluri agamanya dibanding kepada perhitungan materialnya. Kita melihat manusia memiliki sifat ketulusan, keikhlasan, kerinduan, keramahan, kecintaan dan pengorbanan, semua itu adalah dorongan keagamaan yang tidak terlepas dari sifat semua manusia. Jadi terlihat sekali bahwa orang yang mengingkari agama, Tuhan serta seluruh panggilan fitrahnya, pada hakekatnya ia telah mentelantarkan dirinya dan melupakannya, itulah awal kehancuran orang yang telah mengingkari kebutuhan akan agamanya. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. (59:19) Para ilmuan barat bukan hanya melupakan Tuhan/Agama, malah mereka hendak mengganti peranan Tuhan, sebab menurut mereka Tuhan telah mati! Menurut mereka tidak ada yang tersembunyi dan mustahil dihadapan ilmu pengetahuan. Salah seorang ilmuan barat yang terkenal(kekafirannya). Adalah Emond leech yang mengarang buku berjudul Kami ahli pengetahuan harus mengambil peranan Tuhan.

Menurut Emond Leech, jenis manusia yang akan lahir keduania itu harus ditentukan sesuai dengan perkembangan zaman. Zaman sekarang hanya membutuhkan orang yang bertubuh kuat, berpikiran, cerdas, bergerak cepat danberwajah cakap. Orang yang bodoh dan lugu, tidak usah dilahirkan lagi. Menurut mereka banyak anak yang lahir bertubuh cacat dan idiot, menunjukan Tuhan sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan akan manusia yang berkualitas yang iperlukan zaman modern ini. Untuk itu nutfah yang mengandung gen manusia, harus direkayasa hingga diperoleh bibit-bibit unggul manusia ciptaan sains, bukan ciptaan Tuhan!. Salah seorang tokoh aliran ini adalah Prof. Paul Ehranfes, guru besar dalam ilmu fisika. Ia mencoba mendidik anaknya hanya dengan ilmu exact. Ia bercita-cita kelak akan muncul anaknya sebagai anak jenius pertama ciptaan ilmu pengetahuan tetapi apa yang terjadi? Subhanallah ! Ternyata anak itu bukan menjadi seorang yang berakal brilian, malah otaknya menjadi tidak sempurna dan sangat idiot!. Sang professor kecewa dan akhirnya bunuh diri ! sebelum bunuh diri ia sempat membuat surat yang ditujukan kepada kawannya, Prof. Kohnstamm, bahwa agama itu perlu, dan menyesal ia telah melukai Tuhan, kemudian ia mendoakan orang yang masih hidup, Mudah-mudahan Allah akan menolong kam, yaitu Allah yang amat kulukai sekarang ini. Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu, (ath thalaq;65:10) Maka Kami binasakan mereka maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.(43:25)
http://www.adidulur.abatasa.com/post/detail/3943/manusia-dan-agama-1

MANUSIADANAGAMA

Oleh: Ahmad Hafidh Alkaf


Pembahasan tentang hubungan manusia dan agama, sejak dahulu, merupakan topik yang sangat menarik bagi para pemikir dan cendekiawan. Mungkin hal itu disebabkan oleh fakta sejarah umat manusia dengan suku bangsanya yang beragam bercerita kepada kita akan keterkaitan makhluk Tuhan ini dengan agama. Umat manusia secara umum meyakini adanya Tuhan yang menciptakan alam dan wajib untuk dipuja dan disembah. Keyakinan yang demikian itu merupakan asas dan pokok dari sebuah agama. Apakah itu agama? Menurut sebagian orang (baca: cendekiawan), agama adalah sebuah fenomena yang sulit didefinisikan. WC Smith mengatakan, "Tidak berlebihan jika kita katakan bahwa hingga saat ini belum ada definisi agama yang benar dan dapat diterima". Meski demikian, para cendekiawan besar dunia memiliki definisi, atau yang lebih tepatnya kita sebut dengan kesimpulan mereka tentang fenomena agama. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut: a. Sebagian pemikir mengatakan bahwa apa saja yang memiliki tiga ciri khas di bawah ini dapat disebut sebagai agama: Keyakinan bahwa di balik alam materi ini ada alam yang lain, Penciptaan alam memiliki tujuan, Alam memiliki konsep etika. b. Spencer mengatakan bahwa agama adalah kepercayaan akan sesuatu yang Mahamutlak. c. Dewey menyebutkan agama sebagai pencarian manusia akan cita-cita umum dan abadi meskipun dihadapkan pada tantangan yang dapat mengancam jiwanya; agama adalah pengenalan manusia terhadap kekuatan gaib yang hebat. Pada semua definisi tersebut di atas, ada satu hal yang menjadi kesepakatan semua, yaitu kepercayaan akan adanya sesuatu yang agung di luar alam. Namun, lepas dari semua definisi yang ada di atas maupun definisi lain yang dikemukakan oleh para pemikir dunia lainnya, kita meyakini bahwa agama adalah kepercayaan akan adanya Tuhan yang menurunkan wahyu kepada para nabi-Nya untuk umat manusia demi kebahagiaannya di dunia dan akhirat. Dari sini, kita bisa menyatakan bahwa agama memiliki tiga bagian yang tidak terpisah, yaitu akidah (kepercayaan hati), syari'at (perintah-perintah dan larangan Tuhan) dan akhlak (konsep untuk meningkatkan sisi rohani manusia untuk dekat kepada-Nya). Meskipun demikian, tidak bisa kita pungkiri bahwa asas terpenting dari sebuah agama adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang harus disembah.

Setelah kita mengenal arti dari sebuah agama, tiba saatnya kita untuk bertanya-tanya mengapa manusia mesti beragama? Apa yang mendorong kita untuk beragama? Bukankah dengan beragama seseorang berarti telah membatasi ruang gerak dan tutur katanya, karena setiap agama mesti memiliki garis-garis besar yang tidak boleh dilanggar? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini wajar muncul. Sebagai orang yang telah beragamapun kita masih berhak untuk mengajukannya, sebab dengan menjawabnya dengan benar kita akan lebih dapat memahami agama yang merupakan kunci kebahagiaan kita. Dalam menjawab pertanyaan "mengapa manusia mesti beragama?", banyak hal yang bisa kita utarakan dalam menjawabnya, dan tentunya tidak mungkin untuk kita sebutkan semuanya di sini. Menurut kami, jawaban yang paling sesuai untuk dipaparkan demi menjawab pertanyaan yang mendasar ini adalah jawaban yang menda-sar pula, yang berpulang kepada hakikat manusia itu sendiri. Seperti makhluk-makhluk yang lain, secara naluriah manusia selalu mencari apa yang diperlukannya. Jika seekor singa mencari mangsanya di saat lapar, manusia juga mencari sesuatu yang dapat mengusir rasa laparnya. Dari sini kita katakan bahwa dalam kehidupannya manusia memiliki sederet kebutuhan yang harus dipenuhinya. Namun apakah kebutuhan manusia hanya terbatas pada sisi lahiriyahnya saja, seperti makan, minum, harta, wanita dan semisalnya, sehingga dengan memiliki hal-hal tersebut, berarti ia telah hidup dengan sempurna, atau tidak? Seseorang yang perutnya kenyang, kebutuhan biologisnya terpenuhi, hartapun ia miliki, tetapi ia bodoh sama sekali, apakah ia telah mendapatkan kesempurnaan dalam hidup? Dalam terminologi Islam, manusia diyakini sebagai makhluk yang selain memiliki sisi hewani yang sarat dengan kebutuhan-kebutuhan hewani seperti makan, minum, kesenangan jasmani dan semisalnya, layaknya hewan-hewan lain, ia juga memiliki sisi agung yang dapat menghantarkannya menjadi khalifah Allah di muka bumi. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Sisi kedua manusia ini disebut sebagai sisi rohani. Dari sisi rohani ini, kebutuhan manusia adalah ilmu pengetahuan. Manusia merasa berhak untuk mengetahui apa-apa yang ada disekitarnya. la merasa bahwa itu merupakan haknya yang tidak akan pernah ia berikan kepada siapapun dengan harga berapapun juga. Saat mendengar suara ketukan pintu rumahnya atau saat mendengar suara teriakan orang yang meminta pertolongan ia merasa berhak untuk mengetahui siapa yang berada di balik pintu dan apa yang terjadi pada orang yang berteriak tadi. Hal ini terjadi karena manusia didaptakan Tuhan dengan dibekali rasa ingin tahu. Perasaan inilah yang mendorongnya untuk mengetahui realitas yang ada di sekitarnya dan melakukan banyak eksperlmen demi menyingkap tabir misteri yang menyelimuti alam secara umum. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhasil dicapai oleh umat manusia adalah berkat rasa keingintahuannya ini. Namun, manusia yang demikian ini apakah merasa cukup dengan mengetahui alam sekitarnya untuk kemudian lalai pada hakikat dirinya sendiri, padahal ia termasuk bagian dari alam dan bahkan bagian yang paling dekat dengan "diri"nya? Di satu sisi, seperti yang ditegaskan oleh

para ahli, manusia adalah makhluk yang sarat dengan misteri. Karena itu, sudah sewajarnya jika rasa ingin tahu manusia terhadap dirinya lebih besar dari rasa ingin tahunya pada alam sekitar. Dalam diri setiap insan, banyak pertanyaan tentang dirinya sendiri yang selalu menghantui pikiran dan perasaannya. Namun dari sekian banyaknya pertanyaan itu, ada beberapa pertanyaan yang paling penting yang menuntut untuk segera dijawab. Jika seseorang berhasil mendapatkan jawaban yang memuaskan, maka ia akan merasa tenang karena telah menemukan jatidirinya, dan jika tidak, maka tak ubahnya ia seperti orang yang telah kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam hidup, yakni dirinya sendiri. Pertanyaan itu sama dengan pertanyaan pertama yang dilontarkan seseorang kala mendapatkan dirinya di sebuah ruangan yang berwarna serba putih, setelah sebelumnya pingsan karena sebuah kecelakaan. Setelah membuka matanya untuk pertama kali, ia akan bertanya, "Di manakah ia berada", "Untuk apa ia di sini" dan pertanyaan semisalnya. Manusia yang telah mengetahui ia berada di alam ini bertanya, "Dari manakah aku berasa!?" "Untuk apakah aku berada di dunia?" dan "Setelah alam ini, ke manakah aku akan pergi?" Pertanyaan-pertanyaan ini ada di lubuk setiap insan, karena ia muncui dari fitrah manusia. Para ahli teologi Islam mengatakan bahwa fitrah adalah satu hal yang dibekalkan Allah kepada setiap manusia. Karenanya, ciri-ciri sesuatu yang bersifat fitri adalah tidak dipelajari, ada pada semua manusia, tidak terkurung oleh batas-batas teritorial dan masa, dan tidak akan pernah hilang. Tetapi, perlu dicatat bahwa kadang-kala kesenangan duniawi, kekuasaan, kesombongan, dan semisalnya bisa menutupi fitrah manusia, sehingga ia tidak terpanggil untuk menjawab pertanyaan-perta-nyaan seperti di atas. Salah satu contohnya adalah Fir'aun, di mana kekuasaan, harta, kesombongan dan apa-apa yang ia miliki telah menutupi fitrahnya. Namun, di saat balatentara yang setia kepadanya dan kekuasaan yang ia banggakan tidak dapat menyelamatkan dirinya dari siksa Allah, saat itulah segala tabir yang menutui fitrahnya sirna dan dengan suara yang menge-naskan ia berseru, "Aku beriman bahwa tidak Tuhan selain Tuhan Bani Israil, dan aku termasuk orang yang berserah diri". (Q.S. Yunus : 90) Kembali kepada pertanyaan-pertanyaan di atas, pertanyaan pertama jika dijawab dengan benar akan menghasilkan jawaban bahwa manusia berasal dari ketiadaan dan ada setelah diciptakan oleh Allah SWT. Dialah Tuhan pencipta segala sesuatu. Banyaknya bukti yang menunjukkan kepenciptaan Allah SWT membuat klaim mereka yang mengingkarinya bagai sebuah lelucon atau cerita penghantar tidur. Singkatnya pertanyaan pertama berkenaan dengan konsep ketuhanan. Dengan mendapatkan pertanyaan pertama, orang melangkah untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan "Untuk apa aku berada di dunia?" Dari pertanyaan ini timbul pula pertanyaan "Apa yang harus aku perbuat di dunia ini?" 3awaban dari "Untuk apa berada di dunia" ada pada tujuan mengapa Tuhan yang Mahabijaksana mendptakan manusia. (Hal ini telah dibahas dengan panjang lebar oleh para ahli tafsir saat mereka menafsirkan ayat 56 surah AI-Dzariyat, rujuk tafsir AI-Mizan dan tafsir lainnya.) Sedangkan pertanyaan "Apa yang harus aku perbuat di dunia?" adalah apa-apa yang diperintahkan oleh

Allah melalui para duta-Nya yaitu para nabi dalam bentuk sebuah agama samawi (langit), yang mengandung banyak perintah dan larangan demi kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat. Singkatnya pertanyaan ini berkenaan dengan konsep kenabian. Sedangkan pertanyaan tentang ke mana kita akan pergi setelah meninggalkan dunia ini berhubungan dengan masalah alam akhirat dan apa yang akan kita alami di sa-na. Pertanyaan ini berhubungan pula dengan pertanyaan: apakah yang kita lakukan di dunia bisa memberi kita kebahagiaan atau malah kesengsaraan abadi? Dengan menemukan jawaban atas pertanyaanpertanyaan tadi, berarti seseorang telah mengetahui bahwa ia diciptakan oleh Allah SWT demi sebuah tujuan agung yang menyangkut kebahagiaan atau kesengsaraannya di dunia dan alam akhirat, Kebahagiaannya itu bisa ia dapatkan dengan melakukan apa yang Dia perintahkan dan me-ninggaikan apa yang Dia larang. Sebagian ahli teologi mengatakan bahwa ketertarikan manusia kepada agama dan masalah ketuhanan adalah bersumber dari fitrahnya sendiri. Jadi, setiap manusia dengan merujuk pada dirinya dan mendengarkan suara dari lubuk hatinya yang paling dalam akan menemukan Tuhan. Hanya saja, di saat ia akrab dengan alam materi, mungkin ia akan mencari sesuatu benda materi dan menyebutnya sebagai tuhan atau perwujudan dari Tuhan yang ia rasakan dalam hatinya. Dari sinilah muncul berbagai agama sesat, seperti penyembahan berhala, petuhanan matahari, angin, api, dan semisalnya, dan hal ini tidak berarti bahwa masalah ketuhanan bukan sebuah masalah fitri, seperti di atas. Sebab, kesalahan tadi tidak bersumber dari fitrah, tapi dari manusia itu sendiri yang salah dalam menerapkan sifat ketuhanan pada selain Tuhan yang sebenarnya. Sama seperti rasa sakit perut yang dirasakan oleh se-seorang. Rasa sakit tersebut adalah benar karena ia merasakannya sendiri. Hanya saja, ia bisa salah dalam mendiagnosa rasa sakitnya. Rasa sakit itu bisa jadi ia anggap maag, padahal mungkin sesungguhnya usus buntu atau penyakit perut lainnya. Herannya, kepercayaan umat manusia akan agama secara umum dan Tuhan secara khusus, dikaitkan oleh sebagian orang dengan rasa takut mereka. Bertrand Russel mengatakan, "Saya berpendapat bahwa agama berdiri di atas pondasi rasa takut. Rasa takut akan ketidaktahuan". Kelemahan pertama klaim Russel di atas adalah bahwa pendapat ini tidak memiliki argumen sama sekali. Jika kita terima pen-dapat ini dan kita katakan bahwa Russel memiliki bukti akurat yang menguatkan klaimnya, apakah itu berarti bahwa agama yang didasari oleh takut tidak nyata dan hanya dongeng dan khayalan belaka? Apakah semua yang didasari oleh rasa takut tidak berharga dan tidak nyata? Bukankah ilmu kedokteran yang berhasil digali oleh manusia didasari oleh rasa takut mereka akan penyakit dan kematian? Apakah dengan demikian berarti ilmu kedokteran tidak nyata dan hanya khayalan? Siapkah Russel menerima kesimpulan ini? Memang, manusia di zaman purbakala hidup dengan dikelilingi oleh beribu-ribu macam bahaya yang siap mengancam jiwanya. Binatang buas yang ada disekitar mereka, hukum rimba yang berlaku di antara sesama, goncangan gempa, tiupan angin topan, dan sederet bencana alam lainnya, adalah bahaya-bahaya yang mengancam keselamatan umat manusia di zaman itu. Dan sangatlah wajar jika mereka yang merasa takut karena merasa keselamatannya terancam, mencari sesuatu yang dapat memberinya ketenangan, yang oleh Russel disebut dengan agama.

Namun, logiskah kiranya dengan hanya melihat fenomena yang demikian ini lalu kita memberlakukannya pada semua aspek kehidupan umat manusia dari awal hingga akhir generasi anak Adam ini, tanpa melihat sisi lain kehidupan mereka? Jika pendapat Russel ini diterima, berarti orang yang paling beragama dan paling berinnan adalah orang yang paling penakut, dan tentunya kesimpulan seperti ini ditolak oleh semua orang yang masih memiliki sedikit kemampuan untuk berpikir. Selain itu, fakta menunjukkan bahwa para pendakwah agama umumnya adalah orang-orang yang pemberani. Bukankah untuk masuk ke dalam sebuah lingkungan yang tidak beragama atau salah dalam beragama, diperlukan keberanian yang luar biasa? Bukankah ketegaran mereka dalam beragama hingga berani mempertaruhkan jiwanya menunjukkan keberanian mereka yang hebat? Pertanyaan kita yang terakhir, bukankah banyak pemikir yang beragama dan bahkan taat beragama? Apakah kepercayaan mereka akan agama --setelah melakukan banyak penelitian ilmiah-- didasari oleh rasa takut mereka akan bencana alam? Jika pendapat Russel benar, berarti akal dan logika para pemikir tersebut tidak bernilai sama sekali. Siapkah kita menerima kesimpulan ini? Sebagian lagi berpendapat bahwa agama adalah alat yang dipergunakan oleh para penguasa untuk memperbudak rakyatnya dan mengajarkan mereka untuk me-nerima kesengsaraan dengan senang hati. Memang, tidak kita pungkiri bahwa agama Kristen di abad pertengahan telah dijadikan oleh para penguasa (baca: gereja) sebagai alat penindasan. Dalam sejarah Islam juga kita saksikan bahwa para penguasa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyyah juga melakukan hai yang sama. Namun, itu tidak berarti bahwa agama memang diadakan untuk itu. Singkatnya harus dibedakan antara agama dan penyalahgunaan agama. Agama adalah sebuah wadah tempat manusia menjadikan kehidupannya penuh arti. Agamalah yang mendorong manusia membangun kepribadiannya. Bukankah dalam ajaran agama Islam, selain diperintahkan untuk menerima kenyataan yang ada, kita juga dipe-rintahkan untuk melakukan perombakan demi perbalkan keadaan kita? "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan mereka sendiri" (Q.S. AlRa'd: 11) Di lain pihak, bukankah para pendakwah agama yang sejati dengan para nabi sebagai contoh teladan, adalah orang-orang yang selalu berjuang melawan kezaliman? Bukankah mereka adalah orang-orang yang meyayangi rakyat kecil dan berada di pihak mereka? Logiskah kiranya jika kita katakan bahwa agama yang mereka bawa adalah alat untuk memperbudak orang-orang kecil dan untuk menzalimi mereka padahal para pendakwah agama itu selalu menyayangi rakyat kecil dan selalu berjuang melawan kezaliman? Dari uraian di atas, kita simpulkan bahwa agama merupakan fenomena yang tidak mungkin terpisahkan dari manusia. Sebab, manusia memiliki fitrah yang selalu mengajak ia untuk beriman kepada Tuhan Yang Mahaagung. Selain itu, manusia juga selalu butuh untuk mengetahui apa-apa yang ada di sekitarnya, termasuk dirinya sendiri. la merasa berhak untuk mengetahui dari mana ia berasal, untuk apa dia berada di dunia, apa yang mesti ia lakukan demi

kebahagiannya di dunia dan alam akhirat nanti, yang merupakan jawaban dari pertanyaanpertanyaan di atas dan itu adalah agama. Karenanya, sangatlah logis jika agama selalu mewarnai sejarah manusia dari dahulukala hingga kini, bahkan sampai akhir nanti.

BahanTelaah:
Ayatullah Taqi Misbah Yazdi, Amuzesy-e Aqa`ed. Sayyid Mujtaba Musawi Lari, Ush lul 'Aq `id fil Islam. Allamah Muhammad Taqi Ja'fari, Falsafe-ye Din. Ayatullah Ja'far Subhani, Al-Il hiyy t. Tafsir Al-M z n.
ttp://www.almujtaba.com/malay/Al-Shia.Com Indonesian Page/Al-Shia.Com Indonesian Page/www.alshia.com/html/id/service/maqalat/Manusia&Agama.htm

Manusia dan Agama


Masihkah Manusia Millinium Ketiga Membutuhkan Agama ? Study Tentang Manusia dan Ketuhanan Ala Kadarnya
Oleh Jamadi Sunardi

I. Pendahuluan
Dunia kita adalah dunia perubahan dan pergantian, tak ada sesuatu yang tetap di dalamnya. Segalanya akan senantiasa berubah, memudar dan setelah itu mati. Seperti itukah agama ? Akankah ada kurun tertentu bagi agama, sehingga bila ia telah lewat, usia agamapun akan berakhir ? Ataukah keadaannya tidak seperti itu ? Akan ia tetap lestari di tengah-tengah manusia, sehingga jika muncul gerakan yang ingin memeranginya bahkan menghabisinya, gerakan seperti itu pasti tak akan berhasil ? Bahkan agamalah yang selalu hidup, tak terpadamkan, dan tetap berdetak, lalu muncul lagi dan menyatakan kehadirannya dalam berbagai rupa lain, segera setelah itu ?. Adakah manusia sekarang ini yang dengan ilmu pengetahuan dan kemajuannya mampu mengatur dan mengendalikan 'dunia' masih membutuhkan agama ? Kalau jawabnya "Ya", terus apa fungsi dan peran agama dalam era kemajuan dan modernisasi ini ? Akankah posisi dan peran agama dapat digantikan oleh ilmu pengetahuan ?. Untuk menjawab pertanyan-pertanyan di atas di butuhkan sebuah telaah kritis dan komperhensif kalau kita tidak ingin agama di jahui oleh manusia terutama orang-orang yang sudah matang secara rasional, logika dan ilmiah sebagai akibat dari indoktrinasi yang keliru. Kekeliruan dalam memberi gambaran dan pengertian agama kepada manusia terutama generasi berikutnya, jelas akan memarginalkan agama itu sendiri dari kehidupan manusia. Dan disinilah peran dari seorang teolog atau penganjur agama menjadi kunci utama dalam menawarkan gambaran-gambaran yang benar tentang agama supaya generasi berikutnya tidak terperosok dalam lembah materialisme dan menjadi budak hawa nafsunya. Kalau seorang teolog dan penganjur agama membuat sedikit blunder saja dalam memberikan gambaran dan pengetian agama, akan berakibat negatif terhadap agama itu sendiri. Agama yang di harapkan menjadi solusi dan menenangkan kalbu justru sebaliknya, akan menjadi sebuak momok yang di takuti. Dalam menjawab pertanyaan-petanyaan diatas, hal pertama yang harus dilakukan adalah menguak misteri siapa manusia ? Apa agama itu ?. Mustahil, kita mampu menjawab pertanyanpertanyaan di atas tanpa mengetahui obyek pembahasannya yaitu manusia dan agama.

II. Siapa Sih Manusia ?

Sebenarnya teori-teori tentang manusia banyak sekali baik dari barat mupun timur, mulai zaman Yunani kuno sampai sekarang, berikut sedikit teori-teori yang sudah dan sedang berkembang tentang manusia: Materialisme dan Darwinisme Sebagian masyarakat banyak yang menyangka bahwa teori Darwinisme tidak mempunyai pengaruh dan kepentingan tak seberapa dalam kehidupan ini. Anggapan tersebut sebuah kesalahan besar, karena ia tidak hanya berkisar dalam ilmu biologi saja, namun teori ini adalah suatu penyelewengan filsafat yang sangat banyak mempengaruhi manusia di muka bumi ini. Darwinisme atau Teori Evolusi merupakan hasil dari filsafat materialisme yang mempunyai anggapan bahwa segala sesuatu di muka bumi ini adalah materi. Materialisme meletakkan segala sesuatu pada status benda. Anggapan ini menjadikan manusia suatu makhluk yang hanya mempunyai dimensi materi ( jasmani )saja (maddiyat al insan). Tanpa mempunyai dimensi meta-materi ( ruhani ) yang dapat menumbuhkan nilai-nilai luhur dan moral seperti kejujuran, kecintaan, amanah, pengorabanan atau moral-moral yang baik lainnya. Asal-usul teori ini adalah seiring dengan kepercayaan yang menolak adanya pencipta manusia dan alam yaitu Tuhan. Penemu teori Evolusi ini adalah Charles Robert Darwin. Ketika Darwin menjadi sukarelawan sebuah ekspidisi di atas sebuah kapal Inggris yang bernama H.M.S Beagle pada tahun 1832 mengembara dan mengelilingi kawasan-kawasan yang bermacam-macam di dunia selama lima tahun. Selama ekspidinya ini, dia mengamati alam dan makhluk hidup seperti variasi pada paruh burung yang menurutnya di sebabkan oleh adaptasi burung tersebut dengan habitat dan komunitasnya. Dari pengalamannya ini, dia akhirnya mempunyai kesimpulan bahwa spesies-spesies dari mahluk hidup yang berbeda-berbeda tersebut tidak di ciptakan oleh Tuhan, namun sebagai akibat dari adaptasi setiap spesies tersebut dengan habitatnya. Darwin berpendapat bahwa asal-usul makhluk hidup itu perubahan secara lamban (evolusi) dari suatu spesies ke spesies lain yang dapat dijelaskan melalui dua mikanisme yaitu seleksi alam ( natural selection ) dan mutasi (mutation) seperti manusia yang berasal dari mahkluk sejenis kera. Dia mengemukakan pandanganya ini dalam bukunya yang berjudul " The Origin of Spesies, By Means of Natural Selection, 1859". Sebenarya Darwin tidak yakin dengan teori ciptannya tersebut. Hal ini bisa di baca dari pemikiranya dalam buku tersebut dalam bab "Difficulties of the Theory" (KesukaranKesukaran Teori ini). Ya, memang sudah sewajarnya bila Darwin tidak begitu yakin dengan teorinya sendiri karena penemuan dan hipotesisnya tidak berdasarkan eksperimen dan sains, namun hanya sebatas dari pengalaman dan pengamatannya tentang mahluk hidup dan alam. Komunisme dan Marxisme Teori Marxisme dan Komunisme merupakan mata rantai dari teori Evolusi dan Materialisme. Karena Marxisme pada hakikatnya bersandar pada kedua teori tersebut. Sama dengan pendahulunya, Karl Max (1898) seorang pendiri madzhab ini berpendapat bahwa semua yang wujud di dunia ini termasuk manusia adalah materi ( jisim ). Dan beranggapan bahwa semua kejadiankejadian di dunia ini adalah hasil dari kejadian sebelumnya dan seterusnya. Animalisme Manusia 1. Sigmund Freud, seorang psikoanalisis kondang yang teorinnya al aql al bathin ( akal bawah sadar / the unconscious ) punya pengaruh besar sekali tidak hanya pada ilmu psikologi bahkan merambah ke seluruh aspek kehidupan ini, berpendapat bahwa manusia baru sehat apabila libido sexualisnya tidak

mengalami banyak hambatan. Hambatan-hambatan moral telah menimbulkan banyak penderitaan manusia, ganggaun emosional, kecemasan, dan obsesi. Menurut hemat Freud, semua kegiatan dan dinamika manusia berakar dari dorongan dan hasrat seksual. Manusia hany makhluk bumi murni ( ka'in ardli bahtah ) yang tidak memiliki perasaan yang menuju ke sebuah nilai-nilai luhur seperti ketulusan, kecintaan, pengorbanan, kesetiaan dan nilai-nilai moral lain. Manusia dalam pandangan Freud tidak beda jauh dengan hewan yang di gerakkan oleh hasrat dan naluri seksual. Singkatnya Freud ingin menganimalkan manusia (hawaniyat al insan, animalisme manusia). 2. Betrand Russell. Bila Freud telah memberikan landasan psikologis terhadap suatu moralitas baru yang di dasarkan pada kebebasan individu untuk mengikuti apa yang di hajatkan nafsunya. Russelllah yang memberikan landasan filosofisnya. Russell menganjurkan moralitas seksual yang bebas dari rasa cemburu. Cemburu adalah emosi yang yang tidak sehat, sehingga setiap manusia harus berusaha untuk mengatasinya. Setiap orang harus dibebaskan untuk melakukan hubungan seksual dengan siapa saja yang di kehendaki tanpa harus terikat dengan kaidah-kaidah hukum. Dari pendapat Russel diatas tentang moralitas seksual bagi manusia dapat di tarik kesimpulan bahwa manusia dalam pandangan Russell hanyalah makhluk yang termotori oleh dorongan dan naluri seksual dalam segala dinamikanya. Pada kesimpulan akhirnya Memang pandangan Russell dan Freud sama yaitu animalisme manusia ( hawaniyah al insan ). Perbedannya kalau Russell memandang dari perspektif filsafat sedangakan Freud lebih menekankan segi psikologi. Dan masih banyak lagi teori-teori tentang manusia yang memandang manusia hanya dari satu sisi semata, seperti aliran Behavoriosme yang mengartikan manusia sebagai akumulasi dari adat dan refleksi atau reaksi dari kondisi lingkunngan sekitarnya ( rudud al fi'il al syartiyah al mun'akisah ), mazhab Experimentalisme yang menjadikan manusia sebagai kelinci percobaan dalam laboratium yang hanya mampu meneliti manusia dari sisi jisim atau inderawi saja, dan orang yang menganggap manusia sebagai mesin robot (mekanik). Kristen Seperti agama-agama yang lain, Kristen memandang manusia sebagai makhluk yang mulya dan sempurna yang terdiri dari jisim (badaniyah) dan ruh (ruhaniyah). Manusia bukan semata-mata seperti hewan yang hanya terdorong oleh naluri seksualnya. Manusia dalam pandangan Kristen lebih mulya dari sekedar hewan, karena dalam diri manusia tertanam nilai-nilai luhur dan moralitas. Karena agama Kristen sendiri turun untuk menentang materealisme radikal yang merajalela dikalangan Bani Isra'el dan Romawi pada saat itu. Oleh karena itu ajaran Kristen lebih menekankan pada sisi ruhaniyah yaitu cinta kasih dan penebusan dosa. Sebuah ajaran yang menyerukan kepada manusia untuk menyucikan diri dari dosa dan melupakan sesuatu yang bersifat materi atau naluri biologis sehingga kita dapat menyaksikan dikalangan para pendeta dan biarawati yang tidak nikah selama hidupnya. Karena menganggap nafsu biologis adalah kotoran dan najis yang harus di jahui dan di sucikan. Bahkan sampai pada ruhbaniyah yaitu pengisolasian diri dari kehidupan dan manafikan naluri-naluri fitriah seperti kebutuhan biologis. Diantara ajaran Kristen adalah manusia terlahir dalam keadaan berdosa sebagai akibat dari apa yang di lakukan Adam dan Hawa yang telah melanggar larangan Allah yaitu memakan buah atau pohon yang di larang oleh Allah. Apa yang dilakukan Adam dan istrinya menurut Kristen merupakan kesalahan dan dosa. Keturunan adam harus menaggung dosa yang dilakukan oleh Adam dan istrinya. Artinya Kristen mempunyai keyakinan dan ajaran 'Dosa Warisan' (al khati'ah al maurusah ).

Kepincangan dan Kekeroposan Barat Sebenarnya harus ada beberapa pertanyaan yang harus diajukan dalam membahas diri manusia, karena jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut akan membantu kita dalam mengetahui siapa manusia itu. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah siapa dan apa manusia itu ? Apa fungsinya ? Apa perannya dalam kehidupan ? Apa kemamapuan yang dipunyai ? Sampai dimanakah batas kemampuan tersebut ?. Tanpa mengajukan pertanyan-pertanyan tersebut dalam meneliti manusia, kesimpulan yang di hasilkan akan mempunyai banyak kelemahan. Dan seperti itulah tanpa di dahului oleh pertanyaan-pertanyaan diatas-- riset dan study yang dilakukan barat dalam menguak misteri makhluk yang namanya manusia, sehingga teori yang dihasilkanpun banyak mempunyai kelemahan, diantara kelemahan itu : Pertama: Riset dan study seperti ini hanya bersifat parsial, karena memandang manusia dari satu sisi atau satu dimensi semata. Sedangakan manusia adalah makhluk serba dimensi. Manusia buklanlah hanya homo mechanicus yang secara otomatis di gerakkan oleh hukum-hukum fisikal ( Hobbes, Hume ), oleh dorongan-dorongan naluri seperti membela kepentingan diri ( Utilitarian ), hasrat biologis atau seksual ( Freud, Russell), oleh warisan genetis ( Jensen, Eysenck ), atau faktor-faktor lingkungan seperti lingkungan stimuliti ( Behaviorisme ), lingkungan sosio-kultural ( Neo Freudian), alat-alat produksi ( Marxisme )dan teknologi ( Agburn, Toffler) semata. Namun manusia mempunya dimensi lain selain dimensi diatas. Memang tidak dapat di pungkiri dalam perkembangannya, manusia di pengaruhi oleh warisan genetis, lingkungan dan pendidikan serta naluri biologisnya. Tapi pada dasarnya manusia mempunyai dimensi ruhaniah sebagaimana fitrah manusia yang dapat merespon kewujudan pencipta alam. Kedua: Riset yang di lakukan barat seperti diatas tidak akan mampu membedakan manusia antara kondisi normal dan ubnoramal. Karena mereka kehilangna ukuran yang dapat di jadikan standar untuk mengetahui keduanaya. Ketiga: Riset dan study meraka tentang manusia melupakan pencipta manusia itu sendiri yaitu Allah. Counter Terhadap Freud Teori yang diajukan Freud tentang manusia banyak kelemahan, diantaranya: 1.Freud menafikan akal sadar ( al aql al wa'i ) sebagai bagian dari dalam diri manusia sebagaiman akal bawah sadar ( al aql al batin ) . menurut Freud akal sadar adalah hasil dari pengaruah faktor luar. Jelas teori mengandung kelemahan karena pada kenyataannya akal sadar manusia timbul dari dalam jiwa manusia itu sendiri, yang merupakan fitrah manusia seperti ingin hidup sosial, dan sifat egoisme. 2. Anggapan Freud bahwa hakikat manusia adalah naluri sexualnya. Penekanan dan pencegahanlah yang menyebabkan manusia mempunyai nilai-nilai luhur seperti kesetiaan. Merupakan anggapan yang tidak disangsikan lagi kesalahanya. Karena mnusia secara fitrah sudah mempunyai sfat-sifat luhur seperti kesetiaan dan ketulusan bukan akibat dari penekanan dan penahanan lingkungan sekitar. Pendeknya, manusia dalam pandangan barat telah di runtuhkan pada tingkat mesin. Ruh dan kemulyannya telah di tolak. Kepercayaan akan adanya sebab terakhir dan suatu rancangan atau rencana yang telah di persiapkan bagi alam di anggap sebagai gagasan yang reaksioner. Manusia

masih menurut barat-- adalah mesin yang di kendalikan semata-semata oleh kepentingan finansial.agama, moral, filsafat, sains, seni di tegakkan pada landasan cara produksi, pembagian dan distribusi kekayaan. Martabat manusia telah benar-benar dihancurkan dan direndeahkan oleh barat. Bagaimana Dengan Islam ? Sebelum kita membahas tentang manusia, terlebih dahulu menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas. Karena ---seperti yang sudah saya singgung diatas jawaban-jawaban ini akan membantu kita dalam mengetahui hakikat manusia. Alquran dengan ringkas dan jelas menjawab pertanyaanpertanyaan diatas dalam surah Albaqara ayat 30-35. Manusia adalah Khalifah Allah di bumi, yang di ciptakan uantuk memakmurkan dan meramaikan bumi dengan bekal ilmu dan semua yang ada di bumi di ciptakan untuknya. Dari jawabanjawaban diatas, dapat kita tarik kesimpulan tentang hakikat manusia. Jadi manusia dalam pandangan Islam adalah: 1. Khalifah Tuhan di bumi (QS 2:3). Sehingga manusia di beri kebebasan dan kemerdekaan (QS 33:72) 2. Makhluk yang mutafarrid ( independent, satu-satunya, yang tidak ada bandinganya). Dengan demikian, penafsiran-penafsiran manusia yang di serupakan dengan yang lain sebuah kesalahan besar. 3. Makhluk yang mempunyai peran penting di dalam kehidpuan. Untuk itu dalam penciptannya benar-benar telah di perhitungkan secara teliti bukan suatu kebetulan (QS 20:122) 4. Mahkluk yang di bekali kemampuan dan kekuatan. Seperti kemampuan intelegensia yang paling tinggi di miliki manusia (QS 2:31-33) 5. Makhluk yang mempunyai titik kelemahan. seperti interest terhadap nafsu, sifat keji dan bodoh. 6. Makhluk yang mempunyai tabiat ganda dan serba dimensi. Seperti kecederungan dekat dengan tuhan (QS 7:172, 30:34), sekumpulan unsur surgawi yang luhur yang berbeda dengan unsur badani (QS 32:7-9) kesadaran moral (QS 17:70) manusia tidaklah hanya tersentuh oleh motivasi-motivasi dunia saja (QS 89:27-28, 9:72) 7. Dalam Islam, manusia di lahirkan dalam kedaan suci dan putih tidak punya dosa sedikitpun, laksana kertas putih yang belum di tulisi. Hal ini berbeda dengan kristen yang memandang manusia ketika lahir sudah berdosa yaitu dosa warisan dari Adam dan Hawa, karena dalam Islam tidak mengenal hukum karma dan dosa warisan. Dan juga, Islam tidak mengingkari kebutuhan manusia akan kebutuhan biologis yang dihalalkan dengan sebuah akad nikah. Mustahil, manusia mengingkari kebutuhan tersebut. Karena hal ini merupakan naluri fitriah dan wasilah untuk melestarikan jenisnya. Artinya, tawazun antara ruh dan jasad, materi dan meta-materi, dan duniawi dan ukhrawilah esensi dari ajaran Islam.

III. Apa Agama itu ?

Banyak definisi tentang agama, yang agaknya dapat di bagi menjadi dua kelompok. Pertama, definisi agama yang menekankan segi rasa iman atau kepercayaan. Kedua, menekankan segi agama sebagai peratutan tentang cara hidup. Kombinasi keduanya mungkin merupakan definisi yang lebih memadahi tentang agama. Jadi agama ialah sistem kepercayaan dan praktek yang sesuai dengan kepercayaan tersebut atau peraturan tentang cara hidup lahir dan batin. Hipotesis Agama Ada beberapa hipotesis yang di ajukan mengenai pertumbuhan mula agama sebagai berikut: 1. Agama adalah produk rasa takut. Rasa takut manusia dari alam, dari gelegar suara guruh yang menggetarkan, dari luasnya lautan dan deburan ombak serta gejala-gejala alamiah lainnya. Sebagai akibat dari rasa takut ini terlintaslah agama dalam benak manusia. Lucretius, seorang filosof yunani, menyebutkan bahwa nenek moyang para dewa ialah dewa ketakutan. 2. Agama adalah produk kebodohan. Sebagian orang percaya bahwa faktor yang mewujudkan agama adalah kebodohan manusia yang tidak berhasil mengetahui sebab-sebab dan hukum-hukum alam serta peristiwa-peristiwa yang terjadi didalamnya. Kemudian mereka menisbahkan hal itu kepada sesuatu yang bersifat metafisis. 3. Pendambaan akan keadilan dan keteraturan. Sebagian orang memperkirakan bahwa ketertarikan manusia pada agama ialah pendambaannya akan keadilan dan keteraturan. Yaitu ketika manusia menyaksikan kezaliman dan tiadanya keadilan dalam masyarakat dan alam. Karena itu ia menciptakan agama untuk meredakan penderitaan-penderitaan jiwanya. Penganut ketiga hipotesis itu berasumsi bahwa dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan modernisasi, pengaruh agama akan hilang dengan sendirinya. Dan pada akhirnya ilmu pengetahuan menggantikan posisi agama. Dan menurut mereka, ilmuan itu identik dengan atheis. 4. Hipotesis kaum Marxis. Marxisme percaya bahwa agama diwujudakan dan di ciptakan kaum penindas, bourjis, bangsawan dan tuan tanah atau masyarakat berkelas agar mereka tetap dapat mempertahankan privilise, kedudukan dan kekuasaannya di kalangan-kalangan bangsa serta supaya terhindar dari pemberontakkan kaum proletar. Agama menurut mereka adalah candu yang membius manusia agar tetap dalam kelelapan dan ketidaksadaran. 5. Hipotesis Freud. Semua gejala sosial termasuk agama, telah di tafsirkan Freud sesuai dengan nafsu sosial. Menurutnya, bila lingkungan atau kondisi-kondisi sosial bertindak membatasi gejolak naluri sosial, maka naluri itu akan mengalami penekanan dan penahanan atau pelarangan. Akan tetapi hal itu tak berarti ia hialng dengan. Naluri itu akan selalu bersemayam didalam alam bawah sadar manusia selama aktivitasnya terlarang oleh ikatan-ikatan sosial dan akan menyatakan kehadirannya secara lahiriah dalam dalam beraneka ragam kelainan mental dan gejala, diantaranya agama. Singkatnya, faktor yang mendorong timbulnya agama adalah penekanan dan pelarangan seksual. Akar munculnya ilmu pengetahuan, etika, dan segala sesuatunya adalah akar-akar seksual. Saat rintangan-rintangan dan hambatan-hambatan terangkat dari jalan naluri seksual, dan kepada naluri itu di beri kebebasan serta di lepaskan dari belenggu yang mengikatnya, maka agama dengan sendirinya akan hilang.

Kefitrian Agama Secara terminologi fitrah adalah potensi atau daya dan kesiapan manusia untuk menerima kebenaran yang di berikan Allah pada saat pertama penciptaannya. Menurut Yung, fitrah tidak sama dengan al quwwah al bahimiah dan al quwwah al milkiyah. Karena di dalam diri manusia terdapat fitrah yaitu sebuah daya untuk menerima kebenaran, dan agama adalah kebenaran, maka sudah otomatis manusia harus menerima agama. Karena agama adalah kebenaran yang tidak dapat di pungkiri. Alqur'an telah mengungkapkan bahwa Allah Swt menanamkan agama pada lubuk jiwa manusia : hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Allah, tetaplah atas fitrahnya Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrahnya itu (QS 30:30). Agaknya kurang lengkap kalau tidak disertakan komentar dan berbagai pernyataan dari para ilmuan barat tentang kefitrian agama, berikut komentar mereka : 1. Carl Gustav Jung, seorang ahli psikologi terkenal dan dikenal sebagai murid Sigmund Freud, menyatakan ketidaksepahamannya dengan gurunya tentang agama. Jung berpendapat : " Kendatipun benar apa yang di katakan Freud bahwa agama termasuk diantara bentuk-bentuk yang membersit dari bawah sadar manusia, namun pernyataan bahwa seluruh kandungan bawah sadar hanya terbatas pada kecenderungan-kecenderungan seksual yang lari dari kesadaran manusia ke bawah sadarnya, tidaklah dapat di benarkan. Manusia memiliki jiwa batin dan eksistensi bawah sadar yang fitri dan alami, yang kandungannya tidak hanya berasal dari perasaan yang bersifat eksternal saja seperti yang di asumsikan salah oleh Freud ". 2. William James, seorang filosof Pragmatisme dan ilmuan terkemuka dari Amerika menyatakan: "Kendatipun benar pernyataan bahwa hal-hal fisis dan material merupakan sumber tumbuhnya berbagai keinginan batin, namun banyak pula keinginan yang tumbuh dari alam di balik materialisme. Buktinya banyak perhitungan manusia yang tidak sesuai dengan perhitungan-perhitungan material. Pada setiap perbuatan dan keadaan keagamaan, kita selalu melihat berbagai bentuk sifat seperti ketulusan, keikhlasan, kerinduan, keramahan, kecintaan, pengorbanan dan sifat-sifat luhur lainnya. Gejala-gejala keagamaan memiliki berbagai kepribadian dan karakteristik yang tidak selaras dengan semua gejala umum kejiwaan manusia". 3. Alexis Carel, mengatakan : " Do'a merupakan gejala keagamaan yang paling agung bagi manusia, karena pada keadaan itu jiwa manusia terbang melayang kepada Tuhan. Pada batin manusia ada seberkas sinar yang menunjukan kepada manusia, kesalahan-kesalahan dan penyimpanganpenyimpangan yang kadang di lakukannya. Sinar inilah yang mencegah manusia dari terjerumus kedalam perbuatan dosa dan penyimpangan. Adakalanya manusia dalam beberapa keadaan ruhaniahnya, merasakan kebesaran dan keagungan ampunan Tuhan". 4. Einstein, seorang ilmuan besar yang di sebutsebut sebagai orang terpintar zaman ini, penemu teori Relativisme menyatakan adanya bermacammacam perasaan kejiwaan yang telah menyebabkan pertumbuhan agama. Demikian pula bermacam-macam faktor yang mendorong berbagai kelompok manusia untuk berpegang teguh pada agama seperti rasa takut, takut mati, takut lapar, takut penyakit atau sifat sosialnya dan faktor-faktor lainnya yang pada akhirnya menimbulkan keyakinan adanya kekuatan di balik itu semua yang diharapkan menjadi petunjuk dan pengharapan akhir. Keyakinan ini mengajarkan kepada manusia tentang remehnya harapan-harapan dan tujuan-tujuan manusia serta agungnya apa yang berada di balik semua maujud alamiah. Sehingga mereka menginginkan terbang meninggi menjumpai totalitas wujud secara serentak dan dengan hakikatnya yang satu. Selanjutnya Einstein mangatakan: " Saya tidak mengakui kebijaksanaan seorang saintis yang tidak mempunyai

keimanan yang mendalam. Hal ini dapat di jelaskan melalui sebuah gambaran yaitu: sains tanpa agama adalah sebuah kepincangan dan kekeroposan".

IV. Kebutuhan Manusia Akan Agama


Fenomena-fenomena sosial yang dapat mempertahankan kehadirannya sepanjang masa, haruslah selaras dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan manusia. Dengan kata lain, fenomena itu sendiri merupakan kebutuhan-kebutuhan manusia ataupun paling sedikit, sebagai lantaran (sarana) guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Dalam arti bahwa manusia, jauh di lubuk fitrahnya, mencari dan mendambakan fenomena seperti itu. Kalau tidak, yakni manusia tidak mendambakannya dalam lubuk fitrah dan nalurinya, dan hal itu tidak menjadi tujuan langsung kecenderungan-kecenderunganya, maka setidaknya-tidaknya ia merupakan sarana bagi pemenuhan fitrahnya yang mendasar. Kebutuhan manusia dapat di kelompokkan menjadi dua yaitu alamiah dan non alamiah. Kebutuhan alamiah atau fitriah ialah hal-hal yang di butuhkan manusia sebagai manusia yang tidak mungkin di tinggalkannya dan di lupakannya. Dan agamalah salah satu kebutuhan alamiah dan fitiah itu. Oleh sebab itu tak seorang manusiapun yang dapat menafikan, meniggalkna dan melupakan agama bahkan orang yang tak mengaku beragamapun masih mengaku adanya kekuatan "maha besar" yang lebih dari kekuatannya yang dapat mempengaruhi dirinya. Trus, siapa kekuatan "maha besar" itu selain Tuhan ?. Jadi, pada hakikatnya agama merupakan kebutuhan fitri dan emosional manusia, dan ia juga satu-satunya sarana untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan fitri manusia yang tak sesuatupun dapat menggantikan kedudukannya. Hal ini di kuatkan oleh penemuan ilmiah dari Tim Universitas California yang mengklaim menemukan noktah religi (god spot) di dalam otak manusia yang untuk merespons ajaran moral keagamaan. Prof. Vilayanur Ramachandran, ahli ilmu saraf berdarah India dari Universitas California di San Diego, Amerika mengklaim menemukan "jaringan baru" di sebut god spot di otak yang dikatakannya mempengaruhi "keimanan" seseorang. Penemuan ini jelas menimbulkan banyak rekasi, sejumlah pakar evolusi Amerika Serikat mendukung teori ini. Dengan melihat acuan historis bahwa konsep spiritual ketuhanan sudah dikenal manusia dari pelbagai penjuru dunia sepanjang sejarah, mereka beranggapan bahwa god spot telah terkait pada otak manusia generasi pertama.

V. Agama Vs Sains
Persepsi agama versus agama muncul di Eropa di abad pertengahan ketika gereja berkuasa dengan kediktatoran yang diatasnamakan agama. Pertentangan ini timbul karena banyaknya teoriteori baru yang di temukan oleh para ilmuan banyak bertentangan dengan ajaran agama Kristen yang di'qudus'kan pihak Gereja. Gereja dengan kediktatoran dan biro penyelidiknya (Mahkamah Taftisy) menghakimi dan menghukum siapa saja yang teorinya bertentangan dengan ajaran Gereja dan diklaim kafir yang wajib dibunuh. Maka dibunuhlah orang-orang seperti Galileo dan Copernicus. Galileo misalnya, mengemukakan teori bahwa bumi itu bulat seperti bola yang bertentangan dengan ajaran gereja yang menganngap bumi tidak bulat tapi bumi hamparan yang membentang. Karena teorinya tersebut maka Galileo dihukum mati oleh pihak Gereja. Namun karena teori-teori sains tersebut terbukti kebenarannya dan ajaran gereja terbukti kesalahna dan kebohongannya, maka para

ilmuan dan masyarakat Eropa umumnya kecuali para penguasa gereja berbondong-bondong meninggalkan gereja dan berpaling kepada sains dan menuduh gereja melakukan kebohongan besar. Pertentangan agama vs sains dalam kamus islam tidak kenal sama sekali. Sejarah telah menjadi saksi bisu dan membuktikanya bahwa para ilmuan dalam bidang astronomi, ilmu alam, kimia, kedokteran, fisika, matematika dan bidang-bidang lain muncul dan bekembang pesat di bawah naungan ajaran Islam. Para ilmuan tersebut menemukan teori-teornya dari dalam ajaran Islam sendiri yang di buktikan dengan ekperimen-ekperimen. Mereka merupakan pakar ilmu-ilmu agama dan ilmu pengetahuan sekaligus. Jadi, tidak ada dalam Islam itu pertentangan antara agama dan sains karena dalam Islam ilmu itu satu, tidak mengenal dikotomi ilmu agama dan ilmu pengetahuan, semuanya satu. Telah tiba saatnya bagi kita untuk menyadari bahwa bukan saja sains dan agama itu bukan bertentangan, tetapi mereka bahkan saling melengkapi satu sama lain. Karena sains membawa manusia kepada suatu hal dan agama membawa manusia ke hal yang lain. Posisi keduanya bukan saling menafikan dan berhadap-hadapan, namun saling melengkapi. Dan bagimana dengan pertanyaan diatas (pendahuluan) yaitu: mungkinkah keduanya bisa menjadi pengganti satu sama lain ?. Jika saja kita menyadari fungsi-fungsi sains dan agama, sebanarnya tidak perlu kita mengajukan pertanyaan seperti itu. Sudah jelas bahwa sains tidak bisa di pakai sebagai pengganti agama untuk memberi kita pencerahan dan kemampuan, cinta dan harapan, uantuk meningkatkan pengikat keinginan-keinginan kita, dan kepentingan-kepentingan spiritual. Sejarah telah membuktikan bahwa pemisahan sains dari agama telah menyebabkan kerusakan yang tak bisa di perbaiki lagi. Agama tanpa sains akan berakibat fanatisme dan kemandekan. Dan sains tanpa agama adalah seperti sebilah pedang ditangan orang mabuk, seperti secercah cahaya di tangan pencuri di tengah malam yang membuatnya mampu mencuri barang-barang yang terbaik. Inilah sebabnya, kenapa orang-orang terpelajar yang kafir pada masa kini sama sekali tidak berbeda dari orang-orang jahil yang kafir pada masa lampau dalam hal sifat dan perilakunya. Apa beda Churchil, Johnson, Stalin yang hidup masa sekarang dengan Fir'aun, Jengis Khan, dan Attilas yang hidup dimasa lampau. Mungkin dua abad atau tiga abad terakhir di sebut-sebut sebagai era pemujaan sains dan penyelewengan dari agama. Banyak ahli-ahli sains percaya bahwa semua masalah manusia bisa diatasi oleh sains, tetapi pengalaman membuktikan hal yang sebaliknya. Pada masa sekarang kita tak dapat menemukan seorang ilmuwan atau pemikir yang menyangkal adanya kebutuhan manusia akan semacam agama bahkan seorang pemikir yang tidak beragama sekalipun seperti ahli sejarah Will Durrant, Betrand Russell yang mengaku tak beragama. Mayoritas kalau tidak boleh di katakan semuanya-- penemupenemu sains modern mempercayai kewujudan allah (agama) dan ketika mempelajari sains, mereka berusaha menguak cakrawala yang Allah ciptakan dan mencoba memahami undang-undang-Nya dan semua ciptaan-Nya. Ahli-ahli falak (astronomer) seperti Leonardo Da Vinci, Copernicus, Keppler, Galileo (bapak paleontology), Cuveir (ahli bonaty dan zoology), Linneaus dan Isac Newton yang di sebut-sebut sebagai ilmuan terhebat sepanjang sejarah manusia, Einstein yang di anggap orang terpintar zaman ini, mereka semua mengkaji sains dan mempercayai tidak hanya kepada kewujudan Allah ( agama) bahkan mereka percaya juga bahwa seluruh alam ini muncul sebagai suatu hasil dari ciptaanNya. Gejala-gejala agama dalam sains semakin kentara performancenya pada masa Kisah Baru atau The New Story of Science. Matealisme yang di dewa-dewakan oleh The Old Story of Science, mulai di tinggalkan oleh para ilmuan pada masa Kisah Baru seperti Jhon Polkinghorne seorang ahli fisika dan presiden dari Queen College, Canmbridge yang akhirnya di tasbihkan menjadi pendeta gereja Anglikan, atau W. Hoiler seorang ahli fisika dari Universitas Zurich misalnya, dia mengakui bahwa perkembangan baru dari sains-sains eksak, cenderung untuk menjauhkan diri secara radikal dari materealisme.

VI. Penutup
Penulis yakin bahwa tak seorang pun di dunia ini yang tak mempercayai sesuatu kekuatan Maha Besar di luar kemampuan dan kekuatan manusia dan alam ini. Meskipun dalam perkembangan pencarian yang menuju kekuatan maha besar tersebut pada akhirnya membuahkan hasil yang berbeda, sehingga dalam pengaktualisasinyapun dalam bentuk berbeda. Dan kepercayaan seperti diatas menurut pendapat penulis pribadi dapat di katakan sebagai agama (dalam arti kepercayaan adanya Tuhan). Untuk itu, agama tak akan pernah mati, tak ada limit waktu bagi agama, dan agama pasti selalu mengalir dalam lubuk hati manusia. Will Durant ( seorang yang tak mengakui agama, atheis) mengatakan: Agama memiliki seratus jiwa, sekiranya ia seratus kali dibunuh, ia akan muncul lagi dan kembali hidup setelah itu. Wallahu a`lam, semoga pencarian dan amal kita benar di hadapan Allah SWT Swt.

Murtadla Muthahhari, Perspektif Alqur'an Tentang Manusia dan Agama, Mizan, Bandung, cet.VI 1992, hal. 41 Muhammad Qutb, FI al-Nafs Wa al-Mujtama, Dar el-Shouruq, Kairo, cet. XI 2001, hal. 8 Harun Yahya (nama asli Adnan Oktar, pemikir Turki), The Evolution Deceit, Edisi terjemahan bahasa Melayu oleh Rohidzir Rais, The Malay Association in Arabic Republic of Egypt, Kairo cet. I hal. 43 Ibid. Hal. 55-57 Ibid. Hal. 44 Op. cit Murtadla Muthahhari, hal. 20 Muhammad Qutb, al-Insan Baina al-Maadiyah Wa al-Iislam, Dar el Shouruq cet. XI 1993 Kairo, hal. 19. lihat juga M. Taqy Amini, al-Nidlom al-Ilahi Li al-Ruqqiy Wa al-Inhithath, Edisi terjemah bahasa Arab oleh Muqtadi Hasan al Azhari, Dar al Shahwah cet. I 1988 Kairo, hal. 11 Op. cit Murtadla Muthahhari, hal. 20,21 Muhammad Qutb, al-Dirasah Fi al-Nafs al-Insaniyah, Dar el Shouruq cet. X 1993 Kairo, hal. 20-23 M. Qutb, al-Iinsan Baina al-Maadiyah Wa al-Islam, Dar el Shouruq cet. XI 1993 Kairo, hal. 11 Sayyid Qutb, Muqawwimaat al-Tashawwur al-Islami, Dar el Shouruq cet.IV Kairo hal. 370

lihat pengantar Jalaluddin Rakhmat dalam buku Muthahhari, mansuaia dan agama, lihat juga M. Taqi Amini, al-Nidlom al-Ilahi Li al-Ruqqiy Wa al-Inhithath, hal18, M. Qutb, al-Dirasah Fi al-Nafs alInsaniyah, hal.13 M. Qutb, al-Dirasah Fi al-Nafs al-Insaniyah, hal. 20

Anda mungkin juga menyukai