Anda di halaman 1dari 29

Indepth Report

Konglomerasi Media di Era Konvergensi Telematika

Oleh: Firdaus Cahyadi Knowledge Department, One World Indonesia

Era digital membuat setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi konsumen sekaligus produsen dari sebuah konten. Namun di sisi lain era digital juga dimanfaatkan oleh perusahaanperusahaan media massa besar untuk memperkokoh bangunan konglomerasi medianya 1. Amerika Serikat adalah negara yang dapat dijadikan contoh dari konglomerasi media. Pada era tahun 1980-an hinggga pertengahan tahun 1990-an, perusahaan media massa di Amerika Serkat terus mengalami penurunan. Tahun 1996, perusahaan media di negeri itu hanya menyisakan lima media, yaitu Time-Warner, Viacom, News Corp., Bertelsmann Inc., dan Disney2.

Diolah dari tulisan Veronika Kusuma3

Tahun 2011, muncullah sejarah besar dalam integrasi konglomerasi media di Amerika Serikat yang mencoba mengintegrasikan kepemilikan media dan infrastruktur internet. Pada tahun tersebut perusahaan raksasa Time Warner bergabung dengan American On Line (AOL)4

terpusatnya kepemilikan media di tangan sedikit orang/perusahaan. http://twitoaster.com/countryus/ndorokakung/konglomerasi-media-mungkin-tak-menguntungkan-publik-karena-akan-terjadi-keseragaman-suara/ 2 https://fordiletante.wordpress.com/2008/01/29/konglomerasi-media-dalam-grup-mnc-media-nusantara-citra/ 3 Konglomerasi Media dalam Grup MNC (Media Nusantara Citra) 4 AOL amat disukai para investor di pasar Wall Street, karena dianggap sebagai a leader in the rapidly emerging world of internet based media

menjadi Time Warner and AOL (TWOL)5. Penggabungan dua perusahaan itu dinilai sangat strategis dan menandai munculnya konglomerasi media baru 6. Namun marger TWOL tidak berlangsung lama. Pada tahun 2003 marger itu bubar. Menurut Satrio Arismunandar7, yang ditulis dalam blognya8, setidaknya ada tiga penyebab dari kegagalan marger kedua media besar itu. Pertama, alasan yang bersifat teknis. Orang Amerika ternyata lamban dalam mengadopsi koneksi pita-lebar berkecepatan tinggi, yang diperlukan untuk terjadinya konvergensi. Kedua, pemilihan waktu yang tidak tepat. Merger itu terjadi tak lama sebelum sahamsaham perusahaan yang terkait dengan Internet berguguran, sehingga menguras habis modal potensial yang dibutuhkan untuk memajukan proses ke arah konvergensi yang diidamkan. Ketiga, terkait dengan kekeliruan dalam membaca psikologi konsumen. Hanya karena seseorang bisa terkoneksi ke Internet melalui AOL, tidaklah lantas berarti ia ingin menyaksikan liputan CNN9 atau menonton film-film Warner Brothers atau membaca majalah Time 10. Sementara itu menurut Direktur LSPP11 Ignatius Haryanto, dalam wawancara dengan Yayasan SatuDunia12, kegagalan marger TWOL disebabkan oleh culture dari keduanya (Time Warner dan AOL) berbeda. Misalnya, AOL terkait dengan internet yang sangat tinggi. Sementara produksi konten Time Warner sangat lama bila dibandingkan dengan internet, ujarnya, Kalau kita bicara soal produksi majalah, itu kan skalanya mingguan atau bulanan. Bahkan jika bicara film, maka proses produksinya bisa tahunan, Hal itulah, menurut Ignatius yang kurang bisa dipertemukan. Pertanyaan berikutnya adalah, apakah jika faktor-faktor kegagalan yang menimpa TWOL itu dibenahi, apakah akan ada integrasi baru antara industri konten media dan penyedia infrastruktur internet? Bisa jadi, jika perusahaan-perusahaan lain sudah mengetahui kunci untuk mengatasi kegagalan marger TWOL

KONSENTRASI MEDIA MASSA DAN MELEMAHNYA DEMOKRASI, Henry Subiakto, Dosen Jurusan Komunikasi FISIP dan Program Pascasarjana Studi Media dan Komunikasi Universitas Airlangga, Surabaya 6 Time Warner menguasai konten, dengan deretan majalah, film, dan program-program televisi yang dimilikinya. Sedangkan AOL memiliki saluran ke lebih dari 20 juta tempat tinggal di Amerika 7 Seorang TV Jurnalis di salah satu group media terkemuka di Indonesia 8 http://satrioarismunandar6.blogspot.com/2010/11/memahami-konvergensi-media-media.html 9 CNN adalah televisi yang dimiliki oleh Group Time Warner 10 Time adalah majalah yang dimiliki oleh Group Time Warner 11 Lembaga Studi Pers dan Pembangunan 12 Wawancara di Kantor SatuDunia, 17 Juni 2011

itu dan bisa bersinergi, maka bukan tidak mungkin muncul konglomerasi media baru yang berbasiskan konvergensi telematika itu di masa depan, kataya. Konglomerasi media yang menyorot perhatian publik di Amerika Serikat lainnya adalah kerajaan media News Corporation milik Ruperth Murdoch. Jaringan bisnis media dari News Corporation ini membentang dari Amerika, Australia, Inggris, Eropa dan Asia. Jaringan bisnis medianya meliputi media cetak, televisi dan internet. No 1 Negara Australia Media dalam Jaringan News Corporation Fox Studio Australia, Fox Sport Australia, Foxtel, Harper Collins Australia, Big League, Daily Telegraph, Gold Coast Bulletin, Hearl Sun, Alpha, Donna Hay, Inside Out, Sunday Hearld Sun, Sunday Mail, Sunday Tasmanian, Sunday Territorian, The Advertiser, The Australian, The Courier-mail, The Sunday Times, Weekly Times, The Mercury, The Sunday Telegraph, Sunday Times, The Sunday Mail, NT News, Truelocal.com.au, News.com.au, Careerone.com.au, Foxsport.com.au 2 Inggris Bskyb, News International, The Times, The Sun, Shine Group, Harper Collins UK, Time Literary Supplement, NDS 3 Amerika Serikat Fox News Channel, National Geographic Channel AS, The Wall Street Journal, 20th Century Fox, Fox Searchilight Picture, Fox Broadcasting Company, Harper Collins Publishers, New York Post, FX dsb 4 5 6 7 8 9 10 India Hongkong Kanada Italia Jerman Selendia Baru Papua Nugini Tata Sky, Harper Collins India Star TV Harper Collins Canada Sky Italia Sky Deutschland Harper Collins New Zealand Post-Courier Tabel Kerajaan Bisnis Media Murdoch13.

13

Sumber: Media Indonesia, Selasa, 26 Juni 2011

Beberapa kerajaan bisnis media Murdoch juga merambah dunia internet. Jejaring media milik Murdoch di internet antara lain: Americanidol.com, askmen, fox.com, foxsport.com, hulu.com, mikround, News Digital Media, News Outdor, Scout, Spring Widgets dan Whatifsport. Selain itu pada tahun 2005, News Corporation juga membeli saham MySpace 14. Rupert Murdoch, membeli MySpace pada 2005 seharga US$580 juta sekitar Rp 5,2 triliun 15. Di Amerika Serikat, menurut Ketua Yayasan Pantau16 Andreas Harsono dalam sebuah wawancara melalui Skype dengan SatuDunia17, beberapa konglomerat media itu memiliki saham di perusahaan telekomunikasi dan jasa internet. Washington Post 18 itu punya saham di facebook, meskipun kecil, ujarnya, Donald Graham, CEO The Washington Post19, menjadi salah satu investor facebook, Raksasa di dunia internet, seperti google, lanjut Andreas Harsono, itu memiliki kerjasama dengan New York Time 20. Tapi itu bukan kepemilikan saham, lanjutnya. Seperti ditulis oleh kompas.com21, The New York Times (dan juga Washington Post ) memiliki kerjasama dengan Google. Kedua media besar AS tersebut membuat proyek eksperimen yang disebut Living Stories untuk menyajikan berita secara komprehensif berdasarkan tema dan akan ter-update setiap ada berita lanjutan.

Konglomerasi Media di Indonesia a. Perubahan konsumsi masyarakat terhadap media di Indonesia Trend digital juga merambah ke Indonesia. Saat ini sedang transisi dari analog ke digital, ditandai dengan proses migrasi dari system analog dan digital yang menurut blue print
14 15

situs jejaring sosial terpopuler di Amerika pada 2006 http://daerah.tempo.co/hg/iptek/2011/01/12/brk,20110112-305665,id.html 16 Yayasan Pantau adalah sebuah lembaga yang bertujuan memperbarui jurnalisme di Indonesia 17 Wawancara via skype dilakukan 23 Juni 2011 18 The Washington Post Company (NYSE: WPO) is a diversified education and media company whose principal operations include educational services, newspaper print and online publishing, television broadcasting and cable television systems. http://www.washpostco.com/phoenix.zhtml?c=62487&p=irol-ourcompanyprofile 19 The Company also owns The Washington Post, Express and El Tiempo Latino; PostNewsweek Stations (Detroit, Houston, Miami, Orlando, San Antonio and Jacksonville); Cable ONE, serving subscribers in midwestern, western and southern states; The Slate Group (Slate, TheRoot.com and Foreign Policy); The Gazette and Southern Maryland Newspapers; The Herald (Everett, WA); Avenue100 Media Solutions, an analytics-based performance marketing company; SocialCode, a full service Facebook advertising agency; and Trove, a personalized news aggregation service. 20 The New York Times Company, a leading media company with 2010 revenues of $2.4 billion, includes The New York Times, the International Herald Tribune, The Boston Globe, 15 other daily newspapers and more than 50 Web sites, including NYTimes.com, Boston.com and About.com. http://www.nytco.com/company/index.html 21 http://bola.kompas.com/read/2009/12/09/18482871/.The.New.York.Times.dan.Washington.Post.Merapat.ke.Google

pemerintah berakhir di tahun 2017, ujar aktivis AJI22 Margiono di Jakarta pada Agustus 2011 23. Setelah 2017 tidak ada lagi radio FM, TV UHF. Kita melihatnya TV Digital. Pada 2013 dilakukan switch di kota-kota besar dahulu. Kalau planning tersebut berjalan, dua tahun lagi di Jakarta kita tidak akan bisa lagi ndengar radio FM, nonton TV UHF, kita harus beli seatle box terlebih dahulu. Trend baru itu juga membawa perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap media di negeri ini. Hasil Survei Media Index yang dilakukan oleh Nielsen Media Survei 24, menunjukan pembaca koran konvensional menurun sementara pengguna internet mengalami kenaikan. Sementara penonton televisi relatif stabil di angka 94%.

Sumber riset Nilsen yang dikutip Kompas.com

Data itu juga dikuatkan oleh riset yahoo.com dan TNS mengenai trend pengguna internet di Indonesia. Riset itu menyebutkan bahwa telah terjadi lonjakan yang signifikan dalam pengaksesan berita online, 28% di tahun 2009 dibandingkan 37% di tahun 2010 sementara penggunaan media cetak terus menurun25.

22 23

Aliansi Jurnalis Independen Diskusi lingkar balajar Telematika, Yayasan SatuDunia, 18 Agustus 2011. http://www.satudunia.net/content/notulensi-diskusilingkar-belajar-telematika-1 24 http://kesehatan.kompas.com/read/2009/07/16/16015757/survei.nielsen.pembaca.media.cetak.makin.turun 25 http://www.detikinet.com/read/2010/05/31/160759/1366831/398/media-online-mulai-memangsa-media-cetak

Survei Markplus Insight26, juga menunjukan bahwa pengguna internet di Indonesia cenderung tidak lagi menjadikan media konvensional sebagai sumber informasi utama. Menurut riset tersebut, internet sudah menjadi preferensi utama dalam mendapatkan informasi dan hiburan selain TV. Bahkan di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, Internet lebih unggul di banding TV. Temuan lain yang cukup menarik sekaligus mengkhawatirkan adalah penetrasi media cetak seperti surat kabar, tabloid, dan majalah terlihat jauh di bawah media yang lain. Meski demikian ada beberapa kota yang memiliki karakteristik yang berbeda. Di Surabaya surat kabar masih populer, karena posisi Jawa Pos yang sangat kuat. Hal yang sama juga terjadi di Denpasar.

b.

Konglomerasi Media di Era Konvergensi Telematika Era konvergensi telematika yang mulai menjalar di Indonesia dimanfaatkan pula oleh

para konglomerat media untuk mengukuhkan bisnis medianya. Namun, sejarah konglomerasi media di Indonesia sendiri, sejatinya telah dimulai sejak era Orde Baru. Menurut aktivis AJI Margiyono, proses konvergensi di Indonesia dimulai dari konglomerasi, Dimana industri-industri media besar membeli/mencaplok media-media lain, ujarnya27, Misal portal beritasatu.com milik Ulil dibeli Lippo, Detik.com dibeli kelompok Para,. Menurutnya, hal itu tidak ahanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di tingkat internasional, Sebagaimana Google dan Yahoo yang membeli situs-situs/kontak local, tambahnya. Konglomerasi media, dalam arti cross section28, di Indonesia muncul sejak jaman Soeharto dan semua terpusat di Jakarta, ujar Andreas Harsono, Di era Hindia Belanda dan Soekarno memang ada media besar, tapi tidak cross section, pada waktu itu hanya koran saja, Adapun aktornya, kebanyakan sama sejak Orde Baru, katanya, Namun ada aktor baru dalam konglomerasi media ini setelah Orde Baru tumbang, yaitu Trans Corps Menurut Andreas Harsono, di luar internet, konglomerasi media yang terbesar adalah MNC (Media Nusantara Citra). Yang kedua, Kompas-Gramedia, ujarnya, Untuk konglomerasi yang berbasiskan konvergensi telematika, saat ini yang paling besar adalah Group Bakrie,.
26 27

http://the-marketeers.com/archives/attitude-and-behavior-pengguna-internet-di-indonesia.html Diskusi Lingkar Belajar Telematika (1), Yayasan SatuDunia, 18 Agustus 2011. http://www.satudunia.net/content/notulensidiskusi-lingkar-belajar-telematika-1 28 Media cetak, radio, televisi dan internet

Menurutnya, konvergensi telematika akan semakin memperkuat konglomerasi media di Indonesia. Akan makin parah, ungkapnya.

No

Media Group

Newspaper

Magazine

Radio Station

Television Station Kompas TV


29

Cyber Media

Other Bussines

KompasGramedia Group

Kompas, The Jakarta Post, Warta Kota dan 11 surat kabar lokal

37 Majalah dan Tabloid, 5 book publisher

Sonora Radio dan Otomotion Radio

Kompas.com, Kompasiana.com
30

Hotel,Printing, House, Promotion, Agencies, University

MNC (Media Nusantara Citra)

Seputar Indonesia

Genie, Mom&Kiddy, Realita, Majalah Trust

Trijaya FM,Radio Dangdut TPI, Global, Women Radio ARH

RCTI, Global TV, (MNC TPI TV),

Okezone.com

IT Bussines

Indovision (Televisi Cable)

Jawa Pos

Jawa Fajar,

Pos, Riau

23

majalah

Fajar FM di Makassar

JTV Surabaya dan stasiun lokal


31

di

Travel

Bureau,

mingguan

Power House 3 TV

Pos, Rakyat Merdeka, dan 90 surat kabar lokal di berbagai daerah 4 Mugi Reka Aditama (MRA) Cosmopolitan, Harpers Bazaar,Esquire, FHM, Good Hard Rock FM , MTV Sky
33 32

OChannel

34

Holder of Saveral International Boutique

House Keeping dan 10 majalah lainnya

29 30

Saat tulisan ini dibuat Group Kompas sedang mempersiapkan kompasTV Kompasiana adalah sebuah Media Warga (Citizen Media) 31 Batam, Pekanbaru, Makassar 32 Bandung, Jakarta, Bali dan Surabaya 33 Jakarta dan Bandung 34 Has been taken over SCTV

(kebanyakan franchise) 5 Bali Post Bali Suluh Indonesia dan 2 koran lainnya 6 Mahaka Media Harian Republika Golf Digest, Radio FM Jak JakTV, One
35

post,

Tabloid Tokoh

Bali TV dan 8 TV lokal lainnya

Balipost, bisnis bali

TV

Entertaiment. Outdoor Advertisment

Arena, Parents Indonesia, A+

Femina Group

Femina, Gadis, Ayah Bunda,

Radio U FM

Production House

Dewi dan 10 majalah lainnya 8 Bakrie Group AnTV, One TV Vivanews.com Property, minning, palm oil dan

telekomunikasi 9 Lippo Group


36

Jakarta Globe, Investor Daily, Suara Pembaruan

Majalah Investor, Globe Asia, Asia Campus

Beritasatu.com

Property,hospital, Education, insurance, internet provider service

10

Trans Corp

TransTV, Trans7

Detik.com

37

11

Media Group
38

Media Indonesia, Lampung Post, Borneo News

MetroTv

mediaindonesia.com

Sumber: diolah dari tabel konglomerasi media Ignatius Haryanto 39

Konglomerasi media di era konvergensi telematika adalah sesuatu yang sulit

35 36

Bekerjasama dengan Group Bakrie Berita Satu Media Holdings 37 Saat tulisan ini dibuat, masih dalam proses akusisi 38 http://id.wikipedia.org/wiki/Media_Group 39 10 tahun Yayasan Tifa,Semangat Masyarakat Terbuka

dihindarkan, ujar Don Bosco Salamun, dari Berita Satu Media Holdings 40, saat menjadi pembicara di konferensi media baru yang diselenggarakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI)41. Karena dengan penyatuan kepemilikan media itu dapat menjadikan operasional industri media lebih efisien, katanya, Seorang wartawan misalnya, dapat membuat satu berita bukan hanya untuk satu kanal namun juga beberapa kanal sekaligus Bahkan dalam seperti ditulis di salah satu portal42, Presiden Direktur PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) Anindya Novyan Bakrie saat memaparkan Bakrie Telecom, Media and Technology (BakrieTMT2015) yang akan menyinergikan lini bisnis telekomunikasi (BTEL), media (VIVA Group) dan teknologi (BConn dan BNET) sampai dengan tahun 2015. Sebelum era konvergensi telematika di Indonesia ini, konglomerasi sudah terjadi, ujar Farid Gaban43, dalam wawancaranya dengan SatuDunia44, Kemajuan teknologi

mempermudahkan lagi konglomerasi itu, Sementara menurut aktivis Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Margiyono, konvergensi telematika adalah istilah teknologi, sementara dalam konteks bisnis adalah konglomerasi. Secara teknologi terkonvergensi dan secara bisnis ya konglomerasi, ujarnya dalam diskusi lingkar belajar di Yayasan SatuDunia45. Di tempat terpisah Ignatius Haryanto menyatakan bahwa yang paling pertama diuntungkan dengan era konvergensi telematika ini adalah pengusaha media. Karena itu membuka peluang baru untuk menyebarkan konten-konten media melalui outlet-outlet yang beragam, ujarnya, Kuntungan dari konvergensi telematika ini paling cepat dimanfaatkan oleh pengusaha-pengusaha media. Nah, pertanyaannya kemudian adalah publik akan mendapatkan apa dengan konvergensi telematika ini? Konglomerasi media dengan memanfaatkan konvergensi telematika di Indonesia
40

Berita Satu Media Holdings is an Indonesian media holding company that operates the Berita Satu TV, BeritaSatu.com, Jakarta Globe, Globe Asia, The Peak, Campus Asia, Investor Daily, Majalah Investor and Suara Pembaruan. Berita Satu Media Holdings are a multiplatform media company, focusing in broadcast, print, digital, online, social media, mobile, and events. http://www.linkedin.com/company/berita-satu-media-holdings. 41 Konferensi Media Baru: Menjadi Tuan di Negeri Sendiri, Hotel Nikko Jakarta, 7 Juli 2011 42 http://www.investor.co.id/bedahemiten/era-konvergensi-di-mata-bakrie-telecom/8867 43 Mantan wartawan Harian Republika dan Majalah TEMPO, kini aktif di Kantor Berita Pena Indonesia dan juga menjadi pengajar pelatihan jurnalistik dan menulis bagi wartawan dan aktifis NGOs. 44 Wawancara dengan Farid Gaban di Jakarta, Selasa, 5 Juli 2011 45 Diskusi lingkar belajar telematika, Yayasan SatuDunia, 18 Agustus 2011

semakin nampak dari upaya Trans Corps membeli situs portal popular, detik.com. Dari sisi bisnis pembelian detik.com memang sangat menguntungkan. Bagaimana tidak, menurut situs alexa.com46, per 26 Juli 2011, detik.com masuk 10 besar situs paling popular di Indonesia. Tak heran kue iklan pun banyak mengalir ke situs detik.com. Menurut Nukman Lutfie, seperti ditulis portal TEMPO 47, detik.com adalah media daring nomor satu dalam perolehan iklan. Tahun 2011 ini mereka meraup Rp 100 miliar dari iklan. "Media detik.com nomor satu diikuti kompas.com." ujarnya.

c. Dampak Konglomerasi Media di Era Konvergensi Telematika c.1. Hegomoni Wacana Publik Mungkin benar bahwa konglomerasi media di era konvergensi telematika ini akan menguntungkan dari segi bisnis. Dari sisi pendapatan iklan dan juga efisiensi kerja para jurnalisnya. Namun konglomerasi media bukan sekedar urusan bisnis. Konglomerasi media mendorong munculnya hegomoni48 wacana di publik. Dengan konglomerasi media di era konvergensi telematika ini, akhirnya informasi akan dikuasai oleh segelintir orang saja, ujar Andras Harsono, Opini publik di Indonesia ya hanya dikuasai beberapa perusahaan media besar itu, Televisi yang dimiliki oleh jaringan konglomerasi media misalnya, memiliki potensi pemirsa yang besar di Indonesia. Dengan besarnya pemirsa tersebut, menimbulkan kecenderungan hegomoni wacana. Kecenderungan itu bertambah besar bila kemudian konglomerasi media itu juga merambah dunia online.

46 47

http://www.alexa.com/topsites/countries/ID http://portal.tempo.co/hg/bisnis/2011/07/01/brk,20110701-344177,id.html 48 Pengertian dari hegomoni itu sendiri adalah dominasi oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya, biasanya tanpa ancaman kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan tersebut diterima sebagai sesuatu yang wajar. http://satuportal.net/content/menyoal-konglomerasi-media-baru

Nama Stasiun TV

Transmission Site

Potential Viewer (juta)

RCTI49 SCTV ANTV50 TPI51 Indosiar Global TV52 Trans TV53 Trans 754 TV One55 Metro TV56

49 47 23 28 40 20 30 27 26 52

115,7 117,8 87,4 90,6 113,5 108,8 100,7 92,8 108,8 97,8

Potensi Pemrisa Televisi, sumber presentasi Satriyo Dharmanto57

Jika konvergensi telematika ini kemudian mendorong monopoli kepemilikan media dari berbagai kanal58, maka itu akan dapat mempengaruhi opini publik yang luar biasa, ujar Farid Gaban, Dan opini publik ini kan berpengaruh pada pembuatan kebijakan publik, Farid Gaban mencontohkan persoalan pembangunan jalan tol misalnya. Pilihan membangun jalan tol atau rel kereta api, itu kan public policy, ujarnya, Bisa dibayangkan bila wacana publik mengenai hal itu dikuasai oleh konglomerat media yang juga berkepentingan atau memiliki bisnis infrastruktur, Group Bakrie misalnya, selain menguasai media59, mereka juga punya bisnis jalan tol,
49 50

Group MNC Group Bakrie 51 Group MNC 52 Group MNC 53 Group Trans Corps 54 Group Trans Corps 55 Group Bakrie 56 Group Media Indonesia, Surya Paloh 57 Satriyo Dharmanto, Presentasi di Working Group Licencing, Bandung, 18 Februari 2010 58 Cetak, televisi, radio, online 59 Group Bakrie memiliki TV One, An TV dan vivanews.com

properti dan tambang, kata Farid Gaban, Jika konglomerasi media di era konvergensi telematika ini tidak diatur akan berbahaya sekali,

c.2. Menurunnya Kualitas Jurnalistik Selain itu di era konvergensi telematika ini memungkinkan seorang wartawan menuliskan berita bukan hanya untuk satu kanal informasi saja, tapi berbagai kanal sekaligus. Misalnya, seorang wartawan dapat menulis berita untuk ditampilkan di media cetak, ditayangkan di running text televisi, disiarkan di radio dan diupload (unggah) di media online. Meskipun itu menurut kaidah bisnis dapat lebih efisien, namun menurut saya harus dibatasi, ujar Farid Gaban, Ini akan berpengaruh pada kualitas jurnalistik, wartawan menjadi kekurangan waktu untuk menambah bahan bacaan, akibatnya berita yang dihasilkannya pun tidak lagi kritis, Selain itu, menurut Farid Gaban, posisi wartawan akan semakin lemah. Dengan membebani wartawan untuk menulis berita di berbagai kanal sekaligus, keuntungan pemilik modal di media semakin berlipat-lipat sementara penghasilan wartawan sendiri tidak jauh berubah, katanya, Ini juga akan berpengaruh pada kualitas karya jurnalistik, Bahaya yang lain dari integrasi media cetak, televisi, radio dan online, lanjut Farid Gaban, media massa cenderung memuaskan yang online atau yang cepat. Sehingga orang lebih memperhatikan berita yang cepat dibanding berita yang berkualitas, jelasnya, Jika tidak ada pengaturan-pengaturan terkait hal ini maka, jurnalistik akan semakin hancur, kesejahteraan wartawan makin turun dan karya jurnalistik pun makin tak berkualitas, Saya tidak tahu pasti, apakah serangkaian dampak buruk dari konglomerasi media di era konvergensi telematika ini disadari oleh kawan-kawan wartawan, ujar Farid Gaban, Tapi menurut saya agak sulit bila wartawan akan kritis terhadap lembaganya sendiri, Konglomerasi media di era konvergensi telematika ini posisi wartawan semakin lemah dan posisi pemilik modal semakin kuat, sehingga mereka akan sulit bila harus mengkritisi kebijakan lembaganya sendiri dalam menyajikan berita, katanya, Berita terorisme di TV One atau kasus Lapindo60 di Group Media Bakrie61misalnya, adakah wartawannya kemudian
60

Kasus Lapindo adalah kasus munculnya semburan lumpur di Sidoarjo. Sebagian pakar pemboran di dunia dalam konferensi

mengkritisi cara media itu menyajikan berita? d. Perlawanan Publik Terhadap Hegomoni Wacana di Era Konvergensi Telematika Di era konvergensi telematika ini, selain dapat memberikan peluang semakin kuatnya konglomerasi media, juga memberikan peluang bagi publik untuk mengimbangi, bahkan juga melawan wacana yang dikeluarkan oleh media massa arus utama. Kita, pengguna internet, dapat menulis ketidakpuasan kita terhadap pemberitaan sebuah media mainstream di blog, milis, web 2.0 62, twitter atau facebook. Publik memungkinkan untuk melakukan perlawanan terhadap dominasi wacana dari konglomerasi media mainstream, terutama dengan hadirnya internet yang memberikan ruang baru bagi publik untuk berekspresi, ujar Andreas Harsono, Tetapi kecil sekali, Melawan konglomerat media sekarang ini tidaklah gampang, ujarnya, Mayoritas konten yang ada di internet63, dibuat oleh media konglomerasi itu, Selama publik, termasuk jurnalis warga, lanjut Andreas Hartanto, tidak membuat konten sendiri, akan sulit untuk menandingi hegomoni wacana dari media konglomerasi. Menurut laporan Saling-Silang tahun 201164, sebanyak 22% link media massa muncul di twitter. Adapun komposisinya adalah sebagai berikut.

internasional di cape town, Afrika Selatan, menyatakan bahwa semburan lumpur Lapindo terkait dengan aktivitas pemboran (http://www.vhrmedia.com/vhr-news/berita,Geolog-Internasional-Pengeboran-Penyebab-Lumpur-Lapindo-2750.html). Lapindo sebagai anak perusahaan Group Bakrie dikaitkan dengan peristiwa itu. Selain memiliki usaha tambang, group Bakrie juga memiliki media massa (dua televisi dan satu portal berita). 61 TV One, AnTV dan vivanews.com 62 Website yang memungkinkan pengguna internet mengupload sendiri tulisannya, seperti www.politikana.com, www.kompasiana.com, www.suarakomunitas.net, www.satuportal.net 63 Twitter, facebook 64 Snapshot of Indonesia Social Media Users - Saling Silang Report Feb 2011

Link media yang sering muncul di twitter

Sesekali perlawanan publik terhadap dominasi wacana media konglomerasi ini bisa berhasil, ujar Andreas Harsono, Kasus penyerangan Jamaah Ahmadiyah di Cikusik misalnya, Video tragedi Cikesik di youtube misalnya, itu hanya bisa mendominasi pemberitaan di media besar dalam beberapa minggu saja. Tapi setelah itu berjalan seperti biasanya, ujarnya, Dan akan lebih sulit lagi bila kasusnya menyangkut kepentingan Group media konglomerasi, kasus Lapindo misalnya, Kasus Lapindo menjadi salah satu hal yang dapat dijadikan contoh bagaimana publik melakukan perlawanan terhadap wacana yang disajikan oleh media-media dalam kelompok Group Bakrie. TV One menyebut semburan lumpur sebagai lumpur Sidoarjo bukan lumpur Lapindo65. Bahkan TV itu secara khusus mewawancarai pakar geologi Rusia Dr. Sergey Kadurin yang menyatakan semburan lumpur adalah akibat gempa bumi bukan akibat kesalahan pengeboran66. Sementara pendapat pakar yang menyatakan bahwa semburan lumpur akibat pengeboran tidak diwawancarai. Hal yang sama juga terjadi di ANTV. Televisi milik Group Bakrie itu juga menyebut semburan lumpur sebagai lumpur Sidoarjo bukan lumpur Lapindo. ANTV juga menayangkan
65

Penyebutan semburan lumpur dengan lumpur Sidoarjo mengarahkan opini publik bahwa semburan itu adalah bencana alam bukan akibat pengeboran. 66 http://www.youtube.com/watch?v=F9H1X8cMaoE

pendapat Dr. Sergey Kadurin yang menyatakan semburan lumpur adalah akibat gempa bumi bukan akibat kesalahan pengeboran67. Seperti halnya TV One, pakar yang menyatakan bahwa semburan lumpur akibat pengeboran tidak dimintai pendapat. Hal yang sama juga terjadi pada vivanews.com. Portal berita milik Group Bakrie itu juga menyebut semburan lumpur sebagai lumpur Sidoarjo, bukan lumpur Lapindo. Di saat yang hampir bersamaan pula portal berita itu menampilkan pendapat pakar geologi Rusia yang menyatakan semburan lumpur bukan akibat pengeboran68. Liputan khusus terhadap pakar Rusia juga ditampilkan secara audio-visual di portal vivanews.com69. Tapi publik tidak tinggal diam. Terkait wawancara khusus kelompok media Bakrie terhadap Dr. Sergey Kadurin yang menyatakan semburan lumpur adalah akibat gempa bumi bukan akibat kesalahan pemboran, diimbangi oleh www.korbanlumpur.info70 dengan menuliskan pendapat pakar perminyakan Mark Tingay dari Australian School of Petroleum, Universitas Adelaide, Australia71. Menurut Mark Tingay, semburan lumpur di Sidoarjo, 90% akibat aktivitas pemboran bukan bencana alam72. Web korban korban lumpur sendiri adalah sebuah inisiatif masyarakat sipil untuk melawan wacana dari media mainstream dalam kasus Lapindo. Web korban lumpur juga mendistribusikan kontennya melalui media sosial, facebook dan twitter. Kampanye untuk melawan wacana media mainstream dalam kasus Lapindo juga dilakukan melalui jejaring sosial facebook.

67 68

http://www.youtube.com/watch?v=vLlvU9pcVZU http://nasional.vivanews.com/news/read/180457-lumpur-sidoarjo-bukan-karena-pengeboran 69 http://video.vivanews.com/read/11227-wawancara-dengan-pakar-geologi-rusia-tentang-penyebab-lumpur-sidoarjo 70 Situs ini (www.korbanlumpur.info) dikelola oleh Kanal News Room, dapur berita dan data yang lahir atas inisiatif aliansi masyarakat sipil untuk korban Lapindo pada pertemuan Ciputat 12-13 Juli 2008. Kanal hingga kini melahirkan tiga bentuk media, yakni website www.korbanlumpur.info, buletin Kanal dan Kanal Radio. Kanal menyajikan fakta lapangan, data, dan analisis tentang kasus lumpur Lapindo dengan menitikberatkan pada komitmen memperjuangkan hak-hak korban. 71 http://korbanlumpur.info/berita/lingkungan/705-pakar-bantah-ilmuwan-rusia-90-persen-yakin-semburan-lapindo-akibatpemboran-.html 72 Menurut pendapat saya, berdasarkan kajian-kajian ilmiah yang sudah saya lakukan, gempa tidak bisa memicu semburan lumpur Lapindo. Dan kita 90 persen yakin, bahkan kolega-kolega saya 99 persen yakin, semburan ini terkait dengan kecerobohan pemboran, ujar Tingay.

Gerakan kampanye kasus Lapindo di media sosial Channel Fanpage facebook73 Group in Facebook74 Twitter @korbanlapindo75 Cause;Dukung Korban Lapindo Mendapatkan Keadilan 76 452 17,238 (27 Juli 2011) ( Per Juni 2011) Jumlah anggota/follower 878 Keterangan (per 19 Juli 2011) (per 19 Juli 2011)

Friend of Lapindo Victim, 3404

Tingkat keterbacaan atau paparan media yang dijadikan tempat untuk melawan dominasi wacana dalam kasus Lapindo sangat sedikit dibandingkan dengan keterbacaan atau paparan dari media konglomerasi Group Bakrie.

NO

Channel

Jumlah pembaca/pemirsa

Ranking di Alexa

Jumlah anggota/follower di media sosial

Gerakan kampanye publik untuk kasus Lapindo 1 Website korbanlumpur.info 6,167,065 (global), 140,328 (rank

in id), 40 (site link in)

73 74

http://www.facebook.com/korbanlumpur.info?sk=wall http://www.facebook.com/group.php?gid=26083340518 75 http://twitter.com/#!/korbanlapindo 76 http://www.causes.com/causes/333125?m=faf1a932

2 3

Fanpage facebook Friend of Lapindo Victim, Group in Facebook

878 3404

4 5

Twitter @korbanlapindo Cause;Dukung Lapindo Keadilan Korban

452 17,238

Mendapatkan

Media Group Bakrie 1 Vivanews.com Peringkat ke-13 topsite menurut alexa. 857 (global), 13 (rank in Id), 276 (site link in) Twitter (@VIVAnews) Vivanews.com facebook77 Vivanews.com di facebook 278 2 AnTV AnTV di twitter79 3 TV One TV One di Twitter80 108,8 404,409 87,4 juta 30,278 66,849 di 185,597 4,545

Dari tabel di atas terlihat bahwa secara kuantitas potensi publik yang terpapar kampanye terkait kasus Lapindo dan media group Bakrie jauh dari berimbang.

77 78

http://www.facebook.com/#!/pages/VIVAnews-dot-COM/72076019043?sk=wall http://www.facebook.com/#!/VIVAnewscom 79 @whatsonANTV 80 @tvOneNews

Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana masa depan gerakan perlawanan publik dalam melawan dominasi wacana oleh konglomerasi media di era konvergensi telematika ini?

Kebijakan Telematika dan Masa Depan Gerakan Perlawanan di Dunia Maya a. UU ITE dan Pelemahan Perlawanan Publik Prita Mulyasari. Sebuah nama yang tidak bisa dipisahkan dari sebuah gerakan sosial di internet. Prita Mulyasari adalah seorang perempuan yang menuliskan ketidakpuasannya terhadap pelayanan sebuah rumah sakit Omni Internasional melalui email pribadinya ke rekanrekannya. Akhirnya email pribadi tersebut sampai ke RS Omni Internasional. RS Omni Internasional kemudian melakukan gugatan perdata dan melaporkan Prita Mulyasari secara pidana. Dalam hukum pidana Prita Mulyasari dinilai telah melakukan pencemaran nama baik seperti yang tertuang dalam Pasal 27 ayat 3 Undang Undang (UU) Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Kasus itu kemudian mendorong para pengguna internet, blogger dan facebooker menggalang dukungan untuk Prita Mulyasari melawan RS Omni Internasional. Gerakan dukungan online itu kemudian berlanjut ke aktifitas offline. Hal itu terlihat dari berbagai demonstrasi di persidangan Prita Mulyasari dan yang paling besar tentu saja adalah gerakan koin keadilan untuk Prita. Gencarnya dukungan di dunia maya terhadap Prita Mulyasari ini akhirnya mencuri perhatian media massa mainstream untuk memberitakannya. Gerakan dukungan terhadap Prita Mulyasari pun semakin besar sejak beritanya muncul di media massa mainstream konvensional81. Menggemannya dukungan terhadap Prita Mulyasari pun membuat para kandidat calon Presiden pada tahun 2009 memanfaatkan kasus ini sebagai salah satu isu dalam kampanye mereka. Besarnya dukungan terhadap gerakan di internet dalam kasus Prita Mulyasari ini akhirnya dicoba diulangi dalam kasus-kasus lainnya. Meskipun tidak semuanya bisa mengulang lagi keberhasilan gerakan itu. Gerakan di internet yang cukup berhasil dalam mengulang gerakan dalam kasus Prita adalah dukungan terhadap Bibit-Candra dalam kasus Cicak Vs Buaya
81

Televisi, koran, tabloid, majalah, radio

(KPK)82.

Gerakan Sosial di Facebook Page Bebasmurnikan Tuntutan Bui83

Jumlah Pendukung

Keterangan (per 8 Juni 2011)

Dukung: 19.339 Prita dr

Causes; Dukungan Bagi Ibu 389.639 Prita Mulyasari, Penulis

(per 8 Juni 2011)

Surat Kelahuhan Melalui Internet yang ditahan84. Gerakan Facebookers Samad Riyanto85 Cause;Dukung Korban Lapindo Mendapatkan Keadilan 86 Group Minah87 Gerakan Rakyat 3669 (per 7 Juni 2011) 17,238 ( Per Juni 2011) 1.000.000 378,453 Dukung (per 19 Juli 2011)

Chandra Hamzah & Bibit

Dukung Pembebasan Nenek

Selain gerakan sosial di facebook, muncul pula gerakan jurnlisme warga melalui website

82

Saat itu ada anggota KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang dinilai telah dikriminalkan oleh kepolisian. Pihak polisi diberi label buaya, sementara pihak KPK diberi label cicak 83 (http://www.facebook.com/pages/Dukung-Bebasmurnikan-Prita-dr-Tuntutan-Bui/179105094476?ref=ts) 84 http://www.causes.com/causes/290597-dukungan-bagi-ibu-prita-mulyasari-penulis-surat-keluhan-melalui-internet-yangditahan
85

http://www.facebook.com/pages/Gerakan-1000000-Facebookers-Dukung-Chandra-Hamzah-Bibit-SamadRiyanto/192945806132?ref=ts&sk=info 86 http://www.causes.com/causes/333125?m=faf1a932 87 http://www.facebook.com/group.php?gid=180415896573

UGC (User Generate Content)88. Hal itu misalnya dilakukan Akhmad Rovahan 89. Pengajar di sebuah madrasah di Buntet, Cirebon, itu menulis karut-marut pengucuran dana pendidikan untuk tujuh sekolah di Kecamatan Astanajapura. Karyanya itu kemudian diunggah di Suara Komunitas (www.suarakomunitas.net), salah satu portal tempat para pewarta warga berbagi informasi, akhir tahun 2010. Tulisannya mengalir sampai ke Jakarta. Petugas Badan Pemeriksa Keuangan mengecek langsung, juga tim pemantau dari beberapa kampus. Kasus itu menjadi pembicaraan di tingkat provinsi. "Orang pemerintah daerah sampai minta tulisannya dicabut," kata Akhmad. Kejadian itu bukan satu-satunya. Seorang warga mengunggah tulisan tentang sekolah yang siswanya belajar secara lesehan. "Dua hari kemudian, datang meja-kursi dari pemerintah," kata Akhmad. Ada juga cerita pengusutan kasus meninggalnya tenaga kerja asal Cirebon di Jawa Tengah oleh pemerintah setelah beredarnya tulisan dari kerabat korban di situs media komunitas. Suara Komunitas (www.suarakomunitas.net) sendiri adalah website yang dikelola oleh media-media komunitas yang tersebar di seluruh Indonesia. Pengelolaannya difasilitasi oleh sebuah NGOs Yogyakarta, COMBINE Resource Institution90. Namun, nampaknya gerakan sosial di dunia maya kembali akan menemui kendala. Kendala pertama adalah terkait dengan ancaman pencemaran nama baik di UU ITE. Dalam kasus pidana91, Prita dikalahkan melalui putusan kasasi Mahkamah Agung. Dikalahkannya Prita Mulyasari dalam kasus pidana melawan RS Omni menjadi preseden buruk bagi gerakan sosial di dunia maya. Selain dalam kasus Prita Mulyasari, pasal karet pencemaran nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan92, telah mengancam beberapa warga yang mencoba melakukan kritik sosial terhadap tokoh-tokoh yang kebetulan memiliki kekuasaan, baik secara politik maupun ekonomi. Bambang Kisminarso misalnya, polisi sempat menahannya berserta anaknya M.
88

User Generte Conten (UGC) adalah website yang memungkinkan pengguna internet menulis dan mengupload sendiri connten di web tersebut 89 Majalah TEMPO, Edisi 2 Mei 2011. http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2011/05/02/MD/mbm.20110502.MD136575.id.html 90 http://combine.or.id/suara-komunitas/ 91 http://www.mediaindonesia.com/citizen_read/2026 92 Pasal 27 ayat 3 UU ITE tentang pencemaran nama baik, pasal 28 UU ITE tentang perbuatan tidak menyenangkan.

Naziri atas tuduhan telah menghina anak presiden dalam pelanggaran ketentuan pencemaran nama baik melalui UU ITE. Bambang mengajukan pengaduan kepada komisi pengawasan pemilu daerah bahwa para pendukung putra presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah membagi-bagikan uang kepada para calon pemilih93. Selain itu ada Yudi Latif, seorang intelektual publik yang pernah terancam terjerat pasal karet UU ITE ini. Pada akhir tahun 2010 lalu, Yudi latif, dilaporkan ke polisi oleh para kader Partai Golkar dengan tuduhan mencemarkan nama baik pimpinan partainya, Aburizal Bakrie. Dalam laporan polisi bernomor TBL/498/XII/2010/Bareskrim itu, Yudi dilaporkan atas dugaan pelanggaran Pasal 310 dan atau Pasal 311 KUHP dan atau Pasal 45 ayat (2) jo Pasal 28 ayat (1) dan (2) UU ITE94. Sebelumnya pasal pencemaran nama baik selalu digunakan menjadi alat untuk membungkam gerakan masyarkat sipil95. 1. Fifi Tanang, seorang penulis surat pembaca di sebuah surat kabar. Dituduh

mencemarkan nama baik PT Duta Pertiwi melalui tulisannya di kolom surat pembaca. 2. Alex Jhoni Polii, warga Minahasa, yang memperjuangkan kepemilikan tanahnya

melawan PT. Newmont Minahasa Raya (NMR). Dituduh melakukan tindak pidana pencemaran nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan. 3. Dr. Rignolda Djamaluddin, ia dinilai telah mencemarkan nama baik perusahaan

tambang emas PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) karena pernyataannya tentang gejala penyakit Minamata yang ditemukan pada beberapa warga Buyat Pante. 4. Yani Sagaroa dan Salamuddin, kedua orang itu dituding telah mencemarkan

nama baik perusahaan karena pernyataanya bahwa PT. Newmont Nusa Tenggara (NNT) harus bertanggung jawab atas penurunan kualitas kesehatan yang dialami masyarakat Tongo Sejorong sejak perusahaan tersebut membuang limbah tailingnya ke Teluk Senunu. 5.
93 94

Usman Hamid (Koordiantor Kontras). Tuduhan: pencemaran nama baik.

Kritik Menuai Pidana, Human Right Watch, 2010. http://satuportal.net/system/files/indonesia0510indosumandrecs.pdf http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=11870 95 http://www.satudunia.net/lawan-kebangkitan-orde-baru-di-dunia-maya

6. 7. 8. 9. 10.

Emerson Yuntho (Koordinator ICW). Tuduhan: pencemaran nama baik. Illian Deta Arta Sari (aktivis ICW). Tuduhan: pencemaran nama baik. Gatot (aktivis KSN). Tuduhan: pencemaran nama baik. Suryani (aktivis LSM Glasnot Ponorogo). Tuduhan: pencemaran nama baik. Dadang Iskandar (aktivis Gunung Kidul Corruption Watch). Tuduhan:

pencemaran nama baik. 11. Itce Julinar (Ketua SP Angkasapura). Tuduhan: pencemaran nama baik.

Kasus Prita Mulyasari yang akhirnya dikalahkan dalam putusan kasasi MA (UU ITE) dan juga penggunaan pasal karet pencemaran nama baik dalam KUHAP untuk menjerat aktivis menjadi preseden buruk bagi gerakan sosial digital ke depannya. Warga masyarakat yang akan melakukan kontrol sosialnya melalui internet akan selalu dibayangi pasal pencemaran nama baik UU ITE.

b.

RUU Konvergensi Telematika dan Pelemahan Perlawanan Publik Saat laporan ini96 dibuat pemerintah sedang membahas Rancangan Undang Undang

(RUU) Konvergensi Telematika. RUU itu nantinya akan menggantikan UU 36/1999 tentang telekomunikasi. Terkait dengan hal itulah RUU Konvergensi Telematika ini menjadi penting untuk mendapatkan pengawalan dari masyarakat. Dalam konteks liberalisasi telekomunikasi, RUU Konvergensi Telematika ini tidak jauh beda dengan UU 36/1999. Dalam penjelasan draft RUU itu disebutkan bahwa Dalam penjelasan RUU Konvergensi Telematika secara gamblang disebutkan, bahwa salah satu hal yang melatarbelakangi munculnya RUU Konvergensi Telematika adalah Tekanan atau dorongan untuk mewujudkan perubahan paradigma telematika dari vital dan strategis dan menguasai hajat hidup orang banyak menjadi komoditas yang dapat diperdagangkan semakin besar melalui forum-forum regional dan internasional dalam bentuk tekanan untuk pembukaan pasar (open market).97 Menurut Margiyono ada sebuah paradigma regulasi di era konvergensi telamatika.
96 97

Juli 2011 http://www.satudunia.net/content/indepth-report-membaca-inisiatif-e-asean

Paradigma itu adalah98: Sudah terjadi konvergensi teknologi, kemudian terjadi konvergensi media, dan tantangannya ada konvergensi hukum, kemudian konvergensi badan regulasi Karena selama ini di media ada beberapa badan yang bersentuhan dan bergesekan sehingga terjadi pergesekan kewenangan, misalnya antara KPI dengan Dewan Press sempat terjadi ketegangan ketika KPI memberikan sanksi kepada Metro TV yang menanyangkan berita pagi tentang Satpol PP melakukan sweeping internet dan situs pornonya tidak disamarkan, KPI memberian sangsi berita pagi tidak boleh tayang selama 5 hari. Dewan Press menganggap ini sebagai pembredelan. Belum lagi pergesekan dengan pengatur frekuansi dengan BRTI. Idenya adalah bagaimana membuat badan regulasi yang terkonvergensi

Pertanyaannya kemudian adalah, dari sisi masyarkat, apakah RUU ini akan mampu memberikan payung hukum baru yang masyarakat untuk memperkuat perlawanan terhadap dominasi wacana dari konglomerasi media yang telah terkonvergensi itu?

b.1. Pembagian Penyelenggara Telematika Kendala pertama dari RUU ini muncul terkait dengan pembagian penyelenggara telematika. "Persoalan pembagian penyelenggara telematika di RUU Konvergensi ini juga menimbulkan pertanyaan," ujar Donny BU dalam wawancaranya dengan SatuDunia, di kantor ICT Watch Jakarta99. Persoalan terkait dengan hal itu menurut Donny berasal dari Pasal 8 ayat 1 draft RUU Konvergensi Telematika. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa penyelenggaraan Telematika terdiri atas. Penyelenggaraan Telematika yang bersifat komersial dan Penyelenggaraan Telematika yang bersifat non-komersial. Semua penyelenggaraan telematika menurut RUU Konvergensi Telematika dianggap komersial, kecuali pertahanan dan keamanan nasional, kewajiban pelayanan universal, dinas khusus dan perseorangan.

98
99

http://www.satudunia.net/content/notulensi-diskusi-lingkar-belajar-telematika-1
Wawancara dengan Donny BU, ICT Watch, 1 April 2011

Sedangkan menurut penjelasan pasal 8 RUU Konvergensi Telematika menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Penyelenggaraan Telematika yang bersifat komersial adalah penyelenggaraan telematika yang disediakan untuk publik dengan dipungut biaya guna memperoleh keuntungan (profit oriented). Dan yang dimaksud dengan Penyelenggaraan Telematika yang bersifat non-komersial adalah penyelenggaraan telematika yang disediakan untuk keperluan sendiri atau keperluan publik tanpa dipungut biaya (non-profit oriented). Pasal 13 RUU Konvergensi Telematika menyebutkan bahwa penyelenggaraan Telematika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) wajib mendapat izin dari Menteri berupa perizinan individu atau perizinan kelas. Selain itu dalam pasal 12 juga disebutkan bahwa setiap penyelenggara telematika wajib membayar biaya hak penyelenggaraan telematika yang diambil dari persentase pendapatan kotor (gross revenue). Sementara itu menurut RUU Konvergensi Telematika penyelenggaraan Layanan Aplikasi Telematika adalah kegiatan penyediaan layanan aplikasi telematika yang terdiri dari aplikasi pendukung kegiatan bisnis dan aplikasi penyebaran konten dan informasi. "Nah pertanyaannya adalah bagaimana dengan Media Online, Situs jejaring komunitas seperti suarakomunitas.net, penyelenggara radio streaming (IP-Based), penyedia forum diskusi yang user generated content atau layanan darurat (emergency) seperti AirPutih/ JalinMerapi?" tanya Donny BU. Soal penyelenggaraan telematika ini juga pernah diutaran oleh aktivis koalisi Masyarakat Informasi (Maksi) dan juga Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Margi Margiyono100. "Jadi yang bisa membuat aplikasi itu hanya komersial," ujar Margiyono, "Lantas, kalau NGO membuat aplikasi bagaimana? Bukankah web termasuk juga aplikasi," Dalam RUU Konvergensi Telematika itu disebutkan bahwa baik penyelenggara non komersial dan komersial harus izin ke menteri. "Jadi kalau kita bikin portal/website harus izin ke menteri dan bayar BHP /Biaya Hak Penggunaan," lanjutnya. RUU Konvergensi Telematika ini, lanjut Margiyono, jelas berpotensi menghambat gerakan sosial digital atau klik activism dan juga jurnalisme warga. "Bagaimana tidak, untuk
100

Diskusi di SatuDunia, Revisi UU ITE dan RUU Konvergensi Telematika, Bagaimana Sikap Masyarakat Sipil, 25 Oktober 2010

menjadi citizen jurnalis dan aktivis sosial digital harus mendapat izin, membayar BHP dan melakukan USO," tambahnya, "UU Pers saja menyatakan bahwa pers tidak perlu ijin, lha kok Citizen Jurnalist harus izin Begitu pula pers, kecuali penyiaran, tak bayar BHP, tambah Margiyono Lha kok Citizen jurnalist harus bayar BHP?

Dampak buruk RUU Konvergensi Telematika bagi organisasi non pemerintah mulai dikeluhkan oleh aktivis Combine Resource Institute. "Organisasi kami menggunakan alat dan perangkat telematika untuk pemberdayaan masyarakat (kebutuhan non komersial)," ujar Ranggoaini Jahja, aktivis Combine Resource Institute kepada SatuDunia 101, "Sehingga jika
101

Wawancara dengan RANGGOAINI JAHJA (via email), COMBIMBINE Resource Institution, 4 April 2011

penerapan RUU ini akan membatasi ruang kami untuk melakukan kerja pemberdayaan, sementara operator swasta memperlakukan jenis layanan kepada masyarkat secara sama maka organisasi kami menolak RUU ini,"

b.2. Ketimpangan Akses Telematika Ketimpangan akses telematika yang menjadi fakta di Indonesia menjadi persoalan serius dalam konteks perlawanan warga terhadap wacana dominan konvergensi media konglomerasi. Warga yang ada di luar Jawa, utamanya di sebagian kawasan Indonesia tengah dan Timur akan kesulitan mengimbangi atau melawan dominasi wacana media konglomerasi melalui blog, jurnalisme warga jika mereka tidak memiliki akses terhadap telematika. Akibatnya, tentu saja apa yang dipublikasikan oleh media konglomerasi yang teleh konvergen itu mendominasi wacana publik dan dianggap sebagai sebuah kebenaran tunggal. Perlawanan warga di kawasan Indonesia tengah dan timur terhadap wacana dominan media konglomerasi menjadi penting, utamanya menyangkut persoalan pengelolaan sumberdaya alam. Mengingat kawasan itu sangat kaya dengan sumberdaya alam. Sementara di sisi lain, sebagian konglemerat media selain memiliki bisnis media juga memiliki bisnis yang terkait dengan sumber daya alam semisal, perkebunan sawit dan tambang. Jika konsep besarnya adalah hak warga negara (masyarakat luas), mengapa yang diatur dalam RUU Konvergensi Telematika ini lebih kental soal hak konsumen/pengguna? ujar Donny BU, Sementara hak warga negara, utamanya yang belum mendapat akses telematika, belum atau tidak diatur, Terkait dengan hak warga itu pula, Donny BU mengaku sepakat dengan catatan yang pernah dibuat oleh Yayasan SatuDunia terkait hak warga negara dalam RUU Konvergensi Telematika ini. Dalam Brief Paper SatuDunia102 tentang RUU Konvergensi Telematika menyebutkan telah terjadi pereduksian hak warga negara menjadi sekedar hak konsumen. Menurut Brief Paper SatuDunia, meskipun berkali-kali disebutkan kata masyarakat dalam RUU Konvergensi Telematika, namun di batang tubuh RUU ini justru tidak ada satu pasal pun yang mengatur hak warga negara. Dalam salah satu pasal di RUU ini mengatur perlindungan
102

http://www.satudunia.net/content/brief-paper-ruu-konvergensi-telematika

konsumen tapi bukan warga negara. Antara konsumen dan warga negara jelas sesuatu yang berbeda. Hak konsumen muncul didasarkan atas hubungan transaksional dengan korporasi. Sementara hak warga negara muncul didasarkan atas kontrak sosial yang dibuat antara negara dan warganya. Dalam kontrak sosial itu, negara diberikan mandat untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak warganya. Termasuk hak warga atas pembangunan dalam hal ini termasuk pembangunan telematika. Dalam pasal 38 RUU Konvergensi Telematika memang disebutkan bahwa pelaksanaan kewajiban pelayanan universal telematika103 menjadi tanggung jawab pemerintah. Sayangnya di RUU Konvergensi Telematika itu tidak disebutkan mengenai hak warga negara jika layanan universal gagal dipenuhi pemerintah. Apakah warga negara berhak komplain atau bahkan mengajukan gugatan jika layanan universal telematika itu gagal disediakan pemerintah? Tidak jelas, karena hak warga negara untuk komplain dan menggugat itu tidak disebutkan dalam RUU. Di sisi lain dalam RUU Konvergensi Telematika ini hanya mengatur perlindungan mengenai hak konsumen atau pengguna telematika. Artinya, dalam RUU ini hak warga negara telah direduksi menjadi hak konsumen. Hak warga negara untuk komplain bahkan menggugat tidak ada payung hukumnya selama kita belum menjadi konsumen produk telematika. Hak warga negara pelosok Indonesia untuk komplain dan menggugat akibat kegagalan pemerintah menyediakan layanan universal telematika tidak mendapat perlindungan sama sekali dalam RUU ini. Ini sangat sesuai dengan penjelasan umum RUU ini, bahwa .paradigma telematika dari vital dan strategis dan menguasai hajat hidup orang banyak menjadi komoditas yang dapat diperdagangkan.

103

Kewajiban pelayanan universal telematika adalah kewajiban penyediaan layanan telematika agar masyarakat, terutama di daerah terpencil atau belum berkembang, mendapatkan akses layanan telematika.

Daftar Pustaka a. http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_Informasi_Komunikasi b. http://biginaict.wordpress.com/2010/11/01/ruu-konvergensi-belum-konvergen/ c. http://www.internetworldstats.com/stats.htm d. http://www.prasetyapuspita.info/berita-113-sejarah-perkembangan-telematikadi-indonesia.html e. http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASIAPACIFICEXT /INDONESIAINBAHASAEXTN/0,,menuPK:447277~pagePK:141132~piPK:141109~t heSitePK:447244,00.html f. Berita Resmi Statistik No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 g. INDONESIAN ICT-2009 FACTS & FIGURES h. http://the-marketeers.com/archives/attitude-and-behavior-pengguna-internetdi-indonesia.html i. Indepth Report SatuDunia, Revolusi Digital Samadengan Revolusi Hijau? http://www.satudunia.net/system/files/Indepth%20ReportRevolusi%20Digital%20sama%20dengan%20Revolusi%20Hijau%20%3F_SD.pdf j. http://jakarta.bps.go.id/fileupload/brs/Miskin_2011.pdf k. GATS: Liberalisasi Kehidupan, Lutfiyah Yamnin dan Yanuar Nugroho, Institute Global of Justice, 2008 l. Peraturan Pemerintah (PP) No 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing. m. Keputusan Menteri (KM) Perhubungan Nomor 72 Tahun 1999 tentang Cetak Biru Kebijakan Telekomunikasi Indonesia. n. Undang Undang (UU) Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. o. Buku Putih, Komunikasi dan Informatika, Kementerian Telekomunikasi dan Informatika Republik Indonesia, tahun 2010. p. Snapshot of Indonesia Social Media Users - Saling Silang Report Feb 2011. http://www.slideshare.net/salingsilang/snapshot-of-indonesia-social-mediausers-saling-silang-report-feb-2011. q. Terpusatnya kepemilikan media di tangan sedikit orang/perusahaan. http://twitoaster.com/country-us/ndorokakung/konglomerasi-media-mungkintak-menguntungkan-publik-karena-akan-terjadi-keseragaman-suara/ r. https://fordiletante.wordpress.com/2008/01/29/konglomerasi-media-dalamgrup-mnc-media-nusantara-citra/ s. KONSENTRASI MEDIA MASSA DAN MELEMAHNYA DEMOKRASI, Henry Subiakto, Dosen Jurusan Komunikasi FISIP dan Program Pascasarjana Studi Media dan Komunikasi Universitas Airlangga, Surabaya. t. http://www.investor.co.id/bedahemiten/era-konvergensi-di-mata-bakrietelecom/8867 u. Satriyo Dharmanto, Presentasi di Working Group Licencing, Bandung, 18 Februari 2010

Anda mungkin juga menyukai