Anda di halaman 1dari 7

ETIKA PARIWARA INDONESIA Ramakertamukti

Swakrama(Self regulation) PembuatEPI : AMLI, APPI, ASPINDO (pemrakarsa-penyantuniklan), ATVLI, ATVSI, GPBSI, PPPI, PRSSNI, SPS, YayasanTVRI : 26 Agustus2005 Bentukkepedulianasosiasiterhadapperlindungankonsumendanmenjagapelakuperiklananagar berprofesidanmendapatimbalansecarawajar/pantas EPI mengaturisidanmetodepenyampaianpesanbukanunsurkreasidanestetikanya DitegakkanolehBadanMusyawarahEtikadibawahDewanPeriklananIndonesia HakCipta-Superlatif-Figur Penggunaanpenyebaranpenggandaandanpenyiaranmateriataubagiandarimateriperiklananyang bukanmiliksendiriharusmendapatizintertulisdaripemiliknya Penggunaankatasuperlatif: satu-satunya, asli, ter, harusmenyebutkandalamhalapaiasatusatunyadanharusdapatdibuktikandenganpernyataantertulisdariotoritasterkait Iklanyang menampikanfigurseseorangharusmemperolehizindariyang bersangkutankecualidalampenampilanmassalatausekedarlatarbelakang IklanKesehatan IklanKlinik, PoliklinikatauRumahSakitHanyaBolehSebagaiEntitasBisnisYang MenawarkanJasaFasilitas. IklanTenagaMedisTidakDiperbolehkan JasaProfesiDokter, PengacaraNotarisHanyaBolehIklanJam PraktekdanPindahAlamat. Organ TubuhSepertiGinjalKorneaTidakBolehDiiklankanBaikPembeliatauPenjual IklanProdukKesehatanTerbatasTidakBolehDisiarkanPadaMedia-WaktuBukanDewasa Isu-IsuKhusus Agama danKepercayaanTidakBolehDiiklankanDalamBentukApapun IklanTidakBolehMemberiKesanYang MerendahkanatauPengejekPenyandangCacatdanPerlakuanYang TidakPantasKepadaHewanYang Dilindungi. PenggunaanAnimasiYang MiripTokohTertentuHarusMendapatIzinTokohTerkait IklanTidakBolehMengeksploitasidanMengobjekkanMerendahkanPerempuan SosokAnak-Anak Anak-AnakTidakBolehDigunakanUntukMengiklankanProdukYang TidakLayakKonsumsiTanpaDidampingiOrangDewasa IklanTidakBolehMemperlihatkanAdeganBerbahayaMenyesatkanatauTidakPantasDilakukanAnakAnak IklanTidakBolehMenampilkanAnak-AnakSebagaiPenganjurPenggunaanProdukYang BukanUntukMereka IklanTidakBolehMenampilkanAdeganDayaRengekAnakMemaksaOrangTuaMembeliProdukKeingina nMereka RokokdanMinumanKeras IklanMinumanKerasdanGerainyaHanyaBolehDisiarkanDiMedia Non-MassaDenganKetentuan: Tidakmerangsangkhalayakmeminumnya. Tidakmenyarankanbahwatidakmeminumnyatidakwajar. Tidakditujukanbagianak-anakdanwanitahamil IklanRokoktidakbolehdimuatpadamedia yang sasarnnyaanak-anakdibawah17 tahun. Syaratlain samadenganIklanMinumanKeras

TestimonidanPeniruan Kesaksianatasprodukhanyabolehdilakukanperoranganbukankelompokdandibuktikandenganpernyat aantertulisdarikonsumendansewaktu-waktubisadikontakDPI Iklandilarangmenggunakanbahasa/istilahilmiahyang dapatmengelabuikonsumen IklanTidakBolehMerendahkanProdukPesaingSecaraLangsung MaupunTidak IklanTidakBolehSengajaMeniruIklanProdukPesaingSedemikianRupaBaikAtributIdeKonsepdanAlurn yaSehinggaMenyesatkanTestimonidanPeniruan Kesaksianatasprodukhanyabolehdilakukanperoranganbukankelompokdandibuktikandenganpernyat aantertulisdarikonsumendansewaktu-waktubisadikontakDPI Iklandilarangmenggunakanbahasa/istilahilmiahyang dapatmengelabuikonsumen IklanTidakBolehMerendahkanProdukPesaingSecaraLangsung MaupunTidak IklanTidakBolehSengajaMeniruIklanProdukPesaingSedemikianRupaBaikAtributIdeKonsepdanAlurn yaSehinggaMenyesatkan HadiahdanGaransi Iklanhanyabolehdisiarkanjikaproduknyasudahtersediadipasaran IklanTidakBolehMenyatakanSelamaPersediaanMasihAdaatauKataLain Yang Bermaknasama JikaMencantumkanGaransiatauJaminanmakadasarjaminannyaharusbisadipertanggungjawabkan Jikamenjanjikanpengembalikanuanggantirugimakapengembalianharusdinyatakanlengkappadajenisk erusakanataukekuranganapadanmasaberlakunya GelarWicara-Informatif Pemandugelarwicaraharusmampumemisahkandenganjelasmateripokokbahasandenganmateripromo siproduk Jikamenampilkantenagaprofesionalmakatidakbolehmengesankanmemberitestimoniatauanjuranlangs ungatautidak Iklanadvertorial infotorialinfomersialedumersialinspitorialharusjelasmemuatjenisiklaninidandilarangmempromosikanse pihaksuatukasuspersengkataanprodukyang belummemilikikekuatanhukumtetap Media TelevisidanRadio IklanProdukRokokdanProdukKhususDewasaHanyaBolehDisiarkanMulaiPukul21.30 Hingga05.00 WaktuSetempat MateriIklanYang SamaTidakBolehDiiklanSambungUlangLebihDari DuaKali IklanYang MenampilkanDramatisasidanBerbahayaWajibMencantumkanKataAdeganIniDidramatisasidanAdeg anBerbahayaJanganDitiru IklanYang MenggunakanSuaraMenjijikkanatauMengerikanHanyaBolehDisiarkanKepadaKhalayakdandiWaktuTer tentu SangsidanProsedurnya Bentuksangsiadalahbertahapdimulai(1) peringatankepadapelanggardanasosiasinyahinggaduakali (2) penghentianpenyiaranataupengeluaranrekomendasiuntukitukepadalembagaterkaitsetelahdiberibatas waktu. Penyampaiansangsidilakukansecaratertulis. Prosedurnya: DPI menerimapengaduanataumemperolehinformasipelangarandaripantauandanlaporanmasyarakat. DPI melayanikeberatandanmemberikansangsi

Etika Pariwara Indonesia (EPI)


TUTUR SPONTAN Prakata dari Ketua Gugus Tugas Penyempurnaan TKTCPI

Kuantitas daya dan kualitas upaya sudah tak lagi bisa dieja, tatkala rumusan etika pariwara ini mulai dapat dibaca. Yang menjelma kemudian tentulah puja-puji ke hadirat Tuhan seru sekalian alam, karena kerja besar dan keras ini, kini hampir rampung. Hampir? Ya. Perjalanan panjang meramu ulang etika periklanan negeri ini belum sampai di garis akhir. Ia memang tak akan pernah sampai ke sana, senyampang periklanan masih tetap menjadi ikhtiar manusia dalam berkarya dan berusaha. Yang hampir tercapai adalah kebersetujuan semua pihak bahwa etika periklanan ini dapat dipahami dan kemudian menjadi bagian tak terpisahkan dari perilaku dan praktik periklanan Indonesia. Terima kasih Tuhan, semoga daya dan upaya tetap melekat pada diri para pelaku industri periklanan. Tentu bukan persoalan matematika kalau ternyata begitu pelik menghitung daya dan upaya yang telah dilakukan dalam penyempurnaan etika ini. Satu hal, karena etika tak akan pernah sempurna. Hal lain, karena prosesnya memang panjang, luas dan nyaris tak berpola. Karena itu, sejak awal pun curah pendapat tak pernah berhenti meski jarum jam seringkali sudah kembali ke angka yang sama, tapi di tanggal yang baru. Terus, bertumpuk-tumpuk kerangka acuan dari negeri manca beradu pendapat dengan rekaman pengalaman negeri sendiri. Kemudian, aksara demi aksara, dari yang filosofis hingga yang praktis dirajut agar punya makna untuk menata wicara dan rupa iklan kita dalam laras indonesiawi. Sungguh, ini bukan cuma makan waktu, tapi memang sulit dibatasi besaran jadwal ataupun agenda. Bagaimanapun juga, ukara dan nuansa iklan kita sangat bergantung pada para insan pariwara sendiri. Etika hanyalah bagai garis tepi arena, pembatas gerak para pemain yang diwasiti oleh para pemainnya sendiri. Malahan kadang ditemui, penjaga garis pun tak hadir ketika bola iklan sedang menggelinding. Karena itu, amatlah penting agar etika berjalan seiring dengan irama permainan dari para pemilik dan penyalur pesannya, termasuk dari riuh-rendah khalayaknya. Etika pariwara yang berisi sekumpulan nilai dan pola laku moralitas periklanan ini lebih lagi memiliki arti penting bagi mereka yang di pasar. Bukankah cukup sering mereka sampai perlu berdesakan untuk membayar berbagai produk yang kebetulan pernah diiklankan di radio, televisi, koran, majalah, atau papan iklan. Padahal mereka paham bahwa pesan periklanan bukanlah perintah untuk melangkah ke kasir toko, namun seni dan strategi berniaga untuk dipilih. Langkah berikutnya bagi rumusan etika pariwara ini kini tersisa dua. Langkah pertama berupa apresiasi, dan yang kedua, ratifikasi. Apresiasi merupakan langkah kolektif dari lembaga dan praktisi periklanan atas makna dan dayanya. Langkah ini sedapatnya diikuti dengan memberikan masukan yang mencerahkan, sehingga ia menjadi lebih kaya, berisi, dan digdaya. Sedang ratifikasi akan menjadi langkah peneguhan dari industri periklanan yang didukung oleh media, penyedia jasa, dan produsen. Agar para pendukung yang juga penyantun periklanan tersebut bersepakat bahwa komunikasi pemasaran yang beretika akan dapat mengantar masyarakat kepada pasar yang lebih adil dan bijak. Karena itu, alangkah indah dan bijaksananya jika para wakil dari komunitas periklanan dapat duduk bersama, bertukarpikiran, dan bermufakat laiknya majelis peratifikasi. Serentak dengan kedua langkah itu, publik pun akan dilibatkan untuk menguji, apakah etika pariwara yang indonesiawi ini sudah berpadanan dengan tataran kehidupan keseharian kita bersama. Mereka bisa saja akademisi yang terkait dengan periklanan, pasar sasaran atau konsumen, bahkan bisa pula cuma khalayak media yang kebetulan menerima terpaan pesan iklan. Itu pula sebabnya sedari dini kami sudah meyakini perlunya pula berbagai prakarsa untuk memasyarakatkan etika ini. Utamanya agar ia memperoleh tempaan aktual, bukan hanya di lingkungan ranah industrinya sendiri, namun juga di tengah publik, tempat ia harus diasuh dan dibesarkan. Proses yang menentukan justru terletak pada agenda finalisasi. Muaranya ada disini. Titik penutup pada kalimat terakhir akan menjadi tanda bahwa etika pariwara Indonesia sudah layak menjadi bagian dari kehidupan periklanan di negeri ini. Mungkin tak ada gunting pita, tak juga perlu menabuh gong, sebab etika memang hanya akan menyentuh nurani, bukan yang kasat indra belaka. Dan jika rumusan ideal dari etika yang kita sepakati kebenarannya ini sudah menyatu dalam praktik keseharian periklanan Indonesia, barulah kita semua pantas berkata: yang benar-benar iklan, cuma iklan yang benar. Ungkapan kasih layak disampaikan kepada semua pihak yang telah urun rembug dengan waktu, gagasan, dan pikiran. Dari sekadar meletakkan tanda baca saat naskah demi naskah dirumuskan, sampai kepada pengambilan langkah-langkah strategis atas pemaknaan etika yang indonesiawi. Bagi kami sendiri, hanya terima kasih pula yang pantas kami terima. Itu saja.

Etika Pariwara Indonesia (EPI)


TUTUR SPONTAN Prakata dari Ketua Gugus Tugas Penyempurnaan TKTCPI

Kuantitas daya dan kualitas upaya sudah tak lagi bisa dieja, tatkala rumusan etika pariwara ini mulai dapat dibaca. Yang menjelma kemudian tentulah puja-puji ke hadirat Tuhan seru sekalian alam, karena kerja besar dan keras ini, kini hampir rampung. Hampir? Ya. Perjalanan panjang meramu ulang etika periklanan negeri ini belum sampai di garis akhir. Ia memang tak akan pernah sampai ke sana, senyampang periklanan masih tetap menjadi ikhtiar manusia dalam berkarya dan berusaha. Yang hampir tercapai adalah kebersetujuan semua pihak bahwa etika periklanan ini dapat dipahami dan kemudian menjadi bagian tak terpisahkan dari perilaku dan praktik periklanan Indonesia. Terima kasih Tuhan, semoga daya dan upaya tetap melekat pada diri para pelaku industri periklanan. Tentu bukan persoalan matematika kalau ternyata begitu pelik menghitung daya dan upaya yang telah dilakukan dalam penyempurnaan etika ini. Satu hal, karena etika tak akan pernah sempurna. Hal lain, karena prosesnya memang panjang, luas dan nyaris tak berpola. Karena itu, sejak awal pun curah pendapat tak pernah berhenti meski jarum jam seringkali sudah kembali ke angka yang sama, tapi di tanggal yang baru. Terus, bertumpuk-tumpuk kerangka acuan dari negeri manca beradu pendapat dengan rekaman pengalaman negeri sendiri. Kemudian, aksara demi aksara, dari yang filosofis hingga yang praktis dirajut agar punya makna untuk menata wicara dan rupa iklan kita dalam laras indonesiawi. Sungguh, ini bukan cuma makan waktu, tapi memang sulit dibatasi besaran jadwal ataupun agenda. Bagaimanapun juga, ukara dan nuansa iklan kita sangat bergantung pada para insan pariwara sendiri. Etika hanyalah bagai garis tepi arena, pembatas gerak para pemain yang diwasiti oleh para pemainnya sendiri. Malahan kadang ditemui, penjaga garis pun tak hadir ketika bola iklan sedang menggelinding. Karena itu, amatlah penting agar etika berjalan seiring dengan irama permainan dari para pemilik dan penyalur pesannya, termasuk dari riuh-rendah khalayaknya. Etika pariwara yang berisi sekumpulan nilai dan pola laku moralitas periklanan ini lebih lagi memiliki arti penting bagi mereka yang di pasar. Bukankah cukup sering mereka sampai perlu berdesakan untuk membayar berbagai produk yang kebetulan pernah diiklankan di radio, televisi, koran, majalah, atau papan iklan. Padahal mereka paham bahwa pesan periklanan bukanlah perintah untuk melangkah ke kasir toko, namun seni dan strategi berniaga untuk dipilih. Langkah berikutnya bagi rumusan etika pariwara ini kini tersisa dua. Langkah pertama berupa apresiasi, dan yang kedua, ratifikasi. Apresiasi merupakan langkah kolektif dari lembaga dan praktisi periklanan atas makna dan dayanya. Langkah ini sedapatnya diikuti dengan memberikan masukan yang mencerahkan, sehingga ia menjadi lebih kaya, berisi, dan digdaya. Sedang ratifikasi akan menjadi langkah peneguhan dari industri periklanan yang didukung oleh media, penyedia jasa, dan produsen. Agar para pendukung yang juga penyantun periklanan tersebut bersepakat bahwa komunikasi pemasaran yang beretika akan dapat mengantar masyarakat kepada pasar yang lebih adil dan bijak. Karena itu, alangkah indah dan bijaksananya jika para wakil dari komunitas periklanan dapat duduk bersama, bertukarpikiran, dan bermufakat laiknya majelis peratifikasi. Serentak dengan kedua langkah itu, publik pun akan dilibatkan untuk menguji, apakah etika pariwara yang indonesiawi ini sudah berpadanan dengan tataran kehidupan keseharian kita bersama. Mereka bisa saja akademisi yang terkait dengan periklanan, pasar sasaran atau konsumen, bahkan bisa pula cuma khalayak media yang kebetulan menerima terpaan pesan iklan. Itu pula sebabnya sedari dini kami sudah meyakini perlunya pula berbagai prakarsa untuk memasyarakatkan etika ini. Utamanya agar ia memperoleh tempaan aktual, bukan hanya di lingkungan ranah industrinya sendiri, namun juga di tengah publik, tempat ia harus diasuh dan dibesarkan. Proses yang menentukan justru terletak pada agenda finalisasi. Muaranya ada disini. Titik penutup pada kalimat terakhir akan menjadi tanda bahwa etika pariwara Indonesia sudah layak menjadi bagian dari kehidupan periklanan di negeri ini. Mungkin tak ada gunting pita, tak juga perlu menabuh gong, sebab etika memang hanya akan menyentuh nurani, bukan yang kasat indra belaka. Dan jika rumusan ideal dari etika yang kita sepakati kebenarannya ini sudah menyatu dalam praktik keseharian periklanan Indonesia, barulah kita semua pantas berkata: yang benar-benar iklan, cuma iklan yang benar. Ungkapan kasih layak disampaikan kepada semua pihak yang telah urun rembug dengan waktu, gagasan, dan pikiran. Dari sekadar meletakkan tanda baca saat naskah demi naskah dirumuskan, sampai kepada pengambilan langkah-langkah strategis atas pemaknaan etika yang indonesiawi. Bagi kami sendiri, hanya terima kasih pula yang pantas kami terima. Itu saja.

Bahan Pendukung Kuliah Etika untuk Entrepreneur Universitas CiputraP a g e 1 o f 6 4 ETIKA PARIWARA INDONESIA (EPI)I. PENDAHULUAN Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kami para pelaku industriperiklanan telah berhasil menyelesaikan dan menyepakati penyempurnaan atas kitabT a t a K r a m a d a n T a t a C a r a P e r i k l a n a n I n d o n e s i a ( T K T C P I ) . I n i m e r u p a k a n penyempurnaan kedua atas dokumen serupa yang pertama kali diikrarkan tanggal1 7 S e p t e m b e r 1 9 8 1 , y a n g j u g a a d a l a h p e n y e m p u r n a a n a t a s k i t a b

p e r t a m a y a n g diikrarkan tanggal 19 Agustus 1996.P e n y e m p u r n a a n k e d u a i n i d i l a k u k a n k a r e n a b a n y a k n y a p e r u b a h a n yang terjadidalam industri periklanan dalam lima tahun terakhir yang b elum tercakup dalamT K T C P I l a m a . D a l a m k a i t a n i n i , s e b a g i a n d a r i p e n y e m p u r n a a n y a n g d i p e r l u k a n adalah untuk memperluas perspektif setiap permasalahan etika, namun di lain pihak,m e m p e r t a j a m s u b y e k k l a u s a l t e r k a i t . S e b a g i a n l a i n n y a d a r i p e n y e mpurnaan iniadalah untuk menampung tiga gejala penting yang menjadi p e n y e b a b t e r j a d i n y a perubahah besar dalam industri periklanan saat ini, yaitu:a . L o m p a t a n t e k n o l o g i k o m u n i k a s i d a n i n f o r m a s i y a n g m e m u n c u l k a n b e r b a g a i wujud pesan dan media periklanan baru.b. Konvergensi media yang mengharuskan adanya konsistensi perlakuan antarmedia, antar klausal.c . K e b u t u h a n u n t u k b e r k a m p a n y e p e m a s a r a n y a n g m e n y e l u r u h d a n terpadu,sehingga memunculkan juga bentuk - bentuk jasa dan metode b a r u d a l a m berprofesi dan berpraktik usaha.P a d a p a r a g r a f paragraf berikut dicantumkan butirb u t i r t e r p e n t i n g t e n t a n g penyempurnaan yang telah dilakukan, maupu n k e s e l u r u h a n a s p e k t e n t a n g k i t a b TKTCPI ini, yang selanjutnya disepakati disebut ETIKA PARIWARA INDONESIA (EPI). 1. Sikap Industri Dalam menyimak EPI baru ini industri periklanan telah semakin menegaskan dirinyad i b i d a n g k o m u n i k a s i , b a i k d a l a m k a i t a n p o s i s i m a u p u n k o m i t m e n . P o s i s i d a n komitmen ini telah menjiwai keseluruhan substansi yang tertuang dalam landasanetika yang telah disempurnakan lagi ini.D a l a m k a i t a n p o s i s i , i n d u s t r i p e r i k l a n a n m e n y a t a k a n d i r i b u k a n s a j a m e n j a d i komponen terpenting, namun juga adalah inti dari komunikasi pemasaran. Bahkanl e b i h d a r i i t u , i n d u s t r i p e r i k l a n a n m e n y a t a k a n m e r u p a k a n u n s u r y a n g t a k - b i s a - ditiadakan dalam proses pembangunan perekonomian bangsa dan negara, sekaligusikut menegakkan sendi-sendi budaya Nusantara.D a l a m k a i t a n k o m i t m e n , p e r l u d i s i m a k a d a n y a k e t e g a s a n p u l a d a l a m b e b e r a p a i s u penting periklanan, khususnya dalam halhal:a . S w a k r a m a , s e b a g a i s i k a p d a s a r i n d u s t r i p e r i k l a n a n y a n g d i a n u t s e c a r a universal.b . M e n e m p a t k a n e t i k a d a l a m s t r u k t u r n i l a i m o r a l y a n g s a l i n g d u k u n g d e n g a n ketentuan perundangundangan sebagai struktur nilai hukum.c . M e m b a n t u k h a l a y a k m e m p e r o l e h i nformasi sebanyak dan sebaik mungkin,d e n g a n m e n d o r o n g d i g e n c a r k a n n y a i k l a n - i k l a n p e r s a i n g a n , m e s k i p u n dengan syarat-syarat tertentu.d . M e n g u k u h k a n p a h a m k e s e t a r a a n j e n d e r , b u k a n s e k a d a r p e r s a m a a n h a k , perlindungan, ataupun pemberdayaan terhadap perempuan. Bahan Pendukung Kuliah Etika untuk Entrepreneur Universitas CiputraP a g e 2 o f 6 4 e. Perlindungan terhadap hak-hak dasar anak.f . M e n u t u p r u a n g g e r a k b a g i e k s p l o i t a s i d a n p e m a n f a a t a n p o r n o g r a f i d a l a m periklanan.g. Membuka diri bagi kemungkinan terus berkembangnya isi, ragam, pemeran,dan wahana periklanan.h . D u k u n g a n bagi segala upaya yang sah dan wajar untuk dapat meningkatkanb e l a n j a p e r k a p i t a p e r i k l a n a n n a s i o n a l , d e n g a n m e m b u k a p e l u a n g b a g i beberapa institusi tertentu untuk beriklan secara penuh ataupun terbatas. 2. Asosiasi Pendukung Para pengurus pusat atau pimpinan dari berbagai asosiasi atau le m b a g a t e l a h meratifikasi dan menyepakati diberlakukannya EPI ini. Mereka adalah:1. AMLI (Asosiasi Perusahaan Media Luar-griya Indonesia)2. APPI (Asosiasi Perusahaan Pengiklan Indonesia)3. ASPINDO (Asosiasi Pemrakarsa dan Penyantun Iklan Indonesia)4. ATVLI (Asosiasi Televisi Lokal

Indonesia)5. ATVSI (Asosiasi Televisi Swasta Indonesia)6. GPBSI (Gabungan Perusahaan Bioskop Indonesia)7. PPPI (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia)8. PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia)9. SPS (Serikat Penerbit Suratkabar)10.Yayasan TVRI (Yayasan Televisi Republik Indonesia)Selain para asosiasi atau lembaga pengemban tersebut, EPI juga mendapat masukandari Komisi Penyiaran Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan, InternationalAdvertising Association, serta sumber dari dalam dan luar neg eri yang terkait. EPI ini j u g a t e r b u k a b a g i p i h a k - p i h a k l a i n y a n g i n g i n s e c a r a r e s m i m e l a l u i p e r n y a t a a n tertulis - menjadi pengemban, atau pendukungnya. 3. Posisi EPI ini mengukuhkan adanya kepedulian yang setara pada industri p e r i k l a n a n , antara keharusan untuk melindungi konsumen atau masyarakat, dengan keharusanuntuk dapat melindungi para pelaku periklanan agar dapat berprofesi dan berusaha-dan memperoleh imbalan dari profesi atau usaha tersebut - secara wajar.S e p a n j a n g y a n g m e n y a n g k u t p e r i k l a n a n , E P I i n i m e n j a d i i n d u k y a n g m e m a y u n g i semua standar etika periklanan intern yang terdapat pada kode etik masing-masingasosiasi atau lembaga pengemban dan pendukungnya.Dokumen-dokumen kode etik dimaksud antara lain:a . P e d o m a n Prilaku Televisi Indonesia- ATVSIb. Standar Profesional Radio Siaran P R S S N I c . S t a n d a r U s a h a P e r i k l a n a n I n d o n e s i a - P P P I d. Kode Etik Periklanan Suratkabar - SPS 4. Pijakan Awal Kitab EPI yang disempurnakan ini telah dicoba susun dan kemban gkan sesuaidengan akar budaya bangsa dan ditujukan demi kepen t i n g a n m a s y a r a k a t y a n g seluas-seluasnya.Meskipun demikian, EPI mengakui bahwa periklanan adalah juga profesi dan bisniskepercayaan, sehingga seharusnyalah ia sarat dengan kandungan nilai-nilai batiniah. Bahan Pendukung Kuliah Etika untuk Entrepreneur Universitas CiputraP a g e 3 o f 6 4 Karena itu, dalam menyusunnya telah diupayakan untuk mengabai k a n s e j a u h mungkin segala asumsi yang bersifat ilusi.Dalam kaitan di atas, ada tiga pijakan yang digunakan, yaitu:a . M e m b e r i a r a h a t a u a n c a n g a n p a d a c i t a c i t a t e r c i p t a n y a a d a b p e r i k l a n a n Indonesia yang sejahtera secara ekonomi, dan luhur secara budaya.b . A g a r t a t a n a n e t i k a m a m p u m e n j a m i n s e m u a p e l a k u p e r i k l a n a n d a p a t h i d u p bersama secara sehat dan lestari.c. Ia tidak dimaksudkan untuk menggeser tanggung jawab kepada pihak lain. 5. Prinsip Swakramawi Penyusunan dan penegakan etika periklanan yang tercantum dalam EPI ini dilakukansejalan dengan prinsip-prinsip swakramawi (self-regulation) yang dianut oleh industriperiklanan secara universal. Prinsip-prinsip dimaksud memberi rujukan bahwa suatuetika periklanan akan lebih efektif justru kalau ia disusun, disepakati, dan ditegakkanoleh para pelakunya sendiri.P r i n s i p t e r s e b u t j u g a m e n g a k u i b a h w a m e s k i p u n t e l a h d i s u s u n , d i s e p a k a t i , d a n ditegakkan oleh para pelakunya sendiri, akan tetap terbuka kemungkinan ada saatsaat ia kurang diindahkan. Karena itu diperlukan upaya terusm e n e r u s u n t u k menyosialisasikan dan mengkoordinasikan gerak langka h p e n e g a k k a n n y a o l e h segenap komponen industri periklanan. 6. Pengaruh Globalisasi Secara keseluruhan, EPI juga telah mencoba menernjemahkan ko m p l e k s i t a s - ekonomi, gaya hidup, dan budaya -- yang terkait dengan globalisasi beserta

seluruhd a m p a k d a n i m p l i k a s i n y a , k h u s u s n y a y a n g m e n y a n g k u t b i d a n g k o m u n i k a s i pemasaran.D a l a m k a i t a n g l o b a l i s a s i i n i , t i g a h a l m e n d a s a r d i b i d a n g k o m u n i k a s i p e m a s a r a n yang dicoba tampung dalam EPI ini adalah:a . U n t u k l e b i h b e r f o k u s k e p a d a k u m p u l a n i n f o r m a s i y a n g t e r b e n t u k o l e h jaringan informasi, bukan pada hubungan antar komponennya.b. Bahwa selain memedulikan hakikat dan substansi , s u a t u t a t a n a n e t i k a j u g a harus memperhatikan produk sampingannya, seperti misalnya hiburan.c . B a h w a s e l u r u h s t r u k t u r m a k n a t e r n y a t a c e n d e r u n g a m a t l a b i l , s e h i n g g a i a rentan untuk terhanyut kepada tindakan-tindakan asosial atau amoral, sepertiplagiatisme atau pornografi.S e l a i n i t u , t e r d a p a t d u a g e j a l a l a g i y a n g m u n c u l a k i b a t g l o b a l i s a s i y a n g d a p a t melengkapi perspektif etika, yaitu:a . B a h w a g l o b a l i s a s i d a l a m k o m u n i k a s i p e m a s a r a n j u g a d a p a t m e n d orong kianmencuatnya sikap individualis atau perilaku materialis. Karen a itu, tatananetika yang terkandung dalam EPI ini bukan sekadar harus m e n j a d i t a t a n a n moral ataupun pelengkap tatanan hukum, namun haruslah juga benar-benarmampu menjadi tatanan kehidupan.b . D i s a m p i n g i t u , d a r i p e n g a l a m a n d i b a n y a k n e g a r a d i s i m p u l k a n b a h w a u p a y a untuk melindungi budaya akan jauh lebih efektif jika dilakukan dengan jugamemberdayakan pelaku dan industri periklanan sendiri, dibandingkan dengan hanya menangkis serangan ataupun memberi perlindungan. 7. Kepedulian Utama

Anda mungkin juga menyukai