Anda di halaman 1dari 14

DASAR-DASAR ILMU TANAH REAKSI TANAH (pH) NAMA NIM KELOMPOK HARI/TANGGAL ASISTEN : I KOMANG TRI WIDYA PUTRA

: G111 09 327 : X (SEPULUH) : SELASA/ 27 OKTOBER 2009 : YULFIRA

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2009

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Komponen kimia tanah sangat berperan dalam menentukan sifat dan cirri-ciri tanah pada umumnya dan kesuburan pada khususnya. Uraian kimia tanah banyak dijelaskan tentang reaksi-reaksi kimia yang menyangkut masalah-masalah

ketersediaan unsure hara bagi tanaman. Untuk mencapai tujuan tersebut maka halhal yang berkaitan dengan masalah tersebut adalah penyerapan dan pertukaran kation, sifat dari tanah, reaksi serta pengolahannya. Salah satu sifat kimia tanah yang penting dan akan dibicarakan adalah reaksi tanah (pH tanah). Sifat tanah ini menunjukkan konsentrasi ion hydrogen (H+) dalam larutan tanah. Reaksi tanah merupakan hal penting dalam menentukan reaktivitas tanah yaitu muatan listrik, butir-butir koloid atau misel dan juga reaksi tanah yang menunjukkan keadaan atau situasi kimia tanah yang mempengaruhi proses biologi serta pertumbuhan tanah. Reaksi atau pH tanah ekstrim menunjukkan keadaan atau situasi kimia yang dapat menjaga proses biologi. Dalam penciptaan pertumbuhan tanaman dan produksi optimal dari tanaman, maka dikehendaki pH tanah yang sesuai dengan keperluan tanah, oleh karena itu diperlukan tindakan untuk mengubah tanah sebelum ditanami. Pengubahan dapat dilakukan dengan menaikkan dan menurunkan pH tanah sesuai dengan keadaan tanah. Tambahan tersebut biasa disebut dengan buffer yang merupakan sifat umum dari campuran asam, basa, dan garam.

Berdasarkan uraian diatas dan dengan melihat sifat reaksi tanah, maka diperlukan percobaan reaksi tanah untuk melihat keadaan pH pada tanah alfisol, oksisol, dan inceptisol-Alluvial. 1.2 Tujuan dan Kegunaan Tujuan dilaksanakan percobaan praktikum reaksi tanah adalah untuk mengetahui cara menentukan pH tanah dengan menggunakan metode pH meter pada tanah alfisol, oksisol, dan inceptisol-alluvial. Kegunaan dari percobaan praktikum tanah adalah agar kita dapat mengetahui cara penentuan pH tanah sebagai bahan perbandingan antara teori dengan kenyataan.

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Reaksi Tanah (pH)

Reaksi tanah merupakan istilah yang dipakai untuk menyatakan reaksi asambasa dalam tanah. Sejumlah proses tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah. Banyak reaksi kimia dan biokimia tanah hanya dapat berlangsung pada reaksi tanah yang spesifik. Laju dekomposisi ineral tanah dan bahan organic dipengaruhi oleh reaksi tanah. Pengaruh reaksi asam-basa dalam tanah secara tidak terhadap tanaman adalah melalui pengaruhnya terhadap kelarutan dan ketersediaan hara tanaman. Dalam tanah masam, terdapat lebih banyak ion H+ daripada ion OH-. Sebaliknya, suatu tanah basa mempunyai lebih banyak ion OH- daripada H+ (Tan, K.H, 1982) Reaksi tanah adalah suatu cirri atau parameter yang digunakan untuk menunjukkan keadaan asam-basa dalam tanah. Sifat reaksi dalam tanah asamnetral-basa secara mudah ditetapkan dengan indikator nilai pH tanah, berdasarkan prinsip reaksi air (Hanafiah, 2005) Reaksi tanah adalah parameter tanah yang dikendalikan kuat oleh sifat-sifat elektrokimiakoloid-koloid tanah. Kemasaman atau kebasaan tanah, yang derajatnya ditentukan oleh kadar ion hydrogen dalam larutan tanah. Sebetulnya kemasaman dan kebasaan merupakan pencerminan kadar baik ion H+ maupun ion OH(Tejoyowono, 1998)

2.2 Tanah Alfisol

Alfisol adalah tanah-tanah yang mempunyai kandungan liat tinggi pada horizon B (horizon argalik) dibedakan menjadi tanah Alfisol (pelapukan belum lanjut) dan tanah ultisol(pelapukan lanjut). Tanah Alfisol sering didapat pada daerah beriklim sedang, tetapi dapat pula ditemukan di daerah tropika dan subtrpika terutama di tempat-tempat dengan tingkat pelapukan sedang (Hardjowigeno, 1993) Alfisol adalah tanah dengan horizon B dari akumulasi liat kristalin kejenuhan basa rendah. Biasanya lembab atau tidak lembab selama 90 hari berturut-turut (Pairunan, dkk, 1985) Alfisol mempunyai horizon argilik dan terjadi dimana tanah hanya sekitar lembab pada paling sedikit sebagian dalam tahun tersebut. Kebutuhan kejenuhan basa 35 % lebih padan horizon alfisol terbawah, berarti bahwa basa yang dilepaskan dalam tanah karena pelapukan kurang lebih sama dengan cepatnya pencucian (Foth, D, 1988) 2.3 Tanah Vertisol Vertisol, adalah tanah yang memiliki sifat khusus, yakni mempunyai sifat vertik, karena mengandung banyak mineral liat yang mudah mengembang apabila basah atau lembap, tetapi kembali mengerut apabila kering. Akibatnya, tanah ini seringkali mengalami perubahan volume dengan berubahnya kelembapan. Oleh karena itu, tanah ini dicirikan mempunyai rekahan yang membuka dan menutup secara periodik. Sifat fisiknya yang konsisten keras, menjadikan tanah ini termasuk

berat untuk diolah. Tanah ini diperkirakan meliputi 2% dari daratan di dunia (Anonim, 2009) 2.4 Tanah Mollisol

Mollisol, adalah tanah yang mempunyai horison (lapisan) permukaan berwarna gelap yang mengandung bahan organik yang tinggi. Tanah ini kaya akan kation-kation basa, oleh karena itu tanah ini juga tergolong sangat subur. Mollisol secara karakter terbentuk di bawah rumput dalam iklim yang sedang. Tanah ini tersebar luas di daerah-daerah stepa di Eropa, Asia, Amerika Utara, dan Amerika Selatan. Walaupun dikatakan subur (dengan kondisi yang dijelaskan di atas), namun intensitas pengelolaan dan pemanfaatannya relatif masih rendah. Mollisol

diperkirakan meliputi luasan sekitar 7% dari tanah dunia (Anonim, 2009)

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2009 pukul 14.00 WITA sampai selesai dan dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Alat-alat yang digunakan pada praktikum reaksi tanah yaitu pH meter, timbangan, tempat roll, Stopwatch. Bahan-bahan yang di gunakan pada praktikum reaksi tanah yaitu sampel tanah Alfisol, tanah Mollisol, tanah Vertisol Larutan KCl 1N atau pH CaCl 0,01 dan aquadest. 3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja dari praktikum reaksi tanah adalah sebagai berikut : 1. 10 gram tanah halus dimasukkan kedalam tabung reaksi atau tempat roll film dan tambahkan air suling 10 ml (rasio 1 : 1). 2. Kocok selama 30 menit dengan menggunakan mesin pengocok, kemudian diamkan selama 1 menit. 3. Ukur dengan pH meter.

4. Jika diinginkan dapat dibuat perbandingan air dan tanah dengan perbandingan 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 7 : 10 dan lihat grafiknya.... 5. Jika inginkan pH KCL 1 N atau pH CaCl2 0,01 M maka air suling diganti dengan larutan tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil data sebagai berikut : Tabel. Hasil pengamatan reaksi tanah. Jenis Profil - Alfisol Lapisan I Lapisan II Lapisan III Laterik Molisol Gramosol Inceptiosol Oxisol 5,05 5,49 6,14 5,00 7,50 6,00 5,83 3,88 Agak Masam Agak Masam Agak Masam Agak Masam Netral Agak Masam Agak Masam Masam Reaksi Tanah (pH) Kriteria

Sumber : Data Primer setelah diolah, 2009 4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa pada tanah alfisol memiliki pH pada profil I 5,05, profil II 5,49, dan profil 6,14 dengan kelas keasaman yaitu agak masam. Hal ini sesuai dengan pendapat Foth H.D yang menyatakan bahwa tanah alfisol mempunyai horizon argilik dan terjadi di daerah

dimana tanah hanya sekitar lembab pada paling sedikit sebagian dalam tahun tersebut. Kebutuhan kejenuhan basa 35% lebih pada horizon alfisol terbawah, berarti bahwa basa yang dilepaskan dalam tanah karena pelapukan kurang lebih sama dengan cepatnya pencucian. Sesuai juga dengan pendapat Hardjowigeno bahwa salah satu yang mempengaruhi sifat kemasaman tanah adalah kejenuhan basa, dimana tanah dengan pH rendah umumnya mempunyai kejenuhan basa rendah sedangkan tanah dengan pH tinggi mempunyai kejenuhan basa tinggi. Pada tanah laterik memiliki reaksi tanah atau pH sebesar 5,00 dan tingkat kemasamannya agak masam. Hal ini berbanding terbalik dengan jenis tanah mollisol yang memiliki pH 7,50 dengan kemasaman netral. Sedangkan pada tanah gramosol memiliki pH sebesar 6,00 dengan kemasaman agak masam. Pada tanah inceptisol alluvial diperoleh pH sebesar 5,83 dengan kelas kemasaman agak masam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartasapotra bahwa tanah oksisol memiliki kelas tekstur lempung liat dimana kandungan debu-liat realtif sama, tanah demikian tidak terlalu lepas dan tidak juga terlalu lekat. Sepanjang tidak ada gejala penggaraman pada tanah demikian sangat baik untuk pelaksanaan usaha tani. Pengaruh kemasaman dapat dinyatakan sangat mempengaruhi tanah ini. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Kim H. Tan bahwa penambahan garam ke tanah dapat menghasilkan kompleks pertukaran jenuh dengan Na+. Hidrolosis Na dari kompleks pertukaran menghasilkan OH- sehingga menambah nilai pH. Pada Tanah oksisol diperoleh pH sebesar 3,88 sehingga berada dalam kelas masam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pairunan bahwa tanah inceptisol adalah

tanah yang memperlihatkan awal perkembangan, biasanya lembab atau basa selama 90 hari berturut-turut.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa : 1. Tanah Alfisol memiliki pH pada profil I sebesar 5,05, profil II sebesar 5,49 dan profil III sebesar 6,14 dengan kelas kemasaman berada dalam kelas agak masam 2. Tanah Laterik memiliki pH sebesar 5,00 dengan kelas kemasaman berada dalam kelas agak masam. 3. Tanah Mollisol memiliki pH sebesar 7,50 dengan tingkat kemasaman berada dalam tingkat netral atau normal 4. Tanah Gramosol memiliki pH sebesar 6,00 dengan tingkat kemasaman berada dalam tingkat agak masam 5. Tanah Oksisol memiliki pH sebesar 3,88 dengan tingkat kemasaman berada dalam tingkat masam 6. Tanah inceptisol-alluvial memiliki pH sebesar 5,83 dengan kelas kemasaman berada dalam kelas agak masam 7. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi tanah adalah kejenuhan basa, koloid, pertukaran kation, senyawa sulfur, oksidasi senyawa pirit, curah hujan, dan pemupukan tanaman. 5.2 Saran Apabila tanah agak masam / masam, maka sebaiknya ditambahkan dengan kapur agar tanah menjadi netral dan apabila tanah agak alkalis / alkalis, maka

sebaiknya ditambahkan dengan belerang / sulfur, agar tanah menjadi netral, karena tanaman dapat tumbuh dengan baik apabila pH suatu tanah netral.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009, Mengenal Jenis Tanah di Dunia, (online), www.google.com, diakses tanggal 30 November 2009, pukul 19.00 WITA Darmawijaya, Isa M. 1990, Klasifikasi Tanah, Gadjah Mada University, Yogyakarta Foth, H.D, 1988, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Hakim, Nurhayati, dkk., 1986, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Penerbit Universitas Lampung, Lampung Hardjowigeno, S, 1993, Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis, Akademika Presindo, Jakarta Hardjowigeno, S, 1995, Ilmu Tanah, PT Mediyatma Sarana Perkasa, Jakarta Munir, M.S, 1996, Tanah-Tanah Utama Indonesia, Pustaka Jaya, Jakarta Kartasapoetra, A.G, dkk, 2005, Teknologi Konservasi Tanah dan Air, Penerbit Rineka CIpta, Jakarta Tan, Kim Han, 1995, Dasar-Dasar Kimia Tanah, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai