Anda di halaman 1dari 131

Manajemen Keuangan (Pengantar)

Pengertian dan pentingnya manajemen keuangan. Fungsi keuangan. Tujuan perusahaan. Hubungan fungsi keuangan dengan tujuan perusahaan. Masalah keagenan.

Pengertian dan Pentingnya Manajemen Keuangan


Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang manajemen fungsional dalam suatu perusahaan, yang mempelajari tentang penggunaan dana, memperoleh dana dan pembagian hasil operasi perusahaan. Manajemen keuangan penting bagi: - Manajer keuangan. - Manajer bukan keuangan.

Fungsi keuangan
Mengambil keputusan investasi: Memilih satu atau lebih alternatif investasi yang dinilai paling menguntungkan. Mengambil keputusan pembelanjaan: Memilih satu atau lebih alternatif pembelanjaan yang menimbulkan biaya paling murah. Mengambil keputusan dividen: Menentukan berapa besar bagian laba yang diperoleh perusahaan akan dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang saham.

Tujuan Perusahaan
Memaksimumkan laba. - Mengabaikan tanggungjawab sosial. - Mengabaikan risiko. - Berorientasi jangka pendek. Memaksimumkan nilai perusahaan atau kekayaan pemegang saham. - Memperhatikan tanggungjawab sosial. - Mempertimbangkan risiko. - Berorientasi jangka panjang.

Hub. Fungsi Keuangan Den Per usa haan

ga n T uju an Harga pasar saham

Fa kto r eks ter n Pe rus ah aa n

Pendapatan Fungsi Keunagan Kep. Investasi Kep. Pembelanjaan Kep. Dividen Risiko Bisnis Risiko Keuangan Pendapatan Harga pasar saham Risiko total N ilai Pe rus ah aa n Penda patan

Masalah Keagenan
Masalah keagenan bisa timbul antara: Pemegang saham dengan manajer. Manajer dengan kreditor. Manajer, pemegang saham dan kreditor dalam kasus perusahaan menghadapi kesulitan keuangan.

Analisis Laporan Keuangan


Pentingnya analisis laporan keuangan dan pihak pihak yang berkepentingan. Macam laporan keuangan. Analisis rasio keuangan. Keterbatasan analisis laporan keuangan.

Pentingnya Analisis Laporan Keuangan


Bagi pihak manajemen: untuk mengevaluasi kinerja perusahaan, kompensasi, pengembangan karier Bagi pemegang saham: untuk mengetahui kinerja perusahaan, pendapatan, keamanan investasi. Bagi kreditor: untuk mengetahui kemampuan perusahaan melunasi utang beserta bunganya. Bagi pemerintah: pajak, persetujuan untuk go public. Bagi karyawan: Penghasilan yang memadai, kualitas hidup, keamanan kerja.

Macam Laporan Keuangan

Neraca: menunjukkan posisi keuangan (aktiva, utang dan modal) pada saat tertentu. Laporan laba rugi: menunjukkan penjualan, biaya dan laba yang terjadi selama satu periode. Laporan saldo laba: menunjukkan perubahan laba ditahan selama periode tertentu. Laporan arus kas: Menujukkan arus kas selama periode tertentu. Catatan atas laporan keuangan: berisi rincian neraca dan laporan laba rugi, kebijakan akuntansi, dan lain sebagainya.

PT. ABC Neraca 31 Desember 2002(Rp000)


Aktiva Kas dan bank Efek Piutang Persediaan Jml. Aktiva lancar 200.000 200.000 160.000 840.000 ------------1.400.000 Utang bank Utang dagang Utang pajak Pasiva 100.000 300.000 160.000 ------------560.000 600.000 1.200.000 200.000 440.000 ---------------1.840.000 ---------------3.000.000 =========

Jml. Ut. Lancar Obligasi 5% Modal saham Agio Laba ditahan Jml. Modal Jml. Pasiva

Tanah 100.000 Bangunan 1.000.000 Mesin 700.000 Intangible 100.000 Akumulasi penyusutan ( 300.000) -----------------Jml.Akv. Tetap neto 1.600.000 -----------------Jml. Aktiva 3.000.000 ==========

PT. ABC Laporan Laba Rugi 2002 (Rp. 000)


Penjualan Harga pokok penjualan 4.000.000 ( 3.000.000) --------------Laba kotor 1.000.000 Biaya operasi ( 570.000) --------------Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) 430.000 Bunga ( 30.000) --------------Laba sebelum pajak (EBT) 400.000 Pajak ( 160.000) --------------Laba setelah pajak (EAT) 240.000 =========

Analisa Rasio Keuangan


Jenis rasio keuangan: - Liquidity ratios: mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek. - Leverage ratios: menunjukkan seberapa besar perusahaan dibelanjai dengan utang. - Activity ratios: menunjukkan tingkat efisiensi dan efektivitas pengunaan aktiva perusahaan. - Profitability ratios: Mengukur kemepuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan penjualan, aktiva, dan modal perusahaan. - Market value ratios: menilai saham perusahaan yang telah go public

Liquidity Ratios
Current assets Current Ratio = -----------------------------Current liability Current assets - Inventory Quick Ratio = -------------------------------------------Current liability Cash + Bank + Marketable securities Cash Ratio = ---------------------------------------------------------Current liability

Leverage Ratios
Total debt

Total debt to total assets ratio = -------------------------Total assets Total debt Total debt to equity ratio = ---------------------------Total equity Long-term debt Long term-debt to equity ratio = ----------------------------------Total equity EBIT Time interest earned ratio = -----------------------Interest

Activity Ratios
Sales Receivable turnover = ----------------------------------Account receivable 360 Average collection period = --------------------------------------Receivable turnover Sales Inventory turnover = -------------------------Inventory 360 Average days in inventory = -----------------------------Inventory turnover Sales Assets turnover = -----------------------------Total assets

Profitability Ratios
Gross profit Gross profit margin = ----------------------------Sales EBIT Operating profit margin = ----------------------Sales EAT Net profit margin = --------------------Sales EAT Return on assets = --------------------Total assets EAT Return on equity = -----------------------Equity

Market Value Ratios


Dividend Dividend payout ratio = ----------------------------EAT Dividend per share Dividend yield = ---------------------------------Price per share EAT Earning per-share = -----------------------------------------Number of share outstanding Price per share Price earning ratio = ------------------------------Earning per share Price per share Price book value ratio = ---------------------------Book value per share

Evaluasi Rasio-rasio Keuangan


Liquidity Ratios Current ratio Quick ratio Cash ratio Leverage Ratios Debt to total assets ratio Debt to equity ratio Long-term debt to equity ratio Time interest earned ratio Activity Ratios Receivable turnover Average collection period Inventory turnover Average days in inventory Assets turnover Profitability Ratios Gross profit margin Operating profit margin Net profit margin Return on assets Return on equity Market Value Ratios Dividend payout ratio Dividend yield Earning per-share Price earning ratio Price book value Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Membaik Membaik Membaik Memburuk Memburuk Memburuk Membaik Membaik Memburuk Membaik Memburuk Membaik Membaik Membaik Membaik Membaik Membaik Mambaik Membaik Membaik Memburuk Memburuk

Du-Pont Chart

Sales Net Profit Profit Margin

Cost of good sold Adm. expenses Selling expenses Interest expenses Taxes

_
Total Costs +Taxes

:
Sales

ROA

x
Sales Asset Turnover Cash Current Assets Account Receivable Inventory

:
Total Assets

+
Fixed Assets

Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan


Perbedaan metode akuntansi yang dipakai untuk menyusun laporan keuangan. Penjualan perusahaan yang bersifat musiman. Kesulitan untuk menentukan jenis industri apabila perusahaan mempunyai berbagai lini produk. Perusahaan dapat melakukan window dressing

Risiko dan Pendapatan


Konsep risiko dan pendapatan penting dipertimbangkan dalam setiap keputusan keuangan karena besar kecilnya risiko dan pendapatan akan mempengaruhi nilai perusahaan. Apabila pengambilan keputusan dilakukan dalam kondisi yang pasti, faktor yang relevan dipertimbangkan adalah pendapatan yang sesungguhnya, karena tidak ada risiko. Apabila pengambilan keputusan dilakukan dalam kondisi tidak pasti, faktor yang relevan dipertimbangkan adalah risiko dan pendapatan yang diharapkan, karena pendapatan yang sesungguhnya tidak diketahui.

Pendapatan Diharapkan (Expected Return) Investasi Tunggal


Expected return, merupakan pendapatan yang diharapkan diperoleh dari suatu investasi pada kondisi yang bersifat tidak pasti. Pengukuran expected return: - E ( R ) = pi . (Ri) i =1
n

jika probabilitas (pi) diketahui

n Ri i=1 - E ( R ) = ----------------- jika probablitas (pi) tidak diketahui n

Risiko (Risk) Investasi Tunggal


Risiko adalah penyimpangan pendapatan yang diharapkan terhadap pendapatan sesungguhnya dari suatu investasi. Pengukuran risiko : n - VAR (R) = pi { Ri E(R) } jika probabilitas diketaui i =1 n { Ri E(R) } i=1 - VAR (R) = ------------------------------ Jika probabilitas tidak diketahui n1 atau dengan standar deviasi

- SD (R) =

VAR (R)

Pendapatan Diharapkan (Expected Return) Investasi Portofolio


Expected return portofolio ditentukan oleh du faktor, yaitu besarnya proporsi dana yang diinvestasikan pada masingmasing alternatif investasi dan expected return masing-masing alternatif investasi. Expected return portofolio: n E(Rp) = Wi.E(Ri) misalkan portofolio terdiri dari saham i =1 perusahaan A dan B, maka expected return portofolio : E(Rp) = WA .E(RA) + WB.E (RB)

Risiko (Risk) Investasi Portofolio


Risiko portofolio ditentukan oleh tiga faktor, yaitu proposi dana yang dinvestasikan pada masing-masing alternatif investasi, risiko masing-masing alternatif investasi dan covariance antar alternatif investasi. Risiko portofolio : VAR(Rp) = WA . VAR(RA) + WB . VAR(RB) + 2. WA.WB rAB.SDA.SDB atau SD(Rp) = VAR (Rp)

Eficient Portfolios
Eficient portfolios adalah portofolio yang memiliki pendapatan diharapkan maksimum pada tingkat risiko tertentu. Contoh: anggap suatu portofolio dibentuk dari dua alternatif investasi, yaitu saham A dengan pendapatan diharapkan 5% dan risiko (SD) 4% dan saham B dengan pendapatan diharapkan 8% dan risiko(SD) 10%. Jika proporsi investasi A dikurangi dan sebaliknya proporsi investasi B ditambah, maka pendapatan diharapkan dan risiko portofolio pada berbagai korelasi:
Pendapatan diharapkan dan risiko pada berbagai korelasi: Proporsi investasi Korelasi ( +1) Korelasi (0) Korelasi (-1) A B E(R) SD E(R) SD E(R) SD -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------1,00 0,00 5,00 4,00 5,00 4,00 5,00 4,00 0,75 0,25 5,75 5,50 5,75 3,90 5,75 0,50 0,50 0,50 6,50 7,00 6,50 5,40 6,50 3,00 0,25 0,75 7,25 8,50 7,25 7,60 7,25 6,50 0,00 1,00 8,00 10,0 8,00 10,0 8,00 10,0

Grafik Eficient Portfolios


Hubungan pendapatan diharapkan dan risiko portifolio
E(Rp)

rAB = -1

rAB = +1

SD(Rp)

Himpunan Portofolio Efisien


E(Rp) Portofolio yang berada sepanjang garis C D merupakan portofolio yang efisien, sedangkan portofolio yang berada dalam daerah berwarna hitam tidak efisien

SD(Rp)

Manajemen Modal Kerja


Pengertian Modal Kerja Penentuan Kebutuhan Modal Kerja Kebijakan Investasi Modal Kerja Kebijakan Pembelanjaan Modal Kerja Manajemen Komponen Modal Kerja

Pengertian Modal Kerja


Modal kerja kotor, yaitu sama dengan jumlah aktiva lancar. Modal kerja bersih, yaitu sama dengan jumlah aktiva lancar dikurangi dengan jumlah utang lancar.

Penentuan Kebutuhan Modal Kerja


Berdasarkan prosentase penjualan: Aktiva lancar t Kebutuhan modal kerja = --------------------x Penjualan t+1 Penjualan t Berdasarkan perputaran kas : Kebutuhan modal kerja = Pengeluaran kas rata-rata x Periode terikatnya modal kerja

Kebutuhan modal kerja berdasarkan prosentase penjualan


Bedasarkan laporan keuangan PT PJB 2003, jika tahun 2004 perusahaan merencanakan penjualan sebesar Rp 10.000 mlyr, maka modal kerja yang dibutuhkan adalah: Rp 7.314 mlyr Keb. modal kerja =---------------------- x Rp 10.000 mlyr Rp 10.796 mlyr = Rp 6.774 mlyr

Kebutuhan modal kerja berdasarkan periode terikatnya modal kerja


Berdasarkan informasi laporan keuangan PT PJB 2003, maka kebutuhan modal kerja (milyar) adalah: Rp 10.796 Perputaran modal kerja = ---------------------------------------- = 1,7 (Rp 5.368 + Rp 7.314)/2 360 hari Periode terikat modal kerja = ---------------- = 212 hari 1,7 Rp 9.427 Peng.kas rata-rata per hari = --------------- = Rp 26 mlyr 360 Kebutuhan modal kerja = 212 x Rp 26 mlyr = Rp 5.512 mlyr

Kebijakan Investasi Modal Kerja


Berdasarkan jumlah modal kerja (aktiva lancar) yang dimiliki perusahaan untuk mencapai penjualan tertentu, kebijakan investasi modal kerja dibedakan menjadi: * Kebijakan konservatif, jumlah aktiva lancar banyak, risiko rendah dan profitabilitas rendah. * Kebijakan moderat, jumlah aktiva lancar sedang, risiko sedang dan profitabilitas sedang. * Kebijakan agresif, jumlah aktiva lancar sedikit, risiko tinggi dan profitabilitas tinggi.

Kebijakan investasi modal kerja


Gambar grafik kebijakan investasi modal kerja
Aktiva Konservatif Moderat

Aktiva lancar

Agresif

Aktiva tetap Penjualan

Kebijakan Pembelanjaan Modal Kerja


Berdasarkan jenis sumber dana yang dipakai untuk membelanjai modal kerja (aktiva lancar) suatu perusahaan, kebijakan pembelanjaan modal kerja dibedakan menjadi: * Kebijakan konservatif, sebagian aktiva lancar variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek dan sebagian lagi termasuk aktiva lancar permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang. * Kebijakan moderat, seluruh aktiva lancar variabel dibelanjai dengan dana jangka pendek dan aktiva lancar permanen dengan dana jangka panjang. * Kebijakan agresif, seluruh aktiva lancar variabel dan sebagian aktiva lancar permanen debelanjai dengan dana jangka pendek dan sebagian algi aktiva lancar permanen dibelanjai dengan dana jangka panjang.

Kebijakan pembelanjaan konservatif


Grafik: Kebijakan pembelanjaan konservatif
Aktiva
Sumber dana jk. pendek

Aktiva lancar variabel Aktiva lancar permanen


Sumber dana jk. panjang

Aktiva tetap Periode waktu

Kebijakan pembelanjaan modal kerja moderat


Grafik: Kebijakan pembelanjaan moderat
Aktiva

Aktiva lancar variabel

Sumber dana jk. pendek

Aktiva lancar permanen

Sumber dana jk. panjang

Aktiva tetap Periode waktu

Kebijakan pembelanjaan modal kerja agresif


Grafik: Kebijakan pembelanjaan agresif
Aktiva
Sumber dana jk. pendek

Aktiva lancar variabel

Aktiva lancar permanen

Sumber dana jk. panjang

Aktiva tetap
Periode waktu

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan alternatif kebijakan yang dipilih: Kondisi ekonomi Jenis perusahaan Persaingan Sifat manajemen dalam menghadapi risiko

Manajemen Kas dan Surat berharga


Motivasi perusahaan mengadakan kas:
Transaksi Berjaga-jaga Spekulasi Saldo kompensasi

Teknik manajemen kas:


Sinkronisasi arus kas Mempercepat pengumpulan kas: - Lockbox system - Pre-Authorized debits - Transfer mechanism Pengendalian pengeluaran kas

Surat Berharga
Motivasi perusahaan mengadakan surat berharga: Pengganti kas Investasi sementara Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih surat berharga: Risiko : Suku bunga Inflasi Kegagalan Pemasaran Pendapatan

Manajemen Piutang atau Kredit


Alasan perusahaan melakukan penjualan secara kredit: Persaingan Adanya kapasitas menganggur Kebijakan kredit: Jangka waktu kredit Standar kredit Potongan tunai Penagihan piutang

Analisis Perubahan Kebijakan Kredit


Perubahan kebijakan kredit akan berdampak pada: Laba : (1 Vc ratio) Sales Biaya: (DSO)(Sales perday)(Vc ratio)(Cost of funds) DSO = Days Sales Outstanding atau Average Collection Period Jika laba lebih besar dari biaya, maka perubahan kebijakan kredit dapat dilaksanakan dan sebaliknya

Manajemen Persediaan
Pengertian persediaan, merupakan item atau material yang dipakai perusahaan untuk menjalankan bisnisnya Macam persediaan, tergantung jenis perusahaan ( bahan baku,barang dalam proses, barang jadi, suku cadang dll )

Alasan Perusahaan Memiliki Persediaan


Bisa memenuhi kebutuhan pelanggan pada waktu tertentu Mendapatkan diskon dari suplier Menghindari fluktuasi harga yang meningkat Sebagai persediaan pengaman untuk menghadapai kondisi permintaan yang tidak pasti Menjaga kelangsungan proses produksi

Biaya Persediaan
Biaya pemesanan, adalah biaya yang diperhitungkan berkaitan dengan proses pengadaan persediaan, seperti biaya pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, asuransi dll. Biaya penyimpanan, adalah biaya yang berhubungan dengan penyimpanan persediaan di perusahaan atau di gudang, seperti biaya penyusutan atau sewa gudang, biaya modal, asuransi, biaya tenaga kerja bagian gudang dll. Biaya kehabisan persediaan, adalah biaya yang timbul karena perusahaan kekurangan persediaan, seperti kerugian karena tidak bisa memenuhi permintaan pelanggan, kerugian karena proses produksi yang terhenti, dll.

Model Manajemen Persediaan


Economic Order Quantity (EOQ) Model ini mempertimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan persediaan. 2. D.Co ---------------Cc

EOQ =

Frekuensi pemesanan = D/EOQ Reorder point (ROP) = Lt x d Total biaya (TC) = EOQ/2 (Cc) + D (Co)

Asumusi Model EOQ


Harga persediaan tetap Biaya pemesanan setiap kali pesan tetap Biaya penyimpanan per satuan persediaan per periode tetap Jumlah kebutuhan persediaan pasti Persediaan yang dipesan selalu ada di pasaran Barang yang dipesan datang sekaligus pada saat yang bersamaan Jangka waktu pemesanan (lead time) tetap

Keterangan
Co = Biaya pemesanan Cc = Biaya penyimpanan per unit per tahun D = Jumlah permintaan per tahun EOQ = Economic order quantity D/EOQ = Frekuensi pemesanan selama setahun EOQ/2 = Rata-rata persediaan ROP = Reorde point Lt = Lead time d = Permintaan rata-rata per periode waktu

Grafik : Economic order quantity


Biaya

Total biaya Biaya penyimpanan

Biaya pemesanan

EOQ

Jumlah Pesanan

Contoh:
Perusahaan membutuhkan batubara 400.000 ton per tahun, biaya penyimpanan per ton Rp 40.000 per tahun dan biaya pemesanan Rp 5000.000 per pesanan dan lead time selama 5 hari dan anggap 1 tahun adalah 360 hari. Berapa jumlah pesanan yang paling ekonomis, frekuensi pemesanan dan ROP ? 2x5000.000x400.000 EOQ = --------------------------------------40.000 = 10.000 ton Frekuensi pemesanan = 400.000 / 10.000 = 40 kali Reorder point = 10.000 / 9 x 5 = 5.555,5 ton

Hubungan EOQ dengan Reoder point pada kondisi yang pasti


Persediaan Maksimum = EOQ

EOQ

EOQ

EOQ

ROP Lt

ROP Lt

ROP Lt

Pengembangan model EOQ untuk keadaan yang tidak pasti


Dalam menghadapi kondisi yang tidak pasti, maka penerapan model EOQ perlu dikembangkan dengan memperhitungkan persediaan pengaman. Jumlah persediaan maksimum = EOQ + persediaan pengaman Total biaya persediaan: TC = EOQ/2 (Cc) + D (Co) + Jml persed pengaman (Cc)

Hubungan EOQ dengan ROP dan Persediaan Pengaman


Persediaan Maksimum = EOQ + Persed. Pengaman

EOQ

EOQ

EOQ

ROP

ROP

ROP

Persediaan pengaman

ABC ANALISIS
Pada umumnya perusahaan memiliki macam persediaan yang sangat beragam dilihat dari harganya maupun kontribusi terhadap penjualan. Agar pengelolaan persediaan tersebut dapat dilakukan dengan tepat, maka persediaan dikelompokkan menjadi beberapa kekelompok Kelompok A, merupakan persediaan yang harganya tinggi, dan kontribusi pada penjualan tinggi Kelompok B, merupakan persediaan yang harganya lebih rendah dari kelompok A Kelompok C, merupakan persediaan yang harganya rendah, dan kontribusi pada penjualan rendah

Leverage : Struktur Keuangan dan Struktur Modal


Leverage timbul karena perusahaan dalam operasinya mempergunakan aktiva atau dana yang menimbulkan beban tetap. Leverage yang timbul karena perusahaan mempergunakan dana dengan beban tetap (utang) disebut financial leverage. Leverage yang timbul karena perusahaan mempergunakan aktiva yang menimbulkan beban tetap (aktiva tetap) disebut operating leverage.

Finacial Leverage
Financial structure (struktur keuangan) Menujukkan bagaimana perusahaan membelanjai aktivanya, tampak pada neraca sebelah kredit, yang tercermin pada komposisi utang lancar, utang jangka panjang dan modal. Capital structructure (struktur modal) Merupakan bagian struktur keuangan yang hanya menyangkut pembelanjaan jangka panjang, yang tercermin pada utang jangka panjang dan modal. Leverage factor Merupakan perbandingan antara total utang (D) dengan total aktiva (TA) atau total utang dengan modal (E).

Pengaruh leverage keuangan (struktur keuangan) terhadap profitabilitas


Contoh: alternatif struktur keuangan perusahaan Struktur I (D/E =0 atau D/TA = 0): Total utang Modal saham Total aktiva Rp 10.000 ======== Total pasiva Rp 0 Rp 10.000 -------------Rp 10.000 ========

Struktur II (D/E = 25% atau D/TA = 20%): Total utang Modal saham Total aktiva Rp 10.000 ======== Total pasiva Rp 2.000 Rp 8.000 ------------Rp 10.000 ========

Lanjutan: Struktur III (D/E = 100% atau D/TA = 50%): Total utang Modal saham Total aktiva Rp 10.000 ======== Total pasiva

Rp 5.000 Rp 5.000 -------------Rp 10.000 ========

Struktur IV ( D/E = 400% atau D/TA = 80%): Total utang Modal saham Total aktiva Rp 10.000 ======== Total pasiva

Rp 8.000 Rp 2.000 -------------Rp 10.000 ========

Bagaimana dampak penggunaan utang terhadap profitabilitas dalam hal ini return on equity (ROE), dilakukan analiasis sebagai berikut:

Pengaruh financial leverage terhadap ROE


Struktur Keuangan Rasio EBIT/TA -----------------------------------------------------------------------------------Buruk (- 20%) Normal (20%) Baik (60 %) --------------------------------------------------------------------------------------------------------------Struktur I (D/TA = 0%): EBIT - Rp 2.000 Rp 2.000 Rp 6.000 Bunga 0 0 0 ----------- ----------- ----------- EBT -Rp 2.000 Rp 2.000 Rp 6.000 Pajak (40%) - 800 800 2.400 ----------- ----------- ------------ EAT -Rp 1.200 Rp 1.200 Rp 3.600 ROE = EAT/E - 12% 12% 36%

lanjutan

Struktur keuangan II ( D/TA = 20% ): EBIT Bunga (10%) EBT Pajak (40%) EAT ROE = EAT/E - Rp 2.000 200 --------------- Rp 2.200 - 880 -------------- - Rp 1.320 - 16,5% Rp 2.000 200 ------------- Rp 1.800 720 ------------- Rp 1.080 13,5% Rp 6.000 200 ------------- Rp 5.800 2.320 ------------ Rp 3.480 43,5%

lanjutan

Struktur III ( D/TA = 50% ) EBIT Bunga (14%) EBT Pajak (40%) EAT ROE = EAT/E - Rp 2.000 700 ------------- - Rp 2.700 - 1.080 ------------- - Rp 1.620 - 32,4% Rp 2.000 700 ------------ Rp 1.300 520 ------------ Rp 780 15,6% 2.120 ------------ Rp 3.180 63,6% Rp 6.000 700 ------------ Rp 5.300

lanjutan

Struktur keuangan IV ( D/TA = 80% ): EBIT Bunga (20%) EBT Pajak (40%) EAT ROE = EAT/E - Rp 2.000 1.600 ------------- - Rp 3.600 - 1.440 ------------- - Rp 2.160 - 108% Rp 2.000 1.600 ------------ Rp 400 160 ------------ Rp 240 12% 1.760 ------------ Rp 2.640 132% Rp 6.000 1.600 ------------ Rp 4.400

Pengaruh financial leverage terhadap risiko


Besar kecilnya risiko diukur dengan range ROE Leverage factor Range ROE 0% 48% 20% 60% 50% 96% 80% 240% Semakin besar utang semakin besar risiko

Hubungan Financial Leverage dengan Operating Leverage


Operating Leverage (OL) Operating leverage timbul jika perusahaan menggunakan aktiva yang menimbulkan beban tetap (aktiva tetap) yang berupa penyusutan. Besar kecilnya operating leverage diukur dengan degree of operating leverage (DOL) %EBIT C DOL = ---------------atau ---------%Sales X C = contribution margin ( sales variable cost) X = EBIT

Financial leverage
Financial leverage timbul jika perusahaan menggunakan dana yang menimbulkan beban tetap (utang) berupa bunga. Financial leverage mempengaruhi laba setelah pajak, return on equity dan earning per-share Besar kecilnya financial leverage diukur dengan degree of financial leverage (DFL) %EAT EBIT DFL = ----------------- atau ------------------%EBIT EBIT r.D r = besarnya suku bunga D = besarnya utang

Combination leverage
Combination leverage merupakan gabungan antara operating leverage dengan financial leverage Besar kecilnya combination leverage diukur dengan degree of combination leverage (DCL) %EBIT %EAT DCL = -------------------- x ----------------------%Sales %EBIT %EAT = -----------------------%Sales

Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur keuangan perusahaan:


Tinggkat pertumbuhan penjualan: besar kecilnya pertumbuhan penjualan Stabilitas penjualan: apakah penjualan perusahaan berfluktuasi atau stabil Karakteristik Industri: apakah termasuk industri yang peka terhadap gejolak ekonomi atau tidak Struktur aktiva: komposisi aktiva lancar dan aktiva tetap Sikap manajemen perusahaan: berani atau tidak berani mengambil risiko Sikap pemberi pinjaman

Struktur Modal (Capital Structure)


Struktur modal berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang perusahaan, yang terdiri dari utang jangka panjang dan modal Struktur modal diukur dengan perbandingan antara utang jangka panjang dan modal perusahaan Masalah yang berkaitan dengan keputusan struktur modal adalah menentukan berapa komposisi utang jangka panjang dan modal yang optimal ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, salah satu pendekatan yang banyak dipergunakan adalah analisis EBIT-EPS

Analisis EBIT-EPS
Analisis EBIT-EPS menjelaskan bagaimana pengaruh berbagai alternatif pembelanjaan jangka panjang terhadap besarnya EPS pada jumlah EBIT tertentu. Misalkan, perusahaan mempunyai modal Rp 10 juta seluruhnya berupa saham biasa dengan jumlah saham yang beredar 200.000 lembar. Perusahaan membutuhkan tambahan dana Rp 5 juta untuk ekspansi, yang akan dibelanjai dengan alternatif sebagai berikut: 1. Seluruhnya dibelanjai saham biasa dijual dengan harga Rp 50 per lembar saham 2. Seluruhnya dibelanjai utang dengan bunga 12% 3. Seluruhnya dibelanjai saham preferen dengan dividen 11%

lanjutan Pajak pendapatan perusahaan 50%, dan setelah perluasan EBIT perusahaan menjadi Rp 2,4 juta. Perhitungan EPS pada ketiga alternatif pembelanjaan:

----------------------------------------------------------------------------------------Keterangan Saham biasa Utang Saham istimewa --------------------------------------------------------------------------------------------------------------EBIT Rp 2.400.000 Rp 2.400.000 Rp 2.400.000 Bunga 0 600.000 0 --------------------------------------------------------EBT Rp 2.400.000 Rp 1.800.000 Rp 2.400.000 Pajak 50% 1.200.000 900.000 1.200.000 ------------------------------------------------------EAT Rp 1.200.000 Rp 900.000 Rp 1.200.000 Div shm preferen 0 0 550.000 ------------------------------------------------------Laba utk sh biasa Rp 1.200.000 Rp 900.000 Rp 650.000 Jml lb shm biasa 300.000 200.000 200.000 EPS Rp 4 Rp 4,5 Rp 3,25 ========== =========== ===========

Grafik : Breakeven point EBIT-EPS dari tiga alternatif pembelanjaan

EPS (Rp)

Utang

Shm. preferen Shm. biasa

7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4

EBIT Rp juta

Breakeven EBIT-EPS antara saham biasa dengan utang Jika terjadi breakeven berarti EPS alternatif saham biasa sama dengan EPS alternatif utang (EBIT* - C1) (1 t) (EBIT* - C2) (1 t) ----------------------------- = -------------------------------S1 S2 Keterangan: EBIT* = EBIT pada titik BEP C1;C2 = Biaya bunga pada alternatif saham biasa dan utang t = Tarif pajak S1;S2 = Jumlah saham biasa yang beredar pada alternatif saham biasa dan utang

Berdasarkan data pada contoh, maka EBIT* adalah:

(EBIT* - 0) (1 0,50) (EBIT* - 600.000) (1- 0,50) ------------------------------- = ------------------------------------------300.000 200.000 50.000 EBIT* = 90.000.000.000 EBIT* = Rp 1.800.000 Artinya jika EBIT lebih kecil dari Rp 1.800.000, maka alternatif yang lebih menguntungkan adalah saham biasa, dan jika EBIT lebih besar dari Rp 1.800.000, maka alternatif yang lebih menguntungkan adalah utang.

TEORI STRUKTUR MODAL


Struktur modal berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang, yaitu perbandingan utang jangka panjang dengan modal sendiri Teori struktur modal menjelaskan bagaimana pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, biaya modal, dan harga pasar saham ?

Asumsi-asumsi dalam teori struktur modal


Tidak ada pajak dan biaya kebangkrutan Rasio utang terhadap modal dapat dirubah dengan jalan menerbitkan saham untuk melunasi utang atau menambah utang untuk membeli saham yang beredar Perusahaan mempunyai kebijakan untuk membayarkan seluruh laba sebagai dividen Investor mempunyai harapan yang sama terhadap laba operasi perusahaan di masa yang akan datang Pendapatan operasi perusahaan diharapkan tidak mengalami pertumbuhan

Terdapat tiga macam tingkat kapitalisasi atau pengembalian, yaitu:


Tingkat pengembalian utang (ki) F Biaya bunga tahunan ki = ----- = ------------------------------B Nilai pasar utang Tingkat pengembalian saham biasa (ke) E Pendapatan bagi saham biasa ke = ---- = --------------------------------------------S Nilai pasar saham biasa Tingkat pengembalian perusahaan (ko) o Laba bersih operasi ko = ------ = --------------------------------------V Nilai total perusahaan V=B+S

Biaya modal perusahaan sama dengan biya modal rata-rata tertimbang


B S ko = ki (---------) + ke (-------------) B+S B+S Untuk menjelaskan bagaimana pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, biaya modal dan harga pasar saham, ada beberapa pendekatan: Pendekatan laba bersih (Net Income Approach) Pendekatan laba bersih operasi (Net Operating Income Approach) Pendekatan tradisional (Traditional Approach) Modigliani Miller Position

Pendekatan laba bersih (Net Income Approach)


Anggap suatu perusahaan mempunyai utang Rp 1.000 dengan bunga 15% per tahun. Laba bersih operasi yang diharapkan setiap tahun Rp 1.000 dan tingkat kapitalisasi saham biasa (ke) sebesar 20%. Berapa nilai perusahaan ? Berapa biaya modal perusahaan ? Berapa harga pasar saham perusahaan ?

Berdasarkan Net Income Approach, maka nilai perusahaan :


O - Laba bersih operasi F - Biaya bunga E - Laba bagi pemegang saham ke -Tingkat kapitalisasi saham S - Nilai pasar saham B - Nilai pasar utang V- Nilai total perusahaan Rp 1.000 ( 150) -------------Rp 850 0,20 -------------Rp 4.250 1.000 -----------Rp 5.250 =======

Biaya modal perusahaan (ko):


o Rp 1.000 ko = ---- = --------------- x 100% = 19,05% v Rp 5.250 Apabila perusahaan meningkatkan jumlah utang dari Rp 1.000 menjadi Rp 3.000,dan menggunakan tambahan utang untuk membeli kembali saham yang beredar dan suku bunga tetap 15%, maka nilai perusahaan dan biaya modal perusahaan menjadi:

Nilai perusahaan setelah perubahan struktur modal :


O- Laba bersih operasi F- Biaya bunga E- Laba bagi saham biasa ke- tingkat kapitalisasi saham S- Nilai pasar saham B- Nilai pasar utang V- Nilai total perusahaan Rp 1.000 ( 450) -------------Rp 550 0,20 ------------Rp 2.750 3.000 ------------Rp 5.750 =======

Biya modal perusahaan setelah perubahan struktur modal:


o Rp 1.000 ko = ------- = --------------- x 100% = 17,39% v Rp 5.750 Pengaruh perubahan struktur modal terhadap harga pasar saham berdasarkan pendekatan Net Income: Jika mula-mula harga saham Rp 10 per lembar, maka jumlah saham yang beredar sebanyak 425, (Rp 4.250/ Rp 10). Apabila tambahan utang Rp 2.000 dipakai membeli kembali saham yang beredar, maka jumlah saham yang bisa dibeli sebanyak 200 lembar (Rp 2.000/ Rp 10). Dengan demikian setelah sebagian saham dibeli kembali jumlah saham yang beredar tinggal sebanyak 225 lembar dengan nilai Rp 2.750 atau harga perlembar saham Rp 12,2 , (Rp 2.750 / 225), lebih tinggi dari Rp 10.

Grafik pengaruh struktur modal terhadap biaya modal:


Biaya modal (%)

ke

ko ki 0 B/S Berdasarkan pendekatan NI, struktur modal optimal tercapai ketika penggunaan utang maksimal.

Pendekatan laba bersih operasi (Net Operating Income Approach)


Pendekatan ini mengasumsikan biaya modal perusahaan (ko) tetap pada berbagai tingkat penggunaan utang, yaitu (ko)=20% O- Laba bersih operasi ko- Biaya modal perusahaan V- Nilai total perusahaan B- Nilai pasar utang S- Nilai pasar saham Rp 1.000 0,20 -------------Rp 5.000 1.000 -------------Rp 4.000 ========

E Rp 850 Biaya modal saham (ke) = -------- = --------------- x 100% = 21,25% S Rp 4.000

Apabila jumlah utang bertambah dari Rp 1.000 menjadi Rp 3.000 dan tambahan utang dipakai untuk membeli kembali saham yang beredar, maka:
O- Laba bersih operasi ko- Biaya modal perusahaan V- Nilai total perusahaan B- Nilai pasar utang S- Nilai pasar saham Rp 1.000 0,20 ------------Rp 5.000 3.000 ------------Rp 2.000 ========

E Rp 550 Biaya modal saham (ke) = ---- = ------------- x 100% = 27,50% S Rp 2.000

Pengaruh perubahan struktur modal terhadap harga pasar saham berdasarkan pendekatan Net Operating Income:
Misalkan, harga saham mula-mula Rp 10 dengan nilai pasar Rp 4.000, berarti jumlah saham yang beredar sebanyak 400 lembar (Rp 4.000/Rp10). Dengan menggunakan tambahan utang untuk membeli saham yang beredar, maka jumlah saham yang bisa dibeli sebanyak 200 lembar, (Rp 2,000/Rp10), sehingga jumlah saham yang masih beredar sebanyak 200 lembar dengan nilai Rp 2.000, atau dengan kata lain harga saham Rp 10, tetap tidak berubah.

Grafik pengaruh struktur modal terhadap biaya modal berdasarkan pendekatan Net Operating Income:
Biaya modal (%) ke

ko ki 0 B/S Berdasarkan pendekatan NOI tidak ada struktur modal optimal

Pendekatan Tradisional (Traditional Approach)


Pendekatan tradisional mengemukakan ada struktur modal optimal,yaitu struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan atau meminimumkan biaya modal perusahaan. Dengan menambah utang pada mulanya perusahaan dapat menurunkan biaya modalnya (ko) dan meninkatkan nilai perusahaan, walaupun tingkat kapitalisasi saham meningkat karena bertambahnya risiko, peningkatan tersebut tidak melebihi manfaat yang diperoleh dari penggunaan utang yang biayanya (ki) lebih murah. Melampaui jumlah penggunaan utang tertentu tingkat kapitalisasi saham meningkat melebihi manfaat penambahan utang dan biaya utang juga meningkat, sehingga biaya modal perusahaan naik dan nilai perusahaan turun.

Grafik pengaruh struktur modal terhadap biaya modal berdasarkan pendekatan tradisional:
Biaya modal (%) ke

ko ki

B/S* optimal Berdasarkan pendekatan tradisional ada struktur modal optimal, yaitu pada tingkat biaya modal perusahaan minimal.

B/S

Modigliani Miller Position I


Modigliani Miller (MM) mendukung pendekatan NOI, yang menyatakan perubahan struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Menurut MM nilai total perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modal, melainkan dipengaruhi oleh investasi yang dilakukan perusahaan dan kemampuan menghasilkan laba Asumsi yang dikemukakan MM: - Pasar modal sempurna - Expected value bagi semua investor sama. - Perusahaan dapat dikelompokkan dalam kelas risiko yang sama - Tidak ada pajak pendapatan perusahaan

Proses Arbitrage:
Jika dua perusahaan memiliki struktur modal yang berbeda, berdasar pendekatan tradisional, nilai perusahaan yang menggunakan utang lebih besar dari nilai perusahaan yang tidak menggunakan utang. MM berpendapat perbedaan nilai tersebut tidak akan berlangsung lama, karena terjadi proses arbitrage, sehingga nilai kedua perusahaan tersebut sama

Misalkan, perusahaan A dan B adalah sama kecuali perusahaan A tidak menggunakan utang sedengkan perusahaan B mempunyai utang Rp 30.000 dengan bunga 12%.
Perush. A
O- Laba bersih operasi F- Biaya bunga E- Pendapatan saham ke- Tingkat Kapitalisasi saham S- Nilai pasar saham B- Nilai pasar utang V- Nilai total perusahaan ko- Biaya modal perusahaan ---------------Rp 10.000 0 ---------------Rp 10.000 0,15

Perush.B
--------------Rp 10.000 3.600 ----------------Rp 6.400 0,16

-----------Rp 66.667 0 --------------Rp 66.667 ========= 15%

-------------Rp 40.000 30.000 ---------------Rp 70.000 ========= 14,3%

Proses arbitrage berlangsung sbb:


MM berpendapat dengan investasi di perusahaan A, investor perusahaan B dapat memperoleh pendapatan yang sama tanpa meningkatkan risiko, sehingga investo di B menjual sahamnya dipindahkan ke A. - Menjual 1% saham perusahaan B (Rp 400) - Meminjam sebesar 1% dari utang perusahaan B (Rp 300) dengan bunga 12% - Membeli 1% saham perusahaan A (Rp 667) Pendapatan bersih investasi saham A : - Pendapatan investasi saham A :( 15% x Rp 666,67) = Rp 100 - Bunga pinjaman: (12% x Rp 300) 36 ---------- Pendapatan bersih Rp 64

Pendapatan investasi saham B: 16% x Rp 400 = Rp 64

Modigliani Miller Position II


Apabila pasar tidak sempurna, maka perubahan struktur modal dapat mempengaruhi biaya modal perusahaan dan nilai perusahaan. Salah satu indikator pasar tidak sempuran adalah adnya pajak. - Pajak pendapatan perusahaan. - Pajak pendapatan pribadi

Pajak Pendapatan Perusahaan


Misalkan perusahaan Xina dan Yuna mempunyai EBIT yang sama, yaitu Rp 2.000, perusahaan Xina tidak punya utang sedangkan perusahaan Yuna punya utang Rp 5.000 dengan bunga 12% dan tarif pajak 50%. Jumlah pendapatan yang diterima pemegang saham dan kreditur pada perusahaan yang menggunakan utang lebih besar daripada perusahaan yang tidak menggunakan utang.

Perbandingan pendapatan yang diterima oleh pemegang saham dan kreditur:


P. Xina -------------Rp 2.000 0 -------------Rp 2.000 1.000 -------------Rp 1.000 P. Yuna ------------Rp 600 ------------Rp 700 -------------Rp

EBIT 2.000 Biaya bunga EBT 1.400 Pajak (50%)

EAT 700 Pendapatan pemegang Saham dan kreditur Rp 1.000 Rp 1.300 ======== ======== Bagi perusahaan yang menggunakan utang total

Present value tax shield jika perusahaan menggunakan utang permanen (jangka panjang): tc x r x B PV tax shield = -------------- = tc x B r - tc = tarif pajak pendapatan perusahaan - B = jumlah utang - r = suku bunga PV tax shield = 0,50 ( Rp 5.000) = Rp 2.500 atau PV tax shield = (Rp 300 / 0,12) = Rp 2.500

Nilai perusahaan yang menggunakan utang (leverage firm):


Value of leverage firm = Value if unleverage + PV of tax shield Nilai P. Xina = Rp 1.000 / 0,16 = Rp 6.250 Nilai tax shield perusahaan Yuna yang menggunakan utang Rp 2.500, sehingga Nilai P.Yuna = Rp 6.250 + Rp 2.500 = Rp 8.750

Pajak pendapatan perusahaan dan pajak pendapatan pribadi


Dalam praktek pajak pendapatan perusahaan dan pajak pendapatan pribadi selalu ada. Jika pendapatan atas utang dan saham dikenakan tarif pajak yang sama, maka total pendapatan yang diterima pemegang saham dan kreditur pada perusahaan yang menggunakan utang lebih besar daripada perusahaan yang tidak menggunakan utang

Perbandingan total pendapatan pemegang saham dan kreditur antara leverage firm dan unleverge firm :
Pendapatan utang Personal tax (30%) Pendapatan utang setelah pajak Pendapatan saham Personal tax (30%) Pendapatan saham setelah pajak Total pendapatan kreditur dan Pemegang saham P. Xina Rp 0 0 -----------Rp 0 ======= Rp 1.000 300 ------------Rp 700 ======= Rp 700 ======= P.Yuna Rp 600 180 ---------Rp 420 ====== Rp 700 210 ---------Rp 490 ====== Rp 910 ======

PV tax shield jika ada pajak pribadi dan pajak perusahaan : ( 1- tc ) ( 1 tps )
PV tax shield = { 1 - ---------------------------- } x B 1- tpd - tps = pahak pendapatan saham - tpd = pajak pendapatan utang - tc = pajak pendapatan perusahaan - B = jumlah utang Apabila tps = tpd, maka : PV tax shield = tc x B

Biaya kebangkrutan
Jika perusahaan menambah utang maka risiko kebangkrutan akan semakain besar, sehingga pemegang saham menuntut tingkat pengembalian yang lebih besar. Pengaruh penggunaan utang terhadap tingkat pengembalian yang diharapkan pemegang saham adalah positif.

Grafik pengaruh penggunaan utang terhadap tingkat pengembalian yang diharapkan pemegang saham (ke):
Tingkat pengembalian saham (ke) (ke) dengan biaya kebangkrutan Premi risiko keuangan (ke) tanpa biaya kebangkrutan Premi risiko bisnis Risk free rate

(ke) tanpa utang

B/S

Grafik :Pengaruh Pajak dan biaya kebangkrutan terhadap nilai perusahaan:


Nilai perusahaan Pengaruh pajak terhadap nilai perusahaan

Biaya kebangkrutan

Value of tax shield

Nilai perusahaan dengan pajak dan biaya kebangkrutan

Value of firm unleverage

B/S optimal

B/S

PENGANGGARAN MODAL
Pengertian Penganggaran Modal Pentingnya Penganggaran Modal - Investasi yang terlalu besar atau kecil berdampak jangka panjang bagi masa depan perusahaan - Penganggaran modal memerlukan biaya yang besar - Pengambilan keputusan penganggaran modal melibatkan banyak pihak

Macam Keputusan Penganggaran Modal Ditinjau dari aspek penghematan biaya atau peningkatan pendapatan - Proyek penggantian (replacement) - Proyek perluasan (expansion) - Pertumbuhan (growth) - Proyek lingkungan (environmental) Ditinjau dari tingkat ketergantungan - Independent project - Mutually exclusive project - Complement project - Subtitutes project

Estimasi Arus Kas (Cash Flow) Initial Cash Out Flow (Pengeluaran kas untuk investasi awal) Operational Cash Inflows ( Arus kas masuk yang diperoleh setelah proyek beroperasi) - NCF = EBIT ( 1 tax ) + Depreciation atau - NCF = EAT + Depreciation + ( 1 Tax ) Interest Terminal Cash Inflows (Arus kas masuk pada akhir umur proyek)

Laporan Laba Rugi Tahun 2004 - Penjualan Rp 10.000.000 - Biaya selain penyusutan dan bunga ( Rp 6.000.000) - Penyusutan ( Rp 1.000.000) -------------------- Laba sebelum bunga dan pajak(EBIT)Rp 3.000.000 - Biaya bunga ( Rp 1.000.000) -------------------- Pendapatan sebelum pajak (EBT) Rp 2.000.000 - Pajak (20%) ( Rp 400.000) -------------------- Pendapatan setelah pajak (EAT) Rp 1.600.000

Operational Cash Inflows


NCF = EBIT ( 1 Tax ) + Depreciation = Rp 3.000.000 ( 1 0,20 ) + Rp 1.000.000 = Rp 3.000.000 ( 0,80 ) + Rp 1.000.000 = Rp 3.400.000 NCF = EAT + Dpreciation + ( 1 Tax ) Interest = Rp 1.600.000 + Rp 1.000.000 + ( 1 0,20 ) Rp 1.000.000 = Rp 2.600.000 + ( 0,80) Rp 1.000.000 = Rp 3.400.000

Metode Penilaian Usulan Investasi

Payback Period (PBP) Accounting Rate of Return (ARR) Net Present Value (NPV) Internal Rate of Return (IRR)

Contoh: Arus kas empat proyek yang bersifat mutually exclusive (Rp 000) Tahun A B C D PVIF (10%) -------------------------------------------------------------------------0 (1.500) (1.500) (1.500) (1.500) 1,000 1 150 0 150 300 0,909 2 1.350 0 300 450 0,826 3 150 450 450 750 0,751 4 (150) 1.050 600 750 0,683 5 (600) 1,950 1.875 900 0,621

Payback Period
Unrecovered cost at start of year Payback = Year before full recovery + --------------------------------------------Cash flow during year Payback Period untuk keempat proyek adalah: - Proyek A = 2 tahun - Proyek B = 4 tahun - Proyek C = 4 tahun - Proyek D = 3 tahun Proyek yang dipilih berdasarkan metode Payback Period adalah A

Accounting Rate of Return (ARR)


{ Cash Flow,t /n } ARR = ----------------------------------Io { - 1.500 + 0 + 0 + 450 + 1.050 + 1.950}/5 ARRB = -------------------------------------------------------1.500 = 0,26 atau 26% - Proyek A = - 8% - Proyek B = 26% - Proyek C = 25% - Proyek D = 22% Proyek yang dipilih adalah proyek yang memiliki ARR paling besar
n=o n

Net Present Value (NPV)


NCF1 NCF2 NCFn NPV = { ---------- + ---------- + ----- + ----------- } Io 1 2 n (1+k) (1+k) (1+k)

NPV proyek C:
Tahun --------0 1 2 3 4 5 NCF -------------- 1.500 150 300 450 600 1,875 x PVIF = -------------1,000 0,909 0,826 0,751 0,683 0,621 NPV = Proyek A NPV = - 610,95 Proyek B NPV = 766,05 Proyek C NPV = 796,28 Proyek D NPV = 778,80 PV ----------------- 1.500,00 136,35 247,80 337,95 409,80 1.164,38 ----------------796,28

Internal Rate of Return (IRR)


NCF1 NCF2 NCFn ------------ + ------------- + --------- + -------------- - Io = 0
1 2 n

(1+IRR)

(1+IRR)

(1+IRR)

IRR Proyek D: Tahun NCF PVIF(10%) --------- -------- --------------0 -1.500 1,000 1 300 0,909 2 450 0,826 3 750 0,751 4 750 0,683 5 500 0,621 NPV PV(10%) PVIF(25,4%) PV(25,4%) ------------- ----------------- -------------1.500,00 1,000 - 1.500,00 272,70 0,797 239,10 371,70 0,636 286,20 563,25 0,507 380,25 512,25 0,404 303,00 558,90 0,322 289,80 ------------------------788,80 -1,65

IRR masing-masing proyek : Proyek A IRR = -200 % Proyek B IRR = 20,9 % Proyek C IRR = 22,8 % Proyek D IRR = 25,4 %

Perbandingan hasil penilaian berdasarkan metode: Metode Pr. A Pr. B Pr. C Pr. D ---------- ---------------------------------------- PBP 2 tahun 4 tahun 4 tahun 3 tahun - ARR -8 % 26 % 25 % 22 % - NPV -610,95 766,05 796,28 788,80 - IRR -200 % 20,9 % 22,8 % 25,4 %

Perbandingan metode NPV dan IRR dalam menilai proyek yang bersifat Muttually Exclusive
NPV + Y X X Y 0 K* x IRR Y IRR x Discount rate %

Capital Rationing untuk proyek dengan ukuran yang berbeda (discount rate 10%)
Proyek Investasi NCF PV NCF NPV IRR PI --------- -------------- ------------ ------------- ------------ --------------A 400.000 121.347 460.000 60.000 15,7% 1,15 B 250.000 74.523 282.500 32.500 14,9% 1,13 C 350.000 102.485 388.500 38.500 14,2% 1,11 D 300.000 85.470 324.000 24.000 13,1% 1,08 E 100.000 23.742 90.000 - 10.000 6,0% 0,90 ----------------------------------------------------------------------------------------PV NCF PI = ----------------

Apbila perusahaan memiliki dana terbatas sebesar Rp 600.000, kombinasi proyek mana yang sebaiknya dipilih? Alternatif : 2. Proyek A dengan investasi Rp 400.000 sisa dana Rp 200.000 3. Proyek B dengan investasi Rp 250.000 dan C dengan investasi Rp 350.000 4. Proyek B dengan investasi Rp 250.000 dan D dengan investasi Rp 300.000, sisa dana Rp 50.000 Jika diasumsikan sisa dana diinvestasikan pada proyek dengan PI = 1, maka alternatif yang menghasilkan PI tertimbang paling tinggi adalah :

Alternatif :
WA. PIA 400.000 200.000 = --------------- (1,15) + -------------- (1,00) = 1,1 600.000 600.000

250.000 350.000 WA. PIBC = -------------- (1,13) + --------------- (1,11) = 1,12 600.000 600.000 250.000 300.000 50.000 WA. PIBD = -------------- (1,13) + -------------- (1,08) + ------------ (1,00) 600.000 600.000 600.000 = 1,09

Biaya Modal (Cost of Capital)


Pengertian biaya modal Biaya modal merupakan tingkat pendapatan minimum yang disyaratkan pemilik modal. Dari sudut pandang perusahaan yang memperoleh dana, tingkat pendapatan yang disyratkan tersebut merupakan biaya atas dana yang diperoleh perusahaan. Macam biaya modal: - komponen biaya modal (Component cost of capital) - biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of capital)

Component Cost of Capital


Biaya modal saham biasa (cost of common stock) atau sering disingkat (ke), dapat dihitung dengan beberapa pendekatan: - Pendekatan pendapatan investasi bebas risiko ditambah premi risiko ke = Rf + premi risiko - Pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM) ke = Rf + i {E(Rm) Rf } ke = biaya modal saham biasa Rf = pendapatan investasi bebas risiko E(Rm) = pendapatan pasar yang diharapkan i = risiko sistematis saham i - Pendekatan dividen a. Jika dividen diasumsikan tetap: D D Po = ------ atau ke = -------ke Po

b. jika dividen diharapkan tumbuh dengan tingkat yang konstan sebesar g D1 D1 Po = ------------- atau ke = ---------- + g ke g Po Po = harga saham perdana ke = tingkat pendpatan yang diharapkan g = tingkat pertumbuhan dividen dan ke lebih besar dari g c. Jika tingkat pertumbuhan dividen tidak tetap 3 Do(1+g1)t 6 D3(1+g2)t ~ D7(1+g3)t Po = --------------- + --------------- + --------------t=1 (1+ke)t t=4 (1+ke)t t=6 (1+ke)t g1 = pertumbuhan dividen tahun 1 s/d 3 g2 = pertumbuhan dividen tahun 4 s/d 6 g3 = pertumbuhan dividen tahun 7 dan seterusnya

Biaya modal utang (cost of debt)


Biaya modal utang (kd) dapat dihitung dengan rumus: n It + P t Po = -----------------t=1 (1 + kd )t Po = harga jual surat utang pada saat diterbitkan n = jangka waktu jatuh tempo It = besarnya bunga yang dibayarkan pada periode t Pt = Nilai pelunasan pokok utang pada periode t kd = biaya modal utang sebelum pajak kd* = kd ( 1 t ) kd* = biaya modal utang setelah pajak

Jika obligasi dijual tidak sama dengan nilai nominal dapat terjadi premi atau diskonto Besarnya biaya modal setelah pajak dapat dihitung dengan rumus: (1- t) { Cj + 1/n (P Io) } kd* = --------------------------------- ( P + Io ) P = Nilai nominal obligasi Io = Harga jual obligasi n = Umur obligasi Cj = Biaya bunga obligasi t = tarif pajak

Biaya modal saham istimewa ( Cost of preferred stock) Biaya modal saham istimewa (kp) dapat dihitung dengan rumus : D kp = --------- x 100% Po Biaya modal laba ditahan (kr), besarnya dianggap sama dengan biaya modal saham biasa yang telah beredar

Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (Weighted average cost of capital) atau disingkat WACC
e d p WACC = ---------- (ke) + ---------- (kd*) + --------- (kp) e+d+p e+d+p e+d+p e = jumlah modal saham biasa d = jumlah utang p = jumlah modal saham istimewa ke= biaya modal saham biasa kd* = biaya modal utang setelah pajak kp = biaya modal saham istimewa

Anda mungkin juga menyukai